Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PAMERAN PERAYAAN AKHIR PERKULIAHAN

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemahaman Tentang


Peserta Didik dan Pembelajarannya”

Oleh :

Helmi Faridi Sani (2264817001)


Asrul Sani (2264817002)
Ainun Haq (2264817003)
Lalu Eka Sukmawan Wiguna (2264817004)
Sirilus Methodius Rahmat Ulus (2264817005)

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN PENDIDIKAN JASMANI


OLAHRAGA DANKESEHATAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA
DANKESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................i


BAB I LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1
BAB II ANALISIS PERMASALAHAN BERDASARKAN KAJIAN TEORI ....................... 4
BAB III OUTPUT PRODUK YANG DIBUAT ...................................................................... 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 24
Kesimpulan ........................................................................................................................ 24
Saran ................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya “Pendidikan
Cerdas” melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses,
dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan kelas dunia
untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21, yaitu berfikir
kritis, pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, kolaborasi, komunikasi, dan
menguasai literasi teknologi (Partnership for 21st Century, 2008). Berdasarkan
tuntutan di abad 21 tersebut maka perubahan dalam pendidikan dan pembelajaran
merupakan hal yang harus dilakukan. Perubahan harus dimulai dari penguatan
kompetensi guru sebagai garda terdepan pendidikan.
Guru dituntut untuk mengubah cara pandang pendidikan baik metode
pembelajaran maupun konsep pendidikan sesuai dengan tuntutan era pendidikan 4.0.
Dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus berkembang, setidaknya ada
empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pada era pendidikan 4.0, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial (PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3).
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa Pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi -
tingginya. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa”
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan dari pendidikan sangat bergantung pada
bagaimana proses dan guru yang merupakan fasilitator dan seseorang yang berintraksi
langsung dengan siswa turut memegang peranan penting akan keberhasilan dan
keefektifan dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan pendidikan di
sekolah yang berfungsi membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar

1
tumbuh ke arah positif. Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai penggalan kedua
pendidikan dasar, mestinya dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat
pendidikan selanjutnya.
Sekolah merupakan salah satu pendidikan yang mengusahakan suatu kondisi
belajar mengajar secara formal dan terencana untuk semua siswa secara klasikal.
Seberat atau seabstrakapapun materi, anak didik dengan kemampuan potensinya yang
menonjol dibandingkan makhluk lain akan bisa menyerap dan menerima pemahaman
ajaran tersebut dengan baik. Akan tetapi karena siswa belajar dalam satu kelas yang
sama, sebagian besar guru masih beranggapan bahwa semua siswa mampu menerima
materi pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang sama. Namun
kenyataannya, setiap siswa bukanlah orang yang sama. Setiap siswa memiliki
perbedaan satu sama lain seperti perbedaan fisik, karakter, pola pikir dan gaya belajar
sehingga terdapat perbedaan terhadap cara merespon atau menanggapi materi yang
mereka dapatkan dalam proses pembelajaran.
Setiap siswa mempunyai keunikan personal yang berbeda dengan
siswa yang lainnya. Tidak bisa dianggap sama antara siswa yang satu dengan yang
lainnya. Siswa ituberbeda-beda. Cara belajar siswa sering disebut sebagai gaya belajar.
Gaya belajar siswa setiap individu diekspresikan sesuai dengan kebiasaan dan
keasyikan masing-masing. Ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang
belajar dengan cara membaca, dan ada pula yang belajar dengan cara menemukan.
Setiap individu tidak hanya memiliki satu gaya belajar saja, banyak individu yang
memiliki lebih dari satu gaya belajar, namun pada dasarnya gaya belajar yang
dominan yang dimiliki individu hanya satu, sesuai dengan kemampuan individu
tersebut dalam memahami proses pembelajaran. Gaya belajar siswa yang beraneka
macam bertujuan agar siswa dapat belajar dengan nyaman dengan demikian
diharapkan tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.
Gaya belajar merupakan salah satu cara bagaimana menyerap, mengatur dan
mengolah informasi. Sehingga dengan mengetahui dengan adanya gaya belajar pada
diri siswa, maka dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih
mudah. Masing-masing siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima
suatu informasi yang disampaikan oleh guru, hal inilah yang bisa menyebabkan hasil
belajar dari setiap siswa pun dapat berbeda-beda.

2
Berdasarkan hasil obsevasi yang telah dilaksanakan di SMPN 3 Singaraja
terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam mengingat dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa ada
yang lebih senang membaca sambil bergerak dan ada juga yang lebih senang belajar
dengan kelompok. Selain itu terdapat beberapa siswa masih terlihat bermain ketika
belajar contohnya saat guru menjelaskan di depan siswa asik main sendiri, dan ada
juga yang melihat gurunya dengan sungguh-sungguh tetapi di uji dengan pertanyaan
siswa pun tidak bisa menjawab dengan baik. Untuk mengatasi masalah tersebut,
kelompok kami mengambil solusi merancang strategi pembelajaran yang
berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar siswa.

3
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN BERDASARKAN KAJIAN TEORI

A. Permasalahan Pada Aspek Kognitif, Psikomotor, dan Afektif Peserta Didik.


Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau
sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain),
yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada
kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem
nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan
motorik atau penggunaan otot kerangka) (Magdalena et al., 2020). Taksonomi
tersebut kemudian berkembang hingga kini kita mengenalnya dengan taxonomi
bloom. Taxonomi Bloom menjadi acuan dalam satuan pendidikan dalam mengatur
rencana pembelajaran dan mengukur hasil belajar siswa.
Taxonomi Bloom ranah kognitif ini meliputi kemampuan menyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir,
kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual)
atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi
menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang
dilambangkan dengan C (Cognitive). Tingkatan tersebut terdiri atas mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat versi revisi.
Berdasarkan hasil obeservasi dan hasil praktek mengajar di sekolah mitra terkait,
didapatkan hasil bagaimana kondisi kognitif siswa tersebut cenderung tidak normal
atau rendah. Siswa yang menjadi target dalam pembelajaran adalah siswa yang telah
berada di fase D dan E, jika diiriskan capaian tingkatan dengan taxonomi bloom maka
hasil yang seharusnya ditemui terhadap siswa yang bersangkutan adalah mampu
menerapakn C3 sampai dengan C6. Kekecwaaan yang menjadi hasil yang didapat,
berdasarkan asesmen yang telah dilakukan baik itu asesmen diagnostik, asesmen
formatif hingga asesmen sumatif yang sediakan diperolah hasil siswa tersebut hanya
mampu mengaplikasikan pada tingkatan C3, sedikit banyak mampu di C4, dan
sisanya bisa terhitung jari di C5 sampai C6. Adapun penyebab atas masalah tersebut

4
tertuju pada satu jawaban yakni ketidaklulusan siswa atas kompetensi awal yang
harus mereka miliki sebelum menerima pembelajaran baru. Lemahnya konsep dan
materi kompetensi awal mereka menjadi kunci permasalahan rendahnya tingkatan
kognitif pesertadidik.
Taxonomi bloom afektif, ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan
sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek
dlam kegiatan belajar mengajar. Sikap yang ditujunkkkan peserta didik selama
proses pembelajaran menjadi faktor yang mempengaruhi penilaian guru dalam proses
pembelajaran. Hal ini berkenaan dengan penerimaan dan tanggapan peserta didik
dalam belajar. Berdasarkan hasil obeservasi dan hasil praktek mengajar di sekolah
mitra terkait, didapatkan hasil bahwa siswa masih memiliki stigma memandang remeh
seorang guru PPL, sehingga ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung
siswa menunjukkan prilaku acuh tak acuh selama proses pembelajaran, menunjukkan
sikap tidak antusias, mengantuk, mengobrol dengan teman dan sibuk memainkan
smartphone masing-masing. Menanggapi permasalahan tersebut, menurut
(Rhamayanti, 2018) penyebab peserta didik tidak memiliki sikap dan tata krama yang
baik disebabkan oleh kurangnya keterampilan dasar mengajar oleh guru,
perencanaan guru sebelum mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas dan evaluasi yang dilakukan guru. Kekurangan yang dimiliki guru dalam hal
keterampilan dasar mengajar antara lain yaitu keterampilan bertanya, terkadang
pertanyaan yang diajukan sulit dipahami peserta didik karena bahasa yang digunakan
tidak sederhana sehingga peserta didik tidak tahu apa jawaban dari pertanyaan
tersebut. Keterampilan menjelaskan, terkadang guru memahami materi yang akan
disampaikan tetapi sulit dalam menyampaikannya dengan bahasa sederhana dan
mudah dimengerti peserta didik, serta keterampilan mengelola kelas, serta kurangnya
kemampuan guru dalam menghidupkan kelas.
B. Permasalahan Pada Minat Belajar Peserta Didik.
Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Minat adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan
aktivitas tersebut secara konsisten dengan rasa senang. ( Djamarah, 2011 dalam Luh
Pt Retno Ningsih et al., 2018). minat belajar peserta didik dalam mengikuti

5
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam kelancaran proses belajar
mengajar. Minat belajar akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam hal kegiatan belajar. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat adalah rasa yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu.
Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.
Minat merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang
memusatkan perhatian pada sesuatu. Dengan demikian minat merupakan unsur
yang menggerakan motivasi seseorang sehingga dapat berkonsentrasi terhadap suatu
obyek maupun kegiatan. Berdasarkan hasil obeservasi dan hasil praktek mengajar di
sekolah mitra terkait, diperoleh hasil minat belajar siswa memang masih rendah,
beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu: faktor internal
terdiri dari faktor jasmaniah seperti faktor Kesehatan yang mana saat itu siswa
dalam keadaan kurang fit akibat kelelahan karena sudah mengikuti kegiatan belajar
mengajar berjam-jam, atau mereka ada yang sedang sakit, dan faktor psikologinya
berhubungan dengan kondisi tidak bisa mengontrol mood mereka sebagai siswa
puber membuat mereka ogah-ogahan untuk belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari sesuai dengan minat siswa, maka siswa akan mengikuti pelajaran dengan
baik, karena sangat menarik baginya, dengan rasa ketertarikan tersebut siswa akan
fokus dalam belajar sehingga dapat memengaruhi hasil belajarnya. Apabila siswa
memiliki minat belajar yang rendah, maka ia akan malas dan merasa bosan saat
belajar, tidak ada daya tarik baginya, sehingga siswa tidak fokus dalam belajar (Luh
Pt Retno Ningsih et al., 2018). Peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi
dalam proses pembelajaran dapat menunjang hasil belajar semakin baik, begitupun
sebaliknya. Peserta didik yang memiliki minat belajar yang rendah, maka hasil
belajar peserta didik menjadi kurang optimal. Maka dari itu diperlukan pemahaman
dan mengenal berbagai aspek dan karakteristik siswa, agar dalam proses belajar
siswa dapat tercapai dengan baik.

C. Permasalahan Pada Gaya Belajar Peserta Didik


1. Pengertian Gaya Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gaya bermakna watak,

6
sikap, gerakan. Sementara itu, makna belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Mouly belajar adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Sedangkan
Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan.
Menurut pengertian secara psikilogis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamannya sendiri dan
interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses latihan menuju perubahan yang
akan menghasilkan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam memahami dan
menyerap suatu informasi yang didapatkan. Ada siswa yang senang menulis hal-
hal yang disampaikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula
siswa yang lebih sering mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta
adapula siswa yang lebih senang praktik secara langsung. Dari berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung maka akan
tercipta suasana belajar yang menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari. Cara belajar yang dimiliki oleh siswa disebut dengan gaya belajar atau
modalitas belajar siswa. Gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap,
mengatur, dan mengolah informasi.
Kolb (Riding dan Ray) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan
metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada
prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif.
Gunawan juga berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih
disukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu
informasi. Menurut Reid gaya belajar merupakan cara yang sifatnya individu
untuk memperoleh dan menyerap informasi dari lingkungan, termasuk
lingkungan belajar.

7
Berdasarkan pendapat beberapa teori di atas, bahwa gaya belajar siswa
adalah suatu cara yang sifatnya individu yang dimiliki oleh siswa untuk
memperoleh, menyerap, mengatur, dan mengolah informasi dalam proses
pembelajaran. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, ketika
seseorang telah belajar menggunakan gaya belajar yang benar maka akan
berdampak pada keefektifan penyerapan informasi yang di terima.
2. Macam-macam Gaya Belajar
Perilaku belajar seseorang pasti berbeda-beda ada yang menyukai
gambar, suara dan praktik langsung. Menurut DePorter dan Hernacki, gaya
belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
Terdapat tiga macam gaya belajar seseorang berdasarkan modalitas yang
digunakan individu dalam memproses informasi yaitu gaya belajar visual,
auditori, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa belajar dengan
menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada
salah satu diantara gaya belajar tersebut.
1) Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Menurut Rusman (2017), Visual Learners adalah gaya belajar di mana
gagasan, konsep, data dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar
dan teknik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual ini memiliki ketertarikan
yang tinggi ketika diperlihatkan gambar, grafik, grafis organisatoris, seperti
jaring, peta konsep, dan ide peta, plot, dan ilustrasi visual lainnya. Beberapa
teknik yang digunakan dalam belajar visual untuk meningkatkan
keterampilan berpikir dan belajar, lebih mengedepankan peran penting mata
sebagai pengelihatan. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detail-detailnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri –ciri gaya belajar visual ini, yaitu: a) Cenderung melihat sikap,
gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar, b) Bukan pendengar yang baik
saat berkomunikasi, c) Saat mendapat pentujuk untuk melakukan sesuatu,
biasanya akan melihat teman-teman lainya baru kemudian diri sendiri yang
bertindak, d) Tidak suka bicara di depan kelompok dan tidak suka pula
mendengarkan orang lain, e) Kurang mampu mengingat informasi yang
diberikan secara lisan, f) Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan, g)

8
Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu.
(Ibrohim & Purwanty, 2017).
2) Gaya Belajar Auditory (Auditory Learners)
Menurut Colifah, dkk (2017) Auditory Learners adalah suatu gaya belajar
dimana siswa belajar melalui mendengarkan. Siswa yang memiliki gaya
belajar auditori akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya melalui
telinga (pendengarannya), oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan
siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar
auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru. Anak dengan gaya belajar
ini dapat mencerna makna yang disampaikan oleh guru melalui verbal simbol
atau suara, tinggi rendahnya, kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.
Anak-anak seperti ini dapat menghafal lebih cepat melalui membaca teks
dengan keras atau mendengarkan media audio.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori, yaitu: a) Mampu mengingat dengan baik
penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam
kelompok/kelas, b) Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/lagu
di televisi/radio, c) Cenderung banyak omong, d) Tidak suka membaca dan
umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat
dengan baik apa yang baru saja di baca, e) Kurang cakap dalam mengerjakan
tugas mengarang/menulis, f) Senang berdidkusi dan berkomunikasi dengan
orang lain, g) Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan
sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok
kelas, dan lain-lain.
3) Gaya Belajar Kinestetik (Kinesthetik Learners)
Kinesthetic learners adalah siswa belajar dengan cara melakukan,
menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik mengandalkan belajar melalui bergerak, menyentuh dan
melakukan tindakan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam
karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi sangatlah kuat.
Siswa yang bergaya belajar seperti ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Oleh karena itu, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran bersifat

9
kontekstual dan praktik.(Sekarwati& Nurtamam, 2018).
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik, yaitu: a) Menyentuh segala sesuatu yang
dijumpainya, termasuk saat belajar, b) Sulit berdiam diri atu duduk manis,
selalu ingin bergerak, c) Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan
tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan
sambil tangannya asik menggambar, d) Suka menggunakan objek nyata
sebagai alat bantu belajar, e) Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta,
simbol dan lambing, f) Menyukai praktik/percobaan, g) Menyukai permainan
dan aktivitas fisik.
Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam pembelajaran perlu suatu proses
yang melibatkan potensi siswa secara keseluruhan, yaitu potensi
pengelihatan, pendengaran, dan gerak motorik. Dari kolaborasi dari ketiga
potensi tersebut siswa lebih mampu menguasai suatu kecakapan tertentu,
karena ketiga potensi tersebut terlibat aktif baik secara fisik maupun secara
psikologis. Guru harus dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar,
sehingga belajar menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan serta tidak
membosankan.
Kreativitas guru sangat dibutuhkan untuk mengkolaborasikan berbagai
multimetode, multistrategi, multimedia, dan aktivitas belajar sesuai dengan
materi yang diajarkan sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk
beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dapat
mengakses ketiga gaya belajar tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi
aktivitas siswa dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan media
pembelajaran. Jadi, pembelajaran boleh saja dilakukan secara klasikal tetapi
sentuhannya harus individual, artinya guru harus menyentuh siswa yang
auditori dengan ceramah dan penjelasan guru, bagi siswa yang visual, guru
menggunakan berbagai alat dan media pembelajaran seperti media gambar,
poster, LCD, CD interaktif, digital content dan media visual lainnya,
sedangkan siswa yang kinestetik guru harus menyentuhnya dengan
pengalaman langsung seperti praktik, laboratorium, eksperimen, role playing,
peragaan, observasi, dan unsur kinestetik lainnya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

10
Faktor yang mempengaruhinya yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Fisik
Menurut Nuralan, (2022) faktor fisik yang mempengaruhi gaya belajar
siswa yaitu kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan
indera pendengaran dan indera pengelihatan sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya
yang disajikan di kelas. Untuk dapat belajar dengan baik siswa harus
mempunyai tubuh yang sehat. Tanpa jasmani yang sehat, pikirannya takkan
dapat bekerja dengan baik. Betapapun cerdas dan rajinnya siswa, tapi jika
sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuan dalam belajarnya.

b. Emosional
Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu
emosi yang menyenangkan atau emosi positif dan emosi yang tidak
menyenangkan atau emosi negatif. Emosi berpengaruh besar pada kualitas
dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar
dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif
dapat memperlambat belajar dan bahkan menghentikan sama sekali. Oleh
karena itu belajar yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi
positif pada diri siswa. Untuk menciptakan emosi pada diri siswa harus
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. (Kurniati dan Sari,
2019).

c. Sosiologis
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalahmasalah
dan teknik- teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah
untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah
sosial. Seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok
dan lain-lain. Misalnya ada siswa yang merasa belajar paling baik secara
berkelompok, sedangkan yang lain merasa bahwa belajar sendirilah yang
paling efektif bagi mereka. (Bire, dkk 2014).

d. Lingkungan

11
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alaalat belajar,
dan keadaan cuaca. Misalnya, ada siswa yang memerlukan lingkungan
belajar yang teratur dan rapi, tetapi ada siswa lain yang lebih suka
menggelar sesuatunya supaya semuanya dapat terlihat. (Kurniati dan Sari,
2019).
D. Rendahnya Minat Belajar Peserta Didik
Istilah minat merupakan terminologi aspek kepribadian yang menggambarkan
adanya kemauan, dorongan (force) yang timbul dari dalam diri individu. Slameto
(2013) mendefinisikan minat adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh dan cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap hal atau aktivitas tertentu. Piaget (dalam
Marti’in, 2019) berpendapat ‘’was the first to state that learning is a developmentan
cognitive process, that students create knowledge rather than receive knowledge
from the teacher’’ artinya belajar adalah perkembangan kognitif, bahwa siswa
menciptakan pengetahuan daripada menerima pengetahuan dari guru. Jadi dapat
diartikan bahwa minat belajar adalah perasaan suka atau tidak suka melalui kegiatan
yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman di bidang pelajaran. Menurut
Indra (2017) bahwa minat belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Minat
belajar akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hal
kegiatan belajar. Peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi dalam proses
pembelajaran dapat menunjang hasil belajar semakin baik, begitupun sebaliknya.
Peserta didik yang memiliki minat belajar yang rendah, maka hasil belajar peserta
didik menjadi kurang optimal.
Berdasarkan temuan selama melaksanakan praktik mengajar, terdapat beberapa
siswa memiliki minat belajar yang rendah. Hal ini ditandai dengan siswa tidak fokus
selama pembelajaran, suka mengobrol saat proses pembelajaran berlangsung dan
bermalas-malasan saat melaksanakan kegiatan diskusi kelompok. Rendahnya minat
belajar peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantara faktor internal
dan faktor eksternal. Menurut Slameto (dalam Anggraeni, 2017) menyatakan
beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu: faktor internal terdiri

12
dari faktor jasmaniah seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologi
seperti intelegensi, perhatian, bakat, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor
eksternal terdiri dari faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode guru mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian, metode mengajar. Faktor
internal dan eksternal memiliki peranan penting bagi perkembangan belajar siswa.
Siswa yang memiliki kemampuan diri secara fisik maupun mental yang baik dan
kondisi lingkungan luar (keluarga, sekolah, masyarakat) yang mendukung, akan
menumbuhkan minat belajar siswa yang baik. Begitupun sebaliknya, jika kondisi
fisik dan mental siswa tidak mendukung dan kondisi eksternalnya (keluarga, sekolah,
masyarakat) maka akan berdampak pada perkembangan minat belajar siswa. Maka
dari itu diperlukan pemahaman dan mengenal berbagai aspek dan karakteristik siswa,
agar dalam proses belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
E. Karakter Peserta Didik yang Rendah
Karakter menurut Soemarno Soedarsono (2013) merupakan nilai-nilai moral
yang berada di dalam diri kita melalui pendidikan dan pengalaman yang dipengaruhi
oleh lingkungan yang menjadi suatu landasan pemikiran, sikap, dan perilaku. HD.
Bastaman (dalam Wudda) mengungkapkan bahwa karakter merupakan aktualisasi
potensi dari dalam dan internalisasi nilai moral dari luar, yang menjadi sebuah
kepribadian seseorang. Menurut Quraish Shihab (dalam Ayuba, 2014) karakter
merupakan himpunan pengalaman, pendidikan yang menumbuhkan kemampuan
dalam diri seseorang yang terwujud dalam bentuk pemikiran, sikap, dan perilaku. Dari
beberapa definisi karakter oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
adalah Nilai moral diekspresikan sebagai nilai intrinsik diri kita dan diwujudkan
dalam sistem daya juang yang akan menjadi dasar pemikiran, sikap dan perilaku
manusia.
Karakter bisa dikatakan sangat penting bagi setiap individu karena dalam proses
pembentukan sikap atau karakter setiap individu, terutama para peserta didik sebagai
penerus bangsa, hal ini memang perlu ditanamkan sejak lahir. Pendidikan akan
memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang ada pada semua peserta

13
didik sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi mungkin baik itu sebagai seorang individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat (Dewantara, 2011). McDonnel dalam (Lewis & Ponzio, 2016) pendidikan
karakter merupakan salah satu hal paling penting untuk menyelesaikan permasalahan
krisis karakter yang terjadi dalam setiap pergerakan reformasi.
Dalam Pendidikan yang di Indonesia penguatan karakter peserta didik dilakukan
dengan penerapan Profil Pelajar Pancasila yang terkandung dalam Kurikulum
Merdeka. Profil pelajar Pancasila adalah profil lulusan yang diharapkan dengan
tujuan untuk menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan dapat diraih
oleh peserta didik. Selain itu, profil pelajar Pancasila juga untuk memperkuat peserta
didik dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Kemendikbud, 2020). Pada profil Pelajar
Pancasila, kompetensi dan karakter yang akan didalami tertuang dalam enam dimensi
kunci yakni (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia; (2) berkebhinekaan global; (3) bergotong royong; (4) mandiri; (5) bernalar
kritis; (6) kreatif (Sufyadi, 2021). Pendidikan karakter dalam Profil Pelajar Pancasila
terutama dalam dimensi satu yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia.
Selama pelaksanaan observasi yang dilaksanakan di Sekolah Mitra PPL I
diperoleh permasalahan terkait dengan karakter peserta didik. Berikut ini
Permasalahan terkait karakter peserta didik yang rendah.
1. Peserta didik menyalahgunakan penggunaan smartphone
Peserta didik diperbolehkan menggunakan smartphone di kelas selama
penggunaannya digunakan untuk melakukan pencarian informasi terkait
dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan seizin guru yang
bersangkutan. Namun dalam pelaksanaannya di kelas, ada beberapa peserta
didik yang menyalahgunakan smartphonenya. Contoh penyalahgunaannya
adalah belanja online, membuka sosial media, dan bermain game online.
2. Peserta didik kurang displin
Peserta didik di Sekolah Mitra PPL I secara keseluruhan memiliki disiplin yang
bagus. Namun masih ada beberapa peserta didik yang kurang disiplin dalam
melakukan pembelajaran di kelas. Contohnya seperti membuang sampah di
kolong meja, masuk kelas tidak tepat waktu, dan bermain-main saat berdoa.

14
F. Integrasi Multimedia Pada Pembelajaran
Multimedia merupakan gabungan dua atau lebih media yang berbentuk teks,
gambar, grafis, film, animasi, audio, dan video dalam suatu teknologi untuk
menyampaikan informasi secara interaktif. Gabungan mediamedia ini membuat
pengalaman belajar siswa menjadi sesuatu yang interaktif. Pembelajaran menjadi
interaktif karena penyajian materi pembelajaran dapat membangkitkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran adalah suatu upaya untuk
menciptakan suasana belajar kreatif dan inovatif tanpa mengurangi tujuan belajar
yang sesungguhnya yaitu adanya perubahan tingkah laku siswa yang dapat diukur
dan diamati. Multimedia pembelajaran secara umum adalah membuat proses
pembelajaran lebih menarik, interaktif, mengurangi jumlah waktu pembelajaran,
meningkatkan kualitas belajar siswa, proses pembelajaran dapat menumbuh- kan
minat dan motivasi belajar siswa. Multimedia digunakan secara bersamaan
dalam pembelajaran seperti teks, gambar (foto), film (video), dan lain sebagainya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya. Dengan
pemanfaatan multimedia secara tepat dan baik dalam pembelajaran, maka akan
memberikan manfaat yang sangat besar bagi guru dan pesertadidik.
Peningkatan kualitas pembelajaran dengan multimedia diwujudkan dengan
penggunaan berbagai jenis multimedia. Multimedia yang dapat digunakan
digunakan terdiri dari empat unsur, yaitu media audio, media visual, media tekstual,
dan media audiovisual.
Multimedia pembelajaran juga memiliki karakteristik, antara lain memiliki lebih
dari satu media yang menyatu (misal gabungan audio dan visual), bersifat interaktif,
dan mudah digunakan dan dioperasikan tanpa bimbingan orang lain. Pengguna yang
menggunakannya pun dapat mengoperasikan perangkat ini secara mandiri maupun
mendapatkan bantuan dari orang lain.
Multimedia pembelajaran juga memberi manfaat yang langsung terasa dalam
kegiatan belajar, yaitu:
1. Dapat memperbesar benda yang lebih kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti
sel, elektron, dan sebagainya. Kebalikannya pula, dapat memperkecil benda
yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan di sekolah, seperti gajah,

15
rumah, gedung, gunung, dan sebagainya.
2. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung
cepat/lambat. Contohnya, sistem tubuh manusia, mesin, proses tumbuhnya
bunga, dan lain-lain.
3. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju dan
sebagainya. Keempat, menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti
letusan gunung merapi, harimau, dan racun.
4. Multimedia pembelajaran dapat menarik indera dan minat murid dalam
memahami sesuatu, karena merupakan gabungan antara panduan, suara, dan
gerakan. Gabungan tersebut memudahkan murid memahami dan mengingat apa
yang dipelajari dalam waktu yang lama.
Adapun media pembelajaran multimedia beraneka macam, baik itu dalam
bentuk media cetak, media/alat peraga maupun media elektronik. Berikut ini
dipaparkan contoh multimedia pembelajaran secara online dan offline.
1. Online Berbentuk Audio
Media pembelajaran audio ini bisa diakses secara online oleh guru dan
murid untuk digunakan dalam pembelajaran. Contoh multimedia pembelajaran
online yang berbentuk audio antara lain:
 Radio Edukasi Kemdikbud (radioedukasi.kemdikbud.go.id)
 Podcast English First (Podcast untuk belajar listening Bahasa inggris)
 Sumber Belajar Kemdikbud Audio (sumber.belajar.kemdikbud.go.id)

2. Online Berbentuk Visual


Multimedia berbentuk visual ini banyak ditemukan di internet karena
kemajuan teknologi sekarang ini mengutamakan visualisasi untuk menarik para
pengguna internet di seluruh dunia. Para kreator berlomba-lomba untuk
menciptakan suatu aplikasi multimedia untuk menunjang pembelajaran yang
lebih inovatif dan maju. Adapun contoh-contohnya sebagai berikut:
 Pembelajaran Online: Google Classroom, Microsoft Teams, Moodle,
Fedena, Edmodo, Schoology, PesonaEdu, Fisikanet Lipi, Kelas Digital
Rumah Belajar Kemdikbud, dan Laboratorium maya Rumah Belajar
Kemdikbud.

16
 Latihan Soal Online: Google Form, Office Form, dan Quizziz.
 Media pembelajaran berbasis web: WordPress Edublogs, Blogspot,
Google site, Indonesia Montessori, Selingkar, dan Wolfram Alpha.
 Media pembelajaran online berbasis game: games pembelajaran di
playstore/appstore, dan lain-lain.
 Study literasi: Google Search, Bing Search, Wikipedia, dan Wikihow.
 Literasi Geografis: Google Maps, Bing Maps, Worldwid
Telescope, dan Microsoft Photosync.
 Penerjemah Bahasa: KBBI Online, Google Translator, dan Kamus Online.
 Kelas Jarak Jauh: Zoom, Google Meet, Whatsapp Video Call Group,
Skype, MicrosoftTeams, Cisco Webex, dan lainnya

3. Interaktif Online Berbentuk Audio Visual


Multimedia pembelajaran berbentuk audio visual juga tak kalah banyak.
Meskiterbagi dua jenis, beberapa contoh aplikasinya bisa jadi pilihan untuk para
guru. Berikut diantaranya.
 Media Pembelajaran Kelas Jarak Jauh: Zoom, Google Meet, Whatsapp VC
Group, Skype, dan Microsoft Teams.
 Media Pembelajaran berbasis Video Audio Visual: Rumah Belajar
Kemdikbud, Youtube, Ruang Guru, Quipper Class, Zenius Education,
Sekolahmu, Kelas Pintar, danlain-lain.

4. Offline Berbentuk Audio


Beberapa contoh media pembelajaran audio offline, seperti rekaman
cerita, lagu nasional/lagu daerah (melalui kaset pita, compact disk, atau
flashdisk).
5. Offline Berbentuk Visual
Media pembelajaran yang konsepnya visual, contohnya Aplikasi
Rekentest,, Animals for Kids, Chinese Toolbox, Anatomy Illustrator,
SmartDraw, Bone Lab, berbagai macam aplikasi kamus offline, Start Chart
dan lain-lain. Anda bisa menemukan berbagai aplikasi offline di atas dengan
mengunduhnya di internet kemudian di-instal di laptop/PC masing-masing.
6. Offline Berbentuk Audio Visual

17
Multimedia pembelajaran audio visual offline bisa berupa film edukasi
untuk anak, film kartun di televisi, hingga game pembelajaran offline yang bisa
Anda dapatkan di internet.

G. Cara Integrasi Multimedia dalam Pembelajaran


Pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan
komponen dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, faktor- faktor lain seperti
karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi
waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga dipertimbangkan sebagai
pendekatan praktis. Media pembelajaran sebagai komponen pembelajaran perlu
dipilih sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif. Berikut ini
merupakan kriteria dalam melakukan pemilihan media ketepatan dengan tujuan
pengajaran, ketepatan dengan materi bahanpelajaran, kemudahan dalam memperoleh
media, keterampilan guru dalam menggunakanya, kesesuaian dengan karakteristik
dan taraf berfikir peserta didik, kesesuaian dengan gaya belajar, dan kesesuaian
dengan teori yang sedang dipelajari.
1. Integrasi Media Audio dalam Pembelajaran
Media audio dapat diintegrasikan dalam pembelajaran melalui:
a. Streaming Audio D
Dalam Streaming Audio, konten dapat diunduh ataupun diakses
tanpa pengunduhan, sehingga memberikan kesempatan kepada pendengar
untuk mendengarkan bagian file yang sedang diakses tanpa melakukan
pengunduhan terlebih dahulu
b. Podcast
Podcast (dari kata "iPod" dan "broadcasting") adalah berkas
audio yang direkam biasanya dalam format MP3 atau AAC yang
didistribusikan melalui Internet. Berkas audio ini dapat dikirim secara
otomatis ke “pelanggan” dan disimpan untuk didengarkan sesuai keinginan
mereka
c. Radio Internet
Radio Internet menggunakan Internet untuk menawarkan stasiun
radio online yang terdiri dari berbagai program musik, olahraga, sains,

18
cuaca, serta berita lokal, nasional, dan dunia, Pemrograman langsung dan
rekaman dari seluruh dunia dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
asing peserta didik, studi sosial, sains, dan memberikan informasi
mengenai peristiwa terkini. Perangkat apa pun yang tersambung ke
Internet dapat memutar stasiun radio Internet.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengintegrasikan


media audio dalam pembelajaran, yaitu:
a. Merekam audio mengenai materi yang akan diajarkan kepada peserta didik
menggunakan smartphone atau mencari rekaman audio melalui berbagai
sumber.
b. Memutar rekaman audio tersebut menggunakan loud speaker.
c. Mendampingi peserta didik mendengakan rekaman audio.
d. Menuntun peserta didik dalam menemukan konsep.
e. Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran di
akhirpembelajaran.

2. Integrasi Media Video dalam Pembelajaran


Penggunaan dan pembuatan video dapat meningkatkan pembelajaran
peserta didik. Penayangan atau produksi video harus secara langsung
mendukung pencapaian tujuan pelajaran dan membangun pengetahuan dan
keterampilan literasi video. Ada beberapa pilihan untuk melihat video
pendidikan, termasuk pemutaran mater di kelas dengan proyektor digital atau
TV layar besar, pemutaran materi secara kelompok kecil di laptop atau tablet,
dan pemutaran secara individu atau berpasangan di smartphone. Adapun dalam
proses pemutaran materi tersebut,peserta didik dapat diarahkan untuk melihat
video secara “kritis” dengan mengajukan pertanyaan yang mengharuskan peserta
didik untuk menganalisis dan mengkritisi tentang konsep inti.
Pertimbangan lain saat mengintegrasikan video adalah mengintegrasikan
segmen/durasi video secara strategis yang selaras dengan pelajaran, bukan
keseluruhan video. Guru harus mengingat bahwa peserta didik telah tumbuh
dengan program TV yang memanfaatkan segmen/durasi pendek untuk
mengajarkan konten pendidikan. Maka dari itu, diusahakan jika peserta didik

19
masih ada di tingkat dasar, maka video pendidikan di format menjadi segmen
pendek untuk memberikan fleksibilitas maksimum untuk menerangkan
pembelajaran yang secara khusus terkait dengan kebutuhan peserta didik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengintegrasikan
media video dalam pembelajaran, yaitu:
a. Membuat atau mencari video pembelajaran menggunakan berbagai sumber,
seperti: Youtube.
b. Mengatur segmen atau durasi video pembelajaran secara strategis yang
selaras dengan pelajaran, bukankeseluruhan video.
c. Mengarahkan peserta didik untuk melihat video pembelajaran secara kritis
dengan mengajukan pertanyaan yang mengharuskan peserta didik untuk
menganalisis dan mengkritisi tentang konsep inti melalui layar proyektor
atau smartphone masing- masing peserta didik
d. Materi yang disajikan dalam video pembelajaran terstruktur berdasarkan sub
kajian materi.
e. Menuntun peserta didik dalam menemukan konsep.
f. Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran di
akhir pembelajaran.

3. Integrasi Media Teks dalam Pembelajaran


Bahan teks diintegrasikan ke dalam pelajaran melalui tugas berbasis
proyek yang dapat dibagikan selama diskusi di kelas dalam projek peserta didik
dan proses penilaian. Dengan berbagai tugas tersebut, peserta didik dapat
mengintegrasikan bahan teks tambahan pada topik tertentu yang tidak tercakup
dalam buku teks. Selain bertanggung jawab untuk menemukan sumber teks yang
mendukung dan meningkatkan pembelajaran pada peserta didik dan pencapaian
hasil belajar, guru juga memastikan bahwa peserta didik memahami pesan yang
dimaksudkan dari sumber tersebut.
Selain itu, penting bagi peserta didik untuk terlibat dalam kesempatan
untuk terus meningkatkan tingkat pemahaman ketika membaca teks yang
cenderung kompleks. Dengan demikian, guru harus mampu membantu peserta
didik dalam membuat peningkatan jumlah koneksi antara ide dan teks,
mempertimbangkan bukti tekstual yang lebih luas, dan menjadi lebih sensitif

20
terhadap inkonsistensi, ambiguitas dan penalaran yang tidak logis dalam sebuah
teks. Keterampilan ini juga akan lebih memungkinkanpeserta didik untuk
membuat atau menghasilkan teks yang secara bermakna menunjukkan
pembelajaran mereka.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengintegrasikan
media teks dalam pembelajaran, yaitu:
a. Membuat bahan ajar berupa teks dan mencari berbagai litertaur berbentuk
teks.
b. Memberikan teks tersebut kepada peserta didik melalui smartphone.
c. Melibatkan peserta didik dalam membaca teks berkualitas tinggi
dengan cermat dan kritis
d. Mengajarkan strategi pemahmaan bacaan
e. Membimbing peserta didik ketika membaca teks yang menantang untuk
menemukan konsep.
f. Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran di
akhirpembelajaran.
4. Integrasi Media Visual dalam Pembelajaran
Setiap guru dapat mengintegrasikan visual secara efektif untuk
mempromosikan pembelajaran, karena visual dapat melayani banyak tujuan di
kelas. Saat merencanakan pelajaran, pertimbangkan untuk mengintegrasikan
visual ketika pembelajaran peserta didik akan ditingkatkan dengan pemberian
referensi konkret atau melihat contoh konkret dari ide abstrak. Visual juga
membantu memotivasi peserta didik, mengarahkan perhatian peserta didik pada
konsep-konsep penting, menyediakan cara untuk mengulang informasi dari
perspektif yang berbeda, membantu mengingat pembelajaran sebelumnya, dan
yang penting mengurangi upaya yang diperlukan untuk belajar.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengintegrasikan media
visual dalam pembelajaran, yaitu:
a. Memberian referensi konkret atau melihat contoh konkret dari ide abstrak,
misalnya:animasi.
b. Mengarahkan perhatian peserta didik pada konsep-konsep penting.
c. Menyediakan cara untuk mengulang informasi dari perspektif yang berbeda.

21
d. Membantu mengingat pembelajaran sebelumnya.
e. Membimbing peserta didik untuk menemukan konsep.
f. Membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran di
akhirpembelajaran.

22
BAB III
OUTPUT PRODUK YANG DIBUAT

A. Gambaran Produk Yang Dihasilkan


Melalui observasi dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama
pelaksanaan PPL 1 di SMPN 3 Singaraja telah diperoleh hasil observasi terhadap
perkembangan peserta didik. Kemudian rencana pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan perkembangan peserta didik serta tujuan pembelajaran, output pembelajaran,
assesmen yang telah di lakukan, refleksi dan tindak lanjut dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan, Best Practice serta tips yang relevan. Untuk memudahkan
dalam penyampaian informasi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan, data hasil
pelaksanaan disajikan dalam bentuk produk pameran. Berikut beberapa produk yang
telah dibuat dalam pameran template presentasi dalam bentuk link google drive
:https://drive.google.com/file/d/1kDXWmpAEj5Amni47oRlW8v-
Bb09FjwC2/view?usp=share_link

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Rendahnya minat belajar dan karakter peserta didik di sekolah dapat diatasi
dengan cara menyusun strategi pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan dalam
praktik pelaksanaan pembelajaran pada PPL yang berbasis pada penyelidikan,
mengelola pembelajaran pada kegiatan PPL 1 dan melakukan refleksi terhadap
hasil pengelolaan pembelajaran. Hasil refleksi dan evaluasi terhadap praktik
pelaksanaan pembelajaran di masing-masing sekolah mitra dituangkan dalam
bentuk produk template presntasi yang memaparkan hasil profiling peserta didik,
refleksi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, hasil analisis
asesmen, Best Practice, dan tips yang relevan untuk pemangku kepentingan dalam
pendidikan disajikan dalam bentuk produk template presentasi

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
adalahsebagai berikut.
1. Dalam menyusun rancangan pembelajaran diharapkan mampu memahami
karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
2. Dalam merancang strategi pembelajaran diharapkan menggunakan model
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan berpihak pada siswa.
3. Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori dapat difasilitasi dengan media
pembelajaran yang memiliki unsur suara seperti musik/lagu, video, dsb.
4. Peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik atau cenderung suka berbicara
dapat dipilih kegiatan melalui presentasi didepan kelas

24
DAFTAR PUSTAKA

Bire, A. L., Geradus, U., & Bire, J. (2014). Pengaruh gaya belajar visual, auditorial,
dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa. Jurnal Kependidikan:
Penelitian Inovasi Pembelajaran, 44(2).

Cholifah, T. N., Degeng, I. N. S., & Utaya, S. (2016). Pengaruh latar belakang tingkat
pendidikan orangtua dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada kelas
IV SDN Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 1(3), 486-491.

Ibrohim, M., & Purwanty, N. (2017). Rancang Bangun Aplikasi Identifikasi Gaya
Belajar Siswa Dengan Metode Forward Chaining (Studi Kasus:
Sekolah Dasar Negeri Sumampir). ProTekInfo (Pengembangan Riset Dan
Observasi Teknik Informatika), 4, 19-28.

Kurniati, A., Fransiska, F., & Sari, A. W. (2019). Analisis Gaya Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Sekolah Dasar Negeri 14 Manis
Rayakecamatan Sepauk Tahun Pelajaran 2018/2019. JURNAL PENDIDIKAN
DASAR PERKHASA: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 5(1), 87-103.

Nuralan, S., BK, M. K. U., & Haslinda, H. (2022). Analisis Gaya Belajar Siswa
Berprestasi di SDNegeri 5 Tolitoli. Madako Elementary School, 1(1), 13-24.

Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) hal
143. Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hal 135.

Sekarwati, S. A., & Nurtamam, M. E. (2018). Komparasi Hasil Belajar Matematika


Antara Siswa Yang Dominan Bergaya Belajar Visual, Auditorial, Dan
Kinestetik Di SDN Gugus III Kecamatan Lamongan. Widyagogik: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 5(2), 135.

Anggraeni, Evi. 2017. Faktor-faktor yang memengaruhi minat belajar siswa pada
pembelajaran seni tari di SD Negeri Dukuhwaru 4 Kecamatan Dukuhwaru,
Kabupaten Tegal. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Dewantara, K. H. (2011). Bagian Pertama: Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan


Taman Siswa. Kemendikbudristek. (2022). Dimensi, Elemen, Dan Subelemen
Profil Pelajar Pancasila Pada

Kurikulum Merdeka. In Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen


Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi
Nomor 009/H/Kr/2022.

Kemendikbudristek. 2021. Pembelajaran Paradigma Baru. Jakarta: Pusat Asesmen


dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan

25
Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Larlen. 2014. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia melalui


Pemanfaatan Teknologi pada Pembelajaran Kelas X SMA Pelita Raya Jambi.
Jurnal Online.2 (2). Tersedia dalam https://www.online-
journal.unja.ac.id/pena/article/view/1433/928.

Lewis, M., & Ponzio, V. (2016). Character Education As The Primary Purpose Of
Schooling For The Future. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 137.
Https://Doi.Org/10.26811/Peuradeun.V4i2.92

Martiin. 2019. Analisis tentang rendahnya minat belajar peserta didik kelas XI SMA
Negeri 5 Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura

Pantu, A. and Luneto, B., 2014. Pendidikan Karakter dan Bahasa. Al-Ulum, 14(1),
pp.153-170. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 22 tahun 2016 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

Soedarsono, Soemarno. 2013. “Membangun Kembali Jati Diri Bangsa” Elex Media
Komputido, Usman, A. Samad. 2014. “Meningkatkan Mutu Pendidikan
melalui Penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 15 (1), 13-31.Tersedia dalam


https://media.neliti.com/media/publications/81281-ID-meningkatan-mutu
pendidikan- melalui-pene.pdf.

Wudda, T., 2021. Peran Pendidikan Keluarga Dalam Internalisasi Karakter Disiplin
Santri Di Tpa Qurrata A'yun Desa Ploso Tegalombo Pacitan (Doctoral
Dissertation, Iain Ponorogo).

Luh Pt Retno Ningsih, N., Wyn Darsana, I., Gd Surya Abadi, I. B., Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, J., & Pendidikan, F. (2018). Korelasi Antara Minat Belajar
dengan Hasil BelajarIPS. 6(3), 2018.
Magdalena, I., Fajriyati Islami, N., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). TIGA
RANAH TAKSONOMI BLOOM DALAM PENDIDIKAN. In EDISI : Jurnal
Edukasi dan Sains (Vol. 2, Issue 1). https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Priscilla, D. (2019). “Permasalahan Pendidikan di Indonesia.”
Rhamayanti, Y. (2018). Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Bagi Mahasiswa
Praktek Pengalaman Lapangan (Ppl) Prodi Pendidikan Matematika. EKSAKTA
Jurnal PenelitianDan Pembelajaran MIPA, 3(1), 65–72.

26
Saptono, A. (2016). Lingkungan Belajar, Sikap Terhadap Profesi Guru terhadap
Intensi Menjadi Guru (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Jakarta) Suparno. 14(1). https://doi.org/10.21009/econosains.014.1.2

27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendididian :SMPNegeri3 Singaraja


Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester : IX/Genap
Materi Pokok : Senam Lantai (roll depan dan belakang)
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (6JP x 35 Menit)

A. Kompetensi Dasar :
3.6 Menganalisis keterampilan rangkaian gerak sederhana dalam aktivitas spesifik senam lantai*
4.6 Mempraktik-kan hasil analisis keterampilan rangkaian gerak sederhana dalam aktivitas spesifik senam
lantai.*

B. IndikatorPencapaianKompetensi:
 Menganalisisteknikroll depan dan roll belakang
 Mempraktikkanteknikroll depan dan roll belakang
 Mempraktikkansimulasigerakanroll depan dan roll belakang

C. Tujuan Pembelajaran:
 Peserta didik mampu menganalisisteknikroll depan dan roll belakang
 Peserta didik mampu mempraktikkanteknikroll depan dan roll belakang
 Peserta didik mampu mempraktikkansimulasigerakanroll depan dan roll belakang

D. Media Pembelajaran, Alat dan Sumber Belajar


Media : Gambar gerakan roll depan dan roll belakang
Alat/Bahan :Lapangan, matras, Peluit dan Stopwatch spidol.
Sumber Belajar: Buku Siswa Pendidikan Jasamani, Olaharaga dan Kesehatan IX, Kemendikbud,
Tahun 2016

E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin, Berdoa dan Melakukan Pemanasan
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan
menghubungkan dengan materi selanjutnya.
Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari
materi :
roll depan dan roll belakang
Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang
akan ditempuh,
Kegiatan Inti ( 40 Menit )
Kegiatan Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca
Literasi dan menuliskannya kembali. Mereka diberi bahan bacaan terkait materi roll
depan dan roll belakang
Critical Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal
Thinking yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi :
 Aktivitas pembelajaran roll depan dan roll belakang
 Bentuk-bentuk aktivitas pembelajaran roll depan dan roll belakang
 Kombinasi sikap awal, pelaksanaan, dan sikap akhir pada roll depan dan
roll belakang.
Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan,
mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi
mengenai roll depan dan roll belakang
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara
Communication klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian
ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari
Creativity terkait roll depan dan roll belakang. Peserta didik kemudian diberi kesempatan
untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.

F. Penilaian Hasil Pembelajaran


- Penilaian Pengetahuan berupa tes tertulis pilihan ganda & tertulis uraian, tes lisan / observasi
terhadap diskusi tanya jawab dan percakapan serta penugasan
- Penilaian Keterampilan berupa penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian produk dan
penilaian portofolio

G. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Penilaian Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik
terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh
guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap
Aspek Perilaku yang
N Jumla Skor Kode
Nama Siswa Dinilai
o h Skor Sikap Nilai
BS JJ TJ DS
1 … 75 75 50 75 275 68,75 C
2 … ... ... ... ... ... ... ...

Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin

Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka peserta
didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar penilaian
tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian
diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian
yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format
penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut
1 serta mengusulkan 50
ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi, setiap
2 anggota mendapatkan 50
250 62,50 C
kesempatan untuk berbicara.
Saya ikut serta dalam
3 membuat kesimpulan hasil 50
diskusi kelompok.
4 ... 100

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan

- Penilaian Teman Sebaya


Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama
halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian,
membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Berikut Contoh format
penilaian teman sebaya:

Nama yang diamati : ...


Pengamat : ...

Jumlah Skor Kode


No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Mau menerima pendapat
1 100
teman.
Memberikan solusi terhadap
2 100
permasalahan.
450 90,00 SB
Memaksakan pendapat sendiri
3 100
kepada anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
5 ... 50

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk
pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

- Penilaian Jurnal(Lihat lampiran)

2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik Penilaian: Ujian Tulis
b. Instrumen Penilaian dan Pedoman Penskoran

a. Soal ujian tulis


Nama : …………………………………………………
Kelas : …………………………………………………
No. Aspek dan Soal Uji Tulis Jawaban
1 Jelaskan bagaimana sikap awal roll depan dan
roll belakang?
2 Jelaskan bagaimana cara melakukan gulingan
roll depan dan roll belakang?
3 Jelaskan bagaimana sikap akhir dalam roll
depan dan rollBelakang?

b. Pedoman penskoran
1) Penskoran
a) Soal nomor 1
Skor 4, jika penjelasan benar dan lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi kurang lengkap
Skor 2, jika sebagian penjelasan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian penjelasan yang benar dan tidak lengkap
b) Soal nomor 2
Skor 4, jika penjelasan benar dan lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi kurang lengkap
Skor 2, jika sebagian penjelasan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian penjelasan yang benar dan tidak lengkap
c) Soal nomor 3
Skor 4, jika penjelasan benar dan lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi kurang lengkap
Skor 2, jika sebagian penjelasan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian penjelasan yang benar dan tidak lengkap
2) Pengolahan skor
Skor maksimum: 12
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/12 X 100

3. Penilaian Keterampilan
a. Lembar pengamatan proses gerak dasar sikap awal, pelaksanaan, sikap akhir.
1) Teknik penilaian
Uji unjuk kerja oleh rekan sejawat (dalam permainan)
2) Instrumen Penilaian dan Pedoman Penskoran
Siswa diminta untuk melakukan gerakan sikap awal, pelaksanaan, sikap akhir.
Nama : ………………………………………………..
Kelas : ………………………………………………..
Petugas Pengamatan : ………………………………………………..

a) Petunjuk Penilaian
Berik\an tanda cek (√) pada kolom yang sudah disediakan, setiap siswa
menunjukkan atau menampilkan gerak yang diharapkan.
b) Rubrik Penilaian Keterampilan Gerak Spesifik
Nilai
Skor
No. Aspek yang dinilai akhir
4 3 2 1
1 Bagaimana cara melakukansikap awal roll
depan dan roll belakang?
2 Bagaimana melakukan cara melakukan gulingan
roll depan dan roll belakang?
3 Bagaimana sikap akhir dalam roll depan dan
rollBelakang?
Total

3) Pedoman Penskoran
 Penskoran
Gerakan nomor 1
Skor 4, jika melakukan seluruh gerakan dengan benar dan sempurna
Skor 3, jika melakukanseluruh gerakan dengan benar tetapi kurang sempurna
Skor 2, jika melakukan sebagian gerakan tidak benar dan kurang sempurna
Skor 1, jika melakukan hanya sebagian gerakan yang benar dan tidak sempurna
Gerakan nomor 2
Skor 4, jika melakukan seluruh gerakan dengan benar dan sempurna
Skor 3, jika melakukan seluruh gerakan dengan benar tetapi kurang sempurna
Skor 2, jika melakukan sebagian gerakan tidak benar dan kurang sempurna
Skor 1, jika melakukan hanya sebagian gerakan yang benar dan tidak sempurna
Gerakan nomor 3
Skor 4, jika melakukan seluruh gerakan dengan benar dan sempurna
Skor 3, jika melakukan seluruh gerakan dengan benar tetapi kurang sempurna
Skor 2, jika melakukan sebagian gerakan benar dan kurang sempurna
Skor 1, jika melakukan hanya sebagian gerakan yang benar dan tidak sempurna

 Pengolahan skor
Skor maksimum: 12
Skor perolehan siswa: SP
Nilai yang diperoleh siswa: SP/12 X 100
4. Remedial
Remedial dilakukan apabila setelah diadakan penilaian pada kompetensi yang telah diajarkan pada
siswa, nilai yang dicapai tidak memenuhi KBM (Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan. Berikut contoh format remedial terhadap tiga siswa.
Target KB
Bentuk Nilai
KI Indika M/ Keterang
No Siswa Aspek Materi Remedi
tor KK Awa Remedi an
KD al
M l al
1
2
3
4
5
dst
.
Keterangan Orang Tua Siswa:

Mengetahui Singaraja, 13 Desember 2022


Guru Pamong Mahaiswa,

Gede Mudita,S.Pd …………………………………..


NIP ........................................... NIP .........................................

Catatan
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
SENAM LANTAI
Rol Depan dan Rol Belakang
ROLL DEPAN

Rol depan adalah aktivitas tubuh dengan


cara membulatkan badan sedemikian
rupa sehingga berguling ke arah sisi
yang lain (roll) dengan posisi badan
mengguling atau menggelinding ke depan
membulat bola
Langkah-Langkah Roll depan
a.Roll Depan dengan Awalan Berdiri
1)Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan.
2)Angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakkan kedua telapak
tangandi atas matras,posisi kaki lurus.
3)Sikuke samping, masukkankepala di antaradua tangan.
4)Sentuhkan bahu ke matras.
5)Bergulinglah ke depan.
6)Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan
merangkul lutut.
7)Sikapakhir guling depan adalah jongkokkemudian berdiri tegak.
Perhatikan dengan seksama gambar tahap gerakanguling depan berikutsebelum
melakukannya.
Perhatikan dengan seksama gambar tahap gerakanguling depan berikutsebelum
melakukannya.
Langkah-Langkah Roll depan

a.Roll depan dengan Awalan Jongkok


1)Diawali dengan sikap jongkok, kedua kaki rapat, letakkanlutut ke dada, dan
keduatanan bertumpu di depan ujung kaki kira-kira 40 cm.
2)Bengkokkan kedua tangan, letakkan pundak pada matras dengan
menundukkan kepala dan dagu sampai ke dada.
3)Lanjutkan dengan melakukan gerakan berguling ke depan. Ketika panggul
menyentuh matras, peganglah tulang kering dengan kedua tangan menuju
posisi jongkok.
Perhatikan dengan seksama gambar tahap gerakanguling depan berikutsebelum
melakukannya.
ROL Belakang

Gerakan ini menggelundung ke belakang,


posisi badan tetap harus membulat yaitu
kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada,
kepala ditundukkan sampai dagu melekat
di dada.
Langkah-Langkah Roll Belakang

a.Posisi jongkok, kedua kaki rapat, dan tumit diangkat.


b.Kepala menunduk, dagu rapat ke dada, kemudian kaki menolak ke belakang.
c.Pada saat punggung menyentuh matras, kedua tangan segera dilipat ke
samping telinga dan telapaktangan menghadap ke bagian atas untuk siap
menolak.
d.Kaki segera diayunkan ke belakang melewati kepala dibantu oleh kedua
tangan menolak kuat dan kedua kaki dilipat sampai ujung kaki dapat
mendarat di atasmatras ke sikapjongkok.
Perhatikan dengan seksama gambar tahap roll belakang berikut sebelum melakukannya.
Gerakan Gabungan Roll depan dan belakang
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kompetensi Dasar :
3.6 Menganalisis keterampilan rangkaian gerak sederhana dalam aktivitas spesifik senam
lantai*
4.6 Mempraktik-kan hasil analisis keterampilan rangkaian gerak sederhana dalam aktivitas spesifik
senam lantai. *

Indikator Pencapaian Kompetensi :


 Menganalisis teknik roll depan dan roll belakang
 Mempraktikkan teknik roll depan dan roll belakang
 Mempraktikkan simulasi gerakan roll depan dan roll belakang

Tujuan Pembelajaran :
 Peserta didik mampu menganalisis teknik roll depan dan roll belakang
 Peserta didik mampu mempraktikkan teknik roll depan dan roll belakang
 Peserta didik mampu mempraktikkan simulasi gerakan roll depan dan roll belakang

Media Pembelajaran, Alat dan Sumber Belajar


Media : Gambar gerakan roll depan dan roll belakang
Alat/Bahan : Lapangan, matras, Peluit dan Stopwatch spidol.
Sumber Belajar: Buku Siswa Pendidikan Jasamani, Olaharaga dan Kesehatan IX,
Kemendikbud, Tahun 2016

PETUNJUK PENGERJAAN

1. Lengkapilah identitas pada bagian atas LKPD, sebagai berikut:


a. Nama kelompok.
b. Nama angggota kelompok sesuai nomor urut.
2. Lakukan diskusi bersama anggota kelompok untuk menemukan jawaban.
3. Tulis hasil diskusi dengan jelas dan rapi.
4. Hasil kerjaakan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
5. Jika ada yang kurang jelas terkait LKPD, silahkan tayakan pada guru.

LKPD SENAM LANTAI

KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA : 1.
2.
3.
4.
5.
1. Diskusikanlah bagaimana cara melakukan gerakan roll depan dan roll belakang!!
2. Diskusikanlah apa saja kesalahan melakukan pelaksanaan roll depan dan roll belakang!!
3. apa yg hrus kita lakukan pada saat panggul menyentuh matras?
4. kesalahan yg sering terjadi di roll belakang?
5. Jelaskan manfaat olahraga senam lantai!!

Anda mungkin juga menyukai