DISUSUN OLEH:
Nim :1191111049
1
ABSTRACK
Pendidikan nilai dan moral dalam penguatan karakter bangsa disekolah dasar
didunia merupakan suatu perbincangan/wacana hangat dalam dunia pendidikan.oleh
karena itu,pendidikan nilai dan moral adalah suatu proses penerapan dalam pendidikan
berkarakter/character.pendidikan karakter adalah suatu proses penerapan nilai-nilai
dan moral agama pada peserta didik melalui ilmu-ilmu pengetahuan,penerapan nilai-
nilai tersebut baik terhadap diri sendiri,keluarga,sesame teman,terhadap pendidik dan
lingkungan sekitar maupun tuhan yang maha esa.perkembangan anak pada stimulus
anak usia sekolah dasar sudah bertambah,dari awalnya hanya bersosial dengan
keluarga dirumah.kemudian berangsur-angsur mengenal orang orang sekitar anak pada
usia ini juga telah mengenal gaya hidup digital,baik itu dirumah,teman-teman dan
lingkungan sekolah serta lingkungan sekitarnya.era globalisasi sekarang telah merubah
pola piker seseorang dengan adanya teknologi yang semakin canggih dan modern di
Indonesia.akan tetapi orang tua sangat berperan penting dalam membimbing dan
mengawasi anak untuk menjalaninya seperti,gadget,internert dan hape.dengan
demikian orang tua sangat dibutuhkan dalam pengawasan anak-anak dirumah mapunu
lingkungan sekitar.dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak.dala
peringatan hardiknas pada tahun 2010 yang lalu bahwa pembanguna dan pendidikan
karakter menjadi keharusan karena pendidikan tuidak hanya menjadikan peserta didik
cerdas.pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun terhadap
orang lain dalam kehidupan sehari-hari.batasan pada karakter berada dalam dua
wilayah yang pertama diyakini sebagai sifat fitri manusia,dan yang kedua diyakini
harus dibentuk melalui pendidikan,salah satunya,melalui pendidikan karakter
disekolah.
PENDAHULUAN
2
Salah satu peran penting pendidikan adalah sebagai agen pembentuk karakter
bangsa(agent of nation character building),sehingga pendidikan dituntut untuk mampu
membentuk ciri khas bangsa.indonesia sebagai salah satu bangsa didunia memiliki
cita-cita untuk membentuk warga Negara yang memiliki nilai luhur,sejahtera dan
mampu bersaing didunia internasional.namun dibelakangan ini,Indonesia dibebani
oleh persoalan-persoalan kalau tidak dipecahkan secara bijaksana akan dapat
mengarah pada disintegrasi bangsa dan menuju kehancuran bangsa ini.
3
pendidikan pula karakter bangsa dapat diperbaiki dan dibentuk terutama pembangunan
karakter dan pendidikan mulai dari usia dini.pembangunan karakter dan pendidikan
nilai dan moral pada peserta didik yang cerdas,juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik
bagi dirinya maupun orang lain.
4
KAJIAN TEORI
a) Pendidikan nilai dan moral adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan,mau
berbuat baik,nyata berkehidupan baik,dan berdampak terhadap lingkungan)yang terpateri
dalam diri dan dalam perilaku.
b) Pendidikan nilai dan moral secara koheren memancar dari hasil olah piker,olah
hati,olahraga,serta olah rasa dan karsa seorang atau sekelompok orang.
c) Pendidikan nilai dan moral merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai,kemampuan,kapasitas moral,dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan
dan tantangan.
d) Pendidikan nilai dan moral adapt dimaknai sebagai pendidikan nilai,pendidikan budi
pekerti,pendidikan,pendidikan watak,yang bertjuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik buruk,memelihara apa yang baik,mewujudkan dan
menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan nilai dan moral dapat dimaknai sebagai proses pendidikan secara holistic yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan pembelajar sebagai
pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pendidikan nilai dan moral juga dodefinisikan sebagai pendidikan yang menanamkan dan
mengembangkan karakter luhur pembelajar sehingga mereka memiliki karakater luhur
itu,menerapkan dan mempraktekkan dalam kehidupannya entah dalam keluarga,sebagai anggota
masyarakat.pendidikan karakter merupakan upaya perwujudan amanat pancasila dan UUD 1945
yang dilatarbelakangi oleh munculnya persoalan bangsa dan Negara.tujuan pendidikan nilai dan
moral yakni mengembangkan karakter peserta didik/pembelajar agar mampu mewujudkan nilai-
nilai luhur pancasila dan berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik,berpikiran baik dan berperilaku.perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan
perilaku yang sudah baik,penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhir
pancasila.dalam rangka mendudkung perwujudan pembangunan bangsa berkarakter(character
nation building)sebagaimana diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945,maka pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai prioritas pembangunan nasional.dalam UU RI No.17
Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 disebutkan bahwa bangsa berkarakter adalah bangsa
yang tangguh,kompetitif,berakhlak mulia,bermoral,bertoleran,bergotong
royong,patriotic,dinamis,berbuadaya dan berorientasi iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai
oleh iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa.
5
Sehubungan dengan upaya mewujudkan pendidikan nilai dan moral dalam mewujudkan
pendidikan karakter ebagaimana dinyatakan dalam RPJPN,sesungguhnya hal tersebut sudah
tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang bertjuan untuk mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.,bertujuan untuk berkembangnya potensi pembelajar agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara .
mengimplementasikan nilai-nilai etika kemanusiaan, memiliki citra diri positif, memiliki etos
kerja dan komitmen yang tinggi, serta sifat empati yang tinggi. Selain itu, upaya pembentukan
bangsa berkarakter tersebut perlu diatur secara sistemik dan serius dalam berkehidupan. Salah
satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengintegrasikan dalam pendidikan, baikpendidikan
formal dalam ranah keluarga, pendidikan non formal di masyarakat, maupun pendidikan formal
di sekolah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengem-bangkan nilai-nilai karakterpada diri peserta didik sehingga mereka memilikinilai dan
karakter sebagai karakter dirinya,menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupandirinya,
sebagai anggo ta masyarakat danwarganegara yang religius, nasionalis, produktif,dan kreatif
(Pusat Kurikulum, 2010).Fung si pendidikan karakter adalah: 1)pengembangan; 2) perbaikan;
dan 3) penyaring.Pengembangan, yakni pengembangan potensipeserta didik untuk menjadi
pribadi berperilakuSecara historis pendidikan karakter merupakan misi utama para Nabi.
Rosulullah Muhammad saw. Punya misi utama diutus kemuka bumi “ Liutammima makarim al
akhlaq” yakni untuk menyempurnakan akhlak (karakter). Hal ini mengindikasikan bahwa
pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat
menciptakan peradaban. Agama hadir sebagai jalan untuk menyempurnakan karakter. Dalam
sejarah dikenal ketika Al Quran turun dibawa oleh Nabi Muhammad ditengah karakter bangsa
Arab yang rusak . Al Quran sebagai buku ajar yang menghadapi peserta didik yakni masyarakat
Arab jahiliyah itu.Melalui Al Quran secara perlahan dan bertahap serta pasti, karakter itu
dibentuk kedalam prinsip-prinsip ketundukkan, kepasrahan, serta kedamaian (makna dasar
Islam ). Dimulai dari perintah membaca (iqro), karakter Islam dibentuk, kemudian perlahan-
lahan diingatkan untuk ”bangun dari berselimut”, menghayati pergantian alam semesta,
berkontemplasi pada malam hari , menghargai sesuatu sesuai dengan kodratnya (warobbuka
fakbbir), dan membersihkan perilaku (wasiyabaka fatohhir). Pembentukan karakter begitu
memenuhi materi-materi awal Al Quran, bahkan perintah ritual ibadah ( seperti sholat,
saum,zakat dan haji ) dikaitkan dengan tumbuhnya karakter yang baik. Bahkan ritual ibadah
dianggap sia-sia apabila tidak didukung oleh ibadah sosial yang muncul sebagai wujud karakter
yang positif.
Menurut pandangan agama islam dianggap orang yang bangkrut, atau failit, atau jatuh miskin
(muflis). baik, terutama bagi peserta didik yang telah.Pendidikan karakter bukan merupakan
matapelajaran baru yang berdiri sendiri, bukan puladimasukkan sebagai standar kompetensi
dankompetensi dasar baru, tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran yang sudah ada,
pengembangan diri, dan budaya sekolah (Pusat Kurikulum,2010), serta muatan lokal
(Widyastono, 2010).
Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan
dalampendidikan karakter ke dalam Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), Silabus, dan
RencanaProgram Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.Prinsip-prinsip yang digunakan
6
dalampengembangan pendidikan karakter (Pusat Kurikulum, 2010): 1) Berkelanjutan;
mengandungmakna bahwa proses pengembangan nilai-nilaikarakter merupakan sebuah proses
yang tiadaberhenti, dimulai dari awal peserta didik masuksampai selesai dari suatu satuan
pendidikan,bahkan setelah tamat dan terjun ke masyarakat;2) Melalui semua mata pelajaran,
pengembangandiri, dan budaya sekolah, serta muatan lokal;mensyaratkan bahwa proses
pengembangannilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap matapelajaran, serta dalam setiap
kegiatan kurikulerdan ekstrakurikuler; 3) Nilai tidak diajarkan tapidikembangkan dan
dilaksanakan; mengandungmakna bahwa materi nilai karakter tidak dijadikanpokok bahasan
seperti halnya ketika mengajarkansuatu konsep, teori, prosedur, ataupun faktadalam mata
pelajaran agama, bahasa Indonesia,PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmanidan
kesehatan, seni, dan ketrampilan, ataupunmata pelajaran lainnya. Guru tidak perlu mengubah
pokok bahasan yang sudah ada, tetapimenggunakan pokok bahasan itu untuk mengembangkan
nilai-nilai karakter bangsa. Juga, gurutidak harus mengembangkan proses belajarkhusus untuk
mengembangkan nilai. Suatu halyang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas.
belajar dapat digunakan untuk mengembangkankemampuan dalam ranah kognitif, afektif,
danpsikomotor; 4) Proses pendidikan dilakukanpeserta didik secara aktif dan
menyenangkan;prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikannilai karakter dilakukan oleh
peserta didik bukanoleh guru. Guru menerapkan prinsip “tut wurihandayani” dalam setiap
perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakanbahwa proses pendidikan
dilakukan dalamsuasana belajar yang menimbulkan rasa senangdan tidak indoktrinatif. Diawali
dengan perkenalanterhadap pengertian nilai yang dikembangkanmaka guru menuntun peserta
didik agar secaraaktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakankepada peserta didik bahwa
mereka harus aktif,tapi guru merencanakan kegiatan belajar yangmenyebabkan peserta didik
aktif merumuskanpertanyaan, mencari sumber informasi, danmengumpulkan informasi dari
sumber, mengolahinformasi yang sudah dimiliki, merekonstruksidata, fakta, atau nilai,
menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya
dan karakter pada diri.
mereka melalui berbagai kegiatan belajar yangterjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di
luarsekolah.Pertama, Penginteg rasian dalam matapelajaran. Pengembangan nilai-nilai
pendidikankarakater bangsa diintegrasikan dalam setiappokok bahasan dari setiap mata
pelajaran. Nilainilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.Pembelajaran pendidikan
karakter menggunakanpendekatan proses belajar peserta didik secaraaktif dan berpusat pada
anak; dilakukan melaluiberbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.Kegiatan di Kelas,
pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi,disiplin, mandiri, semangat
kebangsaan, cintatanah air, dan gemar membaca dapat melaluikegiatan belajar yang biasa
dilakukan guru. Untukpegembangan beberapa nilai lain seperti pedulisosial, peduli lingkungan,
rasa ingin tahu, dankreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki
kesempatan untukmemunculkan perilaku yang menunjukkan nilainilai itu.Kegiatan di Sekolah,
melalui kegiatan yangdapat dimasukkan ke dalam program sekolahadalah lomba vocal group
antarkelas tentang lagulagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni,lomba pidato bertema budaya
dan karakter.
bangsa, pagelaran bertema budaya dan karakterbangsa, lomba olah raga antarkelas,
lombakesenian antarkelas, pameran hasil karya pesertadidik bertema budaya dan karakter
bangsa,pameran foto hasil karya peserta didik bertemabudaya dan karakter bangsa, lomba
7
membuattulisan, lomba mengarang lagu, melakukanwawancara kepada tokoh yang berkaitan
denganbudaya dan karakter bangsa , mengundangberbagai narasumber untuk berdiskusi,
gelarwicara, atau berceramah yang berhubungandengan budaya dan karakter bangsa.Kegiatan di
luar sekolah, melalui kegiatanekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti olehseluruh atau
sebagian pe serta didik, yangdirancang sejak awal tahun pela jaran, dan dimasukkan ke dalam
Kalender Akademik.Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yangmenumbuhkan rasa cinta
terhadap tanah air,menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat
untuk menumbuhkankepedulian dan kesetiakawanan sosial (membantu mereka yang tertimpa
musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum,membantu
membersihkan atau mengatur barangdi tempat ibadah tertentu).
PEMBAHASAN
8
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat
sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan
penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang
menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-
kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu:
1. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis.
2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan
mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh
(UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya
sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu,
pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,
tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter
9
yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.x
Merasakan bangku pendidikan mungkin menjadi impian setiap anak di Indonesia, melalui
pendidikan diharapkan akan muncul generasi yang cerdas dan baik dimasa yang akan datang,
sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakikatnya memiliki dua tujuan,
yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar dan membantu mereka menjadi
manusia yang baik.
Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi
menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik, sepertinya jauh lebih sulit atau bahkan
sangat sulit dilakukan. Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral
merupakan persoalan yang mengiringi kehidupan manusia.Pada tahun 2019 ini dapat kita
saksikan bersama banyak berita mengenai siswa yang berkelakuan tidak baik saat berada di
sekolah.
Seakan tidak mempunyai moral dalam dirinya, seperti kasus yang terjadi belakangan ini
dimana guru ditikam oleh siswa yang terjadi di Manado karena ditegur untuk tidak boleh
merokok di lingkungan sekolah, guru yang di olok-olok oleh siswa, guru yang dianiaya oleh
siswa dan kasus-kasus lain yang serupa.
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di
kalangan siswa, menuntut deselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk
memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-
nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai
tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu siswa untuk
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona (1991) menyatakan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Jika saja penanaman nilai-nilai kebaikan, kejujuran kesopanan diajarkan sejak kecil,
dimulai dari keluarga sampai usia sekolah dasar, kemudian di sekolah lebih menekankan
pentingnya berkelakuan / berakhlak yang baik daripada sekedar memiliki nilai tingga, maka
dengan hal itu akan ada rasa dan pemahaman pada dirinya tentang nilai kebaikan, kejujuran,
sopan santun .
10
Hal ini akan menjadi kebiasaan bagi diri siswa dan dibawa oleh dirinya sampai dewasa
kelak, hanya saja kembali lagi seperti pernyataan awal, dewasa ini, masih sukar dilakukan kerena
berbagain faktor, oleh karena itu penulis mengajak pembaca untuk terus mengajarkan nilai
kebaikan mulai dari keluarga, dan penulis memberikan solusi bagi permasalahan ini terhadap
pihak sekolah yaitu dapat dilakukan melalui empat cara :
(1) pembelajaran (teaching) dimana sejak duduk di usia sekolah dasar, lebih menanamkan nilai
kebaikan dan kejujuran bagi siswa/i,
(2) keteladanan (modeling) Nilai-nilai prioritas tersebut selanjutnya harus juga dimodelkan
(diteladankan) secara teratur dan berkesinambungan oleh semua pihak,
(3) penguatan (reinforcing), Selanjutnya, nilai-nilai itu harus diperkuat oleh penataan lingkungan
dan kegiataan-kegiatan di lingkungan sekolah
(4) pembiasaan (habituating). dapat dilakukan di sekolah dengan berbagai cara dan menyangkut
banyak hal seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika pergaulan, perlakuan siswa terhadap
karyawan, guru, dan pimpinan, dan sebaliknya.
Pembiasaan yang dilakukan oleh pimpinan, guru, siswa, dan karyawan, dalam disiplin
suatu lembaga pendidikan merupakan langkah yang sangat strategis dalam mebentuk karakter
secara bersama.
Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang , bepikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa sejumlah nilai moral,
dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin,
mandiri, kerja keras, kreatif.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak usia SD
karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai
positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah
11
amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani
memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif,
berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat
konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat,
demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif,
kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai
ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain,
menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif,
rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa
percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap
adil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah,
tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.Pada usia kanak-
kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat
menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika
anak berusia empat tahun.
Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai
dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Setelah keluarga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak
sekolah dasar.
Anak SD masih dalam tahap perkembangan operasional konkret. Tahap dimana mulai
berkembangnya kecerdasan mereka untuk berpikir logis dan sistematis. Sehingga pendidikan
karakter pada anak SD menjadi kunci dalam perubahan generasi muda yang lebih baik.
Nilai-nilai budi pekerti dan karakter harus diajarkan oleh para guru disekolah dasar secara baik
dan benar, agar nantinya anak-anak SD bisa memiliki jiwa dan kepribadian yang unggul. Jika
anak-anak SD memiliki karakter yang baik, maka besar kemungkinan Indonesia akan memiliki
generasi muda yang unggul dan bermartabat nantinya. Jadi pendidikan karakter di sekolah dasar
menjadi faktor utama untuk membangun karakter generasi muda menjadi lebih baik. Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan hanya sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih dari itu, pendidikan karakter ialah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
“habituation” sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang
telah menjadi kepribadiannya. Nilai-nilai yang terkadung dalam pendidikan karakter, antara lain
sebagai berikut:
Agama
12
Masyarakat Indonesia ialah masyarakat beragam. Oleh karena itu, kehidupan individu,
masyarakat dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis,
kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidpan kebangsaan dan
kenegaraan yang disebut Pancasila. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.
Budaya
Nilai-nilai budaya dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antar anggota masyarakat. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
PENUTUP
KESIMPULAN
13
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate
use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos
kerja seluruh warga sekolah/lingkungan.
Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang
dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter adalah sebuah
system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan,
maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane kamil.
DAFTAR PUSTAKA
14
https://simba-corp.blogspot.com/2017/11
Jurnal widya acharya FKIP UNIVERSITAS DWIJENDRA ISSN NO.2085-0018 OKTOBER 2014
Jurnal implementasi pendidikan karakter disekolah dasar melalui penguatan pelaksanaan kurikulum
15