Anda di halaman 1dari 4

KARAKTER TASAMUH

Pendidikan merupakan proses individu memperoleh pemahaman dan kecakapan


suatu ilmu pengetahuan yang mana digunakna untuk mengembangkan potensinya.
Pendidikan pada umumnya merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk
membantu seseorang dalam mengangkat harkat serta martabatnya dengan
mengoptimalkan serta mengembangkan kemampuan diri (Mustoip dkk., 2018).
Pendidikan memiliki peranan yang sangat besar sebagai pusat keunggulan untuk
mempersiapkan karakter manusia dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan
bertujuan untuk membentuk kepribadian, membina moral, menumbuhkan serta
mengembangkan sikap religius peserta didik. Selain itu berorientasi untuk mencetak
generasi yang berwawasan luas (berilmu) melalui pengoptimalan setiap potensi peserta
didik dan membentuk manusia yang berkarakter seperti halnya beriman, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani, mandiri, kreatif, demokratis dan bertanggungjawab.
Paradigma masyarakat (pelajar) Indonesia saat ini, melihat negara barat sebagai sebuah
negara maju, ketika budaya barat masuk ke Indonesia maka sebagian masyarakat tidak
mampu memfilterisasi budaya luar yang kontradiksi dengan nilai-nilai budaya yang
berlaku di Indonesia. Dalam hal ini, jelaslah bahwa pengaruh tersebut dapat
memberikan dampak negatif terhadap peserta didik baik dari sikap maupun perilakunya.
Selain itu kondisi pendidikan di Indonesia saat ini cenderung mengalami
perubahan tentang tujuan, penerapan kurikulum berbasis kompetensi telah berhasil
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi di pihak lain kompetensi
dalam bidang moral dan karakter terabaikan. Padahal, karakter merupakan suatu fondasi
bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Hal ini
disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak dikembalikan pada nilai-nilai
keluhuran budi pekerti dan karakter peserta didik. Persoalan pentingnya pendidikan
karakter dalam sistem pendidikan nasional belakangan ini sering diangkat sebagai topik
bahasan di berbagai seminar nasional. Pada umumnya sekaligus berisi kritik terhadap
pendidikan yang selama ini lebih mengutamakan pengembangan kemampuan
intelektual akademis dan kurang memperhatian aspek pengembangan karakter (watak).
Pendidikan menjadi salah satu solusi untuk mengembangkan individu, baik dari
pengetahuan dan sikap peserta didik. Dengan demikian, pendidikan perlu
mempersiapkan peserta didik yang berkualitas, kompetitif dan kreatif. Penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia harus merata dan berorientasi pada tantangan masa depan.
Pelaksanaan tersebut ditunjang dengan pengelolaan yang baik oleh pemangku kebijakan
maupun praktisi pendidikan. Pendidikan di bagi menjadi beberapa jenjang yang
dikelompokkan berdasarkan usia individu mulai dari Pendidikan kanak – kanak,
pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas
dan pendidikan perkuliahan. Pengelompokan anak sesuai usia dalam pendidikan
memudahkan dalam melaksanakn pendidikan sesuai dengan ciri – ciri perkembangan
yang sedang di butuhkan oleh peserta didik tersebut. Seperti halnya pada jenjang
pendidikan sekolah dasar yang karakteristik peserta didiknya sangat dominan untuk
senang bermain, bergerak, berimajinasi, bekerja dalam kelompok dan mempelajari hal –
hal kongkrit yang ada di sekitarnya baik moral, sikap mapupun pengetahuan.
Perbaikan sikap dan moral dalam pendidikan untuk menanamkan kebiasaan baik
bagi peserta didik sehingga membentuk Karakter yang baik. Linda (2020) menyatakan
bahwa karakter adalah dasar fikiran seseorang, karena di dalam pikiran terdapat seluruh
program yang terbentuk berasal dari pengalaman hidup atau kejadian yang dialami
individu tersebut. Karakter pada umumnya dihubungkan dengan watak, akhlak atau
budi pekerti yang dimiliki seseorang sebagai jati diri atau karakteristik kepribadiannya
membedakan seseorang dari orang lain. Kepribadian seseorang, dapat menentukan cara
berpikir dan bertindak berdasarkan motivasi terhadap kebaikan dalam menghadapi
segala situasi. Cara berfikir dan bertindak tersebut, telah menjadi identitas diri dalam
berbuat dan bersikap sesuai dengan yang menurut moral itu baik, seperti halnya: jujur,
bertanggung jawab, dan mampu bekerjasama dengan baik. Menanamkan karakter yang
baik untuk peserta didik dapat dimulai dari pembiasaan – pembiasaan yang baik.
Karakter dalam diri di bentuk melalui lingkungan yang di pelajari secara otomatis
melekat pada diri. Karakter yang baik, akan membawa pada kebaikan karena
berpengaruh pada pola pikir yang mana mempengaruhui kehidupannya. Penanaman
nilai karakter dapat dilakukan sedini mungkin mulai dari sekolah dasar. Hal ini
dilakukan agar mudah di serap oleh anak yang sedang berada di masa mengamati dan
meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara
apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati (Nigsih, 2015). Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut dengan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan.Menurut Adawiyah 2018 dalam Linda (2020) nilai pendidikan
karakter yang hilang antara lain:
1. Agama: nilai - nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan
pada nilai - nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkann
siswa menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki kemampuan, kemauan,
dan menerapkan nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga Negara
Indonesia.
3. Budaya: tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh
nilai - nilai budaya yang diakui oleh masyarakatnya. Nilai - nilai budaya
tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi antar anggota masyarakat.
Pendidikan karakter di sekolah menjadi salah satu tindakan yang berupaya untuk
mengembalikan nilai karakter peserta didik yang hilang atau telah memudar. Melalui
poses pembelajaran maupaun pembiasaan – pembiasan baik di sekolah. Rizal dkk.
(2021) menyatakan bahwa Pendidikan karakter sangatlah penting, namun karakter harus
dibarengi dengan adab. Implementasi pendidikan karakter pada satuan pendidikan
sekolah dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal sekolah antara lain: peran kepala sekolah, tata tertib sekolah, silabus,
kurikulum yang mendukung, integritas siswa, kedisiplinan guru, profesionalisme guru,
sarana prasarana sekolah yang mendukung, visi dan misi sekolah, kedisiplinan peserta
didik, integritas karyawan, penerapan sanksi bagi yang melanggar tata tertib secara
tegas dan komitmen warga sekolah terhadap pembinaan dan pendidikan karakter
bangsa. Sedangkan faktor eksternal sekolah antara lain: kondisi lingkungan sekolah,
kondisi masyarakat di luar sekolah, budaya masyarakat sekitar, lingkungan keluarga,
dan peran tokoh masyarakat.
Namun di sekolah guru sangat berperan dalam membentuk peserta didik yang
ungul dan berkarakter terutama guru sekolah dasar. Pendidikan karakter bukan perkara
penyampaian materi ajar yang harus di kuasai peserta didik saja, namun penanaman
nilai karakter dalam setiap materi untuk mengembangkan sikap antara lain, beriman,
berakhlak mulia, percaya diri, tolerasi, dan bertanggung jawab. Kenyataan di sekolah
meskipun pendidikan karakter telah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, namun
masih banyak permasalahan yang menyebabkan lemahnya sikap baik. Karena
membangun sebuah karakter bukan perkara yang mudah harus dengan proses dan
bersinergi. Permasalan yang sering terjadi adalah saling menghargai antar peserta didik,
yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama yang berbeda. salah satu cara
mengatasinya dengan menerapkan dan menanamkan nilai – nilai karakter agama peserta
didik yakni melalui sikap tasamuh. Jamarudin (2016) menyatakan bahwa Tasamuh
mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan,
baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat istiadat, budaya, bahasa, serta
agama.
Menurut Rasidin (2023), toleransi beragama (tasamuh) merupakan suatu pola
sosial interaksi yang mengedepankan prinsip toleransi, gotong royong, saling
menghormati terhadap perbedaan, dan empati terhadap keadaan orang lain. Toleransi
beragama maksudnya menghargai keberadaan umat beragama lain dengan menguatkan
rasa persaudaraan tanpa melampaui batas - batas yang digariskan oleh hukum Islam.
Dengan kata lain, toleransi beragama tidak bisa disamakan dengan iman dan ibadah,
tetapi hanya dalam hubungan antar manusia. Dengan menanamkan sikap tasamuh,
diharap peserta didik dapat memahami bagaimana cara menghargai setiap perbedaan
yang ada di sekitar mereka, entah dari perbedaan suku, agama, ras ataupun yang
lainnya, tidak kehilangan jati diri, berakhlak baik serta mengembangkan kualitas peserta
didik dalam berbagai aspek yang dapat mengurangi dan memperkecil penyebab
terjadinya berbagai masalah pendidikan karakter. Hasan dkk. (2022) berpendapat bahwa
penanaman nilai-nilai universal adalah langkah awal dalam rangka membekali peserta
didik untuk hidup dalam masyarakat majemuk. Pendidikan ini dilandaskan pada
semangat kesetaraan dan kesetaraan kemanusiaan, tanpa memandang latar belakang
suku, etnik, budaya dan agama, sehingga tercipta suasana harmonis dan kondusif.
Guru pendidikan agama islam menjadi pondasi utama dalam penanaman sikap
tasamuh, melalui contoh sikap yang baik kepada peserta didik. Guru memiliki peranan
untuk menerapkan pendidikan karakter secara langsung kepada peserta didik, baik di
dalam kelas mauapun di luar kelas. Dalam hal ini, guru merupakan penentu terlaksana
atau tidaknya pendidikan karakter. Peran guru di sekolah dalam rangka proses
pembentukan nilai-nilai karakter dan moralitas siswa bisa dilakukan melalui kegiatan
proses pembelajaran, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik. Guru memegang peranan yang sangat setrategis
terutama dalam membentuk karakter serta mengembangkan potensi siswa. Nasyiah dkk.
(2023) berpendapat bahwa melalui mata pelajaran PAI juga akan memperkuat
bahwasanya ajaran agama Islam lebih mementingkan adab dari pada ilmu, khususnya
adalah sikap tasamuh dan tidak hanya guru, sekolah juga harus memberikan sebuah
pembiasaan penanaman sikap tasamuh agar terciptanya kehidupan yang teratur dalam
proses pembelajaran dan di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berupa bimbingan
dan asuhan terhadap peserta didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
secara menyeluruh dan menjadikan sebagai pandangan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Alwi, dkk. (2022). Implementation of Multicultural Education in an Effort to


Develop the Tasamuh Attitude of Santri at Islamic Boarding Schools in Central
Lampung Regency. International Journal on Advanced Science, Education, and
Religion (IJoASER), 5(2), 88-104.

Jamarudin, Ade. (2016). Membangun Tasamuh Keberagamaan dalam Perspektif Al-


Qur`an. Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragam, 8(2), 170-187.

Linda, Fiqri Kukuh Rahma. (2020). Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sekolah
Dasar. Jurnal Conference Series, 3(3), 2222 - 2226.

Mustoip, Sofyan, dkk. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter. Surabaya: CV. Jakad
Publishing Surabaya.

Nasyiah, Hapi Dhatun, dkk. (2023). Pemahaman Sikap Tasamuh dalam Membentuk
Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMKN 3 Malang. Jurnal Pendidikan Islam, 8(6), 216-226.

Ningsih, Tutuk. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter. Purwokerto: STAIN Press,


Purwokerto.

Rasidin, Mhd. (2023). Tasamuh Village: A Model Of Realizing Tolerance Values As


An Antidote To Intolerance To Realize Religious Moderation In Indonesia.
Journal of Islamic Studies, 13(1), 1-15.

Rizal, Syamsul, dkk. (2021). Education Model of Tasamuh Attitude in Pesantren


(Analysis of The Concept andImplementation of Tasamuh Attitude at
Pesantren Institute in Bogor Regency). Turkish Journal of Computer and Mathematics
Education, 12(6), 5009-5021.

Anda mungkin juga menyukai