Anda di halaman 1dari 15

UJIAN AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN KARAKTER

PENGIMPLEMENTASIAN
IMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Dosen Pembimbing: Lisa Retnasari,
Retnasari M.Pd.

Disusun Oleh:
Miftahul Fitri Azizah (1800005294)
5F

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era teknologi saat ini memunculkan berbagai tatanan baru, ukuranukuran
baru, dan kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya. Hal tersebut
menimbulkan konsekuensi tantangan baru dalam pendidikan termasuk pendidikan
nasional. Selain itu berbagai persoalan moral, budi pekerti, watak atau karakter
seperti: meningkatnya dekandensi moral, meningkatnya ketidakjujuran pelajar, dan
masih tingginya kasus tindakan kekerasan yang terjadi antar pelajar seperti klitih dan
tawuran serta berbagai fenomena lain yang menunjukan bahwa Indonesia telah
mengalami krisis moral.
Dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak pendidikan karakter.
Oleh karena itu pendidikan Indonesia sangat perlu menjadi perhatian dari berbagai
pihak. Beberapa persoalan di Indonesia menunjukkan bahwa ada kegagalan pada
lembaga pendidikan dalam hal menumbuhkan manusia yang berkarakter. Padahal
pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai krisis moral yang
terjadi pada generasi Bangsa Indonesia.
Selama ini pendidikan di sekolah hanya mengedepankan pencapaian
akademik yang hanya membantu peserta didik menjadi cerdas dan pintar atau hard
skill, dan sebaliknya kurang memperhatikan pendidikan karakter atau soft skill yang
membantu mereka menjadi manusia yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai
ulangan atau hasil ujian yang menjadi patokan utama dalam menentukan kemampuan
peserta didik. Padahal soft skill merupakan unsur utama dalam pelaksanaan
pendidikan karakter yang sangat perlu diperhatikan.
Pendidikan karakter adalah proses pemberian, penanaman, serta pembentukan
karakter yang dilakukan guru untuk siswa. Pendidikan karakter menjadi pondasi
utama dalam membangun karakter bangsa. Nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan yaitu nilai karakter dalam kompetensi inti sikap spiritual dan
kompetensi inti sikap sosial yang terapat di dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016.
Proses pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini dan sudah harus dimaksimalkan
pada usia sekolah dasar. Potensi yang baik sudah dimiliki manusia sejak lahir, tetapi
potensi tersebut harus terus dibina dan dikembangkan melalui sosialisasi baik dari
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pendidikan karakter sangat penting?
2. Bagaimana metode atau model pengajaran pendidikan karakter?
3. Bagaimana menanamkan karakter pada anak agar terus melekat?
4. Apa yang harus dihindari dalam mengembangkan karakter anak?
5. Bagaimana letak keberhasilan pendidikan karakter?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui metode atau model pengajaran pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui cara menanamkan karakter pada anak agar terus melekat.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengembangkan karakter
anak.
5. Untuk mengetahui letak keberhasilan pendidikan karakter pada anak.
BAB II
KAJIAN TEORI
Karakter merupakan perilaku, watak seseorang yang menjadi pembeda dengan orang
lain, setiap manusia memiliki watak yang berbeda-beda. Seseorang yang berperilaku baik
tidak hanya diperoleh dari lingkungan keluarga saja melainkan juga diperoleh dari lembaga
pendidikan yaitu sekolah. Menurut Wiyani (2013:27-28) “Pendidikan karakter merupakan
berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-
sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar
memiliki sifat peduli berpendidian, dan bertanggung jawab.” Menurut Gunawan (2014:24)
“pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter pesertadidik”.
Berdasarkan paparan teori tersebut, maka pendidikan karakter ialah proses yang
dilakukan untuk mendidik siswa ke arah yang positif. Hal ini tidak hanya diberikan
sekali saja, melainkan dilakukan secara terus-menerus. Pendidikan karakter menjadi hal yang
diutamakan dalam pendidikan, karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia
dan menjadikan manusia memiliki kepribadian yang utuh.
Dini (2018) menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik
sebagai penerus bangsa mempunyai akhak dan moral yang baik, untuk menciptakan
kehidupan yang adil, aman dan makmur. Hal ini berkaitan dengan UU nomor 20 Tahun
2003 tntang pendidikan nasional. Menurut Mulyasa (2014:9) “pendidikan karakter bertujuan
untuk meningkatkan mutu, proses, dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan pada setiap satuan pendidikan”. Dapat disimpulkan tujuan
pendidikan karakter ialah untuk membentuk nilai-nilai karakter di dalam diri seseorang
yang sesuai dengan ajaran agama, pancasila dan nilai- nilai yang berlaku dimasyarakat.
Pemerintah memperkenalkan program yang diberi nama Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK), PPK merupakan usaha untuk membudayakan pendidikan karakter di
sekolah. Program PPK akan dilaksanakan dengan bertahap dan sesuai kebutuhan.
Program PPK bertujuan untuk mendorong pendidikan berkualitas dan bermoral yang
merata di seluruh bangsa. Penerbitan Peraturan Presiden nomor 87 pasal 2 tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), PPK memiliki tujuan :
1) Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun
2045 dengan jiwa pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan.
2) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter
sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan
dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal,
nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya indonesia dan
3) Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi penidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam
mengimplementasikan PPK.
Karakter terbentuk dari kegiatan yang dilakukan secara berulang dan menjadi sebuah
kebiasaan. Kebiasaan inilah yang menempel dan menjadi karakter seseorang. Penanaman
dan pengembangan karakter di lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab bersama
bukan hanya guru namun juga kerjasama dari murid dan orangtua. Bagaimanapun juga
perkembangan karakter di sekolah hanya menjadi “suplemen” bagi peserta didik.
Sementara “makanan pokok” perkembangan karakter yang sebenarnya ialah di rumah.
Dimana keluarga memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik seorang anak di rumah.
Penanaman-penanaman nilai karakter tersebut dapat diimplementasikan dan
dijadikan budaya sekolah. Proses yang efektif untuk membangun budaya sekolah adalah
dengan melibatkan dan mengajak semua pihak atau pemangku kepentingan untuk
bersama-sama memberikan komitmennya. Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di
sekolah, seperti nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat dan bersih,
saling peduli antar sesama. Sekolah adalah laksana taman atau lahan yang subur tempat
menyemaikan dan menanam benih-benih nilai tersebut. maka dari itu, pendidikan karakter di
sekolah adalah tugas bersama.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Narasumer
Nama : Kanti Sariati, S.Pd
Jabatan : Wali kelas 6B
Alamat Sekolah : SD Muhammadiyah Kutoarjo Jalan Kliwonan II/2
Kutoarjo, Kec. Kutoarjo, Kab. Purworejo, Jawa Tengah
B. Pembahasan
Data penelitian diperoleh dari wawancara yang diambil di SD Muhammadiyah
Kutoarjo. Subjek penelitian dalam pengambilan data ini adalah Ibu Kanti Sariati, S.Pd
wali kelas 6. Data dalam penelitian pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di
SD Muhammadiyah Kutoarjo ini mencakup Pelaksanaan Program PPK, metode atau
model untuk Program PPK.
SD Muhammadiyah Kutoarjo merupakan salah satu sekolah yang konsisten dalam
membangun budaya karakter terutama siswanya. Program PPK yang dilakukan di sekolah
ini dilaksanakan setiap awal tahun pembelajaran. Program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) adalah Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa
melalu harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan dukungan
melibatkan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat yang
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Tujuan program
Penguatan Pendidikan Karakter di laksanakan di SD Muhammadiyah Kutoarjo adalah
untuk menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa ke peserta didik secara
efektif melalui lembaga pendidikan dengan prioritas nilai-nilai tertentu yang akan
menjadi fokus pembelajaran, pemahaman, pengertian dan praktik, sehingga pendidikan
karakter dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa
Indonesia.
Pengimplementasian program penguatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah
Kutoarjo sudah sangat baik. Sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa dan
lingkungan sekitar untuk membentuk karakter anak yang lebih baik. Di SD ini sendiri
dalam menerapkannya menggunakan contoh dari kisah-kisah Nabi, sehingga mampu
menciptakan siswa yang berakhlakul karimah. Selain dengan kisah-kisah Nabi, sekolah
ini juga memadukan dengan penguatan budaya lokal yang kental dengan Akhlakul
Karimah dan yang paling penting adala keteladanan dari orang tua dan guru karena anak
akan meniru siapapun yang dekat dengan mereka, oleh karena itu orang tua dan guru
harus memberikan contoh yang baik untuk anak-anak.
Contoh dari penguatan karakter di SD Muhammadiyah Kutoarjo yaitu melakukan
sholat secara berjamaah, hal ini dapat melatih anak untuk lebih dekat dengan Sang
Pencipta Allah SWT. Selain itu SD Muhammadiyah Kutoarjo juga menggalang infak
untuk pengenalan Qurban kepada siswanya sejak dini, sehingga mampu melatih mereka
untuk infak dan shodaqoh. Di SD ini juga diadakan arisan atau yang disebut ngunduh
arisan ala SD Muhammadiyah Kutoarjo. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin
silaturahmi dengan keluarga masing-masing guru dan karyawan, sehingga mampu
menciptakan kekeluargaan. Hal tersebut merupakan contoh yang baik dari
pengimplementasian pendidikan karakter, karena mampu menciptakan lingkungan yang
baik untuk penanaman karakter anak.
Di SD Muhammadiya Kutoarjo untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk
siswanya yaitu dengan cara menghias kelas, kegiatan tersebut merupakan salah satu
kegiatan gotong royong karena siswa akan bekerja sama untuk menghias kelas mereka
agar terlihat cantik dan indah. Pemuatan hiasan tersebut memiliki tujuannya yaitu untuk
pohon cita-cita mempunyai tujuan agar siswa selalu ingat akan cita-cita yang mereka
ingin capai, zona kehadiran tujuannya agar anak lebih bersemangat untuk berangkat
sekolah dan berusaha untuk tidak terlamat datang ke sekolah, hal tersebut melatih anak
untuk lebih mandiri. Gelembung kebaikan tujuannya agar siswa dapat mengungkapkan
rasa terimakasihnya kepada teman yang telah memberi kebaikan setiap hari, sehingga
mampu menciptakan rasa saling menghargai dan menyanyangi. Sekolah selalu
memberikan hal-hal baru yang sangat positif bagi siswa dengan mengedepankan
keberanian, kedisiplinan, kebersamaan, saling tolong menolong dan tanggung jawab.
Terbukti dengan adanya kegiatan menghias kelas, memasak dan makan bersama.
SD Muhammadiyah Kutoarjo dalam mengatasi siswanya yang kurang disiplin yaitu
dengan cara mengajak mereka berdiskusi untuk mengetaui kemungkinan yang
menyeakan mereka tidak disiplin, untuk kemudian memantu mereka memecahkan
masalahnya. Pemberian saksi juga diterapkan agar siswa lebih disiplin dan menjaga sikap
mereka. Pendidikan karakter berbasis Islam dengan mencontohkan kisah-kisah Nabi
dalam pembiasaan kegiatan di sekolah dapat menciptakan anak-anak yang Islami, sopan
dalam bertutur kata, rajin beribadah, berjiwa sosial yang tinggi dan berakhlakul karimah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pengimplementasian pendidikan karakter berbasis Islami di SD Muhammadiyah
Kutoarjo sudah dilaksanakan dengan baik. Terbukti dengan pemberian contoh dari
kisah-kisah para Nabi dalam pembiasaan kegiatan di sekolah mampu menciptakan
siswa yang Islami, sopan dalam bertutur kata, rajin beribadah, berjiwa sosial yang
tinggi dan berakhlakul karimah. Selain itu mampu meningkatkan prestasi belajar
siswa baik secara kognitif maupun afektif, berupa pengembangan karakter
kemandirian, integraitas, dan saling menghargai satu sama lain.
Kendala dari pelaksanaan tersebut yaitu adanya perbedaan pendapat dan
situasi kelas. Selanjutnya solusi yang diberikan yaitu dengan mengadakan
musyawarah, mengingatkan kembali pada peserta didik, dan meminimalisir sarana
prasarana yang diletakkan di dalam kelas dengan catatan tidak mengurangi makna
dan fungsi sarana dan prasara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Miftah Nurul. 2020. Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di
Zaman Digital (Jurnal Pendidikan dan Sains; Vol. 2, No. 1 April 2020)
Khotimah, Desy Nurlaida. 2019. Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) Melalui Kegiatan 5S di Sekolah Dasar (Jurnal Ilmiah Pendidikan; Vol. 2, No. 1
Februari 2019)
Yuliana, Dalia Rosita Ria. 2019. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan karakter
(PPK) Berasis Kelas Melalui Manajemen Kelas di Sekolah Dasar (Jurnal Tematik;
Vol. 9, No. 2 Agustus 2019)
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA

Mifta : “Assalamualaikum bu, maaf mengganggu waktunya. Sebelumnya perkenalkan


nama saya Miftahul Fitri Azizah, mahasiswa PGSD UAD.”
Bu Kanti : “Waalaikumsalam mbak. Ada yang bisa ibu bantu?”
Mifta : “Saya disini bermaksud untuk mewawancarai ibu mengenai PPK di SD
Muhammadiyah Kutoarjo. Apakah ibu bersedia saya wawancarai?”
Bu Kanti : “Iya mbak silahkan, saya akan menjawab semampu saya.”
Mifta : “Baik bu untuk pertanyaan pertama, menurut pendapat ibu mengapa perlu
adanya pendidikan karakter di sekolah?”
Bu Kanti : “Menurut pendapat ibu, pendidikan karakter penting ditanamkan di sekolah
untuk menciptakan anak didik yang berakhlakul Karimah dan bermoral Pancasila.
Selain itu karakter harus dibangun dalam diri anak sebagai pondasi untuk masa
depan.”
Mifta : “Lalu untuk menanamkan karakter tersebut menjadi tugas siapa saja ya bu?”
Bu Kanti : “Pendidikan karakter paling utama ditanamkan ole orang tua di rumah dan
didukung oleh guru di sekolah.”
Mifta : “Kemudian bagaimana metode atau model pengajaran pendidikan karakter di
sekolah agar siswa memiliki karakter yang baik tidak hanya di sekolah tetapi juga
di lingkungan masyarakat?”
Bu Kanti : “Model yang paling ideal ditanamkan di sekolah adalah dengan model
kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah dipadukan dengan
penguatan budaya lokal yang kental dengan Akhlakul Karimah. Selain itu juga
dengan keteladanan orang tua dan guru karena anak akan meniru siapapun yang
ada di dekatnya.”
Mifta : “Kemudian bagaimana cara ibu mengatasi siswa yang bandel, tidak disiplin dan
kurang sopan teradap gurunya?”
Bu Kanti : “Mengatasi siswa yang tidak disiplin dengan mengajak mereka berdiskusi untuk
mendeteksi kemungkinan ada masalah yang menyebabkan dia tidak disiplin dan
sebagainya untuk kemudian membantu memecahkan masalahnya. Memberikan
contoh perilaku positif dan menasehati jika ada yang kurang sopan,
mengkomunikasikan kepada pihak keluarga dan bekerja sama dengan pihak
keluarga untuk mengatasi hal tersebut, dan memberikan sanksi jika memang
harus dilakukan agar siswa jera dan tidak mengulanginya lagi.”
Mifta : “Oh begitu ya bu. Lalu bagaimana cara menanamkan nilai agama terhadap siswa
agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas?”
Bu Kanti : “Menanamkan agama kepada siswa agar tidak terjerumus dalam pergaulan
bebas dapat dilakukan dengan membekali ilmu-ilmu agama dan menekankan
untuk selalu bergaul dengan anak-anak yang baik, menjauh dari teman-teman
yang mengajak untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.”
Mifta : “Selanjutnya bagaimana cara ibu menanamkan pendidikan karakter kepada
siswa, seingga karakter tersebut bisa terus menerus melekat pada diri siswa?”
Bu Kanti : “Sebagai umat Islam, pendidikan karakter yang dilakukan adalah dengan
mencontohkan perilaku Nabi dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
Sebagai guru harus bisa mencontohkan hal-hal baik, berperilaku sesuai dengan
budaya kita dan selaras dengan nilai-nilai Pancasila.”
Mifta : “Kemudian apa saja penguatan karakter yang sudah sekolah atau ibu berikan
kepada siswa maupun warga sekolah?”
Bu Kanti : “Pendidikan Karakter yang diberikan di sekolah meliputi aspek moral-spiritual
dengan penanaman nilai-nilai agama yang baik, pembentukan individu yang
berjiwa sosial, berpikir kritis, mengembangkan cita-cita luhur, adil dan mampu
menghormati satu sama lainnya.”
Mifta : “Menurut pendapat ibu hal apa saja yang harus dihindari oleh guru dan orang
tua dalam mengembangkan karakter anak?”
Bu Kanti : “Yang perlu dihindari adala menyalahkan anak. Tidak sepenuhnya kesalahan
terletak pada anak, karena yang perlu kita lakukan adalah mengarahkan ke jalan
yang lurus jika ada yang menyimpang.”
Mifta : “Pertanyaan terakhir bu. Menurut pendapat ibu dimanakah letak keberhasilan
pendidikan karakter di sekolah ini, sesuai dengan yang sudah dilakukan?”
Bu Kanti : “Meski masih banyak kekurangan, tetapi pendidikan karakter berbasis Islam
dengan mencontohkan perilaku Nabi dalam pembiasaan kegiatan di sekolah dapat
menciptakan anak-anak yang Islami (dapat diliat dari pembiasaan mengaji, sholat
wajib dan sunah, berpakaian Islami, dll), sopan dalam bertutur kata, rajin
beribadah, berjiwa sosial yang tinggi dan berakhlakul Karimah.”
Mifta : “Mungkin itu saja pertanyaan dari saya. Terima kasih ibu sudah berkenan
menjawab pertanyaan dari saya. Saya juga meminta maaf mungkin selama
wawanacara ada tutur kata yang kurang tepat atau menyinggung perasaan ibu.
Wasalamualaikum bu.”
Bu Kanti : “Iya mbak sama-sama, ibu juga meminta maaf kalau jawabannya kurang
memuaskan. Semoga sukses ya menjalani kuliahnya. Waalaikumsalam mbak.”

Anda mungkin juga menyukai