Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP PEMBELAJARAN FPB DAN KPK DI SD


YANG BERBASIS ETNOMATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN PMRI

DOSEN PENGASUH :
YUVENTINUS TAMELAB, S.Pd,M.Pd

NAMA-NAMA KELOMPOK
1. AGUSTINUS ANGKI SERAN
2. SIMON MALI

(STKIP) SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU


PENDIDIKAN - SINAR PANCASILA BETUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. Latar belakang…………………………………………………………….

B. Rumusan masalah…………………………………………………………

C. Tujuan……………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..

A. Konsep Pembelajaran Fpb Dan Kpk Di SD Berbasis Etnomatematka


Dengan Pendekatan Pmri…………………………………………………

 Pengertian Konsep Pembelajaran Fpb, Kpk, Dan


Etnomatematika Dengan Pendekatan Pmri……………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

A. KESIMPULAN…………………………………………………………….

B. SARAN……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...

LAMPIRAN………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Konsep Pembelajaran Fpb Dan Kpk Di Sd
Yang Berbasis Etnomatematika Dengan Pendekatan Pmri”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Pembelajaran matematika sd yang telah memberikan
tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang menjadi sumber dalam membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, semoga makalah ini
dapat berguna bagi kita semua pada umumnya.

Malaka, 17 Oktober 2023


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KPK dan FPB merupakan salah satu teori yang dipelajaran
matematika. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah nilai terkecil
yang sama dihasilkan oleh atau lebih kelipatan bilangan. Sedangkan Faktor
Persekutuan Terbesar (FPB) merupakan nilai terbesar yang dihasilkan oleh
dua atau lebih factor bilangan.
Etnomatematika merupakan kajian yang mengaitkan hubungan antara
matematika dan budaya. Konsep ini dinilai memudahkan dalam penerapan
pembelajaran matematika kepada siswa.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman
dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan
persoalan matematika.

B. Rumusan Masalah
Dalam mengikuti pembelajaran, keberanian siswa untuk
bertanya kepada guru sangat rendah, apabila ditanya guru tidak ada yang
mau menjawab, jika tidak ditunjuk. Hal ini dikarenakan ada factor penyebab
diantaranya factor internal meliputi kurangnya siswa memiliki kemampuan
dasa, motivasi belajar dan kondisi tubuh dan factor eksternal meliputi
penggunaan media atau alat peraga pembelajaran dan situasi keluarga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kesulitan yang dialami
guru dalam pembelajaran matematika yang meliputi kurangnya minat belajar
siswa pada pembelajaran matematika, siswa malas menghafal rumus,
bedanya system pembelajaran, penggunaan buku tematik yang kurang
efektif dan efesien. .
Menurut Putri (2008) kesulitan yang sering dialami siswa dalam
menyelesaikan persoalan dalam matematika seperti tidak paham konsep-
konsep sederhana, tidak mengetahui maksud soal, tidak bisa menerjemahkan
soal kedalam kalimat matematika, dan tidak bsa menyelesaikan kalimat
matematika.

C. Tujuan
Untuk menbangun motivasi siswa dalam mempelajari Pendidikan
matematika. Dan menyelesaikan persoalan, serta meningkatkan pemahaman
terkait pembelajaran FPB dan KPK.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBELAJARAN FPB DAN KPK DI SD YANG


BERBASIS ETNOMATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN PMRI

 PENGERTIAN

Pertama sebelum masuk ke pengertian FPB dan KPK, kita harus


mengetahui dulu ap aitu kelipatan dan factor. Hal ini karena materi ini
sangat berkaitan dengan kelipatan dan factor sehingga perlu
memahaminya terlebih dahulu.

Kelipatan adalah perkalian bilangan dengan setiap bilangan asli secara


berurutan. Misalnya Ketika memilih satu bilangan, yaitu 1, kemudian 1
itu dikalikan dengan bilangan asli lain yang berurutan, seperti:

1x1= 1
1x2= 2
1x3= 3…dst.
Jadi 1, 2, 3 merupakan hasil kelipatan dari 1.

a. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

KPK merupakan bilangan kelipatan yang terkecil dan sama banyak


dengan bilangan yang dimaksud. Banyaknya bilangan bsa berupa 2-3
bilangan ataupun seterusnya.
Misalnya:
Tentukan kpk dari 2 bilangan, yaitu 5 dan 6. Maka hal selanjutnya yang
bis akita lakukan adalah mencari kelipatan masing-masing.

5= 5, 10, 15, 25, 30,….


6= 6, 12, 18, 24, 30….
Jadi, kpk dari 5 dan 6 adalah 30

b. Factor Persekutuan Terbesar (FPB)


FPB adalah factor terbesar yang sama dari banyaknya bilangan yang
dimaksud. Sama dengan kpk, maksud dari bilangannya ialah 2 bilangan,
3 bilangan dan seterusnya.
Misalnya:
Tentukan fpb dari dua bilangan, yaitu 12 dengan 18. Maka Langkah
pertama ialah dengan cara factornya terlebih dahulu dari masing-masing
bilangan.

12= 1, 2, 3, 4, 6, 12
18= 1, 2, 3, 6, 9,18
Jadi, fpb dari 12 dan 18 adalah 6

 CARA MENGHITUNG KPK DAN FPB

1. DENGAN CARA MENGHITUNG FAKTOR DAN


KELIPATANNYA

Langkah-langkahnya:
Tentukan factor dan kelipatan dari bilangan-bilangan yang akan dicari fpb
dab kpk-nya.
Fpb dan kpk ditentukan dengan cara memcari factor Persekutuan terbesar.
Kpk ditentukan dengan cara mencari kelipatan Persekutuan yang terkecil.
Contoh soal:
Hitunglah fpb dan kpk dari 30 dan 36.
Jawab:
Factor 30=
1x30; 2x15; 3x10; 5x6; 6x5; 10x3; 15x2; 30x1
Factor 36=
1x36; 2x18; 3x12; 4x9; 6x6; 9x4; 12x3; 18x2; 36x1
Maka factor dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, dan 30.
Sedangkan factor dari 36 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, dan 36
Dengan demikian fpb dari 30 dan 36 adalah 6
Kelipatan dari 30 adalah 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210,….
Kelipatan dari 36 adalah 36, 72, 108, 144, 180, 216,…..
Jadi kpk dari 30 dan 36 adalah 180.
2. Dengan menggunakan pohon factor

Langkah-langkahnya:
Buat pohon factor
Tuliskan bilangan perkalian prima (factorisasi prima)
Contoh soal:
Hitunglah fpb dan kpk dari 30 dan 36
Jawab:
Buat pohon factor untuk 30 dan 36
Mencari fpb
30= 2x3x5
36=2 pangkat 2 x 3 pangkat 2
Maka fpb dari 30 dan 36 adalah 6.
Mencari kpk
30= 2x3x5
36= 2 pangkat 2 x 3 pangkat 2
Maka kpk dari 30 dan 36 adalah 180.

 ETNOMATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI

Kain tenun
Kain tenun merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang di buat dari
benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukan pakan
secara melintang pada longsing. Secara teknis, kain tenun adalah kain apapun
yang dibuat dengan menjalin dua atau lebih benang dengan sudut siku-siku satu
sama lain.
Relevansinya dengan matematika
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA KAIN TENUN
MASYARAKAT KABUPATEN MALAKA
Etnomatematika merupakan salah satu cara pembelajaran matematika yang
menghubungkan kebiasaan adat lokal dalam pembelajaran matematika. Dengan
etnomatematika pengetahuan belajar matematika dapat dikembangkan melalui
praktek budaya. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan agar mampu memahami
keterkaitan budaya dengan matematika. Salah satu objek etnomatematika adalah
kain tenun. Kain tenun yang dimiliki setiap daerah bermacam-macam.
Begitu juga dengan motif kain tenun Masyarakat kabupaten malaka, Nusa
Tenggara Timur. Hal ini bertujuan untuk mengeksplorasi bentuk matematika apa
saja yang ada pada kain tenun masyarakat kabupaten Malaka, Nusa Tenggara
Timur. Analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif agar dapat menyajikan
informasi tentang keterkaitan matematika dan budaya. Dari hasil yang didapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan kain tenun masyarakat Kabupaten Malaka
dengan matematika yaitu konsep bangun datar berbentuk seperti segi enam, belah
ketupat, titik dan garis yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran khususnya untuk
siswa SD dengan materi konsep bangun datar.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan budaya dimana


masyarakatnya memiliki berbagai macam suku, agama dan kepercayaan yang
dianut. Begitu pula dengan Pulau Timor yang merupakan salah satu wilayah Nusa
Tenggara Timur. Tradisi dan budaya yang dimiliki hampir sama, namun terdapat
salah satu budaya yang sudah turun temurun pada Masyarakat Timor adalah
budaya menenun sampai saat ini masih di lakukan secara tradisional oleh
Masyarakat Timor. Untuk itu diperlukan suatu upaya mengingatkan kembali atau
semakin mendekatkan orang Indonesia khususnya siswa dengan budayanya
sendiri.
Salah satu cara mendekatkan kembali masyarakat dengan keanekaragaman
budaya Indonesia adalah dengan mempertahankan kain tenun. Tibo (2017)
mengatakan bahwa dalam aktivitas menenun (teun) kain Timor terdapat proses
generalisasi yang berhubungan dengan pembuatan pola-pola pada tenunan baik
pola bilangan maupun pola geometri seperti faktor bilangan genap/ganjil atau
bilangan kelipatan yang terdapat pada pola secara mendatar dan secara membujur.
Hal ini menunjukkan adanya nilai Etnomatematika yang terkandung dalam hasil
tenun. Etnomatematika adalah matematika yang dipraktikkan oleh kelompok
budaya seperti masyarakat perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak
dari kelompok usia tertentu, masyarakat lainnya menurut (D’Ambrosio, 2001:42).
Adapun konsep matematika yang terdapat dalam aktivitas menenun motif kalor
dan oen suin dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
1. Konsep Mengukur
Mengukur berkaitan dengan panjang, lebar suatu tenunan yang dihasilkan,
aktivitas mengukur yang digunakan oleh penenun masyarakat kabupaten Malaka
masih tradisional dengan menggunakan ukuran jengkalan orang dewasa dengan
lebarnya 4 jengkal sedangkan panjangnya tujuh jengkal, satu jengkal ini setara
dengan 20 cm.
Menurut Padafing (2019) mengemukakan etnomatematika merupakan cara-cara
khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam
aktivitas matematika. Aktivitas matematika merupakan aktivitas yang terjadi dari
sebuah proses pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari kedalam
matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang,
menentukan lokasi, bermain, menjelaskan dan sebagainya.
2. Garis
Pada aktivitas menenun ini, mengaplikasikan konsep garis lurus untuk membuat
batasan pada motif apit atau benang warna yang menutupi tepi motif. Menurut
Bili (2019: 119) garis adalah konsep abstrak yang bentuknya lurus, memanjang
kedua arah, tidak terbatas dan tidak memiliki tebal. Garis lurus merupakan kurva
lurus yang tidak berujung dan tidak berpangkal. Artinya dapat di perpanjang
kedua arahnya.
3. Segi Enam Beraturan
Segi enam beraturan atau hexagon merupakan segi enam yang keenam sisinya
sama Panjang dan memiliki enam sudut yang sama besar.
4. Belah ketupat
Belah ketupat adalah jajar genjang yang keempat sisinya sama panjang, dan setiap
sudut dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya serta diagonal
berpotongan saling tegak lurus.
5. Titik
Titik merupakan objek yang memiliki kedudukan tapi tidak mempunyai ukuran.
Dalam aktivitas menenun, penenun mengaplikasikan konsep titik pada corak
benang warna pada bagian pola apit kiri maupun bagian pola apit kanan yang
mengapit motif induk.
berikut ini merupakan rekapitulasi konsep matematika yang terdapat pada kain
tenunmasyarakat kabupaten Malaka.
Rekapitulasi Konsep Matematika Berdasarkan pada penyajian data yang memuat
antara keterkaitan dalam aktivitas pembuatan motif kain tenun kalor dan motif
kain oen suin maka pada kesimpulan hasil penelitian terdapat konsep matematika
saat proses pembuatan motif kain tenun. Pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas menenun pada proses pembuatan motif kalor dan motif oen suin
terdapat konsep matematika yaitu:
1. Aktivitas mengukur, penenun mengukur menggunakan satuan tradisional
jengkalan orang dewasa untuk mengukur panjang dan lebar kain tenun.
2. Konsep garis pada benang warna yang digunakan penenun pada motif pola apit.
3. Konsep bangun datar segi enam beraturan pada motif yang dihasilkan.
4. Konsep bangun datar belah ketupat pada motif yang dihasilkan.
Terdapat berbagai konsep-konsep geometri matematika SD yang meliputi
segitiga, persegi panjang, belah ketupat, segi enam, lingkaran, balok, kerucut dan
tabung.
Mengaitkan etnomatematika kain tenun kabupaten malaka dengan Kaitan Hasil
Eksplorasi dengan Matematika Sekolah Materi Pembelajaran.
Aritmetika Sosial
a) Harga penjualan dan pembelian
b) Keuntungan, kerugian, dan impas
c) Presentase untung dan rugi
d) Diskon
e) Pajak
f) Bruto, tara dan neto
g) Bunga tunggal
Contoh Soal:
Bu Eni dari desa Suai ingin menenun kain tenun dengan motif kalor dan oen suin.
Untuk membuat satu kain dibutuhkan 25 kepala benang. Harga per kepala benang
Rp.5000. Berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membuat 3 kain tenun?
Diketahui:
1) 1 kain tenun dibutuhkan 25 kepala benang
2) Harga kepala benang Rp. 5.000/kepala
Ditanya: Berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membuat 3 kain
tenun?
Jawab:
3 x 25= 75
75 x Rp.5.000 = Rp.375.000
Bangun Datar (Segi Empat dan Segitiga)
a) Pengertian segi empat dan segitiga
b) Jenis-jenis dan sifat-sifat bangun datar
c) Keliling dan luas segi empat dan segitiga
d) Menaksir luas bangun datar yang tak beraturan Belah Ketupat
Contoh soal
Panjang kain tenun motif kalor diatas adalah 140cm. pada kain tenun terdapat
bentuk belah ketupat yang memanjang. Jika panjang diagonal sebuah belah
ketupat 14cm. Berapa banyak motif belah ketupat pada kain
tenun kalor?
Diketahui:
1) Panjang kain tenun motif kalor diatas 140 cm. pada kain tenun terdapat bentuk
belah ketupat yang memanjang.
2) Panjang diagonal sebuah belah ketupat 14 cm.
Ditanya: Berapa banyak motif belah ketupat pada kain tenun kalor?
Jawab:
140:14 = 10
Bangun Ruang Sisi Datar
a) Kubus, balok, prisma, dan limas
b) Jaring-jaring: kubus, balok, prisma, dan limas.
c) Luas permukaan: kubus, balok, prisma, dan limas.
d) Volume: kubus, balok, prisma, dan limas.
e) Volume bangun ruang Segi Enam Beraturan
Contoh soal
Panjang kain tenun motif oen suin diatas adalah 150cm. Pada kain tenun terdapat
motif segi enam yang mempunyai sisi sebesar 5 cm, berapa segi enam yang
terdapat pada kain tenun oen suin?
tak beraturan Diketahui:
• Panjang kain tenun motif oen suin diatas 150 cm
• S = 5 cm Ditanya: berapa segi enam yang terdapat pada kain tenun oen suin?
Jawab:
K=6xS
K = 6 x 5 = 30 cm
X =150:30 = 5
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Logika matematika dalam penalaran atau landasan berpikir untuk mengambil


suatu kesimpulan menjadi landasan untuk memperoleh kebenaran yang didasari
dengan pembuktian rasional agar mencari pemberanaran dari suatu proporsi atau
pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian eksplorasi etnomatematika ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat konsep matematika pada kain tenun masyarakat
kabupaten Malaka, baik pada proses awal maupun tahapan proses menenun.
Konsep matematika pada proses awal menenun adalah panjang dan lebar tenunan,
dengan menggunakan ukuran jengkalan orang dewasa dengan lebarnya 4 jengkal,
dan panjangnya 7 jengkal. 1 jengkal ini sama dengan 20 cm. Sedangkan konsep
matematika pada setiap setiap tahap dan proses pembuatan adalah pemilihan
benang pada kombinasi warna kain yang cocok, konsep kesebangunan dan
pengukuran, bangun datar yang kongruen, bangun datar, garis sejajar, belah
ketupat, garis, segi enam beraturan, dan belah ketupat. Terdapat kaitan
etnomatematika kain tenun Lamaksenulu dengan materi pembelajaran di sekolah.
Direkomendasikan kepada pencinta etnomatematika untuk mengkaji lebih
komprehensif tentang konsep matematika pada kain tenun masyarakat kabupaten
Malaka, dan selanjut dapat menerapkan konsep-konsep matematika tersebut
dalam proses pembelajaranmatematika di sekolah.
 Saran
Dalam pembeljaran matematika mungkin harus lebih dipraktik ketimbang hanya
materi belaka. lalu, diberikan trik-trik metematika dan hal yang menarik, agar
murid-murid tertarik dan pandangan matematika yang sulit berangsur berubah
menjadi menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230116115340-
569-900868/pengertian-dan-cara-menghitung-kpk-dan-fpb
www.researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai