Nama : Reni
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno menegaskan” Bangsa ini harus
dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building). Karena character
building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta
bermartabat. Sistem Pendidikan yang berlaku di Indonesia memilki tujuan yang mulia yakni
tercermin dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3
disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, diharapkan
mampu meningkatkan kualitas moral bangsa Indonesia. Namun pada kenyataannya tujuan yang
diharapkan dan diinginkan oleh Undang-Undang tersebut belum sepenuhnya terwujud. Hal ini
ditandai dengan banyaknya manusia yang cerdas namun tidak disertai dengan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak berakhlak mulia, tidak jujur dan tidak
bertanggungjawab, sehingga dengan kepintarannya tersebut ia gunakan untuk hal-hal yang
kurang bermanfaat. Kondisi bangsa Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, sehingga
membawa bangsa ini semakin terpuruk dalam kemiskinan dan krisis moral yang berkepanjangan.
Berdasarkan fenomena di atas, diperlukan sebuah solusi dalam dunia pendidikan untuk
menerapkan pendidikan karakter guna membentuk karakter positif para pelajar, sehingga
menghasilkan manusia yang cerdas, kreatif, serta bermoral dan bermartabat dalam rangka
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarakter?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan berkarakter di Sekolah?
3. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter di Indonesia?
4. Bagaimana potensi pendidikan karakter diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia?
5. Bagaimana memprogram pengembangan diri pada perserta didik?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan definisi pendidikan karakter.
2. Menjelaskan pelaksanaan pendidikan berkarakter di Sekolah.
3. Mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter di Indonesia?
4. Mendeskripsikan potensi pendidikan karakter diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan
diIndonesia?
5. Mendeskripsikan program pengembangan diri pada perserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan karakter adalah suatu sistim penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos
kerja seluruh warga sekolah/lingkungan (Lubis, 2010).
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tak pernah
ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua hal asumsi yang berbeda mengenai pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertama, bisa dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi secara
tidak disengaja atau berjalan secara alamiah. Pendidikan bukanlah proses yang diorganisasi
secara teratur, terencana, dan mengunakan metode-metode yang dipelajari serta berdasarkan
aturan-aturan yang telah disepakati mekanisme penyelenggaraannya oleh suatu komunitas
masyarakat (Negara), melainkan lebih merupakan bagian dari kehiupan yang memang telah
berjalan sejak manusia itu ada. Pengertian ini menunjuk bahwa pada dasarnya manusia secara
alamiah merupakan mahkluk yang belajar dari peristiwa alam dan gejala-gejala kehidupan yang
ada untuk mengembangkan kehidupannya. Kedua, pendidikan dianggap sebagai proses yang
terjadi secara sengaja, disengaja, dan diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku, terutama
perundang-undangan yang dibuat atas dasar kesepakatan masyarakat. Karakter merupakan
perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan,
tindakan atau perilaku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau
benar atau salah. Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih
menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana ke
duanya (baik dan buruk) itu ada. Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan bai-buruk, memelihara
apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas diperlukan dalam situasi dan kondisi bangsa
yang masih dilanda krisis multidimensi. Sehingga kehadiran pendidik sebagai key actor in the
learning process, yang profesional serta memiliki karakter kuat dan cerdas, karena melalui
pendidik yang memiliki karakter kuat dan cerdas akan tercipta sumber daya manusia yang
merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas, serta bermoral luhur.
Pelaksanaan pendidikan karakter tidak semudah mendesain pendidikan karakter itu sendiri.
Sebagai contoh, pendidikan karakter di sekolah menanamkan nilai-nilai disiplin, jujur, dan
toleran sehingga pendidikan karakter menjadi salah satu solusi kultural untuk mengurangi
korupsi, namun di luar sekolah, stuktur masyarakat menampilkan sosok pemimpin yang korup,
tidak jujur, terjadi ketidakadilan. Di sinilah letak tidak efektifnya pendidikan budaya dan
karakter yang ditanamkan kepada anak.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh
pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat. Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah
satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra
kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta
potensidanprestasipesertadidik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan
sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai.
Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum,
pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya.
Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikankarakterdisekolah.
Pengintegrasian Pendidikan karakter ke dalam kurikulum pendidikan, tidak hanya cukup
dengan diajarkan melalui mata pelajaran di dalam kelas. Lebih dari itu, sekolah dapat menyusun
indikator pencapaian yang akan diwujudkan dengan menerapkan pendidikan karakter melalui
kegiatan-kegiatan pembiasaan.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta
didik. Dalam hal ini, peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang
lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh dan
sebagai pengikut. Oleh karena itu proses pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam
pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik
pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan pada
dasarnya bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatih keterampilan.
Pendidikan berfungsi mengembangkan secara potensial dan aktual apa yang telah dimiliki oleh
peserta didik, sehingga tujuan dari pendidikan itusendiri dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan karakter adalah suatu sistim penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter di sekolah merupakan bagian dari reformasi pendidikan, maka
reformasi pendidikan karakter bisa diibaratkan sebagai pohon yang memiliki empat bagian
penting, yaitu akar, batang, cabang, dan daun. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di
satuan pendidikan/sekolah dapat tercapai dengan keterlibatan semua warga sekolah, keluarga,
dan anggota masyarakat.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pengembangan diri di sekolah merupakan salah satu komponen penting dari struktur
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diarahkan guna terbentuknya keyakinan,
sikap, perasaan, dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga pada gilirannya dapat
mengantarkan peserta didik untuk memiliki kepribadian yang sehat dan utuh. Pelaksanaan
pengembangan diri di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, salah satu kegiatan
yang bisa dilakukan adalah dengan pramuka
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi
Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/10/pengembangan-pendidikan-dan budaya-dan.html
http://hangeo.wordpress.com/2012/03/15/kendala-kendala-implementasi-pendidikan-karakter-di-
sekolah/