Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis
pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan
pada pembentukan karakter, sebagaimana digagas oleh para pendiri bangsa. Beberapa pendidik
Indonesia modern yang kita kenal, seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Malaka,
Moh Natsir, dll. Telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai bentuk
kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2017 tentang


Penguatan Pendidikan Karakter dan Permendikbud No 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan
Pendidikan Karakter pada satuan Pendidikan Formal. Agar program penguatan Pendidikan
karakter dapat terealisasi dan mencapai hasil seperti yang diharapkan, semua pihak terkait
hendaknya berperan aktif dan memberikan kontribusi yang berarti sesuai tugas pokok dan peran
masing-masing. Sekolah diharapkan segera mencermati panduan, rancangan, dan program
pelaksanaan Pendidikan karakter sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah.

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada seluruh warga sekolah yang
telah meluangkan waktunya untuk menyusun Program ini. Semoga Allah SWT memberikan
petunjuk terhadap segala upaya yang dilakukan demi kemajuan Pendidikan di Indonesia
khususnya di SD Negeri Serang 3.

Serang, Februari 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dalam berkembangnya ilmu pengetahuan, serta teknologi dan informasi saat


ini menimbulkan banyaknya tantangan bagi seluruh manusia di dunia termasuk
Indonesia. Beberapa waktu terakhir ini, di dunia pendidikan banyak ditemukan
berbagai masalah, diantaranya adalah Kondisi moral/akhlak generasi muda yang
rusak. Hal ini di tandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja (generasi
muda), peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar, peredaran foto dan
video porno pada kalangan pelajar, dan sebagianya. Data hasil survey mengenai seks
bebas di kalangan remaja Indonesia menunjukkan 63% remaja Indonesia melakukan
seks bebas.

Selain permasalahan yang disebutkan masih banyak permasalahan-


permasalahan lain misalnya, tidak sopannya siswa kepada guru, siswa yang berani
menganiaya guru, kekerasan (bullying) antar sesama siswa, mencontek serta
pertengkaran yang terjadi antar siswa satu dengan yang lainnya. Hal ini menandakan
bahwa karakter generasi muda yang rusak serta belum adanya penanganan secara
tuntas terhadap permasalahan tersebut. Banyaknya fakta krisis moralitas seperti yang
diuraikan tersebut, jika kita semua sadar, bangsa ini sedang bearada di sisi jurang
kehancuran, tinggal sedikit lagi masuk dan tercebur dalamnya jurang kehancuran. Hal
itu sebagaimana pendapat Thomas Lickona, seorang pendidik karakter dari Cortland
University. sebuah bangsa menuju jurang kehancuran, jika memiliki sepuluh tanda-
tanda seperti; (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; (2) membudayanya
ketidakjujuran; (3) sikap fanatik terhadap kelompok/peer group; (4) rendahnya rasa
hormat kepada orang tua dan guru; (5) semakin kaburnya moral baik dan buruk; (6)
penggunaan bahasa yang memburuk (berkata kasar dan jorok); (7) meningkatnya
perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas; (8)
rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara; (9)
menurunnya etos kerja, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian
di antara sesama. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi krisis karakter, dari
pemerintah beserta orang-orang penting dalam negeri ini.

Seperti membuat peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan


dan penerapan hukum yang lebih kuat. Dari segi hukum di Indonesia sudah
diterapkan dengan sungguh-sungguh akan tetapi realita pada saat ini tidak sesuai
dengan peraturan yang telah di buat. Alternatif lain banyak dikemukakan untuk
mengatasi permasalahan ini, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter
bangsa yang dibicarakan itu adalah melalui pendidikan karakter.
Alternatif yang berpotensi lebih besar untuk mengurangi permasalahan-
permasalahan di atas adalah pendidikan karakter. Menurut kemendiknas, pendidikan
dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif dalam kamus bahasa Indonesia
makna dari preventif adalah mencegah (agar tidak terjadi apa-apa). Hal ini karena
pendidikan membangun generasi bangsa menjadi lebih baik. Pendidikan karakter
tidak hanya dilakukan dalam proses pembelajaran saja namun dilakukan melalui
penanaman karakter yang ada di sekolah dengan tujuan untuk merubah suatu perilaku
siswa dalam kesehariaannya dengan ditanamkannya nilai – nilai karakter melalui
kebiasaan di sekolah. Menurut ki Hadjar Dewantara pendidikan tidak hanya
bertujuan membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan, dan cerdas
tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur,
berpribadi, dan berasusila. Dengan adanya ini, pendidikan juga harus memperhatikan
kebudayaan sebagai hasil budi daya cipta, rasa, dan karsa manusia karena
kebudayaan merangkum berbagai hasil karya luhur manusia tersebut (Tilaar, 1999;
38). Dari beberapa definisi pendidikan diatas bisa disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang
dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan pengalaman maupun
keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya manusia sempurna yang
berkarakter atau menjadi insan kaamil. Peran dan keberadaan serta kedudukan
sekolah dasar (SD) dalam sistem pendidikan di Indonesia sangat sentral sebagai
landasan atau pondasi dasar dari semua jenjang pendidikan. Peningkatan mutu di
pendidikan dasar dengan sendirinya akan meningkatkan kualitas yang dihasilkan
untuk jenjang pendidikan selanjutnya Oleh karena itu, saat ini para pemerintah dan
menteri pendidikan menggalakkan pendidikan karakter (penguatan pendidikan
karakter) yang mana telah dicantumkan dan dicanangkan oleh Bapak nomer Satu di
Indonesia bahwasanya:

“Pendidikan Karakter telah direvisi menjadi Penguatan


Pendidikan Karakter pada tahun 2017, Penguatan pendidikan karakter
bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan oleh
Bapak Presiden dan wakil Presiden melalui Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM .”

Penanaman kebiasaan yang baik dapat diperoleh dari budaya sekolah yang
mengupayakan agar proses penguatan pendidikan karakter tersebut berhasil.
Membiasakan siswa dengan membaca asmaul husna sebelum memulai pelajaran
merupakan pembiasan pendidikan karakter pada aspek nilai religius. Adanya
kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan melalui budaya disekolah diharapkan agar
anak bisa mempraktikkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan yang terjadi tidak semata-mata terlihat langsung perubahannya melainkan
membutuhkan proses. Perlu adanya proses yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam membentuk karakter siswa menjadi matang dan unggul.
2. Dasar Hukum

Dasar hukum Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
adalah:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301)

3. Tujuan Kegiatan

Menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia tujuan

penguatan pendidikan karakter merupakan penananman cara berfikir dan cara

bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegrasi melalui nilai

– nilai pembentukan karakter bangsa secara pasif dan efektif dengan

mengimplementasikan nilai – nilai utama Gerakan Nasional Revolusi mental

diantaranya religius, nasionalis, mandiri, gotong-toyong, dan integrasi yang akan

dijadikan fokus pembelajaran dan pembiasaan budaya Adapun menurut kemendikbud

tujuan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) memiliki tujuan sebagai

berikut:

a. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna

dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.

b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi

dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendiidkan

melalui harmonisasi oleh hati (etik dan spiritual), oleh rasa (estetik) olah pikir (literasi

dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala

sekolah), guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan

implementasi pendidikan karakter.

e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-

sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam


mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

BAB II
LAPORAN KEGIATAN BUDAYA MUTU SEKOLAH
BERKARAKTER
1. Visi dan Misi Sekolah
Visi sekolah :
Unggul dalam IMTAQ dan IPTEK, peduli lingkungan, karakter dan
berwawasan kebangsaan
Misi Sekolah :
 Menciptakan lingkungan sekolah yang hijau,aman, rapi bersih dan
nyaman.
 Menerapkan pembelajaran kepedulian dengan menggunakan
pendekaran lingkungan hidup
 Menanamkan kepedulian terhadap lingkungan, cinta tanah air,
semangat kebangsaan dan hidup demokratis.
 Mewujudkan perilaku peduli lingkungan melalui pembiasaan yang
positif
 Membentuk semangat religius, disiplin dan kekeluargaan pada seluruh
warga sekolah
 Meningkatkan prestasi akademik dan nonakademik sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat
 Menumbuhkan semangat partiotisme melalui peringatan hari-hari
besar Nasional
 Mengembangkan semangat gemar membaca, rasa ingin tahu, toleransi,
Kerjasama, saling menghargai,disiplin, jujur, kerja keras,kreatif dan
nyaman.

2. Daya Dukung Sekolah

Kelas Siswa Rombel


1 118 3
2 102 3
3 105 3
4 113 3
5 111 3
6 124 3
Jumlah 673 18

Kepala Sekolah 1 orang


Guru PNS 14 orang
Honorer 12 orang

3. Data Perpustakaan
1. Buku pelajaran
2. Buku bacaan
3. Buku referensi
4. Ruang Baca

4. Data Mitra Kerjasama Sekolah


1. Ghanesa Operation Bimbel yang bekerja sama dalam rangka peningkatan mutu
akademik
2. BJB Yunior yang telah membantu siswa menabung
3. Bank Sampah Digital bekerja sama menabung sampah
4. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang telah bekerjasama menyediakan kebutuhan
siswa dan alat KIT IPA
5. DKP yang membantu memberikan tempat sampah terpilah
6. BLH yang telah membantu memberikan alat biopori serta pembinaan sekolah hijau

5. Program Unggulan Sekolah


1. Diimplementasikan dalam proses pembelajaran seperti, pembiasaan yang dilakukan
setiap pagi dan pembiasaan yang dilakukan seminggu sekali.
2. Kegiatan ekstrakurikuler
3. Program Adiwiyata
4. Program IDE (Inovasi dalam edukasi) meliputi diri sendiri, sesama dan lingkungan
5. Pembelajaran berbasis IT
6. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pramuka
Dilaksanakan setiap hari jumat pada sore hari oleh pembina dari guru.
2. Karate
Dilaksanakan setiap hari senin dan kamis pada sore hari.
3. Renang
Dilaksanakan seminggu dua kali di kolam renang sekitar kota serang
4. Futsal
Dilaksanakan seminggu dua kali di hall futsal sekitar kota serang

7. Program Sekolah Adiwiyata


1. Pendidikan lingkungan hidup yang terintegrasi dengan mata pelajaran
2. Program jumat bersih
3. Pemilahan sampah bekerja sama dengan Bank Sampah Digital
4. Pencacahan daun kering untuk composting
5. Daur ulang limbah (5 R Activity)
6. Pembuatan pupuk cair

8. Pembelajaran Berbasis IT
1. Pembelajaran dikelas menggunakan Infokus
2. WIFI Sekolah
3. Menggunakan alamat email dan telepon sebagai sarana komunikasi
BAB III
PENUTUP

Dalam pelaksanaan kegiatan budaya mutu sekolah berkarakter ada banyak faktor
yang mempengaruhi kesuksesannya. Akan tetapi hal yang paling penting sebetulnya
adalah sejauh mana pengelola dapat mensinergikan program-program budaya mutu
sekolah dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan sesuai dengan ketentuan. Proses
pelaksanaan budaya mutu sekolah adalah sebuah proses kreatif dan inovatif yang
mestinya menjadi bagian penting dalam kegiatan pengembangan mutu sekolah.

Akhir kata tim penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan


portofolio budaya mutu sekolah, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai