Anda di halaman 1dari 25

PENTINGNYA PENDIDIKAN BERKARAKTER

ISTIQAMA
1847040002
M.71

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta

didik untuk lebih maju. Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan

ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri,

diantara nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang terdiri dari beberapa

unsur. Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam

proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966).

Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural

Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang

memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi

sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal

ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.
3

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan

di setiap jenjang, termasuk di Sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna

mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter

peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan

berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University

Amerika Serikat (Rachman, Maman, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak

ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,

tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian

ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill

dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa

berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard

skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat

penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali

dalam penguasaan soft skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca

tahu betapa pentingnya pendidikan karakter bagi semua orang, khususnya bangsa

Indonesia sendiri.
4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi manusia insan kamil.

Dalam pendidikan karakter, semua komponen harus dilibatkan, termasuk

komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata

pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-

anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk

mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada

gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan

menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi”(Degeng, S Nyoman,1989).


5

2. Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi

perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran

kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap

memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan

norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan,

pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita

ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar,

bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima

pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa

mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di

dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi

persoalan bagi mereka. (Hasan, S. Hamid. 2000)

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idil Pancasila, dan

landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada

tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun

nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan

berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan.

Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis

merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial

budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika”

pada lambang negara Indonesia.


6

”Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah

kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan

itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan

bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan

harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang

berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar

wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi

tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk

membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan

damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (Joni, T. Raka.

1996)

3. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,

apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan

kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah,

tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga

termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter

di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-

nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan

sehari-hari.
7

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan

karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design

pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand

design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan,

dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam

konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan

dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual

development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development),

dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan

dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand

design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan

informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam

keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya

sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada

dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu,

pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan

peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum

memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan


8

pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang

relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik

ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil

belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan

mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan

pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah

perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama

dalam pembentukan karakter peserta didik .

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh sekolah di Indonesia terutama

pada tingkat SMP, karena di masa SMP peserta didik belum terlalu melawan kepada

guru. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan

administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah

yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik

dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke

sekolah-sekolah lainnya.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan

dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta


9

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.

Menurut Trianto, (2009), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta

didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan

akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang

selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya,

serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah

diimplementasikan di sekolah.

Melalui program ini diharapkan lulusan-lulusan dari peserta didik dapat

memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus

memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada

tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya

sekolah.

4. Pendidikan Karakter Yang Berhasil

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui

pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar

Kompetensi Lulusan SMP,antara lain meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c. Menunjukkan sikap percaya diri.


10

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan social.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara

kesatuan Republik Indonesia.

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat.


11

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek

sederhana.

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah.

u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan

simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat

sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

5. Perlunya Pendidikan Berbasis Karakter di Era Globalisasi

Bebagai fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup

mengkhawatirkan. Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah menjadi hal

yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi.

Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan

kehendak satu kelompok terhadap kelompok lain dianggap biasa. Hukum begitu

jeli pada kesalahan, tetapi buta pada keadilan.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini yang berada di era

global, bangsa Indonesia harus memiliki visi prospektif dan pandangan hidup yang

kuat agar tidak didekte, dan diombang-ambingkan oleh kekuatan asing. Berbagai

bentuk pelanggaran masih terus terjadi seperti tindakan kekerasan dan pelanggaran
12

HAM, perilaku amoral dan runtuhnya budi pekerti luhur, semau gue dan tidak

disiplin, anarkhisme dan ketidaksabaran, korupsi, ketidakjujuran dan budaya

nerabas, rentannya kemandirian dan jati diri bangsa, terus menghiasai kehidupan

bangsa kita.

Dari situasi tersebut bahwa pendidikan nilai/moral memang sangat

diperlukan atas dasar argumen; adanya kebutuhan nyata dan mendesak; proses

tranmisi nilai sebagai proses peradaban; peranan sekolah sebagai pendidik moral

yang vital pada saat melemahnya pendidikan nilai dalam masyarakat; tetap adanya

kode etik dalam masyarakat yang sarat konflik nilai; kebutuhan demokrasi akan

pendidikan moral; kenyataan yang sesungguhnya bahwa tidak ada pendidikan yang

bebas nilai; persoalan moral sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan

adanya landasan yang kuat dan dukungan luas terhadap pendidikan moral di

sekolah. Semua argumen tersebut tampaknya masih relevan untuk menjadi

cerminan kebutuhan akan pendidikan nilai/moral di Indonesia pada saat ini.

Proses demokasi yang semakin meluas, tantangan globalisasi yang semakin

kuat, beragam disatu pihak dan dunia persekolahan, pendidikan tinggi yang lebih

mementingkan penguasaan dimensi pengetahuan dan mengabaikan pendidikan

nilai/moral saat ini, merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia untuk

membangkitkan komitmen dan melakukan gerakan nasional pendidikan karakter.

Lebih jauh dari itu adalah Indonesia dengan masyarakatnya yang ber-Bhinneka

tunggal ika dan dengan falsafah negaranya Pancasila yang sarat dengan nilai dan

moral, merupakan alasan filosofik-ideologis, dan sosial-kultural tentang pentingnya


13

pendidikan karakter untuk dibangun dan dilaksanakan secara nasional dan

berkelanjutan.

6. Penerapan Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

Pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai nasionalisme di sekolah-

sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lain tidak berjalan efektif karena

siswa tidak menemukan sosok teladan. Akibatnya, siswa berpandangan, pendidikan

karakter di era globalisasi ini hanya sekedar wacana dan tidak perlu di aplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari dan mereka merasa di bohongi dengan hanya

mendengarkan materi tentang karakter baik, kejujuran, dan patriotisme, tetapi gagal

menemukan sosok teladan dalam kehidupan nyata. Mereka hanya meyakini paham

baru yang disebabkan adanya globalisasi di segala bidang yang justru bertolak

belakang dengan nilai-nilai moral pancasila di negara Indonesia.

Penerapan pendidikan karakter sebenarnya dapat dilakukan pada berbagai

jenjang, mulai dari SD (bahkan TK) hingga perguruan tinggi. Berbagai macam cara

dapat dilakukan. Sekolah (termasuk perguruan tinggi) harus bisa melakukan upaya-

upaya pembentukan karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran formal mereka

di lembaga tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan

pembentukan karakter pada matapelajaran tertentu. “Pendidikan karakter bersifat

pengajaran nilai, maka tidak perlu ada penambahan bahan kajian. Dengan

demikian, pelaksanaan implementasi pendidikan karakter tidak perlu menambah

alokasi waktu yang tersedia pada tiap-tiap mata pelajaran, tetapi cukup melakukan

pembahasan pada metode pengajaran atau cara penyajian bahan pengajaran.).


14

Selain itu, juga dicarikan tokoh-tokoh teladan dalam proses pembelajaran. Misalnya

di kelas-kelas sebuah lembaga pendidikan, selain menjelaskan materi-materi

tentang pendidikan karakter guru juga mencarikan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan

panutan dalam menghadapi kehidupan di era globalisasi.

Dari contoh-contoh yang telah disebutkan di atas, ada hal penting yang

harus diperhatikan dalam penerapan pendidikan karakter. Hal tersebut yaitu

pemberian contoh oleh guru. Pepatah mengatakan bahwa guru adalah seseorang

yang digugu dan ditiru. Berdasarkan pepatah tersebut, guru haruslah senantiasa

memberikan contoh terbaik kepada siswanya tentang perilaku-perilaku terpuji

pembentuk karakter. Guru tidak boleh hanya memberikan perintah kepada

siswanya untuk berperilaku baik, tetapi ia juga harus memberikan contoh kepada

siswanya berupa perilaku yang baik pula. Dengan demikian, ada kerjasama antara

guru dan siswa dalam membentuk karakter siswa.

7. Manfaat Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

Dari beberapa uraian diatas, manfaat pendidikan karakter di era globalisasi

sangat banyak dan besar bagi kehidupan bangsa dan negara karena perannya yang

sangat fital dalam pembentukan karakter warga negara berdasarkan nilai-nilai etika

dan budaya bangsa. Berikut ini berbagai manfaat dari pendidikan karakter yaitu:

a. Pendidikan karakter menjadikan individu yang maju, mandiri, dan kokoh

dalam menggenggam prinsip.

b. Pendidikan karakter akan menjadi benteng dalam memerangi berbagai

perilaku berbahaya dan gelap.


15

c. Pendidikan karakter sebagai Promoting Prosocial Attitudes/Values.

d. Pendidikan karakter sebagai Encouraging Intellectual/Academic Values.

e. Pendidikan karakter sebagai Mempromosikan Pengembangan Pribadi

Holistik.

f. Pendidikan karakter sebagai Encouraging Civic Responsibility Mendorong

Tanggung Jawab Civic. Meliputi layanan & kesukarelaan, politik tindakan,

keberlanjutan dan civic keterlibatan.

8. Nilai – Nilai dalam Pendidikan Karakter

a. Nilai Keutamaan

Manusia memiliki keutamaan kalau dia menghayati dan melaksanaakan

tindakan-tindakan utama yang membawa kebaikan bagi diri sendir dan orang

lain.

b. Nilai Keindahan

Nilai keindahan ditafsirkan hanya pada keindahan fisik saja berupa hasil

karya seni,patung, bangunan, sastra dan lain-lain. Namun arti sesungguhnya

nilai keindahan adalah dalam tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi

interioritas manusia itu sendiri yang menjadi panentu kualitas diri sebagai

manusia.

c. Nilai Kerja

Nilai kerja adalah nilai tentang kejujuran yang mencerminkan sikap

manusia terhadap penghargaan nilai kerja yang diperlukan kesabaran,

ketekunan, dan jerih payah untuk mendapatkannya.


16

d. Nilai Cinta Tanah Air

Nilai cinta tanah air adalah nilai patriotisme atau semangat juang yang

dimiliki oleh seorang manusia terhadap yang dicita-citakan negaranya. Yang

rela berjuang tampa pamrih untuk menndapatkan kebaikan yang lebih tinggi

untuk kebaikan bersama.

e. Nilai Demokrasi

Nilai demokrasi adalah nilai kebebasan berfikir dan menyampaikan

pendapat yang dapat mempersatukan secara dialogis berbagai macam pebedaan

yang terdapat pada manusia.

f. Nilai Kesatuan

Nilai kesatuan adalah nilai yang menghormati adanya perbedaan dan

pluralitas yang dimiliki dalam masyarakat. Karena suatu negara tidak akan

bertahan tampa adanya nilai kesatuan yang dimiliki oleh setiap individu warga

negaranya.

g. Nilai Moral

Nilai moral adalah nilai yang merupakan sebuah panggilan untuk merawat

jiwa individu itu sendiri. Yang dapat menentukan bahwa seseorang itu baik atau

buruk. Nilai moral menjadi sangat vital karena karena bersifat superfisial

h. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan adalah sikap keterbukaan terhadap kebudaan lain yang

termasuk kultur agama dan keyakinan yang berbeda. Dan tidak bersikap

berkelompok-kelompok, kepentingan kelompok bukanlah sebuah suatu nilai

melainkan kepentingan bersama yang harus di utamakan.


17

9. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah

dipahami dan dapat dipahami siswa dan setiap individu yang bekerja dalam

lingkungan pendidikan itu sendiri. Ada beberapa prinsip yang bisa digunakan

pendidikan karakter yaitu:

a. Karakter ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu

katakan atau kamu yakini.

b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam

apa dirimu.

c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan

dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayar

dengan mahal, sebab mengandung resiko.

d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain

sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih dari

mereka.

e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformasi. Seorang

individu bisa mengubah dunia.

f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu

menjadi peribadi yang lebih baik. Dan ini akan membuat dunia menjadi

tempat yang lebih baik untuk dihuni.


18

10. Keberhasilan Implementasi Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui

pencapaian indikator oleh peserta didik yang antara lain meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c. Menunjukkan sikap percaya diri.

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara

kesatuan Republik Indonesia.


19

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat. Menghargai adanya perbedaan pendapat.

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah.

u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya

sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus

berlandaskan nilai-nilai tersebut.

11. Metode Pendidikan Karakter

Metode pendidikan karakter bertujuan untuk mencapai pertumbuhan

integral dalam pendidikan karakter, dalam melaksanakannya perlu

dipertimbangkan berbagai macam metode yang mencapai idealisme dan tujuan


20

pendidikan karakter. Metode ini bisa menjadi unsur-unsur yang sangat penting

dalam sebuah pendidikan karakter yaitu:

a. Mengajarkan

Memberikan sesuatu hal yang baru agar orang mendapat sesuatu hal

tersebut mengetahui dan mengadakan suatu perubahan terhadap dirinya sendiri.

Mengajarkan nilai-nilai karakter diperlukan gagasan yang konsetual yang menjadi

pemandu dalam pengembangan karakter individu.

b. Keteladanan

Mencontohkan sesuatu kepada orang lain sehingga orang lain tersebut dapat

meniru prilaku tersebut sehingga mengakibatkan terjadi perubahan pada orang yang

melihat. Keteladanan adalah mencontohkan hal baik yang dimilikinya walapun

dimanapun.

c. Menentukan Prioritas

Adalah menentukan seberapa penting nilai-nilai karakter yang ditekan

untuk dikembang pada suatu individu, lingkungan, masyarakat. Perlu ketegasan

dalam merumuskan prioritas nilai pendidikan karakter.

d. Praksis Prioritas

Adalah memprioritaskan tindakan nyata dilapangan. Yang menjadi suatu

tuntutan pendidikan karakter yang perlu adanya verifikasi untuk dapat

merealisasikannya.
21

e. Refleksi

Ditunjukan secara nyata dalam kehidupan sehingga manusia dapat mampu

mengatasi dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya. Perlu adanya pendalaman

setelah mendapat pedidikan karakter .


22

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis

nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran,

keindahan, kebaikan, dan keimanan dan pendidikan berbasis karakter akan

menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk,

manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Pendidikan karakter sangat diperlukan

atas dasar argumen; adanya kebutuhan nyata dan mendesak; proses tranmisi nilai

sebagai proses peradaban; peranan sekolah sebagai pendidik moral yang vital pada

saat melemahnya pendidikan nilai dalam masyarakat; tetap adanya kode etik dalam

masyarakat yang sarat konflik nilai; kebutuhan demokrasi akan pendidikan moral;

kenyataan yang sesungguhnya bahwa tidak ada pendidikan yang bebas nilai;

persoalan moral sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan adanya

landasan yan g kuat dan dukungan luas terhadap pendidikan moral di sekolah.

Penerapan pendidikan karakter di sebuah lembaga pendidikan harus ada

integrasi dengan materi mata pelajaran dan aplikasi terhadap materi-materi

pendidikan karakter. Selain itu, guru juga mencarikan tokoh-tokoh untuk dijadikan

teladan di era globalisasi. Manfaat pendidikan karakter banyak dan sangat besar

dalam pembentukan karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai etika dan

budaya bangsa.
23

2. Saran

Pemerintah harus selalu memantau atau mengawasi dunia pendidikan,

karena dari dunia pendidikan Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga

Negara bisa hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan. Dalam upaya untuk

mendukung dan mensukseskan pendidikan karakter perlu juga adanya teladan yang

baik bagi murid-murid di sekolah. Sehingga mereka akan mudah untuk

mengaplikasikan materi-materi pendidikan karakter

Dalam upaya untuk mendukung dan mensukseskan pendidikan karakter,

selain adanya teladan yang baik, juga memberikan perhatian dan memberikan

sarana-sarana yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan karakter di era

globalisasi. Seorang guru atau orang tua juga harus mendoakan anak atau muridnya

supaya menjadi lebih baik, bukan mendoakan keburukan bagi anak didiknya.

Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta

didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya, karena jika tidak semua

pembelajaran yang di jalani anak didik akan sia-sia. Semoga karya tulis dapat

bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Amiiin..


24

DAFTAR PUSTAKA

Degeng, S Nyoman. 1989. Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud.

Fudhi. 2011. Peran Pendidikan Berbasis Karakter.(online):

(http//:http://avehazen.blogspot.com/2011/06/peran-pendidikan-berbasis-

karakter di_15.html) diakses pada 28 Oktober 2011.

Hasan, S. Hamid. 2000. Pendekatan Multikultural untuk Penyempurnaan

Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Dirjen Dikti Bagian Proyek

PPGSD.

Kementerian Pendidikan Nasional.2010.Pendidikan Karakter, Kumpulan

Pengalaman Inspiratif.Jakarta.

Koesoema, doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak diZaman

Global. Jakarta: Grasindo.

Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Revaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi

Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7

Trianto. 2009. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher.


25

Anda mungkin juga menyukai