Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia

Topik 3 Identitas Manusia Indonesia


01.01.2-T3-8. Aksi Nyata - Manusia Indonesia bagi Saya
Dosen pengampu : Meida Wulan Sari, S.Pd., M.Pd.

Nama : Nafis Iim Maisyaroh


NIM : X902308611
Kelas : IPA 2

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah
dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap
kebhinekatunggalikaan.
Ketika saya mengajar sebagai guru biologi di SMA N 2 Cilacap, saya telah
mengamati tanda dan simbol di ekosistem sekolah serta saya paham bahwa dalam proses
pembelajaran sangat penting untuk mengembangkan pemahaman terhadap
kebhinekatunggalikaan. Kehinekatunggalikaan adalah konsep yang merujuk pada
keragaman budaya, agama, suku, dan latar belakang sosial dalam satu entitas bangsa,
yaitu Indonesia. Melalui pengamatan di sekolah, saya memahami bagaimana sekolah
sebagai lembaga pendidikan mampu menjadi wadah yang mencerminkan
kebhinekatunggalikaan. Tanda dan simbol di sekolah mencakup beragam aspek, mulai
dari lambang negara hingga penggunaan bahasa dalam proses pembelajaran. Penggunaan
tanda dan simbol, seperti Bendera Merah Putih dan Lambang Garuda, dihormati dan
diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Sekolah sering menyelenggarakan
upacara bendera secara rutin 2 minggu sekali. Namun, terdapat variasi di antara sekolah
dalam cara mereka melaksanakan upacara tersebut sepengalam saya.
Selain itu, dalam proses pembelajaran, saya mengamati bagaimana budaya
Indonesia tercermin dalam kurikulum dan metode pengajaran. Upaya menanamkan rasa
nasionalisme difasilitasi melalui kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).
P5 mengintegrasikan nilai-nilai bhineka tunggal ika, mendorong pemahaman tentang
keanekaragaman budaya di Indonesia. Ini membantu peserta didik memahami dan
menghargai perbedaan serta memupuk rasa cinta tanah air. Dengan demikian, pendidikan
Indonesia menggabungkan unsur-unsur keberagaman budaya untuk memperkuat identitas
nasional, mempromosikan persatuan, dan membangun kesadaran kebangsaan dalam
pengajaran, menciptakan peserta didik yang lebih bersatu dan nasionalis.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang
ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.
Penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam konteks pendidikan sangat penting karena
Pancasila adalah dasar dan panduan negara Indonesia. Menurut saya lembaga pendidikan
memainkan peran kunci dalam memperkuat identitas manusia Indonesia melalui
pengamatan dan analisis kritis. Pancasila, sebagai ideologi dasar Indonesia, memiliki
lima nilai dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sebagai contoh, nilai Ketuhanan Yang Maha Esa bisa tercermin dalam upacara
bendera atau kegiatan keagamaan di sekolah. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Sekolah-sekolah saat ini semakin menyadari pentingnya pembelajaran yang menghormati
perbedaan dan menghindari diskriminasi. Program-program anti-bullying semakin umum
diimplementasikan di sekolah-sekolah. Ada upaya untuk mengajarkan etika dan hak asasi
manusia melalui mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, tantangan
tetap ada dalam mengubah budaya sekolah secara menyeluruh agar lebih adil dan
beradab. Persatuan Indonesia: Upacara bendera, peringatan hari nasional, dan kegiatan-
kegiatan lain yang mempromosikan persatuan antar-peserta didik dari beragam latar
belakang tetap menjadi bagian penting dari kehidupan sekolah. Namun, tantangannya
adalah mengintegrasikan persatuan ini ke dalam lingkungan sehari-hari di sekolah.
Terkadang, peserta didik mungkin tetap mengalami perpecahan di luar upacara atau
kegiatan resmi. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: Proses pengambilan keputusan di sekolah, seperti
pemilihan ketua kelas, sudah cukup umum. Namun, kadang kala proses ini bisa terjadi
tanpa banyak musyawarah, yang seharusnya menjadi unsur penting dari nilai ini.
Sekolah-sekolah perlu memastikan bahwa pengambilan keputusan bersifat inklusif dan
melibatkan semua peserta didik.Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Bantuan
sosial dan program beapeserta didik untuk peserta didik yang kurang mampu atau
berkebutuhan khusus sudah ada di banyak sekolah. Namun, kualitas dan ketersediaan
program ini dapat bervariasi dari satu sekolah ke sekolah lain. Sekolah-sekolah perlu
memastikan bahwa akses ke pendidikan tetap terbuka bagi semua lapisan masyarakat,
dan bahwa peserta didik yang membutuhkan dukungan ekstra benar-benar
mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai