PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad
ke-18 , dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadog Jerman F.W. Foerster. Terminologi
ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis spiritual dalam pendidikan yang juga dikenal
dengan normative. Namun, sebenarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti
sejarah pendidikan itu sendiri. Lahirnya pendidikan bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk
menghidupkan kembali deal spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang.
`Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada sejak kemerdekaan Republik
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Presiden soekarno menyatakan
perlunya nation and character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.
Beliau menyadari bahwa karakter suatu bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat
keberhasilan dan kemajuan bangsa.
Namun sungguh memprihatinkan kondisi bangsa dan Negara pada era globalisasi ini. Nilai-nilai
luhur yang tinggi yang bermuatan etika atau akhlak atau budi pekerti yang diwariskan oleh nenek
moyang hancur begitu saja ketika disiram oleh global dan dibawa pula oleh arus global yang
amat laju. Nilai-nilai luhur yang diwariskan melalui budaya, dituangkan dalam sisa-sisa
pancasila dan penjabarannya yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur agama tampaknya kurang
memberi bekas dalam kepribadian anak bangsa.
Pentingnya pembangunan karakter / budi pekerti bangsa telah disadari oleh pemerintah. Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, dan instruksi presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pencepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 merupakan dasar Hukum
yang penting bahwa pemerintah sangat serius untuk membangun karakter / budi pekerti bangsa.
Pemerintah sekarang bertekad membangunkan karakter / budi pekerti bangsa sebagai salah satu
fokus utama pembangunan nasional
BAB II
PEMBAHASAN
Karakter / budi pekerti bangsa adalah hal yang unik yang khas yang menjadi unsur pembeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa lain yang merupakan perpaduan karakter / budi pekerti
dari seluruh warga negaranya. Pendidikan Karakter / Budi Pekerti dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik memelihara apa
yang baik dan mewujudkan dan menebarkan kebaikan kedalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. baik terhadap tuhan yang maha esa , diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan.
Menurut Dr. Martin Luther King, yakni ; Intelligence plus character …. That is the goal of true
education (kecerdasan yang berkarakter ….. adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Adapun tujuan pendidikan karakter sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3
(3) : “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-undang.”
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dirumuskan
dalam pasal 3 : “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.”
Berdasarkan komitmen tersebut dirumuskan tujuan pendidikan karakter secara umum adalah.
a).untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran
agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila pancasila.
b). untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pendidikan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan
seimbang.
Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar
berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang
bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
merupakan peranan penting dalam pembentukan karakter. Karena orangtua yang bijak
seharusnya memperhatikan kebutuhan anak yang paling mereka senangi.
2) Pendidikan Formal
Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan pada jalur pendidikan formal. Pendidikan karakter
di sekolah tidak harus dengan menyusun kurikulum baru, yaitu kurikulum pendidikan budi
pekerti, pendidikan karakter atau budi pekerti dapat dimasukkan dalam pokok-pokok
pembahasan.
Dalam proses pembelajaran di kelas, Peserta didik mengungkap potensi-potensi dalam dirinya,
harus mengetahui bakat dan minatnya, harus mengetahui keadaan jasmani dan rohaninya, dsb.
Peserta didik juga harus mampu mengarahkan dirinya, lalu peserta didik dituntut agar mampu
mewujudkan diri secara baik di tengah lingkungannya. Sesuai dengan bakat, minat, kemampuan
dan karakteristik kepribadiannya.Hendaknya dilakukan tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan
pada orang lain.
Peranan guru sangat penting dalam proses pembentukan karakter. Tugas dan tanggung jawab
utama guru adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik dalam mencapai
kedewasaan. Dalam proses pembelajaran, guru juga sebagai pembimbing. Maka, untuk dapat
menjalankan tugas ini secara efektif, guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta
didik baik fisik maupun psikis.
3. Pendidikan Non-Formal
Disamping karakter dapat dibangun di kelas juga dapat dibangun melalui kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah. Seperti organisasi siswa intra sekolah (OSIS), Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM), Pramuka, Resimen Mahasiswa
(MENWA), Lembaga Dakwah Kampus (LDI), Olahraga. Kesenian, Koperasi Mahasiswa
(KOPMA), dll. Latihan kepemimpinan merupakan cara untuk membentuk kader kepemimpinan
yang disiplin, bertanggungjawab, dan diarahkan bagaimana berorganisasi yang baik oleh para
pembimbing. Keteladan pembimbing sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik
dan pembangunan karakter peserta didik, karena pengalaman langsung dalam berorganisasi.
Menurut Rajasa (2007) , tiga peran penting generasi muda dalam upaya pembangunan karakter
bangsa adalah sebagai berikut :
Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif. Esensi peran ini
adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung tinggi nilai-
nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk
menginternalisasikannya pada kegiata dan aktifitasnya sehari-hari.
tidak akan cukup jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus sehingga generasi
muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya
adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari
pengembangan karakter bangsa yang positif.
Pemuda sebagai perekayasa sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk
c). meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan Karakter / Budi Pekerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan, baik memelihara apa yang baik dan mewujudkan
dan menebarkan kebaikan kedalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Tujuan pendidikan karakter secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan
karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan
mengamalkan nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari setiap butir sila
pancasila.
Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik agar
berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang
bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.