Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN TEORI DAN EMPIRIK PEMBELAJARAN


TEMATIK

UNTUK MEMENUHI TUGAS


KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK

Dosen pembimbing
SITI NURHIDAYATUL H.,M.Pd.I

Di susunoleh :
SITI NURKHOMAH
PGMI SEMESTER V

PROGRAM S-1
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
STAI MUHAMMADIYAH TULUNG AGUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah,puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul " Landasan Teori dan Empirik
Pembelajaran Tematik” Shalawat beriring salam kita ucapkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada kita menjadi mahasiswa berilmu
pengetahuan tinggi. Kita selaku penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan sangat berguna bagi kesempurnaan
tugas ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................
BAB II PENDAHULUAN
A. Pengertian Pembelajaran Tematik ........................................................
B. Landasan teoritik dan empirik dalam pembelajaran tematik................
C. Macam – macam teori dalam pembelajaran tematik ...........................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...............................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP
no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang
meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga
berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan
kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di
masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman kanak-
kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit
peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah
sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik
usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik
berada pada  pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian
besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah.
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah
masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain
itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas
awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan
peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja
mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi
yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu
sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di
kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pembelajaran terpadu?
2. Bagaimana landasan teoritik dan empirik dalam pembelajaran terpadu?
3. Apa saja teori dalam pembelajaran terpadu?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pembelajaran terpadu.
2. Mengetahui landasan teoritik dan empirik dalam pembelajaran terpadu.
3. Mengetahui teori dalam pembelajaran terpadu.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TERPADU
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh
beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
1)      menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga
kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan
yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu
(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu
(integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan
berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah
ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan
siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan
berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran
terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih
terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai
titik pusatnya (center core / center of interest);
2)      menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada
dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari
pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan
IPA terpadu.
Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar
mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang
bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam
pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap
konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak.
Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah
pemilihan atau pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru
mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik
atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan
akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah
gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak
negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan
anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai
tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat
kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka
akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman
sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan
pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

B. LANDASAN TEORITIK DAN EMPIRIK


Pembelajaran tematik merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan,
mulai dari tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA, model pembelajaran ini pada
hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
1. Landasan Pemikiran
Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran yaitu:
a. Progresivisme, menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung
secara alami, tidak artifisial.
b. Konstruktivisme, menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna.
c. Developmentally Appropriate, menyatakan bahwa pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi
perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa.
2. Landasan Normatif
Landasan Normatif , menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya
dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan
pembelajaran.
3. Landasan Praktis
 Landasan Praktis, bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang dipengaruhi terhadap
kemungkinan pelaksanaanya mencapai hasil yang optimal.

C. MACAM – MACAM TEORI DALAM PEMBELAJARAN TERPADU


1. TEORI PERKEMBANGAN JEAN PEAGET
Menurut jean peaget, seorang anak maju melalui empat tahap
perkembangan kognitif,antara lain dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor,pra
operasional operasi konkrit, dam oporasi formal, kecepatan perkembangan tiap
individu melalui tahapan ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah
satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan
kemampuan intelek tual baru yang memungkinkan  orang memahami duia dengan
cara yang semakin kompleks.
Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan berinterasi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan
bahwa lingkungan dimana anak belajar sanagat menentukan proses perkembangan
kognitif anak. Adaptasi lingkugan dilakukan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Menurut Slavin(1994: 32), asimilasi merupakan penginterpretasian
pengalaman pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema skema yang
ada.
Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian skema skema yang ada
untuk mencocokanya dengan situasi situasi yang baru. Proses pemulihan
kesetimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalama pengalaman yang baru
disebut akuilibrasi.menurut piaget, Pembelajaran bergantung pada proses ini . saat
kesetimbangan terjadi, anak memiliki kesempatan bertumbuh dan berkembang.
Guru dapat mengambil keuntungan ekuilibrasi dengan menciptakan situasi yang
mengakibatkan ketidaksetimbangan, oleh karena itu menimbulkan keingintahuan
siswa.
Piaget yakin bahwa pengalaman pengalaman fisik dan manipulasi
lingkunagan penting bagi terjadinya perubahan perkembnagan. Selain itu, ia juga
berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebayanya, kususnya
berargumentasi, berdiskusi, memantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya,
membuat pemikiran itu menjadi logis.
Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang
memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman pengalaman nyata dan terlibat
langsung dengan alat atau media. Peranan guru sangat penting untuk menciptakan
situasi belajar sesuai dengan teori piaget. Beberapa teori piaget dalam
pembelajaran sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada proses berpikir anak,tidak sekedar pada produknya.
Disamping itu dalam pengecekan kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang di gunakan anak sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa
seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun
mereka memperolehnya pada kecepatan yang berbeda.
Oleh karena itu guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata
kegiatan kegiatan kelas untuk individu individu dan kelompo kelompok kecil anak
anak dari pada kelompok klasikal. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif
sendiri  dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas tidak
menyajikan pengetahuan jadi, melainkan anak didorong untuk menemukan sendiri
pengetahuan itu melalui interaksi dengan lingkunganya. Oleh karena itu, Guru
dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan
anak melakukan kegiatan secara langsung.
Dari implikasi teori  piaget diatas, jelaslah guru harus mampu menciptakan
keadaan belajar yang mampu untuk belajar sendiri arinya, guru tidak sepenuhnya
mengajarkan sesuatu bahan ajar kepada pembelajar,tetapi guru dapat membangun
pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

2. TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME


Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitifyang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan merevisinya apabila
aturan aturan tersebut tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja nenecahakan masalah,
menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide ide.
Menurut teori ini, suatu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan
adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide ide mereka sendiri, dan
membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
memenjatnya.
Pada dasarnya aliran kontruktivissme menghendaki bahwa pengetahuan
dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari
belajar bermakna. Belajar bemakna tidak akan terwujud hanya dengan
mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain.
Prinsip yang sering diambil dari kontruktivisme menurut suparno yaitu:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,
2. Takanan dalam proses balajar terletak pada siswa.
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar.
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir.
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan
6. Guru sebagai fasilitator
Secara umum, prinsip prinsip tersebut berperan sebagai referensi dan alat
refleksi kritis terhadap praktik,pembaharuan,dan perencanaan pendidikan.

3. TEORI VYGOTSKY
Teori vygotsky merupakan salah satu teori peting dalam psikologi
perkembangan. Teory vygotsky menekankan pada hakekat sosialkultural dari
pembelajaran. Menurut vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja
atau belajar menangani tugas tugas yang belum belum di pelajari namun tugas itu
masih berada dalam jangkauanya, Contoh dalam pembelajaran , yaitu ketika akan
mengajarkan materi hukum pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa mudah memahami
bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah lurus, siswa memberikan
contoh contoh pembiasan dan pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari hari.
Dengan memiliki prasyarat pengetahuan seperti itu, maka dalamm menyampaikan
materi hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, disamping
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa tersebut.
Ide  penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah memberikan
sejumlah bantuan yang besar kepda seorang anak selama tahap tahap awal
pembalajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia dapat melakukan nya. Bantuan tersebur dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah
langkah pemecahan, memberikan contoh, atau pun yang lain sehimgga
memungkinkan siswa tumbuh mandiri, Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan cahaya, guru
dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa penjelasan tentang
langkahlangkah pelaksanaan eksperimen, atau bantuan berupa diskusi tentang
rangkuman materi yang berkaitan dengan pemantulan cahaya.
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains.
Pertama, dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran koperatif antar
siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas tugas yang sulit dan
saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif didalam pikiran
siswa.. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scalffolding
sehingga siswa semakn lama semakin bertanggung jawab terhadap
pembelajaranya sendiri.

4. TEORI BANDURA
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang
dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku
orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara
menghubungkan pengalalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau
mengulang ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang
tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku  yang di pelajarinya.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifkasi
empat fase belajar dari pemodelan yaitu: Fase perhatian, fase retensi, fase
reproduksi, dan fase motivasi.

5. TEORI BRUNER
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi havard adalah salah seorang pelopor
pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang di kenal dengan pelajaran
penemuan inkuiri. Teori Bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan
inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman
tentang struktur materi atau ide kunci dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya
belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai berpikir secara
induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan
pribadi). Menurut  bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka
memusatkan perhatianya untuk memahami struktur informasi, siswa harus aktif
dimana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada
hanya menerima penjelasan dari seorang guru.
Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan,
guru nenberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai
hubungan antar bagian dari suatu struktur materi. Aplikasi ide-ide bruner dalam
pembelajaran menurut woolfolk, digambarkan sebagai berikut
1. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari
2. Membantu siswa mencari hubungan antara konsep
3. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan
sendiri jawabanya
4. Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan,
model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara
holistik dan otentik.
Landasan Pemikiran pembelajaran terpadu dikembangkan dengan
landasan pemikiran yang meliputi Progresivisme, Konstruktivisme,
Developmentally, dan Appropriate. Landasan Normatif menghendaki bahwa
pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang
ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran. Landasan Praktis menyatakan bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi
praktis yang dipengaruhi terhadap kemungkinan pelaksanaanya mencapai hasil
yang optimal.
Teori dalam pembelajaran terpadu antara lain teori Jean Peaget, teori
Kontruktivisme, teori Vygotsky teori Bandura, teori Bruner.
B. Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin
kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan
mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya
proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi
peserta didik salah satunya dengan menggunaakan model pembelajaran terpadu.
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat


Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2
Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Trianto,2010,Model Pembelajaran Terpadu,Surabaya: Bumi Aksara
http://nuriatunapriani30.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-terpadu.html diakses
tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:00.
http://www.google.com/#q=+mata+kuliah+pembelajaran+terpadu+ diakses
tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:14.
http://tokobukuantikdanbekas.com/searchpage.php?
Detil=124351&Appear=tbtextbook&No=2662&SearchBuku&awal&Go=katalog-
text-book diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:30.
http://dhiniatygularsopgsd.wordpress.com/mata-kuliah/pembelajaran-tematik/
diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 09:00.
http://www.unja.ac.id/fkip/images/pdf/katalog/PIPS/deskripsi%20mk%20pips
%202013.pdf diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 09:30.

Anda mungkin juga menyukai