Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKSI NYATA

FILOSOFI PENDIDIKAN
PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1 2022

DOSEN PENGAMPU
Dr. Tri Mulyono, M.Pd

Nama : Akhmad Safrudin ZA

PRODI BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
01.01.2-T4-7 Aksi Nyata
1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila
sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar
Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan
Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21
di ekosistem sekolah (kelas).

Pancasila sudah menjadi dasar negara. Sebagai dasar negara maka Pancasila
menjadi pondasi dalam setiap derap langkah pembangunan yang dilakukan, secara
khusus pembangunan dalam bidang pendidikan.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama,
keyakinan, etnis, suku, dan kearifan lokal, pendidikan mempunyai peran penting
dalam melestarikan keragaman, menjaga kesatuan, memelihara keharmonisan, dan
mengembangkan kualitas keindonesiaan. Pendidikan berperan penting untuk
membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai bangsa Indonesia.
Dalam konteks keragaman Indonesia, pendidikan yang bercorak seragam
bertentangan dengan konteks. Akan tetapi, Indonesia juga membutuhkan suatu pola
umum yang bisa menyatukan.
Standar Kompetensi Kelulusan menggariskan bahwa proses pendidikan secara
ideal harus mampu mewujudkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab."
Berdasar SKL tersebut maka terdapat 3 ranah ouput proses pendidikan yaitu
mempunyai karakter spiritual, sikap moral dan akal yang dilandaskan jati diri bangsa.
Tantangan era digital yang sedemikian kompleks memang diperlukan langkah
strategis jangka panjang menyiapkan calon penerus perjuangan bangsa yang
didasarkan pada akar ideologi yang sudah menjadi kesepakatan nasional yaitu
Pancasila.
Tatanan kehidupan masyarakat dunia tersebut juga membawa dampak bagi
kehidupan generasi muda kita khususnya peserta didik. Oleh sebab itu perlu langkah
yang strategis jangka panjang guna melahirkan profil pelajar (peserta didik) agar
mampu beradaptasi di tengah era kehidupan yang akan dihadapi, namun tetap
menampilkan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Perkelahian pelajar, sikap anarkis, narkoba, pornografi dan pornoaksi, aksi
perundungan sesama pelajar sepertinya sudah menjadi fenomena tersendiri yang
selalu menghiasi pemberitaan media masa. Hal tersebut selain kontra produktif juga
sangat memprihatinkan bagi kelangsungan nasib kehidupan bangsa ke depan.
Terkait dengan hal tersebut kementerian Pendidikan, riset dan teknologi sudah
me-launching kebijakan strategis-antisipatif masa kini dan masa depan yaitu
terwujudnya "Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila sebagai Langkah Strategis. Menilik enam profil di atas
dapat diketahui bahwa langkah tersebut merupakan langkah yang strategis guna
menyiapkan generasi muda bangsa menghadapi tantangan abad 21. Langkah tersebut
secara konsepsual akan mampu melahirkan sosok generasi yang cerdas spiritual,
sosial dan akal. Kecerdasan spiritual berupa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Mahaesa. Kecerdasan ini akan menjadi penyangga jati diri pelajar Indonesia
yang membedakan dengan pelajar bangsa lainnya.
Kecerdasan sosial berupa kemampuan para pelajar kita bersikap terbuka dalam
perbedaan, mandiri, bergotong royong dan bertanggung jawab.
Kecerdasan ini akan melahirkan profil pelajar kita yang adaptif dan humanis
serta mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sosialnya. Kecerdasan ini akan
menjadikan mereka diharapkan akan menjadi pribadi yang kolaboratif (tidak
individualis).
Kecerdasan akal berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kecerdasan ini
akan melahirkan pelajar kita mampu bersaing dalam menguasai Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang
mesti terjadi.
Berkembangnya kecerdasan akal yang disinergikan dengan kecerdasan sikap
dan spiritual akan melahirkan potret generasi yang kompetitif dalam kerangka jati diri
bangsa Indonesia.
Sebagai pendidik juga harus merubah midset. Mindset guru yang dibutuhkan
adalah guru visioner, terbuka dengan pembaharuan, dinamis serta adaptif terhadap
tuntutan peradaban. Kecakapan teknologi menjadi hal yang penting bagi pendidik,
agar mampu mempersiapakan peserta didik yanh unggul.
Tiga ranah (kognitif, sikap dan keterampilan) yang merupakan output proses
pembelajaran memerlukan penanganan yang seimbang. Sebab secara teoritis tuntutan
kurikulum menyaratkan tiga ranah tersebut harus dituangkan dalam laporan
penilaian. Langkah menyeimbangkan tiga ranah tersebut membutuhkan skill dan
langkah yang terpadu, terukur dan menyeluruh. Ketiga ranah tersebut semestinya
menjadi ukuran tingkat keberhasilan peserta didik.
Hal penting yang kurang mendapatkan perhatian dalam meningkatkan karakter
peserta didik adalah orang tua. Kajian, analisis di berbagai forum masih lebih
dominan menyorot peran sekolah, guru dan partisipasi peserta didik. Padahal peran
orang tua juga sangat menentukan dalam mendampingi putra putrinya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas X di SMA N 3
Kota Tegal penerapan dan penghayatan terhadap Pancasila sebagai Entitas dan
Identitas Bangsa Indonesia sudah tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila. Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dilakukan pada kelas X yang sudah
menerapkan kurikulum merdeka. Penerapan P5 ini telah diimplementasiskan dengan
baik dalam proses pembelajaran di kelas, budaya kelas maupun sekolah, termasuk
pelaksanaan Program P5 ini. SMA N 3 Kota Tegal telah melaksanakan Program P5
yang pertama yakni berkaitan dengan rekayasa teknologi. Rencananya program kedua
akan dilaksanakan bulan Desember 2022 dengan tema kewirausahaan dan program
berikutnya akan dilaksanakan tahun depan dengan tema kelokalan. Berbagai program
tersebut tentu saja digunakan untuk menguatkan Profil Pelajar Pancasila sebagai
dimensi yang harus diterapkan untuk memperkuat karakter Indonesia sekaligus
sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia.
Pendidik SMA N 3 Kota Tegal terus mengembangkan diri dengan
mengadakan in House Training secara kontinu terkait dengan kurikulum praradigma
baru atau pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SMA N 3 Kota Tegal sebagai
perwujudan Profil Pelajar Pancasila serta Pancasila sebagai entitas dan identitas
bangsa Indonesia sebagai berikut.
a) Dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia
diwujudkan dengan pembiasaaan berdoa sebelum melakukan proses
pembelajaran. Selain itu, sekolah juga rutin melakukan kajian setiap hari
Jumat. Kajian ini tidak hanya khusus untuk peserta didik muslim, tetapi
nonmuslim juga difasilitasi hal yang salam. Berakhlak mulia diwujudkan
dengan budaya 3S yakni Senyum, Sapa, Salam.
b) Iklim Kebinekaan
Menghargai keragaman agama. SMAN 3 Kota Tegal memberikan kesempatan
yang sama kepada semua umat agama untuk melakukan kegiatan
keagamaannya. Melaksanakan kegiatan rutin yakni tadarus pagi untuk peserta
didik beragama islam dan memberikan kesempatan untuk peserta didik
beragama lain juga untuk melakukan kegiatan keagamaannya. Kegiatan rutin
hari Jumat. Peserta didik beragama islam melaksanakan ibadah sholat Jumat,
sedangkan peserta didik beragama lain melakukan aktivitas kegiatan
keagamaan bersama dengan tokoh agamanya.
c) Dimensi kebhinekaan global sangat menonjol dalam pelaksanaan program P5
di SMA N 3 Kota Tegal. Sekolah selalu membudayakan menyanyikan lagu
Indonesia Raya sebelum jam pertama dimulai dan menyanyikan lagu-lagu
nasional saat jam pulang sekolah. Kajian rutin di atas juga menjadi bentuk
toleransi atas keberanekaragaman agama yang ada di sekolah ini latar
belakang peserta didik yang berbeda-beda juga menjadi perhartian khusus.
Peserta didik tidak hanya terdiri dari suku yang sama saja yakni Jawa
(khususnya Tegal), tetapi ada yang berasal dari keturunan Batak, Sumatera,
bahkan Chainis.
d) SMA N 3 Kota Tegal juga menerima peserta didik disabilitas sehingga SMA
N 3 Kota Tegal menjadi sekolah insklusi. Toleransi terhadap peserta didik
dengan disabilitas ini sangat baik, sekolah juga memberikan fasilitas yang
sepadan untuk dapat mengakomodasi keterbatasan dan kebutuhan mereka.
e) Setiap awal kegiatan pembelajaran dilakukan kesepakatan antara guru dan
peserta didik. Kurikulum memberikan kewenangan kepada masing-masing
guru pengampu untuk menentukan kesepakatan yang diinginkan. Misalnya,
peserta didik terlambat datang harus mematikan mesin di lingkungan sekolah
dan menuntun sepeda motor menuju parkiran. Secara umum, kesepakatan ini
juga tersusun dalam tata tertib sekolah. Misalnya, ketika hendak meninggalkan
sekolah harus izin melalui guru piket.
f) Guru menekankan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dengan melakukan
berbagai kegiatan penguatan diantara lain terintegrasi dalam mata pelajaran,
melaksanakan kegiatan workshop, In House Training (IHT) dan workshop
perencanaan proyek. Untuk saat ini penguatan yang sudah berjalan yaitu
rekayasa teknologi. Kegiatan berikutnya yang akan dilaksanakan bulan
Desember adalah kewirausahaan dan selanjutnya pada semester II bertema
kearifan lokal. Kegiatan berlangsung kurang lebih tiga minggu.

Anda mungkin juga menyukai