Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN ANALISIS

KEBIJAKAN PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER)
Dosen Pengampu
Dr. Rosalina Ginting, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 5
Hadi Widyawan NPM: 21510065
Jalaludin NPM : 21510068
Dian Mariyan NPM: 21510081
Kelas : 3C

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG


SEMESTER GASAL
TAHUN AJARAN 2023/ 2024
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Salah
satu tujuan Nasional Pendidikan Indonesia adalah membentuk manusia yang
berakhlak mulia: Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia, termasuk nilai-nilai moral,
etika, dan integritas yang tinggi. Tujuan Nasional tersebut adalah satu poin
tujuan nasional pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta
didik.
Pendidikan karakter memiliki peran penting dalam pembentukan individu
yang berkualitas dan masyarakat yang lebih baik. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa pendidikan karakter sangat penting:pembentukan nilai dan
etika, pembangunan kepribadian yang seimbang, membentuk individu yang
beretika, membentuk sikap positif dan keterampilan sosial, persiapan untuk
kehidupan di masyarakat. Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab
sekolah, tetapi juga melibatkan peran orang tua, masyarakat, dan seluruh
komunitas. Dengan pendidikan karakter yang kuat, kita dapat menciptakan
masyarakat yang lebih baik, berdaya saing, dan bermoral tinggi.
Sejalan perubahan zaman, utamanya setelah zaman memasuki zaman
glibalisasi karakter generasi bangsa sudah mengalami perubahan dan
pergeseran ke arah negatif. Beberapa faktor latar belakang yang menjadi dasar
munculnya kebijakan ini antara lain:
1. Perubahan Nilai dan Etika dalam Masyarakat: Dalam era globalisasi dan
modernisasi, terjadi pergeseran nilai-nilai dan etika dalam masyarakat.
Beberapa nilai tradisional yang dianggap penting dalam pembentukan
karakter individu dan masyarakat mengalami penurunan. Hal ini
memunculkan kekhawatiran akan hilangnya moralitas, integritas, dan sikap
positif dalam masyarakat.
2. Krisis Moral dan Etika: Masyarakat menghadapi berbagai tantangan moral
dan etika, seperti peningkatan kekerasan, korupsi, individualisme yang
berlebihan, kurangnya rasa empati, dan rendahnya kesadaran akan tanggung
jawab sosial. Krisis ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk
memperkuat pendidikan karakter guna mengatasi masalah tersebut.
3. Meningkatnya Kecenderungan Materialistik: Perubahan arus budaya dan
gaya hidup yang semakin materialistik berdampak pada pandangan hidup
yang lebih individualistik dan konsumeristik. Kebijakan penguatan
pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai non-
materialistik, seperti kejujuran, ketulusan, rasa peduli, dan rasa saling
menghargai.
4. Perkembangan Teknologi dan Media Sosial: Kemajuan teknologi dan
popularitas media sosial telah memberikan pengaruh yang besar pada
perilaku dan pola pikir anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya dalam pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai karakter yang positif
dalam penggunaan teknologi dan media sosial.
5. Tuntutan Pendidikan Holistik: Pendidikan tidak hanya berkutat pada aspek
intelektual, tetapi juga mengakui pentingnya pengembangan karakter dan
moral. Pendidikan karakter dianggap sebagai bagian integral dari
pendidikan holistik yang melibatkan pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik siswa.
Latar belakang ini mendorong pemerintah dan institusi pendidikan untuk
mengambil langkah konkret dalam penguatan pendidikan karakter melalui
kebijakan dan program-program yang melibatkan seluruh stakeholder
pendidikan, termasuk guru, orang tua, dan komunitas.
Seperti pada studi kasus pada SDN Sawojajar 03, kecenderungan muri-
murid banyak yang mengikuti gaya-gaya dan sikap dari tontonan baik melalui
medsos, aplikasi hiburan seperti tiktok, short video, youtube, dsb. Ironisnya
anak-anak cenderung mengikuti gaya-gaya negatif seperti omongan yang
kasar, bullying bahkan sampai tindakan kriminal seperti tawuran, pelecehan
seksual. Hal tersebut adalah dampak perubahan karakter negatif pada anak
yang ternyata bukan hanya terjadi di SDN Sawojajar 03 tetapi juga
kemungkinan terjadi diseluruh Indonesia terutamanya yang telah mengenal
dunia internet. Hal ini haruslah menjadi perhatian serius bagi semua pemangku
kepentingan pendidikan dalam pembenahan karakter peserta didik melalui
Penguatan Pendidikan Karakter.

B. Rumusan Makalah
Rumusan makalah yang membatasi pembahasan pada makalah ini adalah
1. Apa pengertian Penguatan Pendidikan Karakker?
2. Apa landasan hukum Penguatan Pendidikan Karakter?
3. Apa saja metode dan pendekatan Penguatan Pendidikan karekater?
4. Bagaimana Implementasi PPK dalam pendidikan?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Sebagai tugas Mata Kuliah Pengambilan Keputusan dan Analisis
Kebijakan Pendidikan (Pk dan AKP)
2. Sebagai bahan referensi kajian akademik pendidikan
3. Sebagai referensi pemangku kebijakan pendidikan Pendidikan dalam
Penguatan Pendidikan arakter
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter


Pendidikan merupakan proses formal atau informal yang melibatkan
transfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dari generasi yang lebih
tua ke generasi yang lebih muda. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
potensi individu, meningkatkan kualitas kehidupan, dan mempersiapkan
peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.
Pendidikan Karakter adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk dan mengembangkan karakter positif, nilai-nilai moral, etika, dan
sikap baik pada peserta didik. Pendidikan Karakter mengajarkan dan
membimbing peserta didik untuk menjadi individu yang berintegritas,
bertanggung jawab, peduli, jujur, disiplin, dan memiliki sikap sosial yang baik.
Berikut adalah pengertian Penguatan Pendidikan Karakter dari beberapa
sumber:
1. Penguatan Pendidikan Karakter adalah upaya sistematis yang dilakukan
untuk memperkuat pembentukan karakter peserta didik melalui
pengembangan nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif dalam lingkungan
pendidikan. (Suyanto & Shobri, 2017)
2. Penguatan Pendidikan Karakter merupakan proses yang bertujuan untuk
memperkuat nilai-nilai karakter yang baik pada peserta didik melalui
pembiasaan, pemahaman, dan penghayatan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. (Baharudin & Ahmadi, 2015)
3. Penguatan Pendidikan Karakter adalah usaha yang dilakukan untuk
memperkuat dan meningkatkan pendidikan karakter dengan
mengintegrasikan nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif dalam
kurikulum dan kegiatan pendidikan. (Hidayat, 2016)
4. Penguatan Pendidikan Karakter adalah rangkaian kegiatan dan program
yang bertujuan untuk memperkuat dan membangun karakter peserta didik
melalui pengembangan nilai-nilai moral, sikap positif, keterampilan sosial,
dan kepemimpinan. (Lickona, Schaps, & Lewis, 2010)
5. Penguatan Pendidikan Karakter adalah pendekatan dalam pendidikan yang
mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan sikap, nilai-nilai moral,
etika, dan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. (Lickona, 2012)
Penguatan Pendidikan Karakter mengacu pada upaya yang dilakukan
dalam menguatkan dan meningkatkan pendidikan karakter di dalam sistem
pendidikan. Ini melibatkan pengembangan strategi, program, dan kegiatan
yang bertujuan untuk membentuk karakter positif, moral, etika, dan sikap baik
pada peserta didik.

B. Landasan Hukum Penguatan Pendidikan Karakter


Landasan hukum Penguatan Pendidikan Karakter di Indonesia dapat
ditemukan dalam beberapa peraturan dan kebijakan berikut:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
Merupakan landasan konstitusional yang mendasari semua aspek pendidikan
di Indonesia, termasuk Penguatan Pendidikan Karakter.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional: Menekankan pentingnya pendidikan karakter
sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan dan Pembinaan Kepribadian serta
Karakter Mulia pada Peserta Didik dalam Pendidikan Dasar dan
Menengah: Menetapkan pedoman dan prosedur untuk penguatan
pendidikan karakter di tingkat pendidikan dasar dan menengah.
3. Permendikbud No. 12 Tahun 2019 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter: Mengatur tentang penguatan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran di sekolah.
4. Kurikulum 2013: Merupakan kurikulum nasional yang menekankan
penguatan pendidikan karakter melalui integrasi nilai-nilai karakter dalam
setiap mata pelajaran dan kegiatan di sekolah.
5. Gerakan Nasional Literasi Sekolah: Melibatkan penguatan pendidikan
karakter dengan fokus pada pengembangan minat baca, etika literasi, dan
karakter literasi.
6. Kebijakan Sekolah Ramah Anak: Menyediakan lingkungan belajar yang
mendukung pengembangan karakter anak, termasuk penghargaan terhadap
hak-hak anak, perlindungan dari kekerasan, dan partisipasi anak dalam
pengambilan keputusan.

C. Metode dan pendekatan Penguatan Pendidikan karakter


Dalam Penguatan Pendidikan Karakter, terdapat berbagai metode dan
pendekatan yang dapat digunakan. Berikut beberapa contoh metode dan
pendekatan yang sering digunakan dalam penguatan Pendidikan Karakter:
1. Pembiasaan Nilai (Value Inculcation): Metode ini melibatkan
pembiasaan dan penginternalisasian nilai-nilai karakter melalui latihan,
pengulangan, dan penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif: Pendekatan ini mendorong peserta
didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, melalui diskusi,
kerja kelompok, proyek kolaboratif, dan pemecahan masalah bersama.
Pendekatan ini membantu peserta didik mengembangkan karakter seperti
kerjasama, komunikasi, dan kepemimpinan.
3. Simulasi dan Permainan Peran: Metode ini menggunakan simulasi atau
permainan peran untuk memperkuat pemahaman dan pengalaman peserta
didik terkait nilai-nilai karakter. Peserta didik berperan sebagai karakter
tertentu dan menghadapi situasi yang membutuhkan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan moral.
4. Cerita dan Dongeng (Storytelling): Pendekatan ini menggunakan cerita
atau dongeng sebagai sarana untuk menggambarkan nilai-nilai karakter
dan mengajarkan pesan moral kepada peserta didik. Cerita dan dongeng
memiliki daya tarik emosional yang kuat dan dapat membantu peserta
didik memahami dan menginternalisasi nilai-nilai karakter.
5. Pembelajaran Berbasis Proyek: Pendekatan ini melibatkan peserta didik
dalam proyek atau tugas yang melibatkan pemecahan masalah nyata,
kolaborasi, dan penerapan nilai-nilai karakter dalam konteks kehidupan
nyata. Peserta didik belajar secara aktif dan terlibat dalam pengembangan
karakter melalui proyek-proyek yang relevan.
6. Pendekatan Refleksi dan Diskusi Etis: Metode ini melibatkan refleksi dan
diskusi mendalam tentang dilema moral, konflik nilai, dan pertimbangan
etis. Peserta didik diajak untuk mempertimbangkan sudut pandang
berbagai pihak, menganalisis konsekuensi tindakan, dan merenungkan
nilai-nilai karakter yang terlibat dalam situasi tersebut.

D. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam pendidikan
melibatkan berbagai langkah dan strategi untuk memperkuat pembentukan
karakter peserta didik. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
implementasi PPK dalam konteks pendidikan:
1. Penyusunan Kurikulum: Memasukkan dimensi karakter dalam kurikulum
sekolah, baik dalam bentuk mata pelajaran khusus karakter maupun
integrasi nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran.
2. Pelatihan dan Pengembangan Guru: Memberikan pelatihan kepada guru
untuk memahami konsep PPK, memperoleh keterampilan pendidikan
karakter, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang mendukung
penguatan karakter peserta didik.
3. Pemilihan Bahan Ajar dan Sumber Belajar: Memilih atau mengembangkan
bahan ajar yang mendukung penguatan karakter, seperti cerita, dongeng,
atau kasus-kasus yang menggambarkan nilai-nilai karakter.
4. Pengorganisasian Kegiatan Ekstrakurikuler: Menyediakan kegiatan
ekstrakurikuler yang berorientasi pada pengembangan karakter, seperti
kegiatan sosial, kegiatan olahraga, atau kegiatan seni.
5. Pemberdayaan Lingkungan Sekolah: Membangun lingkungan sekolah
yang mendukung penguatan karakter, termasuk nilai-nilai yang dijunjung
tinggi, tata tertib yang jelas, dan adanya kegiatan pembinaan karakter
secara terprogram.
6. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Masyarakat: Melibatkan orang tua dan
masyarakat dalam penguatan karakter, seperti melalui kegiatan pengabdian
masyarakat, kerja sama dengan keluarga, atau mengundang narasumber
dari luar sekolah yang berkompeten di bidang karakter.
7. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi dan monitoring terhadap
implementasi PPK, baik melalui penilaian karakter peserta didik,
pengamatan dalam kelas, atau melalui umpan balik dari stakeholder
terkait.
8. Implementasi PPK dalam pendidikan membutuhkan komitmen dan
kolaborasi semua pihak terkait, baik guru, kepala sekolah, orang tua, dan
masyarakat. Dengan upaya yang terintegrasi, PPK dapat menjadi bagian
integral dalam pendidikan untuk membentuk karakter yang kuat pada
peserta didik.

E. Instrumen pengukuran Keberhasilan Penguatan Pendidikan Karakter


Pengukuran keberhasilan penguatan Pendidikan Karakter melibatkan
penggunaan instrumen yang dapat mengukur perkembangan dan efektivitas
dalam pembentukan karakter peserta didik. Berikut adalah beberapa contoh
instrumen pengukuran yang dapat digunakan:
1. Angket atau Kuesioner: Merupakan instrumen yang berisi pertanyaan-
pertanyaan terkait karakter yang ingin diukur. Peserta didik dan
stakeholder terkait seperti guru, orang tua, atau anggota masyarakat dapat
diminta untuk mengisi angket tersebut. Contoh pertanyaan dapat
mencakup sikap, nilai-nilai, perilaku, dan kemampuan yang terkait dengan
karakter.
2. Observasi dan Catatan Lapangan: Melibatkan pengamatan langsung
terhadap peserta didik dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Observasi dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau
peneliti yang terlatih untuk mengamati perilaku, interaksi sosial, atau
penampilan karakter peserta didik.
3. Portofolio Karakter: Peserta didik dapat diminta untuk menyusun
portofolio yang berisi bukti-bukti konkrit dari perkembangan karakter
mereka. Ini bisa berupa karya tulis, proyek, presentasi, atau bukti lainnya
yang menunjukkan penerapan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Skala Penilaian: Menggunakan skala penilaian berdasarkan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan untuk mengukur perkembangan karakter peserta
didik. Skala penilaian ini dapat berbentuk rubrik atau matriks penilaian
yang menggambarkan tingkat pencapaian peserta didik dalam aspek-aspek
karakter yang diukur.
5. Wawancara: Melakukan wawancara secara langsung dengan peserta didik,
guru, orang tua, atau anggota masyarakat untuk mendapatkan informasi
lebih mendalam tentang perkembangan karakter peserta didik. Wawancara
dapat berfokus pada nilai-nilai yang ingin diukur, perubahan perilaku, atau
tanggapan terhadap situasi tertentu.
6. Ujian atau Tes Kognitif: Selain aspek karakter, penguatan Pendidikan
Karakter juga dapat diukur melalui tes atau ujian kognitif yang menguji
pemahaman dan pengetahuan peserta didik terkait dengan nilai-nilai
karakter yang diajarkan.
Instrumen pengukuran tersebut dapat digunakan secara kombinasi sesuai
dengan kebutuhan dan konteks sekolah. Penting untuk memastikan bahwa
instrumen yang digunakan valid, reliabel, dan sesuai dengan tujuan pengukuran
karakter yang diinginkan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Penguatan Pendidikan Karakter mengacu pada upaya yang dilakukan
dalam menguatkan dan meningkatkan pendidikan karakter di dalam sistem
pendidikan. Ini melibatkan pengembangan strategi, program, dan kegiatan
yang bertujuan untuk membentuk karakter positif, moral, etika, dan sikap
baik pada peserta didik.

Contoh metode dan pendekatan yang sering digunakan dalam penguatan


Pendidikan Karakter yaitu pembiasaan nilai (value inculcation), pembelajaran
aktif dan kolaboratif, simulasi dan permainan peran, cerita dan dongeng
(storytelling), pembelajaran berbasis proyek dan pendekatan refleksi dan
Diskusi Etis.
Dalam Penguatan Pendidikan Karakter, terdapat berbagai metode dan
pendekatan yang dapat digunakan. Berikut beberapa contoh metode dan
pendekatan yang sering digunakan dalam penguatan Pendidikan Karakter
yautu : pembiasaan nilai (value inculcation), pembelajaran aktif dan
kolaboratif, simulasi dan permainan peran, cerita dan dongeng (storytelling),
pembelajaran berbasis proyek, pendekatan refleksi dan diskusi etis:
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam pendidikan
melibatkan berbagai langkah dan strategi untuk memperkuat pembentukan
karakter peserta didik. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
implementasi PPK dalam konteks pendidikan penyusunan kurikulum, pelatihan
dan pengembangan guru, pemilihan bahan ajar dan sumber belajar,
pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan lingkungan
sekolah,kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat sera evaluasi dan
monitoring:

B. Saran
Saran penulis yang dapat sampaikan mengenai Implemntasi Penguatan
Pendidikan Karakter adalah :
1. Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum: Pastikan bahwa
pendidikan karakter menjadi bagian integral dari kurikulum di semua
jenjang pendidikan. Sertakan tujuan, pembelajaran, dan penilaian yang
berkaitan dengan pengembangan karakter pada setiap mata pelajaran.
2. Pelatihan guru: Sediakan pelatihan yang memadai bagi guru untuk
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Guru
harus memahami nilai-nilai karakter yang diinginkan dan memiliki
strategi pengajaran yang efektif untuk mengembangkan karakter siswa.
3. Pembentukan tim pendidikan karakter: Bentuk tim khusus yang terdiri
dari guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah untuk mengembangkan dan
melaksanakan program pendidikan karakter. Tim ini dapat merumuskan
rencana kegiatan, mengoordinasikan upaya, dan melakukan evaluasi
berkala.
4. Lingkungan sekolah yang mendukung: Ciptakan lingkungan sekolah
yang mendukung pengembangan karakter, termasuk aturan sekolah yang
jelas dan konsisten, penghargaan untuk perilaku yang positif, dan
pengawasan yang tepat. Libatkan juga siswa dalam merancang dan
menjalankan program-program yang mendorong budaya sekolah yang
positif.
5. Kolaborasi dengan komunitas: Bekerjasama dengan komunitas setempat
untuk melibatkan siswa dalam kegiatan yang mengembangkan karakter,
seperti kerja sosial, kunjungan ke panti asuhan, atau partisipasi dalam
kegiatan lingkungan. Melibatkan siswa dalam kegiatan di luar sekolah
dapat membantu mereka memahami nilai-nilai sosial dan etika.
6. Model peran yang positif: Guru dan staf sekolah harus menjadi contoh
teladan dalam perilaku dan nilai-nilai yang diinginkan. Mereka harus
mempraktikkan karakter yang diinginkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti integritas, kerja keras, empati, dan kerjasama.
7. Komunikasi yang efektif dengan orang tua: Libatkan orang tua secara
aktif dalam upaya penguatan pendidikan karakter. Berikan informasi
tentang program pendidikan karakter, berbagi perkembangan siswa
dalam hal karakter, dan ajak orang tua untuk mendukung pengembangan
karakter di rumah.
8. Evaluasi dan umpan balik: Lakukan evaluasi berkala terhadap program
pendidikan karakter yang telah dilaksanakan. Kumpulkan umpan balik
dari siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah untuk mengetahui
keberhasilan program dan membuat perbaikan jika diperlukan.
9. Penggunaan teknologi yang bijaksana: Manfaatkan teknologi dalam
mendukung pendidikan karakter, seperti dengan menyediakan platform
online atau aplikasi yang mempromosikan nilai-nilai karakter dan
memberikan tantangan atau kegiatan yang berkaitan.
10. Kontinuitas dan konsistensi: Penguatan pendidikan karakter harus
menjadi upaya berkelanjutan dan konsisten. Penting untuk menjaga
komitmen jangka panjang terhadap pengembangan karakter siswa dan
memastikan bahwa program-program ini terintegrasi dengan baik dalam
kehidupan sekolah sehari-hari.
Daftar Pustaka

Baharudin, A., & Ahmadi, A. (2015). Implementasi Penguatan Pendidikan


Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Berkowitz, M. W. (2002). The science of character education. In J. A. Palmer
(Ed.), Fifty Modern Thinkers on Education: From Piaget to the Present
(pp. 245-251). Routledge.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2016). Buku Panduan
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Hidayat, D. (2016). Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Kemendikbud. (2017). Gerakan Nasional Literasi Sekolah.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2019). Buku
Panduan Sekolah Ramah Anak.
Lickona, T. (2012). Educating for Character: How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lickona, T., Schaps, E., & Lewis, C. (2010). Eleven Principles of Effective
Character Education. Journal of Character Education, 6(3), 3-11.
Lovat, T., Toomey, R., & Clement, N. (2010). International Research Handbook
on Values Education and Student Wellbeing. Springer.
Nucci, L. P. (2014). Moral Development and Character Education: A Dialogue. In
L. P. Nucci & D. Narvaez (Eds.),
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan dan Pembinaan Kepribadian serta
Karakter Mulia pada Peserta Didik dalam Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendikbud No. 12 Tahun 2019 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Puspitasari, E. (2017). Pembinaan Karakter pada Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya.
Suyanto, M., & Shobri, M. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter. Surabaya:
Media Akademi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wibowo, A. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai