Dirangkum oleh:
LANGKAH LANGKAH
A. RASIONAL
Isu budaya dan karakter bangsa pada saat ini menjadi salah satu fokus
problematika berbangsa, bernegara, dan kemasyarakatan yang sangat menonjol.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan
kasus pemaksaan kehendak sering muncul. Kecenderungan ini juga menimpa
generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Salah satu akar
masalahnya adalah implementasi pendidikan yang terlalu menekankan aspek
kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan
yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan perlu
direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan
pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini, khususnya pembentukan
karakter individu dan masyarakat.
Pendidikan karakter atau budi pekerti adalah landasan utama pendidikan
yang harus diberikan kepada peserta didik sebagai generasi muda tulang
punggung masa depan bangsa, untuk melahirkan generasi yang berkarakter,
berbudi pekerti luhur, bermoral dan bermental kuat. Hanya bangsa yang memiliki
karakter demikian diharapkan menjadi bangsa yang sehat mental dan
moralitasnya. Dengan kata lain, pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
manusia, yang tidak saja menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
dilandasi oleh iman dan taqwa, berbudi pekerti luhur, cinta tanah air, toleran
dengan pluralitas dan keaneka-ragaman bangsa serta keaneka ragaman budaya
dunia.
Adapun cara yang dipilih untuk terwujudnya revolusi mental di bidang
pendidikan adalah penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah melalui
program pembelajaran diperluas (broader learning) melaui kegiatan Ko-kurikuler
maupun Ekstra-kurikuler pada jenjang Pendidikan Dasar.
B. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini dan interaksi pembelajaran yang menyertainya,
para peserta peningkatan kapasitas diharapkan memiliki kemampuan:
1. Memahami konsep dasar penguatan pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan dasar.
2. Memahami prinsip-prinsip penguatan pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan dasar.
C. ALOKASI WAKTU
2 X 40 menit
D. METODE
Metode utama adalah kombinasi terhadap masalah Pendidikan Karakter,
dilanjutkan Diskusi Kelompok, Refleksi, Brainstorming, dan Metode Proyek
Penyusunan Tindak Lanjut.
E. MATERI
I. Pengantar
Pendidikan Nasional Indonesia berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana dicantumkan dalam
pasal 3 UU No. 20 tahun 20013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sementara itu, pasal 4ayat (2) UU ini menyatakan bahwa Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multi makna. Pasal 5 ayat (5): setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Isu budaya dan karakter bangsa pada saat ini menjadi salah satu
fokus problematika berbangsa dan kemasyarakatan yang sangat menonjol.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan
dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul. Kecenderungan ini juga
menimpa generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal.
Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa kekerasan tersebut bersumber
dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat
menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi
kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan
peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang
peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan
direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini, khususnya pembentukan karakter individu
dan masyarakat.
Pendidikan karakter secara yuridis formal merupakan fungsi dan
tujuan utama sebagaimana tertuang pada pasal 3 UU Sisdiknas bahwa
pendidikan nacional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pendidikan karakter atau budi pekerti adalah landasan utama
pendidikan yang harus diberikan kepada peserta didik sebgai generasi muda
tulang punggung masa depan bangsa, untuk melahirkan generasi yang
berkarakter, berbudi pekerti luhur, bermoral dan bermental kuat. Hanya
bangsa yang memiliki karakter demikian diharapkan menjadi bangsa yang
sehat mental dan moralitasnya. Dengan kata lain, pendidikan diharapkan
dapat menghasilkan manusia, yang tidak saja menguasi ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi juga dilandasi oleh iman dan taqwa, berbudi pekerti
luhur, cinta tanah air, toleran dengan pluralitas dan keaneka ragaman
bangsa serta keaneka ragaman budaya dunia.
Setelah Indonesia merdeka, khususnya pada masa Presiden
Soekarno, keinginan untuk menjadi bangsa berkarakter terus
dikumandangkan oleh pemimpin nasional. Soekarno senantiasa
membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang
berkarakter dengan ajakan berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri.
Soekarno mengajak bangsa dan seluruh rakyat Indonesia untuk tidak
bergantung pada bangsa lain, melainkan harus menjadi bangsa yang
mandiri. Ajakan untuk menjadi bangsa yang mandiri ini dilanjutkan dengan
Trisakti, yaitu berdaulat secara bidang politik, mandiri di bidang ekonomi,
dan berkarakter di bidang kebudayaan. Semangat untuk menjadi bangsa
yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno dengan mencanangkan nation
and character building dalam rangka membangun dan mengembangkan
karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik
Soekarno menegaskan dalam amanat Pembangunan Semesta Berencana
tentang pentingnya karakter ini sebagai mental investment, yang
mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam
pelaksanaan pembangunan dan mental yang dimaksud adalah mental
Pancasila.
Setelah 71 tahun Indonesia merdeka, pentingnya pendidikan karakter
untuk membangun Indonesia semakin dirasa penting. Dalam program
Pemerintahan Jokowi-Yusuf Kalla, pendidikan karakter telah ditetapkan
salah satu poin penting untuk diprioritaskan. Implemementasi Nawa Cita
pada tingkat pendidikan dasar penekanan pentingnya pendidikan karakter.
Penekanan tersebut secara tegas dinyatakan bahwa pada tingkat SD
pendidikankarakter, 70%, pengetahuan 30%. Pada jenjang SMP 60%
pendidikan karakterdan 40% pengetahuan, dari keseluruhan komponen
kurikulum.
Komponen pendidikan karaktertersebut di atas tidak mungkin
sepenuhnya diintegrasikan kedalam mata pelajaran (intra kurikuler) berdasar
kurikulum 2013 (K13). Maka oleh sebab itu perlu terobosan agar proporsi
pendidikan karakter di tingkat pendidikan dasar tersebut dapat terpenuhi dan
tujuan pendidikan karakter yang searah dengan visi revolusi mental dapat
tercapai.
Adapun alternative terobosan tersebut adalah melalui program
pembelajaran diperluas (broader learning) melaui kegiatan Ko-kurikuler
maupun Ekstra-kurikuler pada jenjang pendidikan Dasar.
V. Strategi PPK
Strategi penguatan pendidikan karakter dilakukan melalui 3 basis
utama pendekatan pendidikan karakter, yaitu penguatan pendidikan
karakter berbasis kelas, kultur sekolah dan komunitas.
a. Strategi penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dilakukan
melalui proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas.
Penguatan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar di dalam kelas
bisa berupa pemilihan model pembelajaran tematik (ada alokasi waktu
khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu), non-tematik (terintegrasi
dengan materi pembelajaran dalam kurikulum), dan non-instruksional
(manajemen kelas dan organisasi fisik lingkungan kelas).
b. Strategi penguatan pendidikan karakter berbasis kultur sekolah
dilakukan melalui kegiatanko-kurikuler, ekstra-kurikuler dan
pengembangan manajemen pengelolaan lembaga pendidikan (tata
kelola sekolah, tata peraturan sekolah, norma-norma, regulasi
pendidikan) yang mendukung pembentukan karakter peserta didik
sebagai pembelajar.
c. Strategi penguatan pendidikan karakter berbasis komunitas dilakukan
dengan melakukan kerjasama dengan komunitas-komunitas di luar
lembaga pendidikan sebagai sumber-sumber pembelajaran, tempat
berbagi pengalaman dan keterampilan yang memperkuat penumbuhan
karakter peserta didik.
MATERI 2
B. TUJUAN
Modul ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi
pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam program penguatan
pendidikan karakter khususnya tentang nilai-ilai utama revolusi mental dalam
pendidikan
C. ALOKASI WAKTU:
2 X 40 Menit
D. METODE:
Metode utama adalah kombinasi terhadap masalah Pendidikan Karakter,
dilanjutkan Diskusi Kelompok, Refleksi, Brainstorming, dan Metode Proyek
Penyusunan Tindak Lanjut.
E. MATERI
A. Pengantar
Revolusi mental menurut YudiLatif (2014) secara denotatif, revolusi berarti
kembali lagi atau berulang kembali, maker evolusi berarti pengulangan secara
terus-menerus yang menjadikan sebuah akhir sekaligus awalnya. Sejalan
dengan definisi ini, ditegaskan oleh Komarudin (2014) yang menyatakan bahwa
revolusi mental merupakan perubahan mendasar dan signifikan, watak, cara
berpikir serta bersikap, berbuat, bertindak, dan berperilaku (mind set),
budayakerja (culture set), yang ditandai tiga kata kunci, yaitu cerdas, sehat, dan
berkepribadian luhur. Menuju revolusi mental yang berkepribadian adalah
membentuk manusia yang cerdas otaknya, sehat fisiknya, dan berbudi luhur
prilakunya.
Sedangkan menurut Junimart Girsang dan Supriyono B. Sumbogo (2015)
revolusi mental adalah perombakan manusia Indonesia, khususnya
penyelenggara negara, yang keras kepala, suka berdusta, mencuri,
menyeleweng, dan menyiksa orang lain. Target perombakan adalah terciptanya
manusia Indonesia yang memiliki tujuan hidup yang jelas, konsep diri yang
baik, koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, regulasi diri,
integrasi kepribadian, dan batin yang tenang.”.
Revolusi mental dapat dimaknai sebagai upaya loncatan mental untuk
membangun mental dan kultur baru bangsa yang selama ini banyak tergerus
arus zaman. Dengan kata lain revolusi mental ingin menghadirkan paradigma
baru pemerintahan yang berkerakyatan seperti konsep Trisakti Soekarno
berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan. Dalam naskah kampanyenya, Jokowi-JK mengutarakan bahwa
bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga masalah pokok bangsa, yakni (1)
merosotnya kewibawaan negara, (2) melemahnya sendi-sendi perekonomian
nasional, dan (3) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Untuk
menjawab persoalan di atas, kemudian Jokowi-JK menjabarkan konsep Trisakti
tersebut dalam bentuk a) Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam
pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. b) Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam
pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai
pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan negara dan pelaku
utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional. dan c) Kepribadian
dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotong-
royongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai
kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik
dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.Melaksanakan revolusi mental,
kita dapat menggunakan konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung Karno
dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya, ”Indonesia yang berdaulat
secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan ”Indonesia yang
berkepribadian secara sosial-budaya”.
KESIMPULAN:
Karakter RELIGIUS, NASIONALIS, MANDIRI, GOTONG ROYONG dan
INTEGRITAS sebagai lima nilai utama merupakan intisari dari Nawacita, nilai-nilai
revolusi mental, dan 18 karakter yang telah dikembangkan sebelumnya.
EVALUASI
Petunjuk khusus; pilihlah satu jawaban (a, b, c atau d) yang anda anggap tepat
2. Salah satu butir Nawa Cita adalah harapannya di bidang pendidikan untuk
melakukan revolusi karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan fungsi
pendidikan sebagaimana terkandung dalam Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yatu:
a. membentuk kecerdasan c. Mengembangkan
dan ketaqwaan peserta kemampuan dan
didik membentuk watak
b. Mengembangkan d. mengembangkan
kepribadian dan kecerdasan dan karakter
kemampuan sosial bangsa