Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI TOPIK 2

Dinnida Sulistiani Mugianti


Silmi Falabiba
Sintia Agustina

1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah


Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?

• Karakter Masyarakat Sunda


Nilai-nilai luhur budaya yang menjadi kekuatan sosio-kultural di budaya Sunda
adalah menjunjung tinggi sopan santun. Karakter masyarakat Sunda di kenal
dengan karakternya yang periang, ramah-tamah (soméah, seperti dalam
falsafah soméah hadé ka sémah), murah senyum, lemah-lembut, dan sangat
menghormati orang tua. KHD menghormati kebudayaan lokal sebagai sumber
ilmu dan nilai. KHD juga menghargai keberagaman sebagai kekayaan bangsa.
• Program pendidikan karakter
Program pendidikan karakter ini bertujuan untuk membentengi siswa-siswa di
Jawa Barat dengan nilai-nilai baik yang selaras dengan cita-cita Jabar Juara
Lahir Batin. Manusia unggul Jawa Barat harus mempunyai empat nilai, yaitu
secara fisik badannya harus sehat, cerdas, berakhlak, dan religius. Untuk
mewujudkan empat nilai tersebut, dilakukan melalui strategi yang disebut Jabar
Masagi. Pendidikan karakter tersebut bisa diwujudkan dengan cara
mengembalikan pendidikan budi pekerti yang bisa berdampak pada akhlak
sosial yang mengandung keluhuran nilai-nilai kearifan lokal. Nilai-nilai karakter
yang diharapkan muncul dari program Jabar Masagi dapat sesuai dengan
filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yang memiliki lima nilai utama
karakter, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-


nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan
karakter peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
• Menurut KHD, budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup
antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui
pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian
dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak
hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah
keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan
kemerdekaan orang lain. Dalam kontekstual nilai-nilai luhur kearifan budaya
Sunda yang menjadi penguatan karakter peserta didik, Gubernur Jawa Barat
membuat program unggulan yaitu Jabar Masagi. . Filosofi ”Masagi” yaitu
bagaimana berproses menjadi manusia yang memiliki pribadi yang kokoh, ajeg
atau seimbang dalam berpikir, merasa, dan bertindak Isi dari Jabar Masagi
yaitu:
a. Manusia Masagi Niti Surti adalah manusia yang belajar untuk merasakan
dan menghargai perikehidupan manusia. Seseorang dituntut harus
memiliki kepekaan (hati dan rasa) dalam berkomunikasi dan menyikapi
fenomena sosial sebagai wujud kepedulian antar sesama manusia. Hal ini
dapat diterapkan dalam konteks pendidikan sesuai pemikiran KHD dengan
kemerdekaan diri akan mempengaruhi kemerdekaan orang lain.
Contohnya peserta didik menggelar penggalangan dana untuk korban
tanah longsor.
b. Manusia Masagi Niti Harti adalah manusia yang belajar untuk mengetahui
dan mengembangkan akal untuk mengerti dan memahami tentang
kehidupan. Seseorang harus mampu memiliki wawasan yang luas dan
mampu memahaminya untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan sesuai dengan
pemikiran KHD bahwa pendidikan bukan hanya berbentuk pengajaran
menyampaikan pengetahuan saja, tetapi bagaimana ilmu dan
pengetahuan menjadi kunci untuk mengasah keterampilan berpikir dan
mengembangkan kecerdasan batin dan melancarkan kehidupan.
Contohnya, pembiasan solat duha yang dilakukan di sekolah dapat
menjadikan kebiasaan baik bagi peserta didik saat barada diluar sekolah.
c. Manusia Masagi Niti Bukti adalah manusia yang belajar untuk melakukan
dan membuktikan laku diri. Seseorang harus mampu berkarya atau
memberi bukti. Hal ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan sesuai
dengan pemikiran KHD tentang pendidikan yang memerdekakan peserta
didik. Peserta didik diberikan kebebasan dan kemandirian untuk
mengeksplorasi potensi masing-masing tanpa ada tekanan serta akan
dikatakan mampu jika peserta didik dapat memberikan bukti dalam bentuk
portofolio tugas.
d. Manusia Masagi Niti Bakti adalah manusia yang belajar untuk hidup
bersama. Seseorang yang memiliki cerminan diri dengan sikap terpuji atau
akhlak mulia dengan mampu hidup toleran, selaras, saling menghargai dan
bergotong royong dalam keberagaman. Hal ini dapat diterapkan dalam
konteks pendidikan sesuai dengan pemikiran KHD nilai luhur sosial
sebagai tuntunan. Contohnya, bakti anak kepada orang tua dengan
membantu pekerjaan rumah dan menaati nasehatnya; bakti siswa kepada
gurunya dengan belajar bersungguh-sungguh; serta bakti seorang warga
terhadap bangsa dan negaranya dengan berpartisipasi dalam
membersihkan fasilitas umum untuk kepentingan publik.

Dengan demikian Manusia Masagai adalah manusia Niti Jadi (Niti Jati atau Niti
Sajati) yang merupakan manusia Sajatining Jawa Barat

• Lahirnya Jabar Masagi dilatarbelakangi akibat terus berkembangnya teknologi,


yang berdampak pada derasnya arus informasi yang beredar terutama di
media sosial yang dapat berpengaruh pada kondisi psikologis para pelajar. Hal
ini berkaitan dengan pemikiran KHD tentang kodrat zaman yaitu perubahan
kondisi yang selalu terjadi dari waktu ke waktu dan dialami langsung oleh anak.
Tiap zaman itu punya tantangan sendiri, zaman Gen Z ini tantangannya adalah
perilaku. Informasi baik juga buruk menyebar begitu cepat melalui teknologi,
khususnya di smartphone. Jika mereka salah pergaulan, maka karakter mereka
akan rusak, pintar tapi julid, pintar tapi nyinyir, pintar tapi tidak santun, tidak
hapal dan paham nilai-nilai Pancasila, Indonesia Raya. Jabar Masagi berupaya
”membumikan” pendidikan karakter dalam konteks mulok budaya lokal sebagai
akar untuk mengisi ruh pendidikan karakter agar tidak tercerabut dari akarnya.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik
di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di
daerah Anda yang dapat diterapkan.

Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah sesuai dengan konteks sosial budaya di Jawa Barat adalah budi
pekerti. Menurut KHD, budi pekerti merupakan keselaran (keseimbangan) hidup
antara cipta (kognitif), karsa (afektif) dan karya (psikomotor). Budi Pekerti melatih
anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan
diri) dan kemerdekaan orang lain. Program Jabar Masagi dilandasi dengan
harmoni dan keseimbangan nilai-nilai Surti (rasa), Harti (karsa), Bukti (karya) dan
Bakti (aksi nyata) yang akan melahirkan manusia Masagi yang memiliki
kesempurnaan perilaku dan kecakapan hidup dalam kesehariannya. Ruang
lingkup dari program Jabar Masagi tersusun atas elemen penting yang saling
berkaitan, yaitu guru, siswa, sekolah, kurikulum serta organisasi luar sekolah
untuk menciptakan ekosistem Masagi yang dapat meningkatkan kebagjaan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai