Anda di halaman 1dari 3

Filosofi Pendidikan Indonesia -Pendidikan yang Memerdekakan dari Perspektif Lain

Koneksi Antar Materi-Topik 5


Nama : Albaninda Nurulhaq
NIM : 2201022260
Pendidikan yang memerdekakan berasal dari buah pikiran Ki Hajar Dewantara yaitu
merdeka lahir dan batin yang berarti mandiri, bisa berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain,
sadar tentang hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat agar dapat berpartisipasi dan
berkontribusi dalam masyarakat. Pendidikan yang memerdekakan bertujuan membuat setiap
peserta didik belajar tanpa adanya paksaan, sesuai dengan cita-cita dengan cara belajar yang
nyaman sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Menjadi manusia yang seutuhnya, mampu
beradaptasi dengan segala perubahan dan bisa menerapkan prinsip-prinsip ketuhanan,
kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan sosial dalam kehidupan.
1. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik 1
Pendidikan pada zaman colonial hanya diperuntukkan untuk orang-orang tertentu saja, bahkan
orang pribumi hanya mendapat pendidikan berhitung saja. Fasilitas belum memadai, serta
kurangnya sumber daya pendidik. Pendidikan jaman dahulu masiih bersifat mendiskriminasi.
Kemudian, pada tahun 1920 terjadi perubahan reformasi pendidikan tepatnya tanggal 3 Juli
1822 dimana Ki Hajar Dewantara membangun sebuah pendidikan yang diberi nama Taman
Siswa Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dari kebudayaan untuk merdeka.
Pendidikan sudah merata dapat dirasakan oleh semua masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
pemikiran Ki Hajar dewantara bahwa pendidikan harus memerdekakan peserta didik.
Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang
meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan
berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Ki Hajar Dewantara menuturkan
"Mardika Iku Jawarnya. Nora Mung Lepasing Pangreh: Nging Uga Kuwat Kuwasa Amandiri
Pringga" artinya "Merdeka tidak hanya terlepas dari perintah:akan tetapi juga cakap kuat
memrintah diri sendiri.
2. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik II
Dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah yang
mendukung tumbuh anak sesuai dengan kodratnya, pendidikan harus mendukung peserta didik
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara
adalah memerdekakan peserta didik dari pembelajaran yang membelenggu seperti
pembelajaran yang terjadi di masa colonial sebagai contoh pendidikan Kolonial sebagai contoh
pendidikan Kolonial menerapkan pendidikan dengan hukuman dan pendidikan tidak dapat
dirasakan oleh seluruh warga Indonesia. Konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya adalah dasar
kemerdekaan yang mengandung pengertian bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat syarat tertib damainya hidup masyarakat. 1Ki Hajar Dewantara bertutur bahwa
pendidik dituntut untuk memberikan keteladanan yang baik, memberikan dorongan moral pada
peserta didik. Pendidik harus berkesinambungan dan sesuai dengan tuntutan zaman. Hal
tersebut sesuai dengan bab V pemikiran KHD bahwa didiklah anak dengan cara yang sesuai
dengan tumtutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad
ke-21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-20.
3. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik III
• Identitas manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal, dan
monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan se- kaligus
monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain
dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai- nilai yang dianutnya atau
pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara
individu maupun kolektif adalah per- paduan antara keunikan-keunikan yang ada pada
dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.2
• Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi
oleh orang-orang Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai gotong royong. Hal ini
juga di tegaskan oleh Ki Hajar Dewantara.
• Pendidikan tidak cukup hanya membantu untuk memahami keragaman. Pendidikan adalah
proses untuk melestarikan keragaman, menemukan nilai-nilai yang menyatukan
keragaman, dan melawan segala bentuk yang merongrong kesatuan. Karenanya,
pendidikan mesti menjadi prakis hidup bersama yang saling peduli, mengasihi, menghargai
dan bukan saling mengalahkan dalam semangat kompetisi.
• Dengan menggali nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi masyarakat di kepulauan nusantara,
Ir.Soekarno menjadikan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dan sekaligus
manusia Indonesia.
Kaitan poin tersebut dengan topik V adalah, dalam penerapan pendidikan yang merdeka
dan berpihak pada peserta didik kita juga perlu memberikan arahan kepada peserta didik
untuk tetap melestarikan kebudayaan dan identitas manusia Indoonesia, contohnya
penerapan kurikulum merdeka dengan melibatkan Profil Pelajar Pancasila.
4. Kaitan pemahaman dari topik V dengan topik IV
Pancasila merupakan fondasi dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia, oleh karena
itu dalam kurikulum merdeka sekolah memasukan penerapan Profil Pelajar Pancasila yang
harus diterapkan dalam pembelajaran. Tujuannya adalah peserta didik tetap melestarikan
kebudayaan dan identitas sebagai masyarakat Indonesia.
5. Telaah Praktik baik Pendidikan yang Memerdekakan Peserta Didik
Pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang memberikan kebeasan kepada
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka

1
Henricus Suparlan, “ (Suparlan, 2015)”, Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1, Februari 2015, hal. 59.
2
Hendrizal, “Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini”, Jurnal PPKn & Hukum, Vo. 15, No. 1, April
2020, hal. 5
miliki tanpa adanya belenggu. Pendidikan harus berpihak pada peserta didik, tidak boleh
menutunt, melarang, dan membatasinya. Implementasi pendidikan yang memerdekakan dan
berpihak pada peserta didik sudah diterapkan di SMP 25 Semarang tempat saya melaksanakan
PPL 1 :
• Pada pembelajaran abad ke-21 Guru sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi
• Guru membuat rencana pembelajaran dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik di
sekolah tersebut.
• Guru membuat diskusi kelompok dalam pembelajaran, dan mengajarkan peserta didik
untuk memiliki karakter 4C : Critical thinking, creativity, communication, dna
collaboration.
• Guru memberikan pertanyaan pemantik pada saat proses pembelajaran, dan guru
memberikan kesempatan peserta didik untuk berpendapat.

Referensi
Hendrizal, S. M. (2020). Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini. Jurnal PPKn & Hukum,
5.
Suparlan, H. (2015). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya Bagi Pendidikan
Indonesia. Jurnal Filsafat, 59.

Anda mungkin juga menyukai