PENDAHULUAN
kepribadian anak menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-
Indonesia, bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan
terbelakang, terutama dalam menghadapi era globalisasi seperti saat ini. Perbaikan
sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus
diupayakan melalui proses pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai
berikut.
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
1
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan warga negara yang
anak menjadi lebih baik. Apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan
seperti ini hanya akan seperti robot, berakal tetapi tidak berkarakter.
peserta didik yang unggul. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah
watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
2013: 23) adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada anak yang
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun masyarakat dan bangsa secara
2
Pendidikan karakter bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Bahkan
sejak awal kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan kini orde reformasi
pendidikan nasional yang pertama kali, yaitu UU 1946 yang berlaku tahun 1947
hingga UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pendidikan karakter telah ada, namun
dalam mata pelajaran agama dan diserahkan sepenuhnya pada guru agama.
Pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang optimal hingga saat ini.
Hal ini terbukti dari fenomena-fenomena sosial yang menunjukkan perilaku tidak
dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat, tindakan anarkis, serta
Kurikulum ini merupakan salah satu acuan wajib yang harus dikembangkan oleh
adalah aspek nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional
dan bahasa.
termasuk kurikulum yang menerapkan pendidikan karakter. Hal ini dapat dilihat
dari salah satu aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini, yaitu aspek
nilai-nilai agama dan moral. Aspek nilai-nilai agama dan moral merupakan
pada anak usia dini. Dengan adanya kurikulum ini diharapkan mampu
bangsa yang tidak hanya cerdas intelektualnya saja, tetapi juga cerdas emosi dan
spiritualnya.
Pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak anak usia dini yaitu melalui
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena PAUD memegang peranan yang
karakter pada diri anak. Sehingga pendidikan karakter harus dimulai dari tingkat
satuan pendidikan anak usia dini dengan mengacu pada Permendiknas No. 58
tahun 2009.
adalah membantu anak didik dalam mengembangkan berbagai potensi baik secara
4
psikis maupun fisik yang meliputi pengembangan segala aspek yaitu moral, nilai,
tauhid merupakan dasar dari pendidikan karakter, karena landasan utama dalam
pembentukan karakter adalah agama. Makna dari tauhid adalah mengesakan Allah
SWT atau kuatnya kepercayaan bahwa Allah SWT hanya satu (Muhammad
Dengan mengajarkan anak untuk beragama dengan baik, secara tidak langsung
telah memerintahkan untuk berbuat kebajikan. Hal ini termasuk dari bagian
Indonesia, salah satunya adalah PAUD yang dirintis oleh pakar otak kanan, Ippho
nama-nama dan sifat Allah SWT, program sholat dhuha dan berlatih wudhu setiap
hari, iqro setiap hari, sedekah setiap hari, latihan puasa Senin-Kamis, manasik
haji, pengajian pada hari-hari besar agama islam, dan lain sebagainya. Program-
5
program ini diharapkan mampu memenuhi rasa agama yang ada pada anak,
Wirobrajan”.
B. Identifikasi Masalah
pendidikan.
C. Batasan Masalah
6
pelaksanaan pembelajaran tauhid yang merupakan dasar dari pendidikan karakter
di TK Khalifah Wirobrajan.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan batasan masalah tersebut dapat ditarik sebuah
Khalifah Wirobrajan?”
E. Tujuan Penelitian
ini adalah untuk mengkaji lebih dalam dan mendeskripsikan tentang bagaimana
F. Manfaat Penelitian
1. Segi Teoritis
Wirobrajan.
7
2. Segi Praktis
untuk TK lainnya.
c. Bagi peneliti,
Wirobrajan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
Fadlillah (2012: 102) mengatakan bahwa teori pembelajaran anak usia dini
tidak jauh berbeda dengan teori-teori pendidikan yang telah ada sekarang ini.
(2005: 82) mengungkapkan bahwa teori belajar pada anak usia dini adalah suatu
pemikiran ideal untuk menerangkan apa, bagaimana dan mengapa belajar itu,
memiliki kemampuan dan kemauan untuk belajar yang luar biasa. Manusia telah
proses belajar. Setiap anak memiliki cara dan hasil belajar yang berbeda-beda.
Begitu pula anak dari budaya masyarakat dan negara yang berbeda
mengembangkan kebudayaan yang berbeda pula. Jadi, aspek yang dipelajari anak
meliputi berbagai aspek kehidupan dan hasilnya sangat dipengaruhi oleh bakat,
minat, kecerdasan dan kultur budaya anak. Slamet Suyanto (2005: 82)
menambahkan bahwa teori belajar pada anak usia dini diperlukan untuk berbagai
problem yang muncul di kelas, untuk mengevaluasi hasil belajar dan sebagai
kerangka penelitian”.
9
Proses pembelajaran memiliki banyak teori yang telah diungkapkan oleh
para ahli pendidikan maupun psikolog. Teori-teori ini berkaitan dengan bagaimana
Berikut akan penulis paparkan beberapa teori belajar yang dapat diterapkan di
merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui proses stimulus dan
respon yang bersifat mekanis. Oleh karena itu, lingkungan yang sistematis, teratur
dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia
bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang sesuai (Sofia
merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus dalam hal ini
dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Perubahan tingkah laku tersebut
dapat berwujud sesuatu yang konkret yang dapat diamati atau yang tidak konkret
yang tidak bisa diamati. Namun demikian menurut Watson (Sofia Hartati, 2005:
23), stimulus dan respon tersebut memang harus dapat diamati. Hal ini
disebabkan, meskipun perubahan yang tidak diamati seperti perubahan mental itu
10
sudah terjadi atau belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan
bahwa hampir semua organisme perilakunya terjadi secara refleks dan dibatasi
disimpulkan bahwa stimulus tak bersyarat dan stimulus tambahan yaitu stimulus
terkondisi akan menghasilkan respon baru yaitu respon atau tanggapan terkondisi.
Skinner (Sofia Hartati, 2005: 24) yang terkenal dengan teori operant
11
Implikasi dari teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam
menentukan jenis hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar hobi atau
disukai anak dan sebaliknya, hadiah merupakan hal yang sangat disukai anak.
Jangan sampai anak yang diberi hadiah menganggapnya sebagai hukuman atau
sebaliknya, apa yang menurut guru adalah hukuman bagi anak dianggap sebagai
hadiah.
situasi. Jadi, dalam proses pembelajaran teori kognitif lebih menekankan pada
Teori kognitif memiliki banyak kelompok aliran yang dipelopori oleh para
psikolog. Diantaranya, yaitu teori dari Jean Piaget, Jerome Brunner dan David
Ausubel.
a. Jean Piaget
12
menyatukan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan usianya. Pola dan tahap-tahap ini
bersifat hierarkis, artinya harys dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget
empat, yaitu:
memahami objek.
13
itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara
Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan
Anak mampu menangani sistem klasifikasi. Pada tahap ini, anak masih
Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan
hipotesa.
dilihat bahwa anak usia dini masuk pada tahap sensorimotor dan praoperasional.
Sedangkan untuk anak usia Taman Kanak-kanak sendiri masuk pada tahap
b. Jerome Brunner
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free
14
discovery learning, Brunner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
1) Tahap enactive
2) Tahap iconic
perbandingan (komparasi).
3) Tahap symbolic
15
Model pemahaman konsep dari Brunner menjelaskan bahwa pembentukan
berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan
atau peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam
menekankan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur
dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada
belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian menurut Ausubel tidak
bermakna bagi anak. belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi
16
dalam suatu unit konseptual. Struktur kognitif yang dimiliki individu menjadi
baru. Oleh sebab itu, maka diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasi isi
yang belajar.
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia dini, teori belajar kognitif ini
secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan
anak maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat
anak juga haus diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan
tahun 1984. Menurut Kolb (1984: 41) “Experiental learning theory defines
17
transforming experience”. Belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan
permasalahan pribadi dan sosial. Ini merupakan hal yang problematis yang
berbeda-beda pada saat belajar. Pada tingkat pertama, yakni untuk anak
dan perkembangan koordinasi fisik. Tahap kedua, anak terlibat dengan materi dan
18
dan mendorong mereka untuk membangun, bereksperimen dan berkreasi. Tahap
bukanlah wujud informasi yang melekat otomatis pada anak yang diperoleh tanpa
sebuah teka-teki dari suatu peristiwa. Anak mungkin juga terganggu dengan
kehadiran sesuatu, dan bingung ketika muncul elemen yang tidak terduga. Ada
19
kalanya anak memperoleh kejelasan dari suatu hal, mungkin mendapatkan suatu
ketenangan dan diwaktu lain mungkin saja mengalami kegelisahan. Dalam suatu
waktu, anak bisa saja memperoleh kepastian keamanan dan dilain waktu
apa yang dialami anak adalah kualitas pengalaman, dan semua itu dapat menjadi
Musfiroh, 2005: 48). Teori ini menandaskan bahwa setiap orang memiliki semua
kapasitas kecerdasan. Hanya saja, semua kecerdasan tersebut bekerja dengan cara
seseorang.
gambar dan warna, melalui nada-nada suara, melalui interaksi dengan orang lain,
melalui diri sendiri, melalui alam dan melalui perenungan tentang hakikat sesuatu.
Meskipun demikian, anak pada umumnya belajar melalui kombinasi dari beberapa
cara.
20
yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan
Gardner (Munif Chatib dan Alamsyah Said, 2012: 78) berkata, salah
besar apabila kita mengasumsikan bahwa IQ adalah suatu entitas atau
besaran tunggal dan tetap, yang bisa diukur dengan tes menggunakan
pensil dan kertas.
a. Kecerdasan linguistik
b. Kecerdasan logis-matematis
c. Kecerdasan spasial
d. Kecerdasan kinestetis
e. Kecerdasan musik
f. Kecerdasan interpersonal
g. Kecerdasan intrapersonal
h. Kecerdasan naturalis
i. Kecerdasan eksistensialis
21
Tabel 1. Cara Belajar Anak Berdasarkan Multiple Intelligences
Kecerdasan Cara belajar
1. Verbal/linguistik Melalui kata-kata, tulisan (membaca dan menulis),
menyimak cerita dan bercerita, deklamasi, permainan
kata, berdiskusi.
22
B. Kajian Tentang Pembelajaran Anak Usia Dini
jabarkan mengenai pengertian dari pembelajaran dan pengertian dari anak usia
1. Pengertian Pembelajaran
istilah pembelajaran berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna pembelajaran diambil dari kata
ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau
diturut. Dengan kata lain, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Sedangkan
bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
23
Berdasarkan uraian tentang pengertian pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah antara orang
dewasa (pendidik) dan anak dimana terdapat perubahan tingkah laku pada diri
anak baik dari aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan psikomotor yang
bimbingan untuk mengarahkan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
a. Peserta didik
Peserta didik sering disebut murid, siswa, pelajar, mahasiswa dan anak
didik. Istilah yang bermacam-macam ini pada hakikatnya peserta didik itu adalah
manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai
suatu kelebihan. Oleh sebab itu, peserta didik tidak mesti orang yang lebih muda
dari pendidik, tetapi lebih muda dilihat dari tingkatan pengetahuannya dan
kemampuannya.
b. Pendidik
lain melalui proses yang disebut pendidikan. Kompetensi yang perlu dimilki
kompetensi profesional.
24
c. Kurikulum
pendidik dan peserta didik, maka kurikulum merupakan komponen yang sangat
penting untuk dipelajari pendidik dan calon pendidik. Kurikulum ini sangat luas
pembelajaran tidak akan terarah dan tidak sistematis bahkan sulit diadakan
yang harus dipelajarai dan dipahami oleh pendidik maupun calon pendidik dalam
Komponen lain yang cukup penting dalam pembelajaran adalah sarana dan
prasarana. Prasarana terkait dengan sarana pokok seperti gedung, ruang dan lain-
dan lain-lain. Prasarana dan sarana ini sangat membantu keberhasilan proses
25
kegiatan pembelajaran. Dapat dibayangkan pembelajaran tanpa prasarana dan
sarana, meskipun tidak lengkap akan tetapi tetap diperlukan sebagai suatu
komponen pembelajaran.
e. Lingkungan sekolah
Lingkungan disini adalah situasi dan kondisi dimana lembaga pendidikan itu
masyarakat (moral, urban, semi moral atau semi urban, iklim, keadaan alam
pegunungan atau dataran tinggi, dataran rendah atau pesisir, dsb). Sedangkan
kondisi berkaitan dengan tempat dimana lembaga pendidikan itu berada (ditengah
kota, kota besar, kota kecil, desa, dekat kota), terpencil, pelosok, dekat pasar,
dekat masjid atau gereja, dekat perkampungan dan sebagainya. Lingkungan ini
Hartati, 2005: 8) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu
yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Menurut definisi ini, anak usia dini
perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu yang
unik karena memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,
26
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
Anak memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan
karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu
ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah
berhenti belajar.
khas dan berbeda dengan anak lain yang berada diatas usia 8 tahun. karakteristik
anak usia dini yang khas tersebut seperti yang dikemukakan oleh Richard D.
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Anak cenderung melihat dan
memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat
dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila
menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan
sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan
kognitifnya seperti yang diungkapkan oleh Piaget bahwa anak usia dini sedang
berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional
Menurut persepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan
menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa
27
keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik
perhatiannya.
temannya.
bawaan, minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama
keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
Anak senang dengan hal-hal yang yang bersifat imajinatif, sehingga pada
pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam
jangka waktu yang lama. Anak selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan
lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan
28
tidak membosankan. Daya perhatian yang pendek membuat anak masih sangat
sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama,
Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years.
learning years”. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak
pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami
masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu,
pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari
lingkungannya.
merupakan proses interaksi antara anak, orang tua atau orang dewasa lainnya
Vigotsky (Sofia Hartati, 2005: 29) berpendapat bahwa pengalaman interaksi sosial
29
merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas
mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orng lain.
Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika anak
dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Dalam hal ini dapat dikatakan
memanipulasi objek atau ide. Greenberg (Sofia Hartati, 2005: 29) berpendapat
bahwa anak akan terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika ia membangun
sesuatu daripada sekedar melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh
orang lain. Greenbeg menggambarkan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak
dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.
Anak senang bermain, oleh karena itu pembelajaran pada anak usia dini
pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang
untuk perkembangan sosial, emosi dan kognitif anak yang direfleksikan pada
kegiatan.
dirancang agar tidak memberikan beban dan membosankan bagi anak, suasana
30
belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan menyenangkan. Aktivitas bermain
dengan teman dan lingkungannya merupakan hal yang diutamakan. Selain itu,
karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi
Pada pembelajaran anak usia dini, Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 dan
a. Perencanaan pembelajaran
terarah dan akan meluas kemana-mana sehingga sulit untuk dipahami anak dan
akhirnya tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai dengan baik. Pada
31
Comer dan Haynes (1997) mengatakan bahwa “Anak-anak belajar dengan lebih
baik jika lingkungan sekelilingnya mendukung, yakni orangtua, guru, dan anggota
keluarga lainnya serta kalangan masyarakat sekitar”. Sekolah tidak dapat memberikan
keterlibatan bermakna oleh orangtua dan anggota masyarakat. Orangtua, guru dan
masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang baik agar program sekolah dapat
dengan efektif dan efisien, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, pihak
sekolah hendaknya menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekolah dalam
b. Pelaksanaan pembelajaran
dasar dapat tercapai dengan baik. Menurut Jamaludin (2014: 18), pada tahap
1) Strategi pembelajaran
dikerjakan guru dan anak agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
32
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat
pembelajaran.
guru kepada sekelompok anak dengan maksud agar anak dapat menguasai
materi itu. Oleh karena itu, strategi ekspositori lebih menekankan kepada
proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah chalk and talk (Wina
Sanjaya, 2007:179).
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama
disampaikan adalah materi pelajaran yangs udah jadi, seperti data atau fakta,
33
menambahkan bahwa fokus utama strategi ekspositori ini adalah
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analistis untuk mencari
Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu anak (Wina Sanjaya, 2007:
196).
34
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri (Abdul Majid,
2013: 222).
ini anak memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
yang menekankan kepada proses keterlibatan anak secara penuh untuk dapat
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (anak). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa yang dikatakan guru (Abdul Majid,
2013: 228).
35
satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain (Nanang
kehidupan nyata.
secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi anak
pembelajaran aktif atau yang lebih dikenal dengan active learning, bukanlah
transfer of knowladge tetapi lebih dari itu, transfer of values. Nilai yang
dimaksud disini adalah nilai-nilai karakter secara luas (Suyadi, 2013: 36).
36
pembelajaran aktif mengkondisikan agar anak selalu melakukan
pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang
belajar. Senada dengan Jacons dkk, Nurhayati (Abdul Majid, 2013: 175)
guru dan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Para guru menyusun
37
Pada strategi pembelajaran kooperatif, anak-anak di kelas dibagi
diberikan tugas oleh guru. anak dituntut untuk bisa saling bekerjasama
2) Metode pembelajaran
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan
38
a) Circle time
b) Sistem kalender
Pahlawan. Dapat pula dengan kegiatan agama, seperti Ramadhan, Hari Raya
Idul Fitri, Hari Natal, Nyepi, Waisak dan lain sebagainya. Selanjutnya guru
dan keinginan anak. Setiap hari guru dapat menyuruh dua atau tiga orang
anak untuk bercerita apa saja yang ingin diungkapkannya. Saat anak tampil
d) Small project
topik yang memiliki nilai penting bagi anak. Investigasi ini biasanya
39
dikerjakan dalam kelompok kecil 3-4 orang atau secara individual. Metode
kemampuan sosial.
Metode ini menggunakan kelompok besar, yaitu satu kelas penuh untuk
kelas, semua anak memegang peran, guru bertugas memberi aba-aba. Anak
f) Kunjungan
dengan cara membawa anak didik langsung ke obyek di luar kelas atau
secara langsung.
g) Permainan
40
h) Bercerita
melalui cerita.
a) Metode bernyanyi
b) Metode pembiasaan
41
c. Evaluasi pembelajaran
mengetahui sejauh mana hasil dari proses kegiatan dapat mencapai tujuannya.
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan melihat sejauh mana hasil belajar anak
tersebut berkaitan dengan individu atau anak, program atau kurikulum dan
perkembangan yang baik dalam merangkai dua kata menjadi kalimat. Bisa juga
anak telah memeroleh nilai baik, cukup, atau kurang pada materi belajar tertentu
penggunaan dan penataan alat permainan edukatif, alat kebersihan dan kesehatan,
serta untuk memperbaiki sarana dan prasarana termasuk untuk anak dengan
kebutuhan khusus. Selain itu, program tindak lanjut dapat dilakukan dengan
42
Prinsip-prinsip penilaian menurut Penilaian Perkembangan Anak Taman
1) Menyeluruh
baik terhadap proses maupun hasil kegiatan anak. Penilaian terhadap proses
diri anak. Penilaian terhadap hasil adalah penilaian tentang hasil kerja anak.
positif apabila berangsur-angsur dari yang ada menuju ke arah yang lebih
baik.
2) Berkesinambungan
gambaran perkembangan hasil belajar anak sebagai hasil didik dari kegiatan
43
penilaian dapat diketahui. Dengan cara demikian diharapkan diperoleh
perkembangannya.
4) Objektif
44
Guru harus melihat anak sebagai individu yang unik, yang berbeda antara
5) Mendidik
Oleh karena itu, hasil penilaian harus dirasakan sebaggai suatu penghargaan
bagi yang berhasil dan sebaliknya merupakan peringatan bagi yang belum
berhasil. Namun guru harus ingat bahwa pada setiap diri anak terdapat
usaha yang telah dilakukan anak. Dengan demikian jika hasilnya nelum
maksimal guru dapat memberi nilai baik pada usaha yang telah dilakukan
anak.
6) Kebermaknaan
Hasil penilaian harus memiliki makna bagi orangtua, anak didik, dan
anak. Hal tersebut akan terpenuhi jika guru dapat memberikan nilai yang
spsifik, jelas, dan konkret dari setiap pertumbuhan dan perkembangan yang
45
7) Kesesuaian
diperoleh anak dengan apa yang dilakukan atau yang diajarkan guru.
Pada sub bab ini penulis akan membahas tentang definisi tauhid dan definisi
karakter.
1. Definisi Tauhid
Tauhid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda yang
(Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu, 2013: 116). Tauhid berasal dari bahasa
atau esanya Tuhan dengan segala pikiran dan teori serta dalil yang menjurus
Allah. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut dengan akidah, yaitu apa
yang diyakini oleh seseorang. Akidah yang benar menjadi landasan seseorang
untuk melakukan amal atau perbuatannya, karena akidah yang benar akan
46
menuntun manusia untuk berbuat yang benar sesuai norma-norma atau nilai-nilai
kebenaran. Selain itu, akidah juga merupakan fondasi keimanan seseorang kepada
Allah SWT.
Mengakui wujud Allah adalah perkara fitrah bagi manusia. Sebagian besar
manusia mengakui wujud Allah. Setiap makhluk telah diberikan fitrah untuk
beriman kepada pencipta-Nya tanpa harus diajari terlebih dahulu. Seseorang pasti
menyadari keberadaan dirinya dan alam semesta beserta isinya yang membuktikan
bahwa ada Sang Pencipta yang menciptakannya. Sebab, mustahil ada makhluk
Secara etimologis kata Rabb sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain
menyelesaikan suatu perkara dan lain-lain. Namun, untuk lebih sederhana dalam
rezeki, memelihara, mengelola dan memiliki Yunahar Ilyas (2005: 18). Makna
dari beriman kepada rububiyah Allah adalah kepercayaan yang pasti bahwasannya
Allah adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan mengesakan Allah dengan
47
perbuatan-perbuatan-Nya, yaitu dengan meyakini bahwa Allahlah Dzat satu-
satunya yang menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini.
Makna beriman kepada uluhiyah Allah adalah mengakui bahwa hanya Allah
Tuhan yang berhak disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan, yaitu
mengesakan Allah dengan segala bentuk ibadah, sehingga dalam berdoa hanya
meminta kepada Allah, tidak sujud kecuali pada Allah, tidak takut kecuali pada
Allah, tidak bertawakal kecuali pada Allah dan tidak tunduk kecuali pada Allah.
Makna beriman kepada asma’ dan sifat Allah adalah menetapkan asma’ dan
sifat Allah berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam
Al-Qur’an maupun sunnah rasul-Nya sesuai dengan apa yang pantas bagi Allah.
Dengan mengimani asma’ dan sifat Allah, maka akan bertambah pengetahuannya
merupakan suatu proses, maka di dalamnya terdapat berbagai macam unsur yang
saling terkait seperti guru, metode, materi, pendekatan hingga sampai kepada
pembelajaran anak usia dini dan pembelajaran tauhid di atas, dapat disimpulkan
48
yaitu pembelajaran (proses belajar mengajar) yang dilakukan oleh pendidik
kepada anak untuk (1) mengenalkan dan meyakinkan bahwa Allah hanya satu; (2)
menambah keimanan bahwa Allah itu ada; (3) mengajarkan kepada anak untuk
senantiasa menyembah pada Allah, takut kepada Allah dan menjalankan ibadah
hanya kepada Allah; (4) menambah keimanan anak bahwa alam semesta beserta
isinya merupakan ciptaan Allah dan (5) mengenalkan anak tentang asma’ dan
sifat-sifat Allah.
karakter adalah agama. Kill Patrick (Puji Yanti Fauziah, 2011) menjelaskan
bahwa pendidikan karakter tidak dapat terlepas dari moral absolut yaitu nilai-nilai
positif yang berasal dari berbagai agama yang menjadi sumber dalam bersikap
dan berperilaku. Maka moral absolut yang berasal dari agama ini menjadi sesuatu
yang harus ditanamkan sejak dini karena berkaitan dengan ajaran baik dan buruk
dalam berperilaku.
kebiasaan yang baik sampai menajdi karakter individu yang akan turut
hanya mengetahui tetapi warga belajar dapat mengetahui, merasakan dan pada
49
Untuk lebih mengetahui tentang apa itu pendidikan karakter, berikut akan
(anak) dan akhirnya akan menjadi sebuah kepribadian, tabiat, maupun kebiasaan
baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maka dalam pandangan Daniel Goleman akan terbentuk seorang pribadi yang
sekolah dan diterapkan secara nyata dalam masyarakat. Dalam pandangan Daniel
kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual) ditentukan oleh karakternya dan hanya
kehidupan sehari-hari.
51
b. Landasan pendidikan karakter di Indonesia
dimaksudkan agar pendidikan karakter yang diajarkan tidak menyimpang dari jati
diri masyarakat dan bangsa Indonesia. Menurut Fadlillah dan Mualifatu (2013:
dasar, yaitu:
(2013: 33).
1) Agama
52
yang mayoritas masyarakatnya beragama, yang mana masyarakat mengakui
2) Pancasila
bangsa.
mempersiapkan anak menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga
53
3) Budaya
harus berlandaskan pada budaya. Oleh karena itu, budaya yang ada di
Hal ini dimaksudkan agar pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar
anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan
pendidikan nasional.
54
D. Kajian Tentang Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini
kemampuan bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat
Nilai (value) dan moral merupakan wujud dari ranah afektif (affective
domain) serta berada dalam diri seseorang. Secara utuh dan bulat nilai merupakan
suatu sistem dimana aneka jenis nilai (nilai keagamaan, sosial budaya, ekonomi,
hukum, etika dan lain-lain) berpadu menjadi satu kesatuan serta saling
mempengaruhi secara kuat sebagai suatu kesatuan yang utuh. Sikap nilai sangat
menentukan perilaku dan kperibadian seseorang. Jadi, anak yang disebut bermoral
itu adalah apabila tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh kelompok sosialnya (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005: 175).
semua anak berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat
terjadi secara bertahap dari tahap yang satu ke tahap yang lebih tinggi. Semua
55
perubahan yang terjadi pada setiap tahap tersebut merupakan kondisi yang
beriutnya.
Orang sering melihat nilai dan moral dari dua sisi yaitu baik dan buruk.
Suatu kultur yang menekankan nilai-nilai seperti, disiplin diri, kerelaan berkorban
demi kebaikan atau pentingnya dukungan guru pada anak, semuanya itu
merupakan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat yang terkandung dalam
pendidikan.
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan ada didalam diri seseorang,
tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Dalam kehidupan sehari-hari anak tidak
lingkungan lainnya. Lebih luas lagi dalam kehidupan dan pergaulan anak dalam
56
dan moral di taman kanak-kanak akan lebih berhasil apabila dipertautkan dengan
pembelajaran nilai dan moral dari sumber baku kurikulum formal, melainkan juga
dari hidden curriculum. Pembelajaran harus bermula dari potret perilaku anak dan
kehidupan tersebut menuju target nilai dan moral yang diharapkan. Tidak setiap
anak atau kelompok anak memiliki posisi nilai atau moral yang sama.
Anak ada yang berada dalam posisi belum atau tidak tahu akan suatu nilai
dan moral. Semakin hari bergeser ke arah yang lebih baik karena pengetahuan dan
kesadaran tersebut menuju tahap yakin. Apabila tahap yakin sudah dicapai, maka
dilaksanakan.
negatif, maka tugas guru akan menjadi lebih berat. Seorang guru harus memulai
kembali dari menggali dan meluruskan tanggapan yang salah atau keliru, baru
moral anak Taman Kanak-kanak. Anak sering memperoleh nilai dan moral dari
lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Anak dapat belajar untuk mengenal
nilai-nilai dan moral sesuai dengan nilai dan moral yang diyakininya. Dalam
mengembangkan nilai dan moral anak, peranan prang tua sangatlah utama.
57
Menurut Yusuf (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005: 178), beberapa sikap
orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan nilai dan
Artinya, ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam
melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. suatu tingkah
laku anak yang dilarang oleh orang tua pada suatu waktu harus juga dilarang
Artinya, secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah
terhadap ibu, atau sebaliknya dapat mempengaruhi perkembangan nilai dan moral
anak yaitu melalui proses peniruan. Sikap orang tua yang keras atau otoriter
cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak. sedangkan sikap yang acuh
bertanggung jawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. sikap yang
sebaliknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan,
Artinya, orang tua merupakan panutan atau teladan bagi anak, termasuk
panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan iklim
yang agamis, dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
58
d. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma
berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perbuatan
berbohong. Apabila anak mengajarkan pada anak agar anak berperilaku jujur,
bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat beragama, tetapi orang tua
sebagai alasan anak untuk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teladan dari orang tua
sangatlah penting dalam menanamkan nilai dan moral pada anak. Begitu pula
dengan peran guru di sekolah. Guru merupakan orang tua kedua bagi anak,
sehingga ketika anak berada di sekolah, guru lah yang bertugas untuk
menanamkan nilai dan moral bagi anak. Guru harus bisa menjadi teladan yang
baik bagi anak, agar penyampaian nilai dan moral pada anak dapat berjalan
dengan baik.
Guru sangat berperan penting dalam pengembangan nilai dan moral yang
akan ditanamkan pada anak. Menurut Elizabeth Flyn (Yudha M. Saputra &
Rudyanto, 2005: 179), kesadaran akan nilai seorang guru bertumpu pada lima
hal, yaitu:
59
c. Sadar akan keinginan untuk menganut atau memiliki sistem nilai
tersebut.
d. Sadar akan keharusan membina dan meningkatkan sistem nilai.
e. Sadar untuk mencobakan dan membakukannya dalam amal
perbuatan sehari-hari.
Untuk mampu mencapai hal tersebut, menurut Piaget (Yudha M. Saputra &
b. Tahap asimilasi atau mengintegrasikan nilai tersebut dengan sistem nilai lain
Setiap anak pada prinsipnya memiliki hakikat sebagai insan yang belajar
sepanjang hayat (baik dari lingkungan maupun alam melalui panca inderanya dan
dituntut untuk selalu belajar dan mempergunakan sistem nilainya, bahkan bukan
proses panjang yang akan dijalani naik, proses imitasi dan coba-coba akan
perkembangan nilai dan moral pada anak dapat berlangsung melalui beberapa cara
60
a. Pendidikan langsung
Melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah,
atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Disamping
itu, yang paling penting dalam pendidikan nilai dan moral adalah keteladanan dari
orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
Jadi, penanaman nilai dan moral akan berdampak efektif manakala orang tua di
rumah dan guru di sekolah memberi keteladanan kepada anak baik dalam bentuk
b. Identifikasi
moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru, kiai, artis, atau
orang dewasa lainnya. Jadi, peniruan kepada orang yang lebih dewasa sering
menjadikan anak lebih cepat tumbuh dan berkembang dewasa dalam hal
perilakunya.
akan dihentikannya. Selama proses ini akan muncul sikap patuh karena takut pada
orang atau paksaan, patuh karena ingin dipuji, patuh karena kiprah umum, taat
atas dasar adanya aturan dan hukum serta ketertiban, taat karena dasar keuntungan
atau kepentingan, taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya dan patuh
61
Uraian-uraian di atas merupakan cara untuk menanamkan nilai dan moral
pada anak yang sudah disesuaikan dengan perkembangan anak. Dapat kita
simpulkan bahwa peran orang tua, guru dan orang dewasa lain sangat berperan
penting dalam proses penanaman nilai dan moral pada anak. Bahkan orang lain
pun apabila diidolakan oleh anak juga dapat mempengaruhi pembentukan nilai
moral anak. Adanya reward dan punishment juga dapat digunakan dalam proses
Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat dan apa
yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan
hadiah.
orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat. Anak
kewajiban.
62
c. Tahap pascakonvensional (usia di atas 13 tahun)
pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan suatu kode moral pribadi. Dalam hal
ini anak diharapkan sudah membentuk keyakinan sendiri, bisa menerima bahwa
orang lain mempunyai keyakinan yang berbeda dan anak tidak mudah dipengaruhi
orang lain.
ke dalam tiga tahapan yang akan dipaparkan melalui tabel berikut ini.
63
Lanjutan Tabel 1...
Tingkat Tahap
3. Pasca Konvensional: Pada a. Orientasi kontrol sosial legalitas.
tingkat ini ada usaha individu Perbuatan atau tindakan yang baik cenderung
untuk mengartikan nilai-nilai dirumuskan dalam kerangka hak-hak individu
atau prinsip-prinsip moral yang yang umum dan dari segi aturan atau patokan yang
dapat diterapkan atau telah diuji secara kritis, serta disepakati oleh
dilaksanakan terlepas dari seluruh masyarakat. Dengan demikian, perbuatan
otoritas kelompok, pendukung yang baik itu adalah yang sesuai dengan
atau orang yang memegang perundang-undangan yang berlaku.
prinsip moral tersebut. Juga b. Orientasi prinsip etika universal.
terlepas apakah individu yang Kebenaran ditentukan oleh keputusan kata hati,
bersangkutan termasuk sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang logis,
kelompok itu atau tidak. universal dan konsisten. Prinsip-prinsip etika
universal ini besifat abstrak, seperti keadilan,
kesamaan, hak asasi manusia dan penghormatan
kepada martabat manusia.
Sumber : Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 181)
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pertautan yang erat
antara tingkat kepatuhan atau kesadaran dengan motivasi dan dasar ketaatan
diri yang menuju tingkat keyakinan atau kepercayaan harus diupayakan pada anak
TK. Sebab hanya manusia yang memiliki konsep dirilah yang akan hidup sehat
dalam bermasyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Rohmawati (2009) yang
tauhid. Jenis penelitian yang dilakukan juga sama yaitu menggunakan pendekatan
64
1. Integrasi nilai-nilai tauhid pada rencana pembelajaran mata pelajaran sains
nilai tauhid yang ada pada materi pelajaran sains meliputi tauhid uluhiyah,
empat nilai yang diterapkan untuk mengimani Allah, yaitu beriman kepada wujud
Allah, beriman kepada asma’ dan sifat Allah, beriman kepada uluhiyah Allah serta
beriman kepada rububiyah Allah. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis 4
Dari uraian tersebut, dapat digambarkan alur pikir penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
65
Beriman kepada
wujud Allah
Perencanaan
Pembelajaran
Beriman kepada
asma’ dan sifat
Allah
Pembelajaran Pelaksanaan
Tauhid Pembelajaran
Beriman kepada
uluhiyah Allah
Evaluasi
Pembelajaran
Beriman kepada
rububiyah Allah
G. Pertanyaan Penelitian
Wirobrajan?
66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6).
pembelajaran, evaluasi dan program tindak lanjut. Selain beberapa hal tersebut,
Wirobrajan adalah semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Subjek
penelitian meliputi guru kelas (educator), anak dan kepala sekolah TK Khalifah
67
Wirobrajan. Sedangkan objek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran tauhid
di TK Khalifah Wirobrajan.
C. Tempat Penelitian
usia 4-6 tahun dan menerapkan pembelajaran tauhid untuk menanamkan nilai-
Sumber data dari penelitian ini yaitu guru kelas, kepala sekolah dan anak,
kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, dan sumber data
tertulis berupa referensi yang digunakan oleh peneliti dalam bentuk buku, jurnal,
catatan lapangan, serta foto. Sumber data digunakan untuk menelaah segi-segi
alamiah pada sumber data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian deskriptif
1. Wawancara
68
berbagai aspek yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Sumber data
dalam teknik wawancara adalah kepala sekolah dan guru kelas TK Khalifah
2. Observasi
dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan mengamati kegiatan guru dan
setiap informasi yang ditemukan kemudian dicatat dalam bentuk catatan lapangan.
sebagai bukti konkret untuk menganalisis data. Peneliti juga menggunakan catatan
3. Dokumentasi
69
pembelajaran kelompok A dan kelompok B serta unsur-unsur yang mendukung
E. Instrumen Penelitian
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
70
ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian dalam
interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian.
Kesimpulan-
Reduksi data kesimpulan
Penarikan /verifikasi
berikut:
71
pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis
bentuk catatan wawancara, catatan lapangan dan catatan dokumentasi diberi kode
cepat dan mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan
sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk
teks.
penarikan kesimpulan dari verifikasi. Berdasarkan data yang telah direduksi dan
disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat
pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah
Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif hanya ditekankan pada uji
validitas dan reabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriteria utama pada data
72
penelitian adalah valid, eliable, dan objektif. Teknik pemeriksaan keabsahan data
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini hanya
1. Perpanjangan Keikutsertaan
para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2. Ketekunan Pengamatan
berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis konstan atau tentatif.
dilakukan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap kegiatan dan
73
3. Triangulasi
untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data. Hal ini dilakukan peneliti
skripsi.
data hasil wawancara dengan pengamatan, apa yang dikatakan dengan situasi
berkait.
pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada sub bab hasil penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan tentang TK
Berikut ini gambaran umum sekolah yang menjadi tempat penelitian dan
dan dokumentasi yang meliputi sejarah lembaga, visi misi, sarana prasarana dan
status sekolah.
a. Sejarah TK Khalifah
pengusaha muda, Ippho Santosa. TK Khalifah pertama kali berdiri pada tahun
seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, sudah mencapai delapan puluhan cabang se-
75
Indonesia. Untuk wilayah D.I.Yogyakarta sendiri sudah berdiri 8 cabang TK
Mu’alimin Yogyakarta.
Visi dari TK Khalifah Wirobrajan yaitu “Menuju play group dan TK favorit
dan misi sekolah. Tujuan ini dilaksanakan untuk melengkapi program pendidikan
kemandirian anak sejak kecil. Ketiga, untuk membangun anak yang berakhlak
76
mulia dan bertaqwa. Keempat, untuk memberikan pengasuhan kepada anak,
terutama pada anak yang orang tuanya berkarir sehingga membutuhkan sekolah
fullday, dan yang terakhir adalah untuk mengajarkan keterampilan hidup atau life
terdiri dari fasilitas umum dan fasilitas kelas. Fasilitas umum, merupakan sarana
dan prasarana yang ada di sekolah secara keseluruhan. Sedangkan fasilitas kelas
adalah seluruh sarana prasarana yang ada di dalam kelas dan berguna untuk
77
Daftar sarana dan prasarana di atas dapat menunjukkan kelengkapan
fasilitas yang diberikan sekolah kepada anak dalam proses pembelajaran, baik
indoor maupun outdoor. Beberapa sentra yang dimiliki sekolah juga sangat
kegiatan ketauhidan.
Sarana dan prasarana kelas adalah seluruh fasilitas yang ada di dalam kelas
dan berguna untuk menunjang proses pembelajaran. Sarana dan prasarana kelas
meliputi:
fasilitas yang diberikan sekolah kepada anak di dalam kelas dan digunakan dalam
78
proses bermain dan belajar. Ruang kelas (centre) tidak terlalu luas, tetapi
prasarana yang terdapat di kelas juga tertata rapi sehingga suasana kelas sangat
nyaman.
Mulai dari program semester, RKM dan RKH sudah diterima dalam
bentuk jadi dari tim Khalifah Pusat. Sehingga, TK Khalifah
Wirobrajan mengembangkan sendiri kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada (CW.1).
sebagai berikut:
Dari RKM, diturunkan lagi pada RKH. Pada RKH, terdapat tema
goals yang harus dicapai. Untuk mencapai tema goals, maka indikator-
indikator pembelajaran yang sudah ditentukan untuk hari ini harus
dicapai (CD.11 dan CD.12).
pembelajaran bersifat terpusat karena disusun oleh tim Khalifah Pusat, yang
RKH.
tauhid.
sebagai berikut:
nilai agama dan moral menjadi aspek tauhid dan aspek pembiasan tauhid yang
81
Selanjutnya, peneliti akan memaparkan hasil analisis dokumentasi
tentang penerapan 4 nilai beriman kepada Allah yang terdapat dalam prosem
yaitu beriman kepada rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah Allah serta
beriman kepada asma’ dan sifat Allah. Untuk mengenalkan wujud Allah belum
pembentukan karakter untuk anak. Pada prosem yang disusun oleh tim Khalifah,
sudah tercantum beberapa nilai karakter yang hendak ditanamkan pada anak.
berikut:
dibangun pada anak adalah ketaatan kepada Allah dan dapat meneladani
83
b. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
Kegiatan Mingguan (RKM) yang disusun oleh tim Khalifah sebagai berikut:
waktu yang telah ditentukan. Khusus untuk aspek pembiasaan tauhid, hampir
Kegiatan Harian (RKH) yang disusun oleh tim Khalifah sebagai berikut:
RKH yang disusun oleh tim Khalifah sangat lengkap dan rinci.
Disetiap awal tema, akan ada materi singkat yang dapat digunakan
sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi guru, dan dijadikan sebagai
sumber materi dalam proses pembelajaran. Selain itu, sebelum uraian
kegiatan dipaparkan, terlebih dahulu akan diuraikan secara khusus
indikator kemampuan yang harus dicapai dalam satu hari. Indikator
kemampuan ini diturunkan dari RKM untuk dapat mencapai tema
goal. Setelah indikator dipaparkan, selanjutnya akan diuraikan
langkah-langkah kegiatan satu hari (CD.11 dan CD.12).
uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam satu hari. Pada RKH, indikator-
84
indikator yang harus dicapai merupakan indikator yang diturunkan dari RKM.
Indikator ini digunakan untuk mencapai tema goals dalam satu hari.
kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, kegiatan penutup dan kegiatan pasca
Khalifah Wirobrajan.
Dari hasil data observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan
pra pembelajaran, pembiasaan tauhid yang dilakukan oleh anak adalah mengucap
salam, bersedekah dan membaca iqro’. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan
86
data wawancara. “Ada banyak pembiasaan yang diterapkan, diantaranya adalah
pagi anak melakukan aspek pembiasaan tauhid yaitu bersedekah dan membaca
Gambar a : Anak
bersedekah.
bersedekah dan membaca iqro’ satu per satu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
kegiatan pra pembelajaran, nilai tauhid yang diterapkan adalah beriman kepada
uluhiyah Allah, yaitu pada saat anak mengucap salam, membaca iqro’ dan
bersedekah.
87
b. Kegiatan Awal
kegiatan awal yang dilakukan pada hari Jumat dibandingkan dengan hari lainnya.
pada hari Jumat berbeda dengan hari-hari lainnya, karena pada hari Jumat anak-
anak dikumpulkan jadi satu untuk kegiatan awal, yaitu untuk membuka
tauhid yang dilakukan tetap sama yaitu berdoa, hafalan surat pendek dan
88
membaca hadist. Salah satu apersepsi yang dilakukan ketika masuk pada tema
tentang perbedaan ciptaan Allah dan ciptaan manusia. Semua yang diciptakan
oleh manusia asal mulanya pasti dari Allah karena Allahlah yang memiliki dan
Gambar 3. Pembiasaan Tauhid Pada Kegiatan Awal (hari Senin sampai Kamis)
89
Hasil observasi dan dokumentasi menjabarkan bahwa pada pelaksanaan
kegiatan awal, terdapat pembiasaan tauhid yaitu berdoa, hafalan surat pendek dan
membaca hadist. Pembiasaan tersebut termasuk pada penerapan nilai tauhid yaitu
beriman kepada uluhiyah Allah. Selain itu, peneliti juga menemukan penerapan
nilai beriman kepada rububiyah Allah yaitu pada saat apersepi, guru mengenalkan
kepada anak bahwa semua yang ada di dunia adalah ciptaan Allah.
c. Kegiatan Inti
pembelajaran dilakukan sebelum istirahat yaitu pukul 08.55 sampai pukul 09.20
dan dilanjutkkan setelah istirahat yaitu pukul 10.30 sampai pukul 11.30. Berikut
akan peneliti uraikan hasil observasi mengenai pelaksanaan kegiatan inti terkait
Ada anak yang berkelahi sampai menangis, lalu guru mengajak anak
ke sudut ruang kelas dan menasihatinya, “Mas Gafra, Mas Arka, kalau
berkelahi gini sholeh enggak ya? Dilihat Allah enggak ya? Boleh
enggak kalau berkelahi kayak gini?”. Kedua anak yang berkelahi
hanya diam. Kemudian guru meminta anak untuk saling bermaafan,
tetapi Arka tidak mau memaafkan. Guru berkata lagi, “Mas Arka
nggak boleh kayak gitu, Allah membenci anak yang tidak mau
memaafkan kesalahan temennya lho. Mau dimarahin Allah?”.
Kemudian keduanya saling memaafkan (CL.3).
90
Guru selalu mengajak anak untuk membaca perintah penugasan yang
ada di LKA sebelum dikerjakan, karena pada kalimat perintah tersebut
terdapat doa yang secara tidak langsung merupakan pembelajaran
tauhid. Kalimat perintah tersebut seperti “Sebutkan bagian-bagian
tanaman yang kamu ketahui, tariklah garis sesuai dengan nama bagian
tanaman, insya Allah diberi kemudahan oleh Allah” (CL.7).
dilakukan dengan pemberian nasihat kepada anak, guru mengajarkan anak untuk
saling memaafkan karena salah satu hal yang disukai oleh Allah adalah anak-anak
yang mau saling memaafkan. Pembelajaran tauhid juga dilakukan saat membaca
pembelajaran tauhid.
inti memuat pembiasaan tauhid yaitu praktik berwudhu sholat dhuha, berdzikir,
membaca doa setelah sholat dhuha dan menyanyikan lagu-lagu islami yang
91
Gambar b: Anak
Gambar a: Anak
bersiap untuk sholat
praktik berwudhu
dhuha
Gambar d: Anak
berdzikir, doa setelah
sholat dhuha dan
bernyanyi lagu islami
92
Hasil observasi dan dokumentasi menjabarkan bahwa dalam kegiatan inti,
ada pembiasaan tauhid yang dilakukan yaitu bernyanyi lagu islami, membaca doa
(berdzikir) dan membaca doa setelah sholat dhuha. Hal ini menunjukkan bahwa
pada kegiatan inti pembelajaran, nilai tauhid yang diterapkan adalah beriman
kepada asma’ dan sifat Allah yaitu dengan menyanyikan lagu tentang asma’ dan
sifat Allah. Selain itu terdapat penerapan dari nilai beriman kepada uluhiyah Allah
yaitu dengan menjalankan ibadah sholat dhuha, praktik berwudhu, membaca doa
sehari-hari, membaca kalimat thayyibah dan membaca dia setelah sholat dhuha.
d. Istirahat
anak akan diberi snack oleh guru yang disebut dengan snack time. Namun, setiap
hari Senin dan Kamis, penyebutan snack time diganti dengan berbuka puasa
karena anak-anak sedang berlatih puasa sunah Senin Kamis. Pembiasaan tauhid
yang diterapkan pada saat istirahat ini diantaranya adalah doa sehari-hari,
saat istirahat yaitu saat mereka menemukan seekor ulat. Kejadian tersebut
menunjukkan bahwa anak peduli terhadap makhluk ciptaan Allah. Anak mengerti
bahwa ulat merupakan ciptaan Allah sama seperti dirinya. Sikap peduli
merupakan salah satu yang ingin dibangun oleh guru kepada anak, dan kejadian
ciptaan Allah.
sehari-hari, beruka puasa (snack time), menyanyikan lagu adab makan dalam
islam dan iqro’. Peneliti juga menemukan kejadian menarik yang menunjukkan
Allah.
Pada kegiatan istirahat ini menunjukkan bahwa nilai tauhid yang teramati
adalah beriman kepada uluhiyah Allah dan beriman kepada rububiyah Allah.
yaitu membaca doa sehari-hari, berlatih puasa senin dan kamis serta membaca
95
iqro’. Sedangkan nilai beriman kepada rububiyah Allah terlihat ketika anak-anak
menemukan ulat yang merupakan salah satu binatang ciptaan Allah. Anak-anak
telah memahami bahwa ulat merupakan ciptaan Allah dan harus diperlakukan
dengan baik. Anak-anak membuatkan rumah dan memberikan makan kepada ulat.
e. Kegiatan Penutup
Anak-anak berdoa. Doa yang dibaca adalah doa selesai belajar, surat
Al-Ashr, doa keluar rumah dan doa naik kendaraan, dilanjutkan
dengan bernyanyi dan ikrar anak khalifah. Kemudian guru
membagikan daily report dan menutup pembelajaran dengan salam.
(CL.6).
ikrar anak Khalifah dan pembagian daily report. Doa yang dibaca adalah doa
selesai belajar, surat Al-Ashr, doa keluar rumah dan doa naik kendaraan.
96
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil dokumentasi yaitu sebagai
berikut.
kegiatan penutup meliputi tanya jawab dan berdoa. Doa yang dibaca adalah doa
selesai belajar, surat Al-Ashr, doa keluar rumah/ bepergian dan doa naik
kendaraan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan penutup, nilai tauhid
97
Anak-anak yang belum membaca iqro’, saat pulang sekolah diminta
untuk membaca iqro’ terlebih dahulu, namun apabila ada anak yang
tidak mau iqro’ tidak akan dipaksa oleh gurunya. Hari ini, anak-anak
makan siang lebih awal. Anak-anak berdoa terlebih dahulu sebelum
makan. Setelah makan, baru anak-anak sholat dhuhur berjamaah.
Setelah sholat dhuhur, anak-anak dikondisikan untuk tidur siang. Guru
memimpin berdoa sebelum tidur, setelah itu anak-anak diputarkan
film sebagai pengantar tidur. Setelah anak-anak bangun tidur, mereka
bermain di play ground sambil menunggu waktu mandi. Setelah tiba
waktu mandi, guru memanggil anak-anak. Setelah semua anak-anak
selesai dimandikan, mereka boleh bermain di halaman sekolah sambil
menunggu jemputan (CL.5).
pasca pembelajaran meliputi membaca iqro’ bagi yang belum membaca, sholat
dhuhur berjamaah, makan siang, tidur siang dan mandi sore. Setiap anak
yaitu doa sebelum makan dan sesudah makan, doa sebelum tidur dan sesudah
tidur, doa masuk kamar mandi dan keluar kamar mandi dan doa berpakaian.
dapatkan berikut.
98
Gambar b: Anak-anak
berwudhu
Gambar a: Anak-anak
yang belum iqro, diminta
untuk iqro’
Gambar c: Anak-anak
Gambar d: Anak-anak sholat dhuhur berjamaah
makan siang
Gambar e: Anak-anak
tidur siang
99
Hasil observasi dan dokumentasi menjabarkan bahwa pelaksanaan kegiatan
pasca pembelajaran meliputi membaca iqro’ bagi yang belum membaca, sholat
dhuhur berjamaah, makan siang, tidur siang dan mandi sore. Hal tersebut
diterapkan adalah beriman kepada uluhiyah Allah, yaitu pada saat melakukan
kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, kegiatan penutup dan kegiatan pasca
tidak akan terlaksana tanpa adanya seorang pendidik. Pendidik memiliki peran
yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
berikut:
Guru sebagai motivator bagi anak. Apabila ada anak yang malas-
malasan di kelas dan tidak mau sholat dhuha, maka guru memberikan
kalimat-kalimat motivasi bagi anak agar anak mau melakukan sholat
dhuha (CW.2).
Menjadi contoh atau model bagi anak. Memberikan nasihat-nasihat
kepada anak, biasanya melalui cerita tentang Rasulullah dan
kehebatan Allah. Membimbing anak dalam melakukan pembiasaan/
kegiatan dalam pembelajaran tauhid di sekolah (CW.3).
Data hasil observasi dan wawancara di atas menjabarkan bahwa ada 3 peran
utama guru dalam pembelajaran tauhid. Yang pertama adalah sebagai model bagi
anak. Yang kedua guru menjadi pembimbing bagi anak, dan yang terakhir guru
menjadi motivator bagi anak. Selain itu, guru juga memberikan reward berupa
g. Strategi Pembelajaran
pembelajaran mulai dari kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti,
101
Hasil observasi dan dokumentasi tersebut diperkuat dengan data wawancara
direncanakan oleh sekolah. Guru tidak hanya mentransfer ilmu atau materi, tetapi
h. Metode Pembelajaran
sebagai berikut.
Guru memimpin anak untuk berdoa mau makan, setelah itu anak-anak
bernyanyi tentang adab makan dalam islam sambil guru membagikan
snacknya kepada anak (CL.5).
Hari ini ada seorang anak yang meminta dibacakan dongeng sebelum
tidur, guru membacakan cerita dari buku cerita terbitan Khalifah
management, cerita yang dibacakan tentang “Indahnya Berbagi”
(CL.2).
tauhid. Pada prosem memang sudah tercantum aspek khusus dalam pembelajaran
tauhid yaitu aspek pembiasaan tauhid. Aspek ini berisi indikator-indikator yang
dalam evaluasi pembelajaran tauhid, yaitu penilaian dan program tindak lanjut
104
a. Penilaian
mengisi checklist dan anekdot dalam daily report. Sedangkan portofolio akan
berikut:
105
guru selama proses pembelajaran kerena pada waktu akhir
pembelajaran, daily report ini dibagikan kembali pada anak (CL.2).
dengan cara observasi, wawancara dan catatan anekdot. Hasil observasi dan
wawancara digunakan untuk mengisi checklist yang ada pada daily report dan
menuliskan tingkah laku anak diluar biasanya didalam daily report sebagai catatan
anekdot.
wawancara dilakukan setiap hari untuk mengisi checklist pada daily report. Guru
yang dilakukan oleh sekolah apabila ada anak yang belum mencapai tingkat
pencapaian perkembangan pada aspek tauhid dan pembiasaan tauhid yaitu sebagai
berikut:
Tidak ada program khusus untuk anak yang belum mencapai TPP,
tetapi apabila ada seorang anak yang belum mencapai TPP atau
perkembangannya masih tertinggal dibandingkan dengan teman-
temannya, biasanya pihak sekolah melakukan home visit. Saat home
visit, pihak sekolah melaporkan bagaimana perkembangan anak di
sekolah dan menanyakan bagaimana tingkah laku atau perkembangan
anak di rumah. Setelah mengetahui bagaimana perkembangan anak di
rumah dan di sekolah, dilakukan diskusi untuk menemukan solusi agar
perkembangan anak dapat dioptimalkan. Biasanya pihak sekolah
memberikan saran-saran kepada orang tua (CW.2).
106
Hasil wawancara tersebut menggambarkan bahwa program tindak lanjut
secara khusus tidak ada, namun apabila ada anak yang belum mencapai TPP
terutama pada aspek tauhid dan pembiasaan tauhid, maka pihak sekolah akan
melakukan home visit. Home visit ini bertujuan untuk menyampaikan kepada
sekolah dan orang tua dapat berdiskusi dan dapat menemukan solusi untuk dapat
Pada sub subab ini, peneliti akan mendeskripsikan apa saja yang menjadi
a. Faktor Penghambat
yang merupakan nilai dalam beriman kepada Allah. Masalah yang kedua adalah
masalah waktu. Apabila ada anak yang berangkat terlambat, maka tidak ikut
107
kegiatan pra pembelajaran. sehingga waktu istirahat akan berkurang karena
digunakan untuk membaca iqro’, terkadang saat pulang sekolah pun ada anak
Yang pertama dalah waktu. Apabila anak berangkat siang, maka anak
tidak bisa ikut pra pembelajaran, terkadang anak tidak ikut sholat
dhuha apabila datangnya terlalu siang. Walaupun kegiatan iqro’ bisa
diganti ketika waktu istirahat dan pulang sekolah, namun apabila rata-
rata anak berangkat siang, maka waktunya juga akan kurang.
Yang kedua adalah kurangnya kesadaran orang tua atau tidak adanya
motivasi dari orang tua. Setiap hari pihak sekolah sudah melaporkan
perkembangan nilai moral agama dan ketauhidan anak melalui daily
report kepada orang tua, namun apabila orang tua tidak
mengulanginya saat di rumah, maka akan menghambat perkembangan
anak, terutama apabila anak memang masih belum optimal
perkembangannya. Pihak sekolah juga sudah menyampaikan kepada
orang tua tentang pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan di sekolah,
namun apabila orang tua tidak membiasakannya di rumah, maka akan
sia-sia (CW.2).
kesadaran orang tua atau tidak adanya motivasi dari orang tua.
tauhid untuk mengenalkan wujud Allah yang merupakan nilai dalam beriman
pembelajaran, yaitu apabila anak terlambat ke sekolah, maka anak tidak ikut
Kepala Sekolah apabila ada orang tua yang belum memiliki kesadaran atau belum
108
ada motivasi untuk membelajarkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
di rumah.
b. Faktor Pendukung
berikut.
dari masyarakat dan orang tua, pendidik yang berkompeten, media pembelajaran
Pada sub bab ini, peneliti akan membahas hasil penelitian yaitu mengenai
Khalifah Wirobrajan sudah jadi satu paket berupa program semester, RKM dan
indikator-indikator tersebut diturunkan pada RKM, dan akan diturunkan lagi pada
110
Hal tersebut sesuai dengan tahapan perencanaan pembelajaran yang
misi TK Khalifah Wirobrajan. Visinya adalah menuju play group dan TK favorit
Hal ini sesuai dengan teori Fadlillah (2012: 113) yang mengatakan bahwa
tidak terarah dan akan meluas kemana-mana sehingga sulit untuk dipahami oleh
anak dan akhirnya tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai dengan baik.
sendiri aspek perkembangan yang diterapkan, terutama aspek nilai agama dan
111
moral menjadi aspek tauhid dan aspek pembiasan tauhid yang diturunkan lagi
Allah yang diterapkan, yaitu beriman kepada asma’ dan sifat Allah, beriman
kepada rububiyah Allah dan beriman kepada uluhiyah Allah. Nilai-nilai ini
pada indikator dalam aspek tauhid dan aspek pembiasaan tauhid. Hal ini sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh Abdul Aziz (2000: 7) yang mengungkapkan
bahwa dalam beriman kepada Allah meliputi empat nilai yaitu beriman kepada
wujud Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah Allah
serta beriman kepada asma’ dan sifat Allah. Namun, pada perencanaan
pembentukan karakter untuk anak. Pada prosem yang disusun oleh tim Khalifah,
sudah tercantum beberapa nilai karakter yang hendak ditanamkan pada anak.
Wirobrajan:
112
Karakter-karakter tersebut termasuk dalam 9 pilar karkater dasar yang
mengajarkan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah serta hal-hal yang dilarang
oleh-Nya. Karakter utama yang hendak dibangun pada anak adalah ketaatan
kepada Allah SWT dan menjadikan anak untuk meneladani Rasulullah SAW.
Hal ini sesuai dengan teori Fadlillah dan Mualifatu (2013: 33) yang
113
pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan anak usia
dini (PAUD).
proses belajar dan mengajar dimana belajar dilakukan oleh anak dan mengajar
ilmu, tetapi mentransfer nilai-nilai dan membimbing anak. Ada 3 peran utama
guru dalam pembelajaran tauhid yaitu menjadi model, pembimbing, dan motivator
bagi anak.
Hal ini sesuai dengan teori Waluyo Adi (2000: 2) yang mengungkapkan
bahwa didalam proses pembelajaran terdapat dua aktivitas, yaitu belajar dan
pendidik. Pada aktivitas belajar, anak mengetahui hal-hal yang sebelumnya belum
lakukan, serta anak akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak, sehingga
guru mentransfer nilai-nilai dan ilmu serta memfasilitasi anak dalam proses
pembelajaran.
Selain pengenalan tentang Tuhan, guru juga mengajarkan anak untuk senantiasa
percaya bahwa Allah itu ada, percaya bahwa Allahlah yang menciptakan dan
114
memiliki alam beserta isinya, mengajak anak untuk beribadah menyembah Allah
dan mengenal nama-nama indah Allah melalui lagu Asmaul Husna. Kegiatan-
kegiatan ini dibuktikan dengan penerapan aspek tauhid dan pembiasaan tauhid
Fadlillah dan Mualifatu, 2013: 116) yang mengatakan bahwa tauhid berarti
mengesakan Allah atau kuatnya kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Kedudukan
manusia adalah sebagai hamba yang menyembah hanya kepada Allah. Selain itu,
sesuai juga dengan teori yang diungkapkan oleh Abdul Aziz (2000: 7) yang
mengungkapkan bahwa beriman kepada Allah meliputi empat nilai yaitu beriman
kepada wujud Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah
Allah serta beriman kepada asma’ dan sifat Allah. Namun, guru belum
moral pada pendidikan anak usia dini. Menurut Yusuf (Yudha M. Saputra &
Rudyanto, 2005: 180), perkembangan nilai dan moral pada anak dapat
a. Pendidikan langsung
Melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah,
atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Disamping
itu, yang paling penting dalam pendidikan nilai dan moral adalah keteladanan dari
orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
Jadi, penanaman nilai dan moral akan berdampak efektif manakala orang tua di
115
rumah dan guru di sekolah memberi keteladanan kepada anak baik dalam bentuk
Wirobrajan. Guru memiliki peran utama sebagai model atau pemberi contoh
kepada anak tentang aspek pembiasaan tauhid yang diterapkan di sekolah. Guru
ikut bersedekah, praktik sholat dhuha, berwudhu, membaca doa sehari-hari, sholat
dhuhur dan puasa Senin Kamis. Jadi, tidak hanya anak saja yang mempraktikkan
b. Identifikasi
moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru, kiai, artis, atau
orang dewasa lainnya. Jadi, peniruan kepada orang yang lebih dewasa sering
menjadikan anak lebih cepat tumbuh dan berkembang dewasa dalam hal
perilakunya.
telah memberikan keteladanan yang baik kepada anak. Dalam sehari-hari, guru
menampilkan tingkah laku yang baik di depan anak-anak. Hal ini dimaksudkan
agar anak dapat meniru guru dan memiliki akhlak yang baik.
akan dihentikannya. Selama proses ini akan muncul sikap patuh karena takut pada
116
orang atau paksaan, patuh karena ingin dipuji, patuh karena kiprah umum, taat
atas dasar adanya aturan dan hukum serta ketertiban, taat karena dasar keuntungan
atau kepentingan, taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya dan patuh
pembelajaran tauhid. Ketika ada anak yang berkelahi, guru tidak serta merta
memarahi atau mengadili anak. Terlebih dahulu, guru mengajak anak ke sudut
mengetahui siapa yang bersalah. Saat itu, satu anak tidak mau memaafkan
temannya. Kemudian, guru memberikan nasihat lagi bahwa apabila seorang anak
tidak memaafkan kesalahan orang lain, Allah tidak menyukai perbuatan tersebut.
menunjukkan bahwa guru menerapkan cara trial and error kapada anak, dimana
anak diberikan suatu nasihat supaya besok tidak diulangi lagi. Jadi guru jarang
tingkah lakunya salah, guru memberikan nasihat langsung kepada anak bahwa
tingkah laku yang dilakukannya salah. Sedangkan, apabila anak bertingkah laku
baik, atau menunjukkan sifat yang baik, guru akan memberikan suatu pujian atau
mengatakan bahwa anak usia dini termasuk dalam tahap prakonvensional (usia 2-
8 tahun). Pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral,
117
penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.
Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat dan apa
yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan
hadiah.
perilaku atau moral yang baik karena guru-guru di TK Khalifah Wirobrajan selalu
memberikan keteladanan yang baik bagi anak dan menuntut anak untuk taat pada
aturan. Bahkan pernah ditemui, seorang anak yang memanggil nama temannya
dengan nama jelek/ ejekan, anak-anak yang lain langsung membaca hadist
memanggil nama yang baik secara bersama-sama. Hal ini membuktikan bahwa
apa yang diajarkan oleh guru dicerna baik oleh anak, dan anak berusaha untuk
direncanakan oleh sekolah. Guru tidak hanya mentransfer ilmu atau materi, tetapi
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamruni (Suyadi, 2013: 36) yang
118
memungkinkan anak untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik
dalam bentuk interaksi anak dengan anak atau pun anak dengan guru dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif atau yang lebih dikenal dengan active
learning, bukanlah transfer of knowladge tetapi lebih dari itu, transfer of values.
Nilai yang dimaksud disini adalah nilai-nilai karakter secara luas (Suyadi, 2013:
36).
kunjungan, bercerita, bernyanyi dan permainan. Hal ini sesuai dengan toeri
pembiasaan dan bernyanyi, dan sesuai dengan teori Slamet Suyanto (2005: 39)
data tersebut melalui wawancara dengan kepala sekolah. Metode tersebut sangat
Dalam pendidikan anak usia dini, salah satu alat yang digunakan untuk
119
digunakan sebagai patokan untuk pengambilan keputusan. Keputusan tersebut
berkaitan dengan individu atau anak, program atau kurikulum dan sekolah secara
keseluruhan (Anita Yus, 2005: 35). Setelah penilaian dilakukan, ada tindak lanjut
yang harus dilakukan oleh lembaga sekolah. Berikut akan peneliti paparkan
a. Penilaian
1) Menyeluruh
terhadap proses maupun hasil kegiatan anak. Penilaian terhadap proses adalah
hari guru memberikan penilaian pada daily report. Guru mengisi checklist dan
catatan anekdot pada daily report yang setiap hari dibawa pulang oleh anak
sebagai laporan kepada orang tua agar orang tua mengetahui bagaimana
memberikan tanda check (√) pada raport terkait dengan indikator yang harus
dicapai dalam aspek tauhid dan aspek pembiasaan tauhid yang merupakan
120
2) Berkesinambungan
gambaran perkembangan hasil belajar anak sebagai hasil didik dari kegiatan
secara terus menurus dengan adanya daily report. Tidak hanya daily report saja,
TK Khalifah Wirobrajan memiliki middle report yang dibagikan kepada orang tua
setiap tengah semester dan raport semester yang dibagikan kepada orang tua
berkesinambungan.
memberi nilai. Dengan demikian guru harurs benar-benar menguasai irama dan
maupun individual.
Pada daily report, middle report dan raport semester yang digunakan
121
indikator-indikator dari aspek tauhid dan pembiasaan tauhid yang harus dicapai
tujuan, karena penilaian didasarkan pada indikator yang hendak dicapai dan telah
4) Objektif
anak.
tidak memandang latar belakang anak. Guru memberikan penilaian sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak. jika anak memang belum bisa, maka guru
akan memberikan tanda (√) pada kolom “J” atau “Jarang” pada indikator aspek
tauhid dan pembiasaan tauhid pada anak. Guru akan memberikan keterangan
“Ulang” pada anak yang belum lancar membaca iqro’nya. Bahkan saat melakukan
122
5) Mendidik
hasil penilaian harus dirasakan sebagai suatu penghargaan bagi yang berhasil dan
sebaliknya merupakan peringatan bagi yang belum berhasil. Namun guru harus
motivator bagi anak, ketika anak tidak mau melakukan pembiasaan, maka guru
tersebut. Misalnya, saat ada anak yang tidak mau melakukan sholat dhuha, guru
akan mendorong anak dan memotivasi anak untuk mau melaksanakan sholat
dhuha, atau saat anak belum hafal membaca surat pendek, maka guru akan
6) Kebermaknaan
Hasil penilaian harus memiliki makna bagi orangtua, anak didik, dan pihak
tersebut akan terpenuhi jika guru dapat memberikan nilai yang benar
sehari-hari di rumah dan tempat lainnya. Di samping itu, guru juga mampu
123
mendeskripsi pertumbuhan dan perkembangan anak secara spsifik, jelas, dan
konkret dari setiap pertumbuhan dan perkembangan yang telah dimiliki masing-
masing anak.
kepada orang tua, karena masih mengandalkan checklist dari pada catatan. Catatan
7) Kesesuaian
anak dengan apa yang dilakukan atau yang diajarkan guru. Artinya, nilai yang
sekolah.
kegiatan yang dilakukan. Jadi, penilaian yang diberikan kepada anak memang
khusus, namun apabila ada anak yang belum mencapai TPP terutama pada aspek
tauhid dan pembiasaan tauhid, maka pihak sekolah akan melakukan home visit.
Home visit ini bertujuan untuk menyampaikan kepada orang tua bagaimana
124
perkembangan anaknya di sekolah, sehingga antara pihak sekolah dan orang tua
perkembangan anak.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 58
Tahun 2009 mengenai program tindak lanjut, yaitu dilakukan untuk memperbaiki
permainan edukatif, alat kebersihan dan kesehatan. Program tindak lanjut dapat
orang tua.
berikut.
125
Lanjutan tabel 5...
No Tahap Pembelajaran Pembelajaran Nilai Tauhid yang Diterapkan
Tauhid
- Kegiatan Awal Berdoa, hafalan Beriman kepada uluhiyah
surat pendek dan Allah.
membaca hadist.
126
4. Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran
Tauhid
orang tua dan masyarakat. Selain itu, terdapat faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran tauhid adalah adanya dukungan dari masyarakat dan orang tua,
belum adanya pengenalan wujud Allah yang merupakan nilai tauhid dalam
beriman kepada Allah; (2) masalah waktu dan; (3) kurangnya kesadaran atau
Faktor penghambat yang pertama sesuai teori Abdul Aziz (2000: 7) yang
mengungkapkan bahwa dalam beriman kepada Allah meliputi empat nilai tauhid
yaitu beriman kepada wujud Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman
kepada uluhiyah Allah serta beriman kepada asma’ dan sifat Allah. Tetapi yang
beriman kepada uluhiyah Allah serta beriman kepada asma’ dan sifat Allah.
Faktor penghambat kedua sesuai dengan teori Comer dan Haynes (1997)
yang mengatakan bahwa anak-anak belajar dengan lebih baik jika lingkungan
sekelilingnya mendukung, yakni orangtua, guru, dan anggota keluarga lainnya serta
oleh orangtua dan anggota masyarakat. Orangtua, guru dan masyarakat sebaiknya
memiliki hubungan yang baik agar program sekolah dapat berjalan dengan baik pula.
127
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan
Wirobrajan telah menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua maupun
kesadaran atau motivasi dari orang tua terhadap pelaksanaan pembelajaran tauhid
ada di sekolah dengan di rumah untuk para orang tua. Hal ini dapat disampaikan
saat ada rapat komite sekolah, karena kebetulan rapat komite rutin dilakukan
setiap satu bulan sekali. Pada rapat ini, guru dapat menyampaikannya kepada
orang tua.
waktu istirahat dan pulang sekolah. Tetapi akan lebih efisien lagi apabila iqro’
dilakukan secara klasikal sama seperti yang telah direncanakan dalam RKH.
Sehingga waktu yang dibutuhkan cukup dan semua anak dapat belajar bersama.
128
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
karena disusun oleh tim Khalifah Pusat, yang kemudian didistribusikan ke seluruh
(1) Program Semester, (2) RKM; dan (3) RKH. Tim Khalifah mengembangkan
sendiri aspek nilai agama dan moralnya menjadi aspek tauhid dan aspek
beriman kepada Allah ada 3 nilai yaitu beriman kepada rububiyah Allah, beriman
kepada uluhiyah Allah serta beriman kepada asma’ dan sifat Allah.
kepada Allah SWT; (2) Meneladani Nabi Muhammad SAW, salah satunya dengan
berbuat baik kepada orang lain; (3) Peduli terhadap sesama dan lingkungan
sekitar.
129
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tauhid
mengucap salam, (2) bersedekah, (3) membaca iqro’ satu per satu, (4) berdoa, (5)
hafalan surat pendek dan (5) membaca hadist. Kegiatan inti pada pelaksanaan
pembelajaran tauhid meliputi: (1) bernyanyi lagu islami, (2) membaca doa sehari-
hari, (3) praktik berwudhu, (4) praktik sholat dhuha, (5) berdzikir, (6) membaca
doa setelah sholat dhuha, (7) pemberian nasihat kepada anak dan (8) dengan
doa sehari-hari, (2) beruka puasa (snack time), (3) menyanyikan lagu adab makan
dalam islam dan iqro’. Kegiatan penutup pada pelaksanaan pembelajaran tauhid
meliputi: (1) berdoa, (2) membaca iqro’ bagi yang belum membaca, (3) sholat
dalam beriman kepada Allah yaitu rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah
penilaian dan tindak lanjut. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran tauhid
dan (3) portofolio. Terdapat 3 raport yang digunakan, yaitu (1) daily report, (2)
middle report dan (3) raport semester. Sedangkan untuk program tindak lanjut,
pihak sekolah melakukan home visit apabila anak belum mencapai TPP.
130
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran
Tauhid
Khalifah Wirobrajan yaitu (1) dari lingkungan (masyarakat dan orang tua), (2)
pendidik yang berkompeten, (3) media pembelajaran dan (4) sarana prasarana
pembelajaran untuk mengenal wujud Allah yang merupakan salah satu dari 4 nilai
dalam beriman kepada Allah, (2) waktu pelaksanaan pembelajaran dan (3) orang
tua yang belum memiliki kesadaran atau belum ada motivasi dalam menerapkan
B. Saran
berikut:
131
3. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya menerapkan pembelajaran
Besar Keagamaan, terutama pada Bulan Ramadhan atau pada Bulan Haji,
karena aspek tauhid yang diterapkan lebih banyak dan bisa mengetahui
132