1. Pemahaman baru apa yang Anda dapatkan setelah mempelajari prinsip : (1) Pembelajaran
Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?
Jawab:
a. Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP) yaitu bagaimana
merekayasa lingkungan belajar yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya, memposisikan anak sebagai pemegang
peranan utama dalam proses pembelajaran dimana kegiatan yang akan dan sedang
dilakukan mewadahi gagasan anak, memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif
bergerak dan bertanya, menjelajah serta mencoba.
b. Culturally Responsive Pedagogy (CRP) adalah teori dan aplikasi pendidikan yang
menekankan pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budaya. Sehingga
menunjukkan bahwa pendidikan dan sosial budaya saling mendukung dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan prestasi peserta didik, juga membantu siswa menerima dan
memperkokoh identitas budayanya. Terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap
budaya, yakni: 1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis 2) Peserta didik mampu
mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya (cultural competence) 3) Peserta
didik membangun kesadaran kritis (critical consciousness) sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil.
c. Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) yang memungkinkan anak-anak
memperoleh keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa
memandang usia atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Fokusnya adalah
membantu anak-anak dengan dasar membaca, memahami, mengekspresikan diri, serta
keterampilan berhitung sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Jawab:
a) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice adalah aplikasi
pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini dalam berkembang dan belajar
sesuai tahap perkembangan digunakan dalam merekayasa lingkungan yang selaras
dengan kebutuhan dan kemampuan anak bukan berdasarkan harapan atau keinginan
orang tua belaka. Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP)
menjadikan anak sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran,
dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan anak,
memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya, menjelajah
serta mencoba. Media pembelajaran disesuaikan dengan karakter perkembangan anak
usia pra sekolah yang masih berada pada tahap Pra-Operational, dimana anak
membutuhkan benda konkrit dan lingkungan.
b) Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy berpijak pada
premise bahwa landasan budaya memainkan peran dalam membentuk gaya belajar
dan pada gilirannya menuntut adanya pengajaran yang sejalan dengan lensa budaya
tersebut (Villegas, 1991; Provenzo, Ed., 2009). Pendidikan atau lebih khusus lagi
institusi pendidikan pada hakikatnya merupakan bagian pranata budaya. Lembaga
pendidikan, sebagaimana diulas dalam Encyclopedia of the Social and Cultural
Foundations of Education (Provenzo, Ed., 2009), merupakan pengejawantahan dari
upaya sadar manusia dalam transmisi dan transformasi budaya. Sejalan dengan hal
tersebut, konsep pendidikan tanggap budaya berupaya merevitalisasi berbagai
artikulasi budaya, termasuk berbagai aspek kearifan lokal yang berkembang pada
setiap komunitas, untuk mendukung terselenggaranya pendidikan yang lebih
bermakna.
c) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) adalah proses intervensi yang
harus dilakukan guru dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan
spesifik untuk menjembatani perbedaan yang ditemukan. Peserta didik tidak terikat
pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan kemampuan peserta didik yang
sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut mempunyai capaian pembelajaran yang
harus dicapai. Proses pembelajaran peserta didik akan disusun mengacu pada capaian
pembelajaran tersebut, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan
peserta didiknya yang memungkinkan anak-anak memperoleh keterampilan dasar,
seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa memandang usia atau kelas,
pengajaran dimulai pada tingkat anak.
Jadi, bagian dari ketiga prinsip tersebut yang paling menantang untuk diaplikasikan
adalah pengajaran sesuai level karena teaching at the right level tidak melihat tingkatan
kelas dalam mengaplikasikannya sehingga penerapan dari prinsip ini hanya berfokus pada
kemampuan siswa, keadaan ini akan menjadikan tantangan tersendiri bagi pendidik karena
terdapat perbedaan kelas tersebut. Penerapan dari teaching at the right level ini
mengharuskan pendidik untuk memberikan perhatian ekstra dalam rangka
mengelompokkan para peserta didik sesuai dengan levelnya masing-masing yang mungkin
saja akan ada peserta didik dengan kelas tinggi tetapi memiliki level kemampuan yang
rendah.
3. Hal-hal lain apakah yang ingin Anda pelajari lagi terkait dengan prinsip : (1) Pembelajaran
Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), (2) Pengajaran yang Responsif
Kultur (culturally responsive pedagogy), dan (3) Pengajaran Sesuai Level (teaching at the
right level)?
Jawab:
Hal-hal yang ingin saya pelajari terkait prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi
(developmentally appropriate practice) adalah sebagai berikut :
a) Cara menerapkan Pendekatan Pembelajaran Developmentally Appropriate Practice
(DAP), Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level). Dimulai dari pembuatan rencana
kegiatannya, hal-hal yang perlu dipersiapkan, rincian langkah-langkah kegiatannya,
hambatan atau masalah yang mungkin terjadi, beserta solusinya agar masalah tersebut
bisa teratasi.
b) Faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pengaplikasian Pendekatan
Pembelajaran Developmentally Appropriate Practice (DAP), Pengajaran yang
Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan Pengajaran Sesuai Level
(teaching at the right level), baik dari fasilitas sekolah, warga sekolah, lingkungan
sekitar sekolah, ketersediaan sumber daya, orang tua peserta didik, instansi yang
bertanggung jawab terhadap sekolah, maupun lembaga-lembaga lain yang berkatian.
c) Keterkatian materi Pendekatan Pembelajaran Developmentally Appropriate Practice
(DAP), Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan
Pengajaran Sesuai Level (teaching at the right level) dengan materi-materi mata kuliah
lain.
RANCANGAN / RENCANA AKSI
NYATA
A. Latar Belakang
Peserta didik terlahir dengan keadaan beragam karakteristik dan keunikannya masing-
masing. Kebutuhan belajar mereka tentu saja harus bisa terlayani dengan sebaik-baiknya.
Sebagai seorang guru, dalam menerapkan merdeka belajar harus bisa menjadi fasilitator
murid dalam belajar, menghamba padanya sehingga potensinya dapat berkembang dengan
optimal. Oleh karena itu, guru harus bisa memastikan bahwa setiap murid mendapatkan
kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai untuk mereka. Melalui
penerapan pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya akan dapat memaksimalkan
potensi mereka, tapi mereka juga akan dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan
yang penting. yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara lebih
holistik atau utuh. Guru perlu mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini
dapat dilakukan, dengan cara- cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelolanya
secara efektif. Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP) yaitu bagaimana
merekayasa lingkungan belajar yang selaras dengan kebutuhan dan kemampuan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya, memposisikan anak sebagai pemegang peranan utama
dalam proses pembelajaran dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan mewadahi
gagasan anak, memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya,
menjelajah serta mencoba.
Culturally Responsive Pedagogy (CRP) adalah teori dan aplikasi pendidikan yang
menekankan pada keterkaitan antara pendidikan dan dimensi sosial budaya. Sehingga
menunjukkan bahwa pendidikan dan sosial budaya saling mendukung dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan prestasi peserta didik, juga membantu siswa menerima dan
memperkokoh identitas budayanya. Terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya,
yakni: 1) Peserta didik mencapai kesuksesan akademis 2) Peserta didik mampu
mengembangkan, dan memiliki kompetensi budaya (cultural competence) 3) Peserta didik
membangun kesadaran kritis (critical consciousness) sehingga mereka dapat berpartisipasi
dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil.
Teaching at the Right Level (TaRL) yang memungkinkan anak-anak memperoleh
keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa memandang usia
atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Fokusnya adalah membantu anak-anak
dengan dasar membaca, memahami, mengekspresikan diri, serta keterampilan berhitung
sesuai dengan tingkat kemampuannya.
B. Tujuan
Mengembangkan prestasi akademik, memaksimalkan potensi, mengasah keterampilan
dasar terutama membaca menghitung pada peserta didik. Hal ini dapat dilihat
keberhasilannya jika aksi nyata berjalan dengan baik dan peserta didik dapat berkembang
baik secara akademik maupun potensinya.
C. Perencanaan
3. Membimbing penyelidikan
d. Peserta didik mengamati dan memahami masalah yang disampaikan pendidik yang
diperoleh dari materi yang dipelajari. (Berdiferensiasi)
c. Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang materi yang sedang dibahas.
(Berdiferensiasi)
3. Mengembangkan dan menyajikan hasil
a. Peserta didik dipantau saat berdiskusi dan dibimbing saat melaksanakan diskusi
kelompok sehingga setiap kelompok siap mempresentasikan hasil kelompoknya.
b. Setiap krlompok berdiskusi untuk menghasilkan analisis terkait materi yang
dipelajari. (Responsif Kultur)
4. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah