Anda di halaman 1dari 9

Ujian Akhir Semester

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya.
Dosen pengampu: Dra. Ratnasari Dyah Utami, M.Si.

Disusun oleh:
Muhammad Thoha Ainurrohman
PPG Prajabatan PGSD D

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2023
ANALISIS DAN REFLEKSI ASESMEN PEMBELAJARAN

Asesmen yang akan dianalisis ialah asesmen pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia
materi “menemukan kata yang diawali dengan suku kata ma, mi, mu, me dan mo dengan
tepat” pada peserta didik kelas I SD Muhammadiyah Plus Surakarta.

A. PENDAHULUAN
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dilaksanakan dengan cara
mengembangkan profil anak atau siswa sehingga memiliki jiwa dan nilai yang sesuai
dengan kandungan 5 sila Pancasila serta dapat dasar atau bekal dalam kehidupannya
(Safitri, 2022). Kurikulum Merdeka sangat mengutamakan kebutuhan dan minat anak
atau siswa sehingga dapat menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, (Anwar, 2021).
Kurikulum Merdeka dibuat dengan struktur kurikulum kegiatan pembelajaran
intrakulikuler dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) (Nahdiyah, 2022).
Cakupan dimensi yang tertuang dalam Kurikulum Merdeka antara lain yaitu bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, beriman, mandiri, berkebinekaan
global, bergotong-royong, kreatif, dan bernalar kritis (Lestariningrum, 2022).
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum Merdeka lebih
diarahkan pada kebutuhan anak atau siswa ( (Indarta, 2022).
Dari ketiga aspek baik itu kognitif, afektif dan psikomotorik, Penilaian yang
lebih sering digunakan pada tingkat sekolah dasar ialah kognitif. Hal tersebut memiliki
alasan dikarenakan pada tingkat sekolah dasar lebih memusatkan pada kompetensi
pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran yang telah dimiliki oleh peserta didik
(Ghufran Hasyim Achmad, 2022). Aspek kognitif merupakan bagian dari taksonomi
yang berkaitan dengan kegiatan mental yang berawal dari tingkat remember
(mengingat) sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu create (mencipta).
Kognitif merupakan suatu proses berfikir berupa kemampuan untuk
menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta kemampuan menilai
dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar. Kognitif dapat
diartikan sebagai pengetahuan yang luas daya nalar, kreatifitas atau daya cipta,
kemampuan berbahasa serta daya ingat. Gabungan antara kematangananak dengan
pengaruh lingkungan disebut kognisi. Dalam kognisi anak dapat menyelesaikan
masalah lingkungan sendiri. Untuk menggambarkan perilaku manusia yang berkaitan
dengan kemampuan intelektual (Farida Juniarti, 2018).
Kognitif juga dapat diartikan sebagai kemampuan belajar atau kecerdasan yaitu
kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk
memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya
ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikenal
ada dua asesmen yakni asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Penilaian pembelajaran (penilaian proses pembelajaran) adalah penilaian yang
bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran. Penilaian ini juga berfungsi sebagai
penilaian formatif. Dari hasil asesmen formatif, pendidik mendapatkan informasi
tentang perlunya peningkatan pembelajaran keesokan harinya dengan merencanakan
pembelajaran yang aktif, suportif, dan bermakna. Penilaian akhir adalah penilaian yang
dilakukan diakhir proses pembelajaran. Penilaian pembelajaran ini adalah penilaian
sumatif. Dimana untuk menentukan hasil akhir dalam penilaian yang dapat dilakukan
pada akhir materi pelajaran atau pada akhir semester. Tujuan penilaian sumatif ini adalah
untuk mengukur hasil belajar siswa dari waktu ke waktu terhadap standar kinerja yang
ditetapkan oleh guru.

B. HASIL OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan PPL (Praktik Pembelajaran
Lapangan) di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan, mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada materi “ menemukan kata yang diawali dengan suku kata ma, mi, mu, me dan mo”
pada peserta didik kelas I. Guru sudah memenuhi komponen asesmen sesuai dengan
panduan penilaian pada Kurikulum Merdeka. Pada pembelajaran yang dilakukan oleh
guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning,sebelum
memberikan asesmen formatif maka guru akan memberikan permasalahan yang akan
diselesaikan peserta didik. Guru menampilkan video pembelajaran mengenai contoh
suku kata ma, mi, mu, me, mo. Kemudian peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok
sesuai gaya belajarnya yaitu gaya belajar dengan menggunakan media visual dan
audiovisual. Setelah dikelompokkan menjadi 4 kelompok, peserta didik diberikan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai asesmen formatif. Setiap kelompok
mendapatkan LKPD yang berbeda, sehingga peserta didik dapat mengembangkan
kreativitasnya. Setelah selesai mengerjakan tugas, maka peserta didik melakukan
kegiatan presentasi bersama guru dan teman-teman lainnya memberikan tanggapan.
Tujuan asesmen ini baik untuk mengembangkan tingkat kepercayaan diri peserta
didik, mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi serta mendorong
peserta didik untuk bisa memahami topik presentasi dengan pemahaman yang lebih
mendalam.
Dalam penerapan asesmen sumatif yang digunakan guru adalah soal-soal dalam
bentuk pilihan ganda dan essay yang dikerjakan secara individu, dalam soal evaluasi
tersebut peserta didik diberikan soal yang sama. Asesmen sumatif digunakan oleh guru
untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang sudah
diberikan oleh guru.

C. PEMBAHASAN
a) Kesesuaian Asesmen dengan Tahapan Perkembangan Peserta Didik
Dari hasil observasi yang dilakukan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan materi “menemukan kata yang diawali dengan suku kata ma, mi,
mu, me dan mo” di Kelas I SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan, guru telah
memberikan asesmen yang sesuai dengan tujuan dan capaian pembelajaran
yang akan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan fasenya, hal ini diketahui
pada modul ajar yang dimiliki oleh guru. Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran sudah baik, hal ini dapat dilihat mulai dari adanya asesmen yang
sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Upaya meningkatkan kreativitas dan mengembangkan kemampuan
bersosialisasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebaiknya guru
menggunakan asesmen formatif yang melibatkan langsung peserta didik.
Apabila hanya dibuat kelompok dan menjawab soal, peserta didik yang aktif
saja yang lebih menjadi sorotan, namun apabila membuat lembar kerja peserta
didik yang menarik dan melibatkan seluruh peserta didik maka yang tampak
bukan hanya yang aktif tetapi peserta didik secara menyeluruh.
b) Kesesuaian Asesmen dengan Karakteristik Lingkungan Peserta Didik
Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Interaksi unsur-unsur dalam
lingkungan baik manusia maupun budaya memiliki andil dalam membentuk
pola belajar peserta didik. Lingkungan tersebut akan mendorong pada kegiatan
yang terarah, sehingga kegiatan belajar dapat mencapai hasil yang diinginkan
(Haryati, 2016).
Karakteristik lingkungan peserta didik harus dipertimbangkan dalam
perancangan penilaian. Terutama dalam hal motivasi, minat, sikap, dan perilaku
belajar peserta didik. Dengan demikian, penilaian pembelajaran harus sesuai
dengan situasi, konteks, dan kebudayaan peserta didik, serta melibatkan orang
tua. Penilaian pembelajaran harus mampu menghubungkan materi pelajaran
dengan kehidupan nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta
didik, serta mendorong interaksi yang direncanakan, terstruktur, terpadu, dan
produktif antara guru dan peserta didik, sesama peserta didik, dan antara peserta
didik dan materi pelajaran.
Dari hasil Observasi yang dilakukan mengenai asesmen yang digunakan
guru pada saat proses pembelajaran sudah sesuai dengan lingkungan belajar
yang memungkinkan untuk pengamatan langsung atau penggunaan media ajar
konkret dapat mendukung asesmen formatif yang melibatkan demonstrasi dan
presentasi. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru sudah menerapakan
lingkungan yang mendorong peserta didik untuk berkolaborasi dan berdiskusi
yang dapat mendukung asesmen formatif yang melibatkan pemecahan masalah
dalam kelompok. Guru membagi kelompok dengan menyesuaikan asesmen
berdasarkan minat, motivasi, dan gaya belajar peserta didik, seperti apa yang
peserta didik sukai, apa yang mereka inginkan, bagaimana peserta didik belajar.
Hal ini sesuai dengan pendekatan yang menekankan pada pemecahan
masalah, keterampilan berpikir kritis, dan penerapan konsep dalam konteks
nyata. Oleh karena itu, dalam memilih dan merancang asesmen Bahasa
Indonesia materi ” menemukan kata yang diawali dengan suku kata ma, mi, mu,
me dan mo’’, penting untuk mempertimbangkan karakteristik lingkungan
pembelajaran agar asesmen tersebut sesuai dan mendukung tujuan
pembelajaran.
c) Kesesuaian Asesmen dengan Kemampuan Peserta Didik
Pada dasarnya, potensi peserta didik merujuk pada kemampuan mereka
untuk memperoleh pemahaman materi pelajaran, mengembangkan
keterampilan, dan menunjukkan sikap yang diharapkan. Potensi peserta didik
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal seperti bakat, kecerdasan,
gaya belajar, kesehatan, emosi, lingkungan, dan sumber belajar. Oleh karena itu,
penilaian pembelajaran harus beragam dan menggunakan berbagai metode dan
instrumen yang sesuai dengan potensi peserta didik. Penilaian pembelajaran
harus mampu mengevaluasi kinerja, portofolio, proyek, serta evaluasi diri
peserta didik, dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menunjukkan kreativitas, inovasi, dan kemampuan berpikir kritis.
Dalam menyusun asesmen yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1) Pertimbangkan keberagama
Asesmen dapat mengakomodasi keberagaman kemampuan dan gaya
belajar peserta didik. Setiap peserta didik memiliki keunikan dan
keberagaman dalam kemampuan dan gaya belajarnya, oleh karena itu
asesmen harus dirancang untuk dapat mengukur berbagai aspek
kemampuan.
2) Pertimbangkan sumber belajar yang beragam
Memastikan asesmen mengintegrasikan sumber belajar yang beragam,
seperti buku teks, materi audiovisual, dan lainnya. Hal ini akan membantu
peserta didik dalam menunjukkan kemampuan mereka yang mungkin
lebih terampil dalam sumber belajar tertentu.
3) Memberikan kesempatan untuk menunjukkan berbagai kemampuan
Asesmen harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
menunjukkan berbagai kemampuan yang dimiliki, termasuk keterampilan
verbal, visual, kinerja, dan kreatif.
4) Fleksibilitas dalam cara mengevaluasi
Memberikan fleksibilitas dalam bentuk asesmen, seperti tugas proyek,
penugasan tertulis, presentasi lisan, atau ujian tertulis. Dengan
memberikan variasi bentuk asesmen, peserta didik akan memiliki
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dengan cara yang
paling sesuai bagi peserta didik.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, penilaian dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik. Dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik tersebut, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan penilaian
yang dapat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Guru
dapat melakukan penilaian tingkat pemahaman peserta didik untuk
melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Guru dapat mengelompokkan peserta didik menjadi tiga
kelompok berdasarkan tingkat kemampuannya, yaitu tingkat kemampuan
rendah, tingkat kemampuan sedang, dan tingkat kemampuan mahir.
d) Asesmen Mampu Memberikan Umpan Balik pada Peserta Didik
Asesmen memiliki kemampuan untuk memberikan umpan balik kepada
peserta didik. Umpan balik dari asesmen dapat menjadi pedoman bagi para
peserta didik untuk memperbaiki kualitas belajar mereka. Dengan menerima
umpan balik yang jelas, peserta didik dapat memahami area dimana mereka
telah berhasil dan dimana mereka perlu meningkatkan kinerja mereka. Ini
membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman mereka dan
meningkatkan kemampuan mereka secara keseluruhan.
1) Asesmen yang dianalisis telah menggunakan berbagai macam jenis
asesmen, seperti asesmen diagnostik yang mencakup pertanyaan awal dan
soal non-kognitif, asesmen formatif melalui kegiatan presentasi dan
pekerjaan kelompok seperti menjawab LKPD, dan asesmen sumatif yang
melibatkan ujian tulis dengan dua jenis soal yaitu pilihan ganda dan esai.
Diversifikasi bentuk asesmen memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai cara. Setiap
jenis asesmen memberikan peluang bagi umpan balik yang sesuai dengan
preferensi dan kekuatan individu.
2) Dalam proses asesmen yang dianalisis, guru telah menetapkan kriteria
penilaian yang jelas dan transparan untuk membantu peserta didik
memahami hal apa yang dinilai. Guru menyusun rubrik penilaian sebagai
panduan dalam menilai proses belajar peserta didik dengan kriteria yang
telah ditetapkan dengan baik dan sesuai dengan tingkat KKO standar
penilaian bagi jenjang kelasnya. Dengan pemahaman ini, peserta didik
dapat memberikan umpan balik yang lebih terarah dan sesuai.
3) ada akhir asesmen atau proses pembelajaran, guru telah mengajukan
pertanyaan refleksi yang terstruktur kepada peserta didik, dengan
tujuan memberikan umpan balik yang mendalam mengenai pengalaman
pembelajaran peserta didik, terutama terkait dengan materi yang dipelajari
pada hari itu. Dalam refleksi, guru akan menanyakan tentang pemahaman
peserta didik, kegiatan yang disukai, kegiatan yang tidak disukai, kesulitan
yang dihadapi, dan strategi yang digunakan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan masalah. Melalui refleksi ini, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat mereka
sebagai umpan balik terhadap proses pembelajaran.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh beragam informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi
peserta didik. Oleh karena penilaian berfungsi membantu guru untuk
merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program belajar mengajar,
kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu dan atau
kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan cara
mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk, observasi,
portofolio, unjuk kerja serta data hasil interview.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada asesmen yang telah dirancang oleh
guru untuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I dengan materi suku kata ma,
mi, mu, me dan mo telah diimplementasikan 3 jenis asesmen yaitu asesmen diagnostik,
formatif, dan sumatif. Selain itu, asesmen ini juga telah memperhatikan beberapa aspek,
antara lain kesesuaian asesmen dengan tahap perkembangan peserta didik, kesesuaian
asesmen dengan karakteristik lingkungan peserta didik. Dalam asesmen ini, guru telah
melakukan pengelompokkan lingkungan belajar sesuai dengan gaya belajar peserta
didik untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, sesuai dengan minat belajar dan
mampu memenuhi kebutuhan belajar setiap peserta didik, kesesuaian asesmen dengan
kemampuan peserta didik karena telah disertakan asesmen yang mendukung setiap
tingkat kemampuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. N. (2021). Pelaksanaan Kampus Mengajar Angkatan 1 Program Merdeka Belajar


Kampus Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Kewirausahaan, 9(1).
Farida Juniarti, N. D. (2018). MENINGKATKAN PERCAYA DIRI ANAK PADA ASPEK
KOGNITIF DENGAN METODE BERCERITA. TUNAS SILIWANGI, 4(1).
Ghufran Hasyim Achmad, D. R. (2022). Penilaian Autentik pada Kurikulum Merdeka Belajar
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. EDUKATIF:
JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 5685 - 5699.
Haryati, D. (2016). EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PESERTA
DIDIK KELAS IV SD INPRES BTN IKIP I MAKASSAR. AULADUNA: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, 3 (2) 80-96.
Indarta, Y. J. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran
Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan,
4(2).
Lestariningrum, A. (2022). Konsep Pembelajaran Terdefirensiasi Dalam Kurikulum Merdeka
Jenjang PAUD. Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan
Pembelajaran).
Nahdiyah, U. A. (2022). Pendidikan Profil Pelajar Pancasila Ditinjau dari Konsep Kurikulum
Merdeka. Seminar Nasional Manajemen Strategik Pengembangan Profil Pelajar
Pancasila Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dan Pendidikan Dasar
(DIKDAS).
Safitri, A. W. (2022). Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Sebuah Orientasi Baru
Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(4).

Anda mungkin juga menyukai