Anda di halaman 1dari 2

Mata Kuliah : Pembelajaran Berdiferensiasi

Anggota Kelompok :
1. Ahmad Bayu Asy’ari (2398015355) SMAN 11 Semarang
2. Ahmad Nashiruddin (2398015472) SMAN 11 Semarang
3. Aliya Fitrahani (2398015356) SMAN 15 Semarang
4. Amalia Firdaus (2398015343) SMAN 15 Semarang
5. Desy Dwi Aryani (2398015364) SMPN 3 Semarang
6. Dewi Rokhimah (2398015365) SMPN 3 Semarang
7. Dian Pangestika (2398015368) SMPN 3 Semarang
8. Diesma Werdina I. (2398015472) SMPN 3 Semarang

Topik 3 – Ruang Kolaborasi – Hasil Diskusi Dengan Guru Penggerak

Diskusi terkait pembelajaran berdiferensiasi dilakukan antara mahasiswa matematika


PPL I PPG Prajabatan UNNES dari SMAN 11 Semarang. SMAN 15 Semarang, dan SMPN 3
Semarang dengan Ibu Nastiti Rahmawati selaku guru matematika sekaligus guru penggerak
dari SMAN 15 Semarang. Program guru penggerak dimulai setelah tahun corona, tepatnya
pada tahun 2022, Ibu Nastiti Rahmawati merupakan guru yang diangkat menjadi guru
penggerak pada tahun 2023 angkatan ke 8. Beliau mengatakan bahwasanya setelah mengikuti
program tersebut, banyak perubahan yang terjadi pada diri beliau, adanya perubahan filosofi
beliau mengenai bagaimana menghadapi peserta didik dan bagaimana menuntun anak sesuai
dengan kodratnya sehingga dalam pembelajaran guru tidak boleh menjadi otoriter atau teacher
centered akan tetapi harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan peserta didik (student
centered). Guru juga penting untuk membuat kesepakatan kelas bersama dan harus
memperhatikan 5 posisi kontrol yaitu sebagai penghubung, sebagai pembuat rasa bersalah,
sebagai pemantau, sebagai teman, dan sebagai manajer, serta bagaimana membuat segitiga
restitusi ketika menghadapi masalah anak di sekolah sehingga guru tidak serta merta

pg. 1
menyalahkan anak ketika terdapat suatu masalah, akan tetapi memperhatikan penjelasan
mengapa permasalahan itu dapat terjadi, akhirnya anak akan nyaman dengan guru dan
pembelajaran akan dengan senang hati dapat diterima oleh peserta didik.
Dalam pembelajaran, tidak hanya membahas mengenai pencapaian materi saja, akan
tetapi bagaimana peserta didik dapat memperoleh pembelajaran bermakna akan pentingnya
sosial yang membuat mereka dapat berinteraksi dengan orang lain, bertanggung jawab, dan
memiliki rasa empati. Selain itu, penting juga bagi guru untuk membuat kesepakatan bersama
mengenai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi pada saat pembelajaran berlangsung di
dalam kelas. Hal tersebut tidak hanya berlaku kepada peserta didik, guru juga harus mematuhi
apa yang telah disepakati bersama, sebagaimana contohnya yang disampaikan oleh guru
penggerak, ketika anak diwajibkan mengumpulkan HP dan tidak boleh bermain HP pada saat
pembelajaran berlangsung, maka guru juga harus mematuhi hal tersebut, tidak boleh gurunya
melarang peserta didik, akan tetapi gurunya juga yang melanggar dan tidak mematahui
peraturan bersama, kecuali terdapat hal-hal penting atau panggilan penting maka dipersilahkan
membuka HP. Apabila, lupa mengenai kebijakan atau peraturan yang disepakati bersama, guru
dapat mengingkatkan kembali dan peserta didik juga berhak mengingkat gurunya apabila lupa
mengenai peraturan yang telah disepakati bersama. Maka, dalam hal ini guru tidak hanya
sebagai penguat atau pemegang posisi tertinggi, akan tetapi guru juga melihat bahwsanya
mereka juga sama sebagai pembelajar seperti peserta didik. Selanjutnya, di semester berikutnya
pada saat awal masuk kelas, guru dan peserta didik dapat melakukan evaluasi terkait peraturan
yang telah dibuat, apakah ada yang harus dikurangi atau ditambahkan lagi.
Tantangan yang terjadi dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi diantaranya
yaitu pertama, pembelajaran berdiferensiasi masih menjadi hal baru bagi para guru dalam
penerapannya. Kedua, guru masih merasa kesulitan dalam membagi gaya belajar peserta didik
karena kebanyakan anak sekarang banyak yang kinestetik terutama anak laki-laki, padahal
pada pembelajaran matematika seharusnya anak itu lebih ke visual dan auditori, sehingga pada
saat diberikan LKPD, LKPD nya tidak jalan sama sekali karena kebanyakan anak kinestetik,
sehingga kedepannya lebih ke diferensiasi kontennya apakah lebih ke video atau bacaan.
Namun untuk diferensiasi pada aspek kognitif yang dapat dilakukan dengan mengelompokkan
berdasarkan tingkat kemampuan ataupun tutor sebaya dan lain-lain guru masih bisa
mengatasinya. Ketiga, antara guru yang satu dengan yang lain, ketercapaian materi antara guru
berbeda dikarenakan kelas satu dengan kelas yang lain memiliki karakteristik yang berbeda-
beda dan guru harus benar-benar memastikan bahwasanya peserta didik paham mengenai
materi yang diajarkan, hal tersebut yang membuat guru tertinggal materinya dengan guru di
kelas lain.
Langkah-langkah konkrit yang diambil agar memastikan peserta didik mencapai target
pembelajaran sesuai dengan kurikulum merdeka sekarang ini yaitu pertama, memastikan
peserta didik agar enjoy atau nyaman dengan pembelajaran guru, jangan sampai pada saat guru
masuk kelas, anak sudah pada takut dengan gurunya sehingga anak tidak mau menerima materi
yang diajarkan oleh gurunya. Kedua, mengklasifikasikan anak-anak berdasarkan kemampuan
belajaranya, jadi antara anak yang satu dengan yang lain tidak harus mencapai atau memenuhi
target yang sama dan ada pendekatan khusus yang dilakukan guru terhadap individu peserta
didik.

pg. 2

Anda mungkin juga menyukai