KEBIJAKAN PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER)
Dosen Pengampu
Dr. Rosalina Ginting, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 5
Hadi Widyawan NPM: 21510065
Jalaludin NPM : 21510068
Dian Mariyan NPM: 21510081
Kelas : 3C
A. Latar Belakang
Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Salah
satu tujuan Nasional Pendidikan Indonesia adalah membentuk manusia yang
berakhlak mulia: Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia, termasuk nilai-nilai moral,
etika, dan integritas yang tinggi. Tujuan Nasional tersebut adalah satu poin
tujuan nasional pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta
didik.
Pendidikan karakter memiliki peran penting dalam pembentukan individu
yang berkualitas dan masyarakat yang lebih baik. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa pendidikan karakter sangat penting:pembentukan nilai dan
etika, pembangunan kepribadian yang seimbang, membentuk individu yang
beretika, membentuk sikap positif dan keterampilan sosial, persiapan untuk
kehidupan di masyarakat. Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab
sekolah, tetapi juga melibatkan peran orang tua, masyarakat, dan seluruh
komunitas. Dengan pendidikan karakter yang kuat, kita dapat menciptakan
masyarakat yang lebih baik, berdaya saing, dan bermoral tinggi.
Sejalan perubahan zaman, utamanya setelah zaman memasuki zaman
glibalisasi karakter generasi bangsa sudah mengalami perubahan dan
pergeseran ke arah negatif. Beberapa faktor latar belakang yang menjadi dasar
munculnya kebijakan ini antara lain:
1. Perubahan Nilai dan Etika dalam Masyarakat: Dalam era globalisasi dan
modernisasi, terjadi pergeseran nilai-nilai dan etika dalam masyarakat.
Beberapa nilai tradisional yang dianggap penting dalam pembentukan
karakter individu dan masyarakat mengalami penurunan. Hal ini
memunculkan kekhawatiran akan hilangnya moralitas, integritas, dan sikap
positif dalam masyarakat.
2. Krisis Moral dan Etika: Masyarakat menghadapi berbagai tantangan moral
dan etika, seperti peningkatan kekerasan, korupsi, individualisme yang
berlebihan, kurangnya rasa empati, dan rendahnya kesadaran akan tanggung
jawab sosial. Krisis ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk
memperkuat pendidikan karakter guna mengatasi masalah tersebut.
3. Meningkatnya Kecenderungan Materialistik: Perubahan arus budaya dan
gaya hidup yang semakin materialistik berdampak pada pandangan hidup
yang lebih individualistik dan konsumeristik. Kebijakan penguatan
pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai non-
materialistik, seperti kejujuran, ketulusan, rasa peduli, dan rasa saling
menghargai.
4. Perkembangan Teknologi dan Media Sosial: Kemajuan teknologi dan
popularitas media sosial telah memberikan pengaruh yang besar pada
perilaku dan pola pikir anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya dalam pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai karakter yang positif
dalam penggunaan teknologi dan media sosial.
5. Tuntutan Pendidikan Holistik: Pendidikan tidak hanya berkutat pada aspek
intelektual, tetapi juga mengakui pentingnya pengembangan karakter dan
moral. Pendidikan karakter dianggap sebagai bagian integral dari
pendidikan holistik yang melibatkan pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik siswa.
Latar belakang ini mendorong pemerintah dan institusi pendidikan untuk
mengambil langkah konkret dalam penguatan pendidikan karakter melalui
kebijakan dan program-program yang melibatkan seluruh stakeholder
pendidikan, termasuk guru, orang tua, dan komunitas.
Seperti pada studi kasus pada SDN Sawojajar 03, kecenderungan muri-
murid banyak yang mengikuti gaya-gaya dan sikap dari tontonan baik melalui
medsos, aplikasi hiburan seperti tiktok, short video, youtube, dsb. Ironisnya
anak-anak cenderung mengikuti gaya-gaya negatif seperti omongan yang
kasar, bullying bahkan sampai tindakan kriminal seperti tawuran, pelecehan
seksual. Hal tersebut adalah dampak perubahan karakter negatif pada anak
yang ternyata bukan hanya terjadi di SDN Sawojajar 03 tetapi juga
kemungkinan terjadi diseluruh Indonesia terutamanya yang telah mengenal
dunia internet. Hal ini haruslah menjadi perhatian serius bagi semua pemangku
kepentingan pendidikan dalam pembenahan karakter peserta didik melalui
Penguatan Pendidikan Karakter.
B. Rumusan Makalah
Rumusan makalah yang membatasi pembahasan pada makalah ini adalah
1. Apa pengertian Penguatan Pendidikan Karakker?
2. Apa landasan hukum Penguatan Pendidikan Karakter?
3. Apa saja metode dan pendekatan Penguatan Pendidikan karekater?
4. Bagaimana Implementasi PPK dalam pendidikan?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Sebagai tugas Mata Kuliah Pengambilan Keputusan dan Analisis
Kebijakan Pendidikan (Pk dan AKP)
2. Sebagai bahan referensi kajian akademik pendidikan
3. Sebagai referensi pemangku kebijakan pendidikan Pendidikan dalam
Penguatan Pendidikan arakter
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Penguatan Pendidikan Karakter mengacu pada upaya yang dilakukan
dalam menguatkan dan meningkatkan pendidikan karakter di dalam sistem
pendidikan. Ini melibatkan pengembangan strategi, program, dan kegiatan
yang bertujuan untuk membentuk karakter positif, moral, etika, dan sikap
baik pada peserta didik.
B. Saran
Saran penulis yang dapat sampaikan mengenai Implemntasi Penguatan
Pendidikan Karakter adalah :
1. Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum: Pastikan bahwa
pendidikan karakter menjadi bagian integral dari kurikulum di semua
jenjang pendidikan. Sertakan tujuan, pembelajaran, dan penilaian yang
berkaitan dengan pengembangan karakter pada setiap mata pelajaran.
2. Pelatihan guru: Sediakan pelatihan yang memadai bagi guru untuk
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Guru
harus memahami nilai-nilai karakter yang diinginkan dan memiliki
strategi pengajaran yang efektif untuk mengembangkan karakter siswa.
3. Pembentukan tim pendidikan karakter: Bentuk tim khusus yang terdiri
dari guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah untuk mengembangkan dan
melaksanakan program pendidikan karakter. Tim ini dapat merumuskan
rencana kegiatan, mengoordinasikan upaya, dan melakukan evaluasi
berkala.
4. Lingkungan sekolah yang mendukung: Ciptakan lingkungan sekolah
yang mendukung pengembangan karakter, termasuk aturan sekolah yang
jelas dan konsisten, penghargaan untuk perilaku yang positif, dan
pengawasan yang tepat. Libatkan juga siswa dalam merancang dan
menjalankan program-program yang mendorong budaya sekolah yang
positif.
5. Kolaborasi dengan komunitas: Bekerjasama dengan komunitas setempat
untuk melibatkan siswa dalam kegiatan yang mengembangkan karakter,
seperti kerja sosial, kunjungan ke panti asuhan, atau partisipasi dalam
kegiatan lingkungan. Melibatkan siswa dalam kegiatan di luar sekolah
dapat membantu mereka memahami nilai-nilai sosial dan etika.
6. Model peran yang positif: Guru dan staf sekolah harus menjadi contoh
teladan dalam perilaku dan nilai-nilai yang diinginkan. Mereka harus
mempraktikkan karakter yang diinginkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti integritas, kerja keras, empati, dan kerjasama.
7. Komunikasi yang efektif dengan orang tua: Libatkan orang tua secara
aktif dalam upaya penguatan pendidikan karakter. Berikan informasi
tentang program pendidikan karakter, berbagi perkembangan siswa
dalam hal karakter, dan ajak orang tua untuk mendukung pengembangan
karakter di rumah.
8. Evaluasi dan umpan balik: Lakukan evaluasi berkala terhadap program
pendidikan karakter yang telah dilaksanakan. Kumpulkan umpan balik
dari siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah untuk mengetahui
keberhasilan program dan membuat perbaikan jika diperlukan.
9. Penggunaan teknologi yang bijaksana: Manfaatkan teknologi dalam
mendukung pendidikan karakter, seperti dengan menyediakan platform
online atau aplikasi yang mempromosikan nilai-nilai karakter dan
memberikan tantangan atau kegiatan yang berkaitan.
10. Kontinuitas dan konsistensi: Penguatan pendidikan karakter harus
menjadi upaya berkelanjutan dan konsisten. Penting untuk menjaga
komitmen jangka panjang terhadap pengembangan karakter siswa dan
memastikan bahwa program-program ini terintegrasi dengan baik dalam
kehidupan sekolah sehari-hari.
Daftar Pustaka