Anda di halaman 1dari 54

1

PROPOSAL TESIS
Nama
NIM
Jurusan
Judul Tesis

:
:
:
:

Nadirah Latif
13.062.052.047
Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen Pembinaan Karakter Siswa Melalui Pendidikan
Agama Islam pada SMP Negeri 1 Tanete Rilau
Kabupaten Barru

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai
karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat
mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang
menyelenggarakannya. Maka dari itu, suatu lembaga pendidikan diharapkan
mampu untuk membawa peserta didik mencapai tujuan dari pendidikan agama
Islam itu sendiri, yaitu; menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT.
Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi
anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga Negara
yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan
warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks

pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur


yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar
manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang
bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan
karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter
dasar tersebut.
Menurut Amir, membentuk karakter merupakan proses yang berlangsung
seumur hidup dan bagian penting kinerja pendidikan. Karakter merupakan bentuk
1
kepribadian yang melekat pada diri seseorang.1
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design
pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.
Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosialkultural tersebut
dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah
Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and
kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity
development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu
dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.2 dengan grand design,
1Amir, Jauhari dan Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 62

2Zubaedi. Design pendidikan karakter. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 18

yang dilakukan maka pembinaan karakter yang dilakukan dalam pendidikan dapat
menyeimbangkan antara kognitif, apektif dan psikomotor. Hal tersebut bertujuan
agar dapat melahirkan lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang
pada intinya adalah pendekatan diri kepada Allah melalui pembentukan al-akhlak
al-Karimah. Hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual
seperti konsistensi, istiqamah, tawaddu, tawakal, ikhlas, kaffah, tawajjun, dan
ihsan.3
Sebagai generasi penerus bangsa, para siswa diharapkan mampu
memegang estafet perjuangan bangsa. Dan untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan generasi emas yang memiliki mentalitas yang kokoh agar mampu
menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi di usianya. Dan sebagaimana
diketahui bahwa masa-masa siswa merupakan masa pencarian identitas diri, maka
seharusnya dibimbing secara terarah agar mereka mampu mengenal dirinya,
mengenal lingkungannya, budayanya, mengenal potensi dan kelemahannya.
Untuk itu dibutuhkan perhatian yang serius khususnya bagi orang tua, guru dan
lingkungan.4
Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud
dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya.5 Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
3Ari Ginanjar, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, (Jakarta:
Arga, 2005), h. viii

4Daniel Golemon, Emitional Intelligence terjemahan, (Jakata : PT Gramedia


Pustaka Utama, 2000), h.172

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,


baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Ada beberapa alasan perlunya pendidikan karakter, di antaranya: (1)
Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilainilai moral, (2) Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan
salah satu fungsi peradaban yang paling utama, (3) Peran sekolah sebagai
pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh
sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan, (4)
masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti
perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki
kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan
dari, untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas
nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilainilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen pada
pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik,
dan (8) Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli
pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat.6
Namun fenomena yang terjadi di dunia pendidikan sekarang adalah
banyak anak kehilangan identitas diri, akan berdampak terhadap prilaku yang
terkesan kurang memikirkan resiko terhadap perbuatan yang selalu melanggar
5Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2013), h. 54
6Ibid., h. 52

norma, memiliki resiko dan bahkan membahayakan fisik dan masa depannya.
Salah satu prilaku yang sering terjadi di kalangan siswa adalah tawuran antar
pelajar. Prilaku ini disamping tidak memiliki nilai positif apapun, juga akan
beresiko terhadap cidera yang tentunya memerlukan biaya perawatan yang tidak
sedikit yang akhirnya akan membebani orang tua. Disamping itu menjadikan sang
anak tidak akan merasa aman karena dendam yang dikobarkan oleh pihak lawan.
Oleh sebab itu perlu adanya solusi yang tepat untuk menyelamatkan bangsa ini
dari kehancuran, yakni dengan pemberian atau pembinaan nilai-nilai karakter
Islam dalam kehidupan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Hal tersebut bertujuan untuk mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi
yang berkarakter. Sehingga kemerosotan moral, pergaulan bebas, penggunaan
obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan berbagai bentuk kejahatan
yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang
akhlak, kurangnya pendidikan akhlak serta pembinaan akhlak pada anak.
Walaupun demikian begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan, masih belum
mampu menghantarkan siswa menjadi orang yang mempunyai akhlak mulia dan
mempunyai karakter yang baik.
Berdasarkan Pra Observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 15
Juni 2015, yang dilakukan kurang lebih 1 minggu bahwa kenyataan yang
ditemukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 1 Tanete Rilau
Kabupaten Barru masih ada siswa yang tidak disiplin terutama pada pendidikan
agama Islam. Hal ini dapat di lihat dari prilaku peserta didik antara lain rendahnya
kualitas karakter siswa seperti adanya pelanggaran tata tertib sekolah seperti

belum menyelesaikan tugas PR dengan tepat waktu. Untuk itu guru pendidikan
agama Islam membentuk karakter pada siswa melalui pembelajaran di kelas
menggunakan RPP dengan memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam agar para siswa paham bahwa pendidikan agama Islam
itu sangat bermanfaat bagi dirinya.
Melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
lebih dalam, sehingga peneliti memilih judul Manajemen Pembinaan Karakter
Siswa Melalui Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 1 Kabupaten
Barru.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


Fokus penilitian dalam tesis ini Manajemen Pembinaan Karakter
Siswa pada SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru. Untuk
menghindari pembahasan yang sangat luas maka perlu adanya deskripsi fokus.
Deskripsi yang dimaksud dalam pembahasan tesis ini adalah:
Manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling) yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
manusia dan sumber-sumber lainnya.7

7Vincent Gaspersz, Sistem Informasi Manajemen, Cet. II; (Bandung: CV. Armico, 1988),
h.16.

Pembinaan adalah suatu proses hasil atau pertanyaan menjadi lebih


baik.8 Karakter adalah suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian
seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak
dapat diterima masyarakat9. Siswa adalah sosok manusia sebagai
individu/pribadi manusia seutuhnya atau orang yang tidak bergantung dari
orang lain dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri
sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat dan keinginan sendiri.10
Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan
untuk mengembangkan fitrah keagamaan (religiusitas) subyek didik agar lebih
mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran ajaran Islam.11
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen pembinaan karakter siswa yang dilakukan melalui
pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru?
2. Bagaimana pengembangan pembinaan karakter siswa yang dilakukan
melalui pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten
Barru?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pembinaan karakter
siswa melalui pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau
Kabupaten Barru?
8Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi: proses diagnosa dan intervensi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 243.
9Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, , h. 237
10Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 4
11Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 29

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Untuk mengetahui manajemen pembinaan karakter siswa yang dilakukan
melalui pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten
Barru?
2. Untuk mengetahui proses pembinaan karakter siswa yang dilakukan
melalui pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten
Barru?
3. Untuk mengetahui hambatan terhadap pembinaan karakter siswa melalui
pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru?
E. Tinjauan Pustaka
1. Hubungan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan judul di atas adalah penelitian yang
dilakukan oleh Syamsuddin dengan judul Manajemen Pendidikan dalam
Membangun Karakter Peserta Didik pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Babul Khaer Bulukumba, dengan menunjukkan hasil bahwa (1) pelaksanaan
strategi pengembangan pendidikan karakter dalam rangka membangun karakter
peserta didik pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Bulukumba
berjalan dengan baik, (2) Guru memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun karakter peserta didik pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Babul Khaer Bulukumba, terutama pada proses kegiatan pembelajaran.12

12Syamsuddin, Manajemen Pendidikan dalam Membangun Karakter


Peserta Didik pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer
Bulukumba, (Tesis, Program Pascasarjana UIM, Tahun 2013.

Penelitian di atas dengan apa yang peneliti teliti mempunyai kesamaan


dari karakter seorang siswa/peserta didik. Syamsuddin terfokus melalui
manajemen pendidikan sedangkan peneliti melalui pendidikan Agama Islam.
Selanjutnya Ambo Upe dalam hasil tesisnya bahwa peranan orang tua dan
guru di Madrasah Aliyah Pesantren Ulul Albab Makassar, telah diupayakan
maksimal berdasarkan kemampuan madrasah. Hal ini dimulai dari pembangunan
karakter oleh orang tua, namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih adanya nilai-nilai karakter yang ada di Madrasah Aliyah Pesantren Ulul
Albab Makassar belum diaktualisasikan dan belum secara maksimal tercapai.13
Penelitian yang dilakukan oleh Ambo Upe terkait dengan apa yang peneliti teliti,
hanya saja Ambo Upe terfokus pada pembangunan karakter santri melalui orang
tua dan guru sedangkan fokus penelitian yang dilakukan dalam tesis ini adalah
melalui pendidikan agama Islam dalam membina karakter siswa.

2. Teori-Teori yang Relevan


A. Manajemen Pembinaan
1) Pengertian
Manajemen dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan
sebagai sebuah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran.14 Istilah manajemen yang secara leksikal berasal

13Ambo Upe, Peranan Orang Tua dan Guru dalam Pembangunan


Karakter Santri di MA Pesantren Pondok Pesantren Ulul Albab
Makassar, Tesis: Program Pascasarjana UIM, Tahun 2013.
14WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 623

10

dari bahasa Inggris management yang artinya ketatalaksanaan, tata


pimpinan, pengelolaan. 15 Maksudnya dalam organisasi, manajemen
adalah sebuah proses untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi secara efisien dengan dan melalui orang lain.
Adapun manajemen dalam pengertian terminologi banyak sekali
para ahli memberikan definisi yang cukup beragam, mulai yang sangat
simpel, seperti yang dikemukakan Robbins sebagai berikut:
Management is the process of efficiently getting activities completed with
and throught other people.16
Maksudnya bahwa manajemen adalah sebuah proses untuk
menyelesaikan pekerjaan secara efisien dengan dan melalui orang lain.
Kemudian Handoko memberikan definisi manajemen dengan
menitikberatkan pada fungsi-fungsinya sebagai berikut:
Manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orangorang untuk
menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi,
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan
(controlling).17
Hasibuan memandang bahwa manajemen dapat diartikan sebagai
suatu ilmu dan seni mengatur permanfaatan sumber daya manusia dan

15John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
2003), Cet. Ke-27, h. 372

16Stephen P. Robbins, Management: Concepts and Practices, (New Jersey, Prentice Hall, 1984),
h. 5

17T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BP Fakultas Ekonomi, 2001), Cet. Ke-17, h. 10

11

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai


intensitas tertentu.18
Menurut Stoner manajemen adalah proses perencanaan,
perorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata
proses, bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti
bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribadi. Suatu proses
adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen
didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan
kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuantujuan yang mereka inginkan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan dalam
organisasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan dari fungsi utama yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.
Sehingga usaha kegiatan tersebut mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan dalam mengembangkan mutu organisasi. Di dalam ajaran Islam
sendiri terdapat ajaran yang berkaitan dengan manajemen, bahkan dalam
organisasi terkecil, yaitu organisasi keluarga. Seorang top manajer di
18Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah, (Jakarta: CV. Haji
Masagung, 1999), Cet. Ke-5, h. 3

12

dalam keluarga mesti memikirkan kesuksesan (keselamatan) dirinya dan


kesuksesan anggota organisasi yang ada di bawahnya dengan
merencanakan, melakukan, mengawasi dan mengevaluasi prilaku dan
kegiatan yang dilaksanakan agar terhindar dari kehancuran. Allah
berfirman:





Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. At-Tharim/66:6)
Uraian di atas menunjukan bahwa implementasi teori-teori
manajemen dalam menjalankan organisasi memberikan keuntungan yang
tidak sedikit bagi kesuksesan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuan bersama, lebih jauh dapat meningkatkan mutu organisasi dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan.
Dari beberapa pendapat di atas tentang definisi manajemen bahwa
manajemen memiliki fungsi masing-masing yaitu:
a. Fungsi planning (perencanaan)
Fungsi manajemen yang pertama adalah perencanaan (planning)
yaitu menentukan tujuan untuk kinerja organisasi di masa depan serta

13

memutuskan tugas dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk


mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pada hakekatnya merupakan proses
pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan organisasi di
masa tertentu dan tujuan apa yang hendak dicapai.
Dalam organisasi modern, perencanaan merupakan sesuatu yang
mutlak adanya dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan yang
diharapkan, tanpa perencanaan kegiatan organisasi yang merupakan
kegiatan kolektif terdiri dari berbagai subsistem sulit untuk dapat
diwujudkan dengan baik.
Maksud dan pengertian tentang perencanaan, banyak sekali para
ahli yang mengemukakan antara lain: perencanaan dapat didefinisikan
sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.19
Siagian mengemukakan bahwa perencanaan merupakan
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut
hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.20
Terry mengemukakan bahwa Planning adalah menetapkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan
yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan,
19Dachnel Kamars, Adminsitrasi Pendidikan Teori dan Praktek, (Padang: UPI Press, 2005), Edisi
II, h. 27

20Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke5, h. 47

14

karena termasuk pemilihan alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan


untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan
suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.21
Perencanaan pada dasarnya proses pengambilan keputusan
terhadap sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang
akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang
dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya,
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Proses ialah
hubungan tiga kegiatan yang berurutan, yaitu menilai situasi dan kondisi
saat ini, merumuskan dan menetapkan situasi dan kondisi yang diinginkan
(yang akan datang) dan menentukan apa saja yang perlu dilakukan untuk
mencapai keadaan yang diinginkan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perencanaan adalah
kegiatan yang akan dilaksanakan di masa datang untuk mencapai tujuan.
Ada empat unsur yang terkandung dalam perencanaan berdasarkan definisi
di atas, yakni 1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, 2) adanya
proses, 3) hasil yang ingin dicapai, dan 4) menyangkut masa depan dalam
waktu tertentu.
Perencanaan tidak dapat dilepaskan dari unsur pelaksanaan dan
pengawasan termasuk pemantauan, penilaian dan pelaporan, pengawasan
diperlukan dalam perencanaan agar tidak terjadi penyimpangan.
Pengawasan dalam perencanaan dapat dilakukan secara preventif dan
represif. Pengawasan preventif merupakan pengawasan yang melekat
21George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta Bumi Aksara, 2000), cet. VI, h. 16

15

dengan perencanaannya, sedangkan pengawasan represif merupakan


pengawasan fungsional atas pelaksanaan rencana, baik yang dilakukan
secara internal maupun eksternal oleh aparat yang diberi wewenang.
Dalam menyusun sebuah rencana organisasi, diperlukan tiga
kemampuan perencana sebagaimana yang dikemukakan Dachnel sebagai
berikut:
-

Kemampuan nalar ke depan (futuristik), artinya perlu memperkirakan


hal-hal yang mungkin terjadi, sehingga rencana yang dibuat tidak
mengalami hambatan atau penyimpangan, dengan kata lain, rencana

dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


Kemampuan berpikir secara kualitatif, artinya dapat memperkirakan
dan membayangkan hal-hal yang diperlukan termasuk cara yang akan

ditempuh agar tujuan dapat tercapai.


Kemampuan berpikir kuantitatif, artinya dapat menghitung dengan
bilangan, seperti biaya, tenaga, waktu dan bahan-bahan yang
diperlukan. Setiap langkah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus atau dengan penggunaan komputer.22
b. Fungsi organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian berarti mengkoordinasikan sumber daya manusia

dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Dalam hal ini
kemampuan manajer atau pimpinan untuk mengerahkan sumber daya yang
ada dalam upaya mencapai tujuan sangat menentukan efektifitas organisasi
tersebut.

22Dachnel Kamars, Adminsitrasi Pendidikan,, h. 28

16

Pada dasarnya pengorganisasian mengandung pengertian sebagai


proses penetapan struktur peran, melalui penentuan aktivitas-aktivitas
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagianbagiannya.
Pengelompokan aktivitas-aktivitas, penugasan kelompokkelompok aktivitas kepada manajer-manajer, pendelegasian wewenang
untuk melaksanakannya, pengkoordinasian hubungan-hubungan
wewenang dan informasi, baik horizontal maupun vertikal dalam struktur
organisasi. Dengan demikian Organizing mencakup: (1) membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke
dalam kelompok-kelompok, (2) membagi tugas kepada seorang manajer
untuk mengadakan pengelompokan tersebut, dan (3) menetapkan
wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi.
Dengan adanya pengorganisasian memungkinkan untuk mengatur
kemampuan sumber daya manusia guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan segala potensi secara efektif dan efisien. Pemimpin
yang berada pada level puncak mempunyai hak untuk mengatur dan
menetapkan kegiatan (aktivitas) manajemen yang berbeda dan berhak
mengeluarkan kebijakan termasuk yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya manusia dalam melakukan aktivitas organisasi.
Dalam organisasi aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perlu dibagi ke dalam beberapa kelompok aktivitas,
sehingga setiap bagian fungsional mengetahui secara jelas aktivitas dan

17

tanggung jawab manajerial yang diembannya. Untuk kelancaran dan


efektifitas serta efisiensi kerja, dalam aktivitas pembagian kerja harus
memenuhi syarat the right man on the right place.

c. Fungsi actuating (pelaksanaan)


Dalam Bahasa Indonesia kata pelaksanaan berasal dari kata
laksana yang diberi awalan pe dan akhiran an artinya adalah
melakukan sesuatu.23
Menurut Terry yang dikutip oleh Dachnel Kamars actuating is
getting all the members of the group to want to acting and strive to
achieve mutual objectives because they want to achieve them.
Maksudnya, pelaksanaan adalah perolehan semua anggota kelompok yang
mau mencapai dan berusaha keras mencapai tujuan-tujuan bersama (antar
orang-orang dan organisasi) karena mereka mau mencapai tujuan-tujuan
itu.24
Kartini Kartono mengatakan bahwa pelaksanaan adalah kegiatan
penggerakan-pengendalian semua sumber dalam usaha pencapaian
sasaran. Merupakan penyatuan semua usaha dan penciptaan kerja sama,
sehingga tujuan dapat dicapai dengan lancar dan lebih efisien.25 Actuating,
atau disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan
23Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 356

24Ibid, h. 68
25Ibid, h. 173

18

seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang


ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuantujuan dapat dicapai. Sebagaimana yang dikemukakan Wibowo bahwa
actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan tindakan
dan melaksanakan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan
dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah
dilakukan dalam organizing.26

d. Fungsi leading (kepemimpinan)


Pengertian kepemimpinan secara bahasa dalam bahasa Inggris
disebut leadership berarti being a leader power of leading or the qualities
of leader.27 (aktualisasi kekuatan seorang pemimpin dalam memimpin atau
kualitas seorang pemimpin). Pengertian secara istilah antara lain
dinyatakan bahwa kepemimpinan (Leadership) adalah usaha untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada,
baik yang dipimpin maupun yang memimpin secara bersamasama,
dinamis dan harmonis.28
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin.
26Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 13
27AS. Hornby, Oxford Advanced Dictionary of English, (London: Oxford University Press,
1990), h. 481

28Rachmat Ramadhana, Prophetic Leadership, (Jogjakarta: DIVA Perss, 2008), Cet.Ke-1, h. 15

19

Dari satu segi pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya
kepemimpinan (leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari
pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses
dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktivitas individu
untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.
Hadari Nawawi menyatakan bahwa seseorang bisa menjalankan
fungsi kepemimpinan apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik.


Percaya diri sendiri dan bersifat membersih
Cakap bergaul dan ramah.
Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki kemauan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik.

e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

Seorang pemimpin harus memprakarsai suatu kegiatan secara kreatif.


Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
Ahli atau terampil di bidangnya.
Suka menolong, konsekwen dan bijaksana.
Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar.
Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.
Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.
Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya.
m.Bijaksana dan selalu bersifat adil.
Disiplin.
Berpengetahuan dan berpandangan luas.
Sehat jasmani dan rohani.29
Dari ungkapan di atas jelas sekali bahwa seorang pemimpin dalam

menjalankan fungsi dan tugas dalam memberikan arahan dan pengaruh


terhadap bawahannya membutuhkan kemampuan dan karakteristik yang
lebih dibanding yang lainnya. Kemampuan dan karakteristik penting agar

29Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1997), h. 84-90

20

kepemimpinannya bisa diterima oleh semua dan tujuan organisasi dapat


tercapai secara efektif dan efisien
e. Fungsi directing (pengarahan)
Dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah ditetapkan
pada langkah sebelumnya diperlukan pengarahan-pengarahan agar
pelaksanaan rencana sesuai dengan yang diharapkan dan mencapai
tujuan. Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada
rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan
dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu
pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode
pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan
berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan
adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi
pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa
perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan metode pengarahan
adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam organisasi, agar isi pengarahan yang diberikan kepada
orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka
seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip
berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan
kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan,

21

maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan atau di luar


kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka
kemungkinan isi pengarahan itu tidak dapat dilaksanakan dengan baik
oleh sipenerima pengarahan.
Pimpinan dalam memberikan pengarahan hendaklah
menggunakan kata-kata yang lemah lembut, tegas, perkataan yang
benar serta mengandung keselamatan, sesuai dengan kondisi yang
dibutuhkan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi
pengarahan dalam manajemen adalah proses bimbingan yang didasari
hubungan manusiawi kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau
melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat
disertai keikhlasan yang sangat mendalam.

f. Fungsi controlling (pengawasan)


Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan
merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal berjalan seperti
seharusnya dan memonitor kinerja organisasi. Kinerja aktual harus
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
terdapat diviasi signifikan, dilakukan koreksi dan dikembalikan ke dalam
jalur yang tepat. Monitoring adalah alat untuk mengontrol. Dengan

22

demikian controlling melakukan koreksi terhadap pelaksanaan dan untuk


mengetahui apakah tujuan dapat tercapai.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
manajemen dapat berjalan dan berfungsi dengan baik apabila tugas-tugas
atau pekerjaan dalam organisasi dikerjakan oleh karyawan secara
berurutan karena manajemen merupakan sebuah proses artinya terdapat
serangkaian kegiatan yang berurutan. Untuk itu manajemen memiliki
fungsi-fungsi yang banyak sekali yang ditawarkan oleh para ahli
manajemen, seperti planning, actuating/ executing, controlling/evaluating,
budgeting, staffing, organizing,supervising dan lain sebagainya. Namun
tiga fungsi yang pertama merupakan fungsi yang pokok yang tidak bisa
ditinggalkan.
Uraian tentang manajemen dan fungsi-fungsinya memberikan
pemahaman bahwa manajemen dapat diterapkan dalam berbagai
organisasi dan kegiatan termasuk dalam pembinaan karakter siswa, mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan,
pengawasan dan evaluasi kegiatan.
Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat awalan pe- dan
akhiran -an, yang berarti bangun/bangunan. Pembinaan merupakan
terjemahan dari kata traning yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan.
Menurut A. Mangunhardjana, Pembinaan merupakan terjemahan
dari kata training yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Pembinaan
menekankan pada pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan.

23

Unsur dari pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude), dan kecakapan


(skill).30 Pembinaan menurut Kamus Pusat Bahasa Indonesia (KBBI)
mempunyai arti: (1). proses, pembuatan, cara membina, (2). pembaharuan
dan penyempurnaan, (3). usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berhasil guna dan berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.31
Sedangkan menurut Mangunhardjana, untuk melakukan pembinaan
ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang pembina,
yaitu:
b. Pendekatan informatif (informative approach), yaitu cara
menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Dimana dalam pendekatan ini peserta didik
dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman.
c. Pendekatan
pendekatan

partisipatif

(partisipative

ini

didik

peserta

sebagai

approach),
sumber

pada
utama,

pengalaman dan pengetahuan dari peserta didik dimanfaatkan,


sehingga lebih kesituasi belajar bersama.
d. Pendekatan eksperiensial (experienciel approach), dalam
pendekatan ini menempatkan bahwa peserta didik langsung
30A. Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisius, 1986), h. 11
31 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta:
Depdiknas, 2002) h.152

24

terlibat didalam pembinaan. Pembinaan ini disebut sebagai


belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung
terlibat dalam situasi tersebut.32
Dari beberapa definisi teori di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen pembinaan adalah suatu tindakan proses untuk mencapai
suatu tujuan dalam organisasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan
dari

fungsi

utama

yaitu

perencanaan,

pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian. Sehingga usaha kegiatan tersebut


mencapai

sasaran

atau

tujuan

yang

telah

ditetapkan

dalam

mengembangkan mutu organisasi.


B. Teori tentang Karakter Siswa
a. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa Latin character didalam bahasa Arab
disebut juga khuluq artinya watak, tabiat, budi pekerti, sifat-sifat kejiwaan
dan akhlak. Secara terminologi (istilah) karakter adalah nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Di dalam buku Pendidikan Karakter Masnur Muslich mengutip
kalimat Al-Ghazali yang menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan
akhlak (khuluq), yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan
32Ibid, h.17.

25

yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu
dipikirkan lagi. Miskawaih mengartikan karakter sebagai suatu keadaan
jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikirkan atau
dipertimbangkan secara mendalam. Sebagian para ahli mengaggap
karakter hampir sama dengan kepribadian, namun menurut Zubaidi dalam
bukunya menyebutkan bahwa ada perbedaan karakter dengan kepribadian,
kepribadian cendreung terbebas dari nilai. Karakter merupakan nilai dasar
perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara
universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama
berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja
sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness),
kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love),
tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi
(tolerance), dan persatuan (unity).
Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa karakter
siswa adalah tindakan yang dilakukan siswa berdasarkan keadaan jiwa
yang terjadi secara spontan dan tidak perlu dipikirkan lagi atau bertindak
karena telah dilatih secara terus-menerus dan menjadi sebuah kebiasaan
sehingga tindakan tersebut terjadi secara spontan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Siswa


Siswa bisa menjadi pribadi yang baik dan menjadi manusia yang
berakhlak mulia tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

26

Banyak faktor yang membuat siswa mampu bertindak baik atau sebaliknya
bertindak buruk. Heri Gunawan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan karakter ada 2, yaitu:
1. Faktor Intern
Ada beberapa faktor intern, diantaranya adalah :
a.

Insting atau Naluri


Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan

yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke


arah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan.Naluri
merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu
pembawaan yang asli.
b. Adat atau kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang
sehingga mudah untuk dikerjakan. Sehubungan kebiasaan merupakan
perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan maka
hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang
perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak
(karakter) yang baik padanya.

c. Kehendak/Kemauan
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku
adalah kehendak atau kemauan keras (azam).

27

d. Suara batin atau suara hati


Suara batin berfungsi memperingatkan bahaya dari perbuatan
buruk dan berusaha untuk mencegahnya, di samping dorongan untuk
melakukan perbuatan baik. Suara hati dapat terus dididik dan dituntun
akan menaiki jenjang kekuatan rohani.
e. Keturunan
Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat memengaruhi
manusia. Sifat yang diturunkan oleh orang tua yaitu ada dua macam
yaitu: sifat jasmaniyah dan sifat ruhaniyah.

2. Faktor Ekstern
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan
karakter. Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri yang
terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah. Oleh
karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui berbagai
media baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di
lingkungan keluarga, dan pendidikan nonformal yang ada pada
masyarakat.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang melingkungi suatu tubuh
yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan

28

pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lain


atau juga dengan alam sekitar. Sekolah merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi karakter maka sekolah bisa
menjadi salah satu tempat untuk bisa membentuk karakter siswa
dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

c. Nilai-Nilai Karakter yang Harus Dimiliki Siswa


Proses belajar di sekolah bukan saja sekedar menguasai teoriteori yang diberikan guru tetapi juga bagaimana siswa bisa menjadi
pribadi yang berkarakter melalui proses belajar. Untuk itu pendidikan
di sekolah harus mampu mengembangkan karakter siswa dengan nilainilai karakter yang sesuai dengan norma dan agama. Untuk itu di
Indonesia telah dirumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi
tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu:
1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya.
2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri.
3. Jujur.
4. Hormat dan santun.
5. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama.
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.
7. Keadilan dan kepemimpinan.
8. Baik dan rendah hati.
9. Toleransi, cinta damai dan persatuan.
Setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifatsifat mulia Allah, yaitu al-Asma al-Husna. Sifat-sifat dan nama mulia
Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan
oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari
nama Allah itu, dapat dirangkum dalam 7 karakter dasar, yaitu:

29

1. Jujur.
2. Tanggung Jawab.
3. Disiplin.
4. Visioner.
5. Adil.
6. Peduli.
7. Kerja Sama.
Menurut Mardia Hayati ada 18 nilai-nilai karakter minimal yang
harus dikembangkan di lingkungan sekolah, yaitu:
1.

Religius: Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh


dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran, terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeuk

2.

agama lain.
Jujur: Karakter jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.

Toleransi: Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai


perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang

4.

lain yang berbeda dari dirinya.


Disiplin: Karakter disiplin yakni tindakan yang menunjukan perilaku

5.

tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan peraturan.


Kerja Keras: Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas,

6.

dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.


Kreatif: Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu yang
menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah
dimiliki.

30

7.

Mandiri: Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah

8.

bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.


Demokrasi: Demokrasi adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak

9.

yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Rasa ingin tahu:Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

10.

sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.


Semangat kebangsaan: Semangat kebangsaan merupakan cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

11.

bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


Cinta tanah air: Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

12.

ekonomi, dan politik bangsa.


Menghargai prestasi: karakter ini merupakan sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.

13.

Bersahabat: Karakter ini adalah tindakan yang memperlihatkan rasa

14.

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.


Cinta damai: yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

15.

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.


Gemar membaca: ini adalah sebuah kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi

16.

dirinya.
Peduli Sosial: Peduli sosial adalah karakter yang berkaitan dengan
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.

31

17.

Peduli lingkungan: Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang


selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
Tanggung jawab: Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku

18.

seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang


seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.33

C. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang
pengertian pendidikan agama Islam, perlu kita ketahui
bahwa dalam bahasa Arab ada tiga istilah yang
berhubungan dengan makna pendidikan. Tiga istilah
tersebut adalah talim, tadib dan tarbiyah. Kata talim
merupakan masdar dari kata allama, yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian
pengertian, pengetahuan dan keterampilan. Kata tadib,
merupakan masadar dari addaba, yang dapat diartikan
33Mardia Hayati, Desain Pembelajaran Berbasis Karakter(Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2012),
hlm. 98-100.

32

kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada


pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti
peserta didik. Kata tarbiyah, merupakan masdar dari kata
rabba, yang berarti mengasuh mendidik dan memelihara.
Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara
sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik
dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah
kedewasaan dan seterusnya ke arah kepribadian muslim.34
Sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek
yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
muda agar memiliki kepribadian yang utama Di dalam
Sistem Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.35
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik untuk

34Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:


Almaarif, 1962), h. 31
35Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2006), h. 13

33

memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya


ke arah kesempurnaan. Dalam hal ini, pendidikan berarti
menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa
tanggung jawab, sehingga pendidikan terhadap diri
manusia adalah laksana makanan yang berfungsi
memberikan kekuatan, kesehatan dan pertumbuhan, untuk
mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan
guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.36
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama.
Berkenaan dengan tanggung jawab ini, maka pendidikan
agama di sekolah berarti: Suatu usaha yang secara sadar dilakukan
guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia
beragama. Pemberian pengaruh pendidikan agama di sini
mempunyai arti ganda yaitu: pertama sebagai salah satu
sarana agama yang diperlukan bagi pengembangan
kehidupan keagamaan, dan kedua, sebagai salah satu
sarana pendidikan nasional untuk terutama, meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba: Pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukumhukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

36Azyumardi Azra, Esei- esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, ( Jakarta:
Logos, 1999), h. 3

34

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan


pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai- nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai- nilai Islam. Dari defenisi ini, tampak adanya perhatian
kepada pembentukan kepribadian anak yang
menjadikannya memikir, memutuskan, berbuat dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai- nilai Islam.

37

Pendidikan agama adalah bagian integral daripada pendidikan


nasional sebagai salah satu keseluruhan. Dengan demikian ditinjau dari
pendidikan nasional, pendidikan agama merupakan satu segi
daripada keseluruhan pendidikan anak, segi lain adalah
pendidikan umum. Kedua segi pendidikan itu merupakan
dua aspek dari satu proses. Pendidikan agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran- ajaran Islam, yaitu
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran- ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh,

37Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi


Sistem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004), h. 53

35

serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu


pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.38
Pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.39
Sementara itu, Zuhairini menegaskan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan
ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara
sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup dengan
ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
Untuk itu, pendidikan agama Islam memiliki tugas
yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta
didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk
menumbuhkembangkan potensi yang ada pada diri mereka
seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar
38Zakiyah Daradjad, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
h.86
39Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, www.kemenag.go.id,
diakses 20 Agustus 2015

36

pengembangan potensi tersebut berjalan sesuai dengan


nilai- nilai ajaran Islam. Dengan demikian, mengingat berat
dan besarnya peran pendidikan agama Islam, maka perlu
diformulasikan sedemikian rupa, baik menyangkut sarana
insani maupun non insani secara komperhensif dan
integral. Formulasi yang demikian bisa dilakukan melalui
sistem pengajaran yang baik dengan didukung oleh sumber
daya manusia (guru) yang berkualitas, metode pengajaran
yang tepat, dan sarana yang memadai.
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya
sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar
suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan
bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh
berdiri. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam
akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang- ambingkan
oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun
mempengaruhinya.
Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu:
al-Quran, As- Sunnah dan Perundang- undangan yang
berlaku di Negara kita.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

37

Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai suatu


disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang
berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat
mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masingmasing lembaga yang menyelenggarakannya.40
Peserta didik yang telah mencapai tujuan
pendidikan agama Islam dapat digambarkan sebagai
sosok individu yang memiliki keimanan, komitmen dan
sosial pada tingkat yang diharapkan. Menerima tanpa
keraguan sedikit pun akan kebeneran ajaran Islam,
bersedia untuk berperilaku atau memperlakukan objek
keagamaan secara positif, melakukan perilaku ritual dan
sosial keagamaan secara positif, melakukan perilaku
ritual dan sosial keagamaan sebagaimana yang
digariskan dalam ajaran agama Islam. Dengan
demikian, pendidikan agama Islam di samping bertujuan
menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai- nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar
mampu mengamalkan nilai- nilai itu secara dinamis dan
flesibel dalam batas- batas konfigurasi idealitas wahyu
Tuhan. Dalam arti, pendidikan agama Islam secara

40Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Agama Islam,(Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 7

38

optimal harus mampu mendidik anak didik agar


memiliki kedewasaan atau kematangan dalam
berpikir, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
d. Materi Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam
meliputi: masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman
(syariah) dan masalah ikhsan (akhlak).41
-

Aqidah adalah bersifat itiqad batin, mengajarkan


keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta,

mengatur, dan meniadakan alam ini.


Syariah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam
rangka mentaati peraturan dan hukum Tuhan, guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan

mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.


Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap
penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang
mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup
manusia.
Dari tiga inti ajaran pokok lahirlah beberapa keilmuan

Agama yaitu: Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Akhlak. Ketiga
ilmu pokok Agama ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al- Quran dan Al41Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama,
(Usaaha Nasional: Surabaya, 1981), h. 60

39

Hadits serta ditambah lagi dengan Sejarah Islam (Tarikh);


sehingga secara berurutan:

d. Ilmu Tauhid/ Keimanan


Ilmu keimanan ini banyak membicarakan tentang
kalamullah dan banyak berbicara tentang dalil dan bukti
kebenaran wujud dan keesaan Allah. Beriman kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa, berarti percaya dan yakin wujud- Nya
yang esa, yakin akan sifat- sifat ketuhanan- Nya yang maha
sempurna; yakin bahwa Dia maha kuasa dan berkuasa
mutlak pada alam semesta dan seluruh makhluk ciptaanNya.42
e. Ilmu Fiqih
Ilmu fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang
membicarakan/ membahas/ memuat hukum- hukum Islam
yang bersumber pada Al- Quran, Sunnah dan dalil- dalil
Syari yang lain.
f. Al- Quran
Al- Quran itu menempati suatu ilmu tersendiri yang
dipelajari secara khusus. Membaca Al- Quran adalah suatu
ilmu yang mengandung seni, seni baca Al- Quran. Al- Quran

42Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Bumi


Aksara, 1995), h. 66

40

itu ialah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan


kepad Nabi Muhammad saw, sebagai suatu mukjizat,
membacanya dianggap suatu ibadah, sumber utama ajaran
Islam.
g. Al- hadits
Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad saw., baik merupakan perkataan, perbuatan,
ketetapan, ataupun sifat fisik/ kepribadian.43 Adapun ilmu
yang dapat digunakan untuk mempelajari hadits
diantaranya ialah dari segi wurudnya, dari segi matan dan
maknanya, dari segi riwayat dan dirayahnya, dari segi
sejarah dan tokoh- tokohnya, dari segi yang dapat dianggap
dalil atau tidaknya; dan dari segi istilah- istilah yang
digunakan dalam menilainya.
h. Akhlaq
Akhlaq ialah suatu istilah tentang bentuk batin yang
tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat
(bertingkah laku). Demikian pula ilmu akhlak; yang
dipelajari orang hanyalah gejalanya. Gejala itu merupakan
tingkah laku yang berhulu dari keadaan jiwa ( bentuk batin
seseorang).
i. Tarikh Islam
43Ibid, h. 100

41

Tarikh Islam disebut juga ilmu Sejarah Islam yaitu ilmu


ang mempelajari tentang sejarah yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan umat Islam.

e. Metode Pendidikan Agama Islam


Secara etimologi, metode berasal dari kata method
yang berarti suatu cara kerja yang sistematis untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu
tujuan.apabila suatu metode disandingkan dengan kata
pembelajran, maka berarti suatu cara atau sistem yang
digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak
didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan,
menguasai bahan pelajaran tertentu. Dalam makna yang
lain, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai prinsipprinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan
perkembangan seseorang khususnya proses belajar
mengajar. Adapun dalam poroses pelaksanaan pendidikan
agama Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, agar
dapat manghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang
dicita- citakan.
Secara umum metode pembelajaran bisa dipakai
untuk semua mata pelajaran, termasuk juga mata
pelajaran PAI. Pada pembahasan ini akan disampaikan

42

beberapa metode pengajaran PAI, diantaranya adalah:


metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,
metode resitasi, metode demonstrasi, metode kerja
kelompok, metode sosiodrama, metode karya wisata,
metode drill dan metode sistem regu.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa Pendidikan Agama Islam
sangat berperan dalam pembentukan karakter atau tingkah laku peserta didik.
Pada dasarnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
membentuk karakter peserta didik. Melalui pendidikan agama diharapkan
peserta didik mengetahui, mengenal, dan mempraktikkan nilai-nilai karakter
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk peserta didik yang
berkarakter unggul.

43

F. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pembahasan landasan teori di atas bahwa pembinaan karakter
siswa melalui pendidikan agama Islam sangat berperan dalam pembentukan
karakter atau tingkah laku peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran Pendidikan
Agama Islam diarahkan untuk membentuk karakter peserta didik dengan
pendekatan informatif, partisipatif, dan pendekatan eksperensial. Demikian pula
dengan memperhatikan nilai-nilai karakter yang harus dimiliki peserta didik,
faktor-faktor yang mempengaruhi dan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
pembentukan karakter dan diharapkan peserta didik mengetahui, mengenal, dan
mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
terbentuk peserta didik yang berkarakter unggul. Adapun bagan konseptual dapat
dilihat di bawah ini:

44

45

G. Metode Penelitian
1. Jenis dan

SMP NEGERI 1 TANETE RILAU


KABUPATEN BARRU
Lokasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif.


UU Sisdiknas
No. 20
Narkubo
dalam bukunya,
yang berjudul Metode Penelitian, mengungkapkan
Thn 2003
Al-Quran dan Hadits
PP No.
55 Tahun
bahwa
penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menyajikan data,
2007
menganalisis, dan menginterpretasi untuk menuturkan pemecahan masalah yang
ada sekarang berdasarkan data.44 Dengan demikian penelitian ini berupaya
Pendidikan
Agama Islam

mendeskripsikan apa yang diteliti,


mencatat, menganalisis dan
1. Dasar PAI
2. Tujuan PAI

menginterpretasikan apa yang diteliti


melalui
3. Materi
PAIobservasi, wawancara dan
4. Metode PAI

mempelajari dokumentasi lalu menyajikan obyek sesuai dengan apa adanya.


Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru.
Manajemen
Pembinaan
1. 2.Fungsi
planning
Karakter
Pendekatan Penelitian
2. Fungsi organizing
1. Faktor yang
3. Fungsi actuating
mempengaruhi
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
4. Fungsi leading
pengembangan
5. Fungsi directing
pendekatan
karena penelitian ini yang menjadi karakter
pembahasannya adalah
6. Fungsipedagogis
controlling
2. Nilai-nilai
yang
kajian pendidikan sehingga pendekatan yang sangat cocokkarakter
adalah pendekatan
harus dimiliki
siswa pada konseppedagogis. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang didasarkan
konsep pendidikan dengan teori-teori pendidikan yang dianalisa berdasarkan
peraturan tentang pendidikan tersebut.
3. Sumber Data

KARAKTER SISWA
SMP NEGERI 1 TANETE RILAU
KABUPATEN BARRU

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan


tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Maka
sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi:
44Narkubo Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 44.

46

Pertama, Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata atau
tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Sumber data primer yang
dimaksud adalah Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan siswa. Data
dihimpun oleh peneliti langsung dari hasil wawancara, hasil observasi dan
dokumen tertulis yang ada di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru.
Kedua, data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, peneliti
tidak langsung memperoleh data dari subjeknya. Oleh karena itu, data sekunder
yang ada di SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru berupa dokumen
pribadi, dan dokumen resmi serta data-data yang ada pada papan potensi di SMP
Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi, yaitu proses pengambilan data penelitian dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan tentang data dan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian.45 Dalam hal ini peneliti
menggunakan teknik pengamatan terstruktur hanya sebatas pengamat
independen terhadap objek yang diteliti. Objek yang dimaksud adalah
profil madrasah, buku indeks, buku tamu, buku agenda rapat dan lain
sebagainya.

45Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. I; (Jakarta: Rineka


Cipta, 2008), h. 135.

47

b. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan


tak terstruktur. Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara dengan
tenaga kependidikan terkhusus pada guru PAI di SMP Negeri 1 Tanete
Rilau Kabupaten Barru.
c. Dokumentasi digunakan sebagai sumber data karena dokumentasi
dimanfaatkan dalam membuktikan, menafsirkan dan meramalkan
suatu peristiwa.
5. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan salah satu unsur yang paling penting
dalam penelitian, karena berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mengumpulkan
data terhadap masalah yang diteliti. Instrument penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan
kontak lapangan. Peneliti akan melakukan observasi dan wawancara langsung
kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru PAI dan siswa SMP Negeri 1
Tanete Rilau Kabupaten Barru serta peneliti akan mencatat hal-hal yang dianggap
penting.
6. Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan analisis data pada penelitian ini adalah dilakukan secara
berulang-ulang hingga peneliti memperoleh data yang benar dan lengkap
mengenai gejala atau masalah yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk
menggambarkan secara mendetail tentang sistem pembinaan karakter siswa
melalui pendidikan agama Islam pada SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten
Barru.

48

Data yang terkumpul melalui hasil wawancara dan dokumentasi diolah


dengan menggunakan model interactive dari Miles dan Huberman (dalam
Sugiono) yaitu analisis data dimulai sejak proses pengumpulan data (Data
Collection), dilanjutkan dengan proses penyajian data (Display Data), kemudian
dilanjutkan dengan reduksi data (Data Reduction), dan terakhir adalah
menyimpulkan data (Data Conclussions). Seluruh rangkaian teknik analisis data
diatas, bersifat interactive artinya analisis data yang dilakukan bersifat memutar
dan berbolak-balik, hingga mendapatkan kesimpulan yang benar-benar tajam dan
bermakna sesuai dengan rumusan masalah.46
Alur analisis data model Miles dan Huberman dalam Sugiyono47 yang digunakan
dalam teknik analisis data dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan
Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Simpulan
atau Verifikasi

46Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,


2005), h. 71.
47 Ibid, hal. 108.

49

7. Pengujian Keabsahan Data


Pengujian keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data atau sebagai
perbandingan terhadap data yang ada. Triangulasi untuk mengecek keabsahan data
yang terdiri dari sumber, metode, dan waktu.48

48Sanafiah Faisal, Metodologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 33.

50

G. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian akan dijabarkan di bawah ini:
Kegiatan

Tahun 2015

Penelitian

Juli

No.

1 2
1

Persiapan
Pengajuan Judul
Konsultasi
Proposal
Revisi
Seminar Proposal
Urus Izin
Penelitian
Menyusun
Instrumen
Uji Coba

Instrumen
Pengumpulan Data

Pengolahan dan

Analisis Data
Menyusun Laporan

Penelitian
Konsultasi Laporan

Penelitian
Revisi

Seminar Hasil

Tesis
Revisi

Ujian Tutup Tesis

Agustus

September

Oktober

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

Nopember
4

51

52

H. Daftar Pustaka
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Aqib, Zainal, dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2011
A ., Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, Jakarta: Grasindo, 2010
Azra, Azumardi, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos, 1998
Fajri, Em Zul, dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta:
Dhifa Publiser, 2003
Faisal, Sanafiah, Metodologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 2011
Ginanjar, Ari, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual, Jakarta: Arga, 2005
Golemon, Daniel, Emitional Intelligence terjemahan, Jakata : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2000
Jauhari, Amir, dan Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011
Jogiyanto, H.M., Analisis dan Disain Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi, 1999
Mangunhardjana, A., Pembinaan, Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius,
1986
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2013

53

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Misaka


Galiza, 2003
Muin, Fatchul, Pedidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktek. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011
Munir, Abdullah, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari
Rumah, Yogyakarta : Pedagogia, 2010
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2007
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta: Depdiknas, 2002
Romney, M.B. and P.J. Steinbart. Accounting Information Systems, Jakarta:
Salemba Empat, 2003
Susanto, Azhar, Sistem Informasi Manajemen, Bandung: Lingga Jaya, 2007
Suyanto, Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta :
DIKTI, 2010
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005
Sukmadinata, Narkubo Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
Syamsuddin, Manajemen Pendidikan dalam Membangun Karakter Peserta Didik
pada Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Babul Khaer Bulukumba,
Tesis, Program Pascasarjana UIM, Tahun 2013
Tim Direktorat Pendidikan Madrasah, Wawasan Pendidikan Karakter dalam
Islam, Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama, 2010
Thoha, Miftah, Pembinaan Organisasi: proses diagnosa dan intervensi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999
Upe, Ambo, Peranan Orang Tua dan Guru dalam Pembangunan Karakter Santri
di MA Pesantren Pondok Pesantren Ulul Albab Makassar, Tesis:
Program Pascasarjana UIM, Tahun 2013
Prihatin, Eka, Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta, 2011
Zubaedi. Design Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media Group, 2011

54

I. Sistematika Pembahasan (outline)


BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
B Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C Rumusan Masalah
D Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Pembinaan Karakter Siswa
B Pendidikan Agama Islam
BAB III METODE PENELITIAN
A Jenis dan Lokasi Penelitian
B Pendekatan Penelitian
C Sumber Data
D Teknik Pengumpulan Data
E Instrument Penelitian
F Pengelolaan dan Analisis Data
G Pengujian Keabsahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran tentang Lokasi Penelitian
B Manajemen Pembinaan Karakter Siswa
C Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Karakter
D Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Karakter Siswa
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan
B Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai