Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN

PENA KARISDIDAYA
(PENANAMAN KARAKTER ISLAMI, MANDIRI DAN MENJAGA
BUDAYA)
DI SEKOLAH DASAR ISLAM EXCELLENT HIDAYATUL UMMAH

KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN

DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN


OLAHRAGA KABUPATEN MAGETAN
A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini banyak kasus bermunculan mulai dari penganiayaan,

perampokan, narkoba, pemerkosaan, korupsi, mabok-mabokan, mencuri, berjudi,

tawuran, pembunuhan, mudahnya saling menghujad, dan lain sebagainya. Hal ini

sangat memprihatinkan bahwa kasus tersebut telah melibatkan generasi penerus.

Kompleksitas permasalahan itu menunjukkan bahwa ada yang salah dengan

karakter bangsa kita. Thomas Lickona (dalam Musfiroh, 2008), telah

memperingatkan kepada kita dengan adanya tanda-tanda perilaku yang mengarah

pada kehancuran sebuah bangsa, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan

remaja;(2) membudayanya ketidakjujuran; (3)semakin tingginya rasa tidak hormat

terhadap orang tua, guru, dan figure pemimpin; (4) pengaruh peer group terhadap

tindakan kekerasan; (5) meningkatnya kecurigaan dan kebencian; (6) penggunaan

bahasa yang memburuk (kasar); (7) menurunnya etos kerja; (8) menurunnya rasa

tanggungjawab individu maupun warga Negara; (9) meningkatnya perilaku

merusak diri; (10) semakin kaburnya pedoman moral. Apa yang disampaikan

Licona agaknya sangat tepat untuk melukiskan kedaan bangsa kita saat ini.

Kompleksitas masalah yang melanda negeri ini memberikan wacana baru

untuk memikirkan, menyiapkan mindset yang mampu untuk menanggulangi

beban berat ini. Untuk itu diperlukan pengidentifikasian nilai-nilai baru yang

diperlukan, dan disosialisasikan guna memperkokoh ketahanan budaya dan

membangun karakter bangsa. Khususnya generasi penerus sebagai asset bangsa

untuk pembangunan manusia Indonesia ke depan. Satu hal yang harus

diupayakan dengan serius adalah aktualisasi pendidikan karakter berbasis seni

budaya.

Generasi penerus merupakan sumberdaya potensial dalam menentukan

masa depan bangsa. Oleh karenanya perlu ada perhatian khusus dan serius akan

keberadaan generasi penerus, supaya mereka dapat tumbuh kembang dengan baik
secara jasmani, rohani, moral maupun sosial. Mereka harus diberi perhatian sejak

dini, yaitu sejak mereka masih anak-anak. Banyak pakar menyebutkan bahwa

masa anak-anak adalah masa bermain. Oleh karenanya nilai-nilai edukasi yang

akan diserapkan dalam perilaku anak, akan lebih efektif melalui permainan, atau

kegiatan yang menyenangkan. Dimana pada permainan dan kegiatan yang

menyenangkan ini disisipkan penanaman karakter keislaman dan juga

kemandirian pada anak. Kegiatan ini dapat membentuk kepribadian yang

berkarakter.

Bapak pendiri bangsa menegaskan bahwa pembangunan karakter sangat

penting dan fundamental. Mengapa membangun karakter penting, karena karakter

menentukan keberhasilan dan lancarnya pembangunan di segala bidang.

Pembangunan karakter pada intinya bertujuan memnbentuk bangsa yang tangguh,

kompetitif, berahklak mulia, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara verbal diakui bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan

sebuah keniscayaan dalam pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bila merunut jejak sejarah bangsa Indonesia, pendidikan karakter sesungguhnya

bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia, R.A Kartini, Ki Hajar

Dewantara, Sukarno, Hatta, Muh.Natsir, telah mencoba menerapkan semangat

pendidikan karakter sesuai konteks era zamannya sebagai pembentuk kepribadian

dan identitas bangsa (Koesoema, 2011:44).

Tilaar (dalam Wasisto, dkk. 2005) berpendapat pendidikan karakter suatu

bangsa tidak dapat dipisahkan dengan karakter dasar yang digunakan sebagai

pijakan. Karakter dasar ini merupakan pemandu (guiding) kemana arah karakter

akan dibawa. Penggunaan karakter dasar ini sangat dipengaruhi oleh latar

belakang budaya bangsa yang bersangkutan. Karakter dasar manusia Indonesia

(menurut Indonesia HeritageFound) cinta kepada Tuhan, Tanggungjawab, disiplin


dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya

diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan

rendah hati, toleran, cintai damai dan persatuan (dalam Musfiroh, 2008).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi panutan dalam

berbagai hal termasuk pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah

disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan mental peserta didik

(Mulyatiningsih). Terkait dengan hal tersebut pembinaan karakter yang termudah

dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Oleh

karenanya pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat Sekolah

Dasar (Mendiknas, dalam Indiani, 2010:281, Kemendikbud, 2011: 3).

Sekolah Dasar menjadi lembaga yang amat vital untuk mewadahi

pendidikan karakter. Sementara itu pendidikan karakter di sekolah belum

berlangsung secara optimal (Kemendikbud, 2011:3-4), termasuk di sini

pembangunan karakter yang berbasis agama, kemandirian dan budaya.

B. Permasalahan

1. Bagaimanakah penanaman karakter islami, mandiri dan menjaga budaya di

level pendidikan Sekolah Dasar

2. Bagaimanakah persepsi guru, orang tua siswa, siswa, penyelenggara

pendidikan setempat tentang pelaksanaan dan manfaat penanaman karakter

islami, mandiri dan menjaga budaya.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan diadakannya inovasi pendidikan ini adalah :

1. Menanamkan karakter agamis, mandiri dengan tetap tidak meninggalkan

budaya asli Indonesia pada diri anak atau siswa.


2. Melihat persepsi dari semua unsur yang terlibat dalam kegiatan ini baik itu

Guru, Siswa, ataupun orang tua siswa sebagai tolak ukur keberhasilan

program ini.

Adapun manfaat dari penelitian ini, diantaranya:

1. Pelaksanaan inovasi pendidikan dengan berbasis karakter terutama karakter

keagamaan, kemandirian dapat membentuk karakter siswa yang mandiri dan

religius, serta tetap menjunjung tinggi budaya asli Indonesia.

2. Hasil inovasi ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi sekolah kami dan

juga sekolah yang lain untuk melaksanakan pendidikan karakter pada siswa

dimasa – masa yang akan datang.

D. Hasil

Karena sekolah berbasis pondok pesantren maka pelaksanaan inovasi

pendidikan dalam rangka penanaman karakter disekolah kami menitik beratkan

pada karakter keislaman. Dengan membuat program program kegiatan yang

bernuansa islami dan memupuk kemandirian siswa. Kegiatan itu diantaranya

adalah pembelajaran manasik haji, peringatan hari santri, market day,

pembelajaran pembuatan batik, dan lain sebagainya.

Pengenalan ibadah, dalam hal ini ibadah haji dan umroh dapat

memunculkan keinginan siswa untuk nanti suatu saat bisa melaksanakannya.

Sehingga ini akan memunculkan mindset dalam pikiran siswa dan menjadi cita-

cita yang nantinya ingin diwujudkan. Dengan pembiasaan dibidang keagamaan

akan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa. Hal ini akan menjadi

sebuah karakter yang religius pada diri anak.

Pelaksanaan program inovasi ini dapat memunculkan sifat kemandirian

siswa. Sebagai contohnya yaitu market day, dimana siswa diajarkan berwirausaha

dan memunculkan ide kreatif dalam menghasilkan dan menjual produk. Dengan
kegiatan ini jiwa enterpreuner siswa akan muncul, kesadaran untuk mandiri

berusaha mereka akan tumbuh. Pembelajaran pembuatan desain batik dapat

memunculkan kecintaan siswa pada budaya asli Indonesia. Siswa akan gemar

manciptakan gambar gambar ornament yang berasal dari lingkungan sekitar. Hal

ini dapat menjadikan siswa mencintai budaya kita sendiri dan tidak terpengaruh

budaya asing yang sudah semakin gencar masuk ke negara kita.

Dengan kegiatan inovasi ini dapat merubah persepsi Guru, siswa dan juga

orang tua. Bahwa selama ini pendidikan hanya terpaku didalam kelas secara

klasikan dan hanya ada komunikasi satu arah antara guru ke siswa, sekarang hal

itu mulai berubah dan berkembang. Pendidikan dengan penanaman karakter bisa

dilakukkan dengan pelaksanaan kegiatan yang menyenangkan dan juga tidak

monoton. Dengan kegiatan seperti ini maka akan memunculkan ide ide kegiatan

yang lain dari para guru. Akan memicu inovasi inovasi lain dalam pelaksanaan

pendidikan. Sehingga secara umum dapat memunculkan kegiatan kegiatan

inovatif dalam pendidikan karakter.

Kegiatan seperti ini dapat secara efektif menanamkan karakter pada anak.

Dengan pelaksanaan secara periodic dan terus menerus maka akan menjadi

kebiasaan siswa dan secara tidak langsung menjadi karakter anak yang akan

terbawa sampai kapanpun. Hal ini memunculkan respon yang positif dari orang

tua siswa. Mereka menilai bahwa kegiatan kegiatan seperti ini perlu di lanjutkan

dan ditambah. Peran serta orang tua disini sangatlah penting. Karena orang tua

dan lingkungan merupakan unsure penting dalam segitiga pendidikan selain

sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar


2011 “Panduan Pengembangan Pendidikan Karakter
Melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyensangkan (Pakem) di Sekolah
Dasar”. Jakarta: Kemendikbud, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat
Pembinaan Sekokah Dasar.
Koesoema A, Doni
2011 Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global.
Jakarta: PT. Gramedia.
Mulyatiningsih, Endang
Tt “Analisis Model-Model Pendidikan Karakter
Untuk Usia Anak- Anak, Remaja dan Dewasa”.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Musfiroh, Tadkiroatun
2008 “Pengembangan Karakter Anak Melalui
Pendidikan Karakter, dalam
CharacterBuilding: Bagaimana Mendidik Anak
Berkarakter? “. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wasisto, Broto
2005 “Pedoman Kampanye Hidup Rukun dalam
Kemajemukan”, dalamCharacter Building:
Bagaimana amendidik Anak Berkarakter?.
Yogyakarta: Tiara Wacana)

Anda mungkin juga menyukai