Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dasar MI/SD
Dosen Pengampu : Suci Herwani, M.Pd.

Disusun oleh
Kelompok 2 A2MIR
1. Shofiyatun Khasanah (2210310009)
2. Ihda Rahma Yuliana (2210310017)
3. Nida Zuni Auliyaningrum (2210310035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah”Evaluasi Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan”. Pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia Dasar MI/SD ibu Suci Herwani, M.Pd. yang telah memberikan tugas makalah. Penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis mengetahui makalah ini jauh dari kata sempurna. Dengan menggunakan makalah
ini, semoga dapat membantu proses kegiatan belajar dalam memahami tentang “Evaluasi
Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan”. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Mohon maaf apabila ada
kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kudus, 30 Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Evaluasi Kemajuan Anak
1. Evaluasi Klaksikal ......................................................................... 3
2. Evaluasi Individual ........................................................................ 3
3. Evaluasi di Laboratorium ............................................................... 3
B. Evaluasi Pembelajaran MMP ............................................................... 4
1. Pengertian Evaluasi ........................................................................ 4
2. Evaluasi Membaca Permulaan ....................................................... 5
3. Evaluasi Membaca Nyaring ........................................................... 6
4. Evaluasi Penilaian Pembelajaran Membaca di kelas Rendah
5. Evaluasi Menulis Permulaan.......................................................... 9
C. Macam-macam Evaluasi dalam Bentuk Lain ...................................... 10
1. Catatan Anekdotal .......................................................................... 10
2. Wawancara ..................................................................................... 11
3. Daftar Tes....................................................................................... 12
D. Evaluasi Progam .................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu proses data (informasi) untuk menentukan
pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data
tersebut. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau informasi tersebut diperoleh
melalui serangkaian kegiatan atau peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud berkaitan dengan apa yang dilakukan guru, apa yang
terjadi di dalam kelas, dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa. Sekaitan dengan
penilaian dalam pembelajaran membaca di kelas awal sekolah dasar, penilaian itu
tentunya harus bersesuaian dengan tujuan dan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia
pada umumnya.
Menurut Slamet evaluasi dalam pembelajaran membaca permulaan ditekankan
pada membaca teknik yaitu terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi. Dapat diuraikan
bahwa dalam mengevaluasi pembelajaran membaca permlaan harus mencakup 1)
ketepatan menyuarakan tulisan, 2) kewajaran lafal, 3) kewajaran intonasi, 4) kelancaran,
5) kejelasan suara, dan 6) pemahaman makna kata.1 Membaca permulaan adalah program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca permulaan di kelas awal
saat peserta didik mulai memasuki bangku sekolah.2
Pelajaran membaca permulaan pada sekolah dasar sebagai landasan bagi
pengembangan berbahasa pada tingkat yang lebih tinggi. Membaca permulaan bukan
hanya sekedar untuk dapat membaca saja, melainkan ditujukan agar siswa dapat
berkembang menjadi manusia yang mampu menggunakan kepandaian membaca dengan
tujuan menambah pengetahuan dan memperkembangkan pribadi lebih lanjut. Kemudian,
ketika siswa menginjak di kelas tinggi sudah siap mengikuti pelajaran-pelajaran lainnya
karena sudah mampu membaca dengan baik di kelas awal sekolah dasar.3

1
ST. Y. Slamet, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar ,
(Surakarta: UNS Press, 2014): hlm 64.
2
Andi Halimah, “Meto Aladuna de Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di SD/MI” dalam Jurnal
Aladuna Vol.1 No.2 Desember (Makasar: UIN Alaudin, 2014), hlm 191.
3
Asep Muhyidin, “Evaluasi Pelajaran Membaca Permulaan di Kelas Awal Sekolah Dasar” dalam Jurnal Program
Studi PGMI Vol. 4 No. 2 (September 2017): hlm 1.

1
Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, sebagaimana halnya
penyelenggaraan bidang- bidang lain, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan. Secara umum evaluasi dalam
penyelenggaraan pembelajaran dipahami sebagai suatu upaya mengumpulkan informasi
tentang penyelenggaraan pembelajaran sebagai dasar untuk pembua tan berbagai
keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana evaluasi kemajuan pada anak baik secara klasikal, individual maupun
laboratorium?
2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran MMP?
3. Apasaja evaluasi dalam betuk lain?
4. Apa yang dimaksud dengan evaluasi progam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui evaluasi kemajuan pada anak baik secara klasikal, individual
maupun laboratorium
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran MMP
3. Untuk mengetahui macam-macam evaluasi dalam betuk lain
4. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan evaluasi progam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Kemajuan pada Anak Baik Secara Klasikal, Individual Maupun
Laboratorium
1. Evaluasi secara klasikal
Pada umumnya evaluasi di sekolah dilakukan secara klasikal, artinya siswa dalam
satu kelas Bersama-sama dievaluasi. Mereka semua mengikuti tes pada waktu yang
sama. Tes ini dapat diadakan secara berkala atau pada akhir suatu progam. Evaluasi
ini mungkin pula diberikan dalam bentuk kemampuan berbahasa pada ranah kognitif
dann efektif. Cara evaluais ini jika dilakukan dengan baik akan memberikan dampak
positif terhadap hasil belajar siswa.
2. Evaluasi secara individual
Evaluasi ini diadakan dalam progam belajar individual seperti progam pengajaran
dengan modul. Dalam hal ini siswa dapat meminta tes kapan saja sesudah mereka
selesai, sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Pada evaluasi individual, hasil evaluasi dapat diberikan sesegera mungkin.
Dengan begitu siswa secara langsung dapat memperoleh umpan balik. Di sinilah
kelebihan evaluasi individual dibandingkan dengan evaluasi klasikal. Namun, tentu
saja evaluasi iini memerlukan waktu lebih banyak, dan jika dilaksanakan secara lisan,
seringkali cenderung subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diusahakakn
banyak tes lisan yang lebih terstruktur, dalam hal ini penentu kriteria yang jelas dan
rinci juga akan banyak menolong.
3. Evaluasi di laboratorium
Cara evaluasi ini tentu saja hanya dapat dilakukan oleh sekolah-sekolah yang
memiliki laboratorium. Tetapi, sekolah-sekolah yang tidak memilikinya dapat
menggunakan tape recorder. Pada evaluasi ini siswa diminta menjawab soal dengan
menulis dan mengisi lembar jawaban.4

4
Husni Rahim, “Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah”, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001) hlm 245-246

3
B. Evaluasi Pembelajaran MMP
1. Pengertian Evaluasi
Dalam setiap aktivitas pendidikan, terutama lagi dalam proses pembelajaran,
evaluasi menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Apalagi hal ini sangat
terkait dengan bagaimana meningkatkan kualitas dari pembelajaran itu sendiri yang
kemudian akan bisa menjadi barometer bagi kemajuan pendidikan. Tanpa adanya
evaluasi, bagaimana mungkin sebuah proses akan bisa dinilai keberhasilannya?
Begitu juga dengan proses pembelajaran, tentu saja harus ada evaluasi terhadap
jalannya proses pembelajaran tersebut. Dengan adanya evaluasi, kita akan tahu
apakah pembelajaran yang dilaksanakan itu berhasil dilakukan atau tidak, sesuai
dengan tujuan pembelajaran atau tidak, sudah sesuai dengan tujuan instruksionalnya
atau tidak. Dengan adanya evaluasi, hal-hal yang sudah baik akan dilanjutkan dan
ditingkatkan, sedangkan hal yang menjadi kendala dan hambatan, akan dicari apa
penyebabnya, bagaimana mengatasinya, dan apa yang harus dilakukan dalam
program pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi disebut juga penilain yang merupakan alat atau kegiatan untuk
mengukurtingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa,
evaluasidapat dilakukan melalui dua macam cara, yakni dengan tes dan non tes.
Teknis tesdapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa
yang dinilai. Dalam hal ini guru harus dapat menentukan kapan menggunakan tes dan
kapan menggunakan nontes. Teknik tes biasa digunakan untuk menjaring data tentang
kemampuan kognitif siswa, sedangkan teknis nontes digunakan untuk menjaring data
tentang kemampuan psikomorik, afektif dan lain (lain yang tidak langsung berkaitan
dengan kemampuan kognitif). Informasi yang diperoleh melalui teknik tes bersifat
kuantatif, sedangkan yang diperoleh melalui nontes bersifat kualitatif. Teknis nontes
pengamatan, wawancara, daftar cek, diskusi, pemberian tugas. Dalam kegitan belajar
mengajar, apabila guru hendak mengadakan evaluasi, misalnya saja mengevaluasi
kemampuan siswa membaca kalimat sederhana, iamemerlukan data tentang
kemampuan membaca itu. untuk memperoleh data tersebut, ia perlu mengadakan alat
ukur, misalnya dengan memberi tugas membaca kalimat (kalimat sederhana). Dari
hasil pemberian tugas itu, guru memperoleh data tentang kemampuan membaca siswa

4
setelah itu diperoleh, guru dapat memberikan evaluasi tentang tingkat kemampuan
siswa dalam hal membaca kalimat.
Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data
(informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data tersebut.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau informasi tersebut diperoleh melalui
serangkaian kegiatan atau peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran. Kegiatan-
kegiatan dimaksud berkaitan dengan apa yang dilakukan guru, apa yang terjadi di
dalam kelas, dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa. Sekaitan dengan penilaian
dalam pembelajaran membaca di kelas awal sekolah dasar, penilaian itu tentunya
harus bersesuaian dengan tujuan dan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia pada
umumnya.5
2. Evaluasi Membaca Permulaan
Menurut Slamet evaluasi dalam pembelajaran membaca permulaan ditekankan
pada membaca teknik yaitu terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi. Dapat
diuraikan bahwa dalam mengevaluasi pembelajaran membaca permlaan harus
mencakup 1) ketepatan menyuarakan tulisan, 2) kewajaran lafal, 3) kewajaran
intonasi, 4) kelancaran, 5) kejelasan suara, dan 6) pemahaman makna kata.6
Mulyono Abdurahman mengemukakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
siswa dalam membaca dapat dilakukan melalui 1) pertanyaan dari guru tentang isi
bacaan, 2) tugas menceritakan kembali bacaan yang dibaca secara lisan, dan 3)
memberikan tugas membuat pertanyaan berdasarkan bacaan. Penelitian tentang
evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sudah dilakukan diantaranya
oleh Harjono (2012) yang menghasilkan kesimpulan bahwa dalam pelaksaan evaluasi
akhir pembelajaran masih menekankan pada penilaian hasil bukan proses.7 Dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran dicantumkan evaluasi proses, tetapi pada akhir
pembelajaran faktanya tidak dilaksanakan.

5
Asip Muhyiddin, 2017, "EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR"
Dalam: Jurnal Progam Studi PGMI ( Volume 4 No.2) hlm 140.
6
ST. Y. Slamet, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar ,
(Surakarta: UNS Press, 2014): hlm 64.
7
Asip Muhyiddin, 2017, "EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR"
Dalam: Jurnal Progam Studi PGMI ( Volume 4 No.2) hlm 140.

5
evaluasi yang digunakan oleh guru adalah evaluasi formatif, yang terdiri dari tes
awal (pre-tes) dan evaluasi hasil (post-tes). Guru melaksanakan evaluasi hasil (post-
tes) dalam bentuk tes perbuatan pada kegiatan akhir pembelajaran. Guru membagi
siswa menjadi lima kelompok. Masing-masing siswa yaitu kelompok A, B, C, D, dan
E untuk maju ke depan memperagakan teks percakapan. Kemudian guru melakukan
penilaian. Masing-masing siswa kelompok A, B, C, D dan E bermain peran. Siswa
kelompok lain memperhatikan. Setelah siswa membaca bersama-sama, guru
menyuruh siswa membaca ke depan setiap kelompok. Seluruh kelompok sudah
memperagakan percakapan di depan. Mulai dari kelompok B, kemudian E, diikuti C,
lalu A, dan terakhir adalah D. Kemudian guru menilai penampilan setiap kelompok.
Guru berkata, “Berdasarkan penilaian Ibu dari segi pelafalan dan ketepatan intonasi
serta dari penghayatan. Kelompok A yang paling bagus.” Tepuk tangan untuk
kelompok A.” Ibu beri nilai 85.” Guru berkata lagi,” Kelompok B dan C, serta D
tampil cukup lumayan. Tinggal pelafalan yang diperbaiki Ibu beri nilai 70.” Guru
berkata lagi,” Kelompok E masih banyak kekurangan lain kali diperbaiki .” Ibu beri
niai 60. Setelah memberikan penilaian guru membimbing siswa dan menyimpulkan
pelafalan dan intonasi yang baik.
3. Evaluasi Membaca Nyaring
Membaca nyaring merupakan suatu kegiatan membaca lisan yang bermanfaat
bagi anak-anak jika maksud dan tujuan membaca nyaring diarahkan dengan baik serta
berguna bagi mereka sendiri. Dalam kegiatan ini menyimak tidak dapat
dikesampingkan. Maksud dan tujuan dari penyimakan di sini adalah untuk memahami
bacaan yang dibacakan orang lain.
untuk melakukan membaca nyaring, pembaca dituntut untuk memenuhi ketepatan
mata yang tinggi serta pandangan memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Pembaca juga harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar
jelas maknanya bagi pendengar.
Crawley dan Mountain (dalam Rahim 2005:123) menjelaskan bahwa membaca
nyaring hendaknya mempunyai tujuan tertentu dan tidak menggunakan format round
robin. Yang dimaksud dengan format round robin ialah setiap siswa secara random
mendapat giliran untuk membaca nyaring saru paragraf. Membaca nyaring pada

6
siswa lebih menfokuskan pada pengenalan kata, menyandi kata (decoding) daripada
menyimak isi dan memahami apa yang sedang di baca siswa lain. Oleh sebab itu,
guru hendaknya memberikan informasi tentang tujuan membaca dalam hati dan
membaca nyaring tersebut.
Membaca nyaring yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang menyenangkan
bagi siswa. Tidak mengherankan, jika cerita favorit yang dibacakan guru atau orang
tua lebih diingat siswa dibandingkan dengan cerita yang dibacakan dari buku teks.
Selain itu, membaca nyaring sering meransang mereka untuk membaca kembali cerita
yang dibacakan guru dan lebih mengakrabkan mereka pada karya sastra. Kegiatan
membaca nyaring sangat penting karena banyak keuntungan yang diperoleh siswa.
Oleh karena itu, guru perlu membuat suatu program kegiatan membaca nyaring yang
efektif.
Rothlein dan Meinbach (dalam Rahim 2005:125) membaca nyaring untuk anak-
anak yang dilakukan setiap hari merupakan sesuatu yang penting untuk mengajar
mereka menyimak, berbicara, atau menulis dan membantu perkembangan anak untuk
mencintai buku dan membaca cerita sepanjang hidup mereka. Tujuan utama
membaca nyaring adalah membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa
memperoleh fasilitas menyimak, memperhatikan sesuatu dengan baik, memahami
suatu cerita, dan mengenali kata-kata baru yang muncul dalam konteks lain.
4. Evaluasi Penilaian Pembelajaran Membaca di kelas Rendah
Menurut Sudjana dan Rivai, evaluasi terhadap proses pembelajaran dilakukan
oleh guru sebagai bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus
tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Evaluasi proses
bertujuan menilai keefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk
perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Sasaran evaluasi proses
adalah komponen-kompoen system pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan
dengan masukan proses maupun keluaran dengan semua dimensinya. Evaluasi hasil
pada umumnya telah dilakukan oleh guru, baik dalam bentuk formatif maupun
sumatif. Menurut Sudjana dan Rivai tes formatif dilaksanakan dengan pertanyaan
lisan atau tulisan pada akhir pengajaran. Sedangkan tes sumatif dilakukan pada akhir

7
program, penilaian diberikan terhadap para siswa untuk menentukan kemajuan
belajarnya.
Evaluasi pembelajaran membaca permulaan di kelas dua ditekankan pada
kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi.
Sejalan dengan tujuan tersebut maka alat evaluasi yang digunakan haruslah dapat
mengukur kemampuan melafalkan dan intonasi. Melalui pembelajaran membaca,
siswa diharapkan mampu menyuarakan tulisan dengan lafal dan intonasi yang wajar.
Evaluasi seperti yang diuraikan di atas merupakan evaluasi merupakan evaluasi
terhadap kemampuan yang bersifat mekani. Mengingat tujuan pembelajaran
membaca, agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa secara praktis
maka pengukurannya tidak cukup hanya didasarkan atas kemampuan mekanik saja.
Evaluasi terhadap kemampuan membaca haruslah dilihat dari keseluruhan
kemampuan membaca secara utuh, maka dalam mengevaluasi kemampuan di luar
kemampuan mekanik, juga perlu pengukuran pemahaman bacaan, misalnya
pemahaman isi atau makna kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan
biasanya guru melakukan evaluasi dengan cara, pertama wawancara, dengan
wawancara secara pribadi, guru dapat memancing tanggapan dan memperoleh
informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan
diri siswa dalam waktu singkat. Kedua adalah tugas membaca buku. Salah satu cara
meevaluasi membaca nyaring ialah meminta siswa memilih bagian buku yang
disenangi yang baru saja mereka baca, untuk dibacakan di depan kelas. Guru dapat
pula membuat foto kopi bagian suatu buku yang telah dibaca siswa, kemudian
meminta siswa membacanya di depan kelas. Evaluasi hasil, mencakup evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi hasil menekankan pada aspek membaca
teknik dan pemahaman. Evaluasi membaca Teknik dilakukan terhadap lafal dan
intonasi, alat evaluasi yang digunakan, yaitu tes perbuatan. Evaluasi membaca
pemahaman, dilakukan terhadap pemahaman isi bacaan, alat evaluasi yang
digunakan, yaitu: tes objektif, tes lisan dan tes perbuatan.8

8
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), hlm 142.

8
5. Evaluasi Menulis Permulaan
menulis adalah sebuah proses dalam menggambarkan suatu bahasa sehingga
pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami oleh pembaca (Tarigan,1986:21).
Menulis juga merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan
makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat
dilihat/dibaca (Tatkala,1982).
Dengan demikian, evaluasi menulis merupakan suatu evaluasi yang mengukur
keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan, menentukan teknik penyajiannya
(dalam mengarang), dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di
dalam bahasa tulisan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembelajar
dalam menyampaikan ide, perasaan, dan pikirannya, serta menggunakan perangkat
bahasa target secara tertulis.
Dalam evaluasi menulis memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi normatif
Fungsi normatif yaitu, berfungsi untuk perbaikan sistem pembelajaran.
b. Fungsi diagnostik
Fungsi diagnostik yaitu, untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam
proses pembelajaran.
c. Fungsi sumatif
Fungsi sumatif yaitu, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta
didik.
Untuk mengukur keterampilan menulis siswa, dalam evaluasi menulis dapat
ditanyakan hal-hal seperti berikut ini:
a. Menguji kesesuaian antara subjek dan bentuk kata kerja dalam kalimat.
b. Menguji kesejajaran bentuk kata dalam kalimat.
c. Menguji pemakaian/penggunaan kata ganti, kata sifat, kata tambahan, gaya
bahasa, ejaan dan tanda baca.
d. Menguji kemampuan menyusun isi karangan atau menyusun ulang
kalimat/paragraf yang diacak tempatnya.
e. Menuliskan, meliputi:

9
1. Nama diri berdasarkan hasil penyusunan nama diri dengan menggunakan
kartu huruf yang telah dilakukan.
2. Kata, kalimat, paragraf atau wacana yang didektekan.
3. Pesan, perasaan, atau keinginan.
4. Cerita berdasarkan gambar berseri.
5. Daftar kegiatan sehari-hari dengan menggunakan tebel sederhana.
6. Kata-kata berdasarkan urutan alfabet untuk membuat kamus.
7. Cerita atau dongeng.
8. Pengalaman dalam bahasa puisi.
9. Poster yang berisikan imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan,
iklan, pengumuman, slogan, atau imbauan.
10. Ucapan selamat.
11. Melengkapi cerita pada bagian awal, tengah, atau akhir yang dihilangkan.
12. Membuat/menyusun meliputi:
a. Laporan: pengamatan, hasil kunjungan, wawancara.
b. Paragraf yang diacak/kalimat-kalimat yang diacak menjadi paragraf.
c. Kerangka karangan.
d. Buku harian, jadwal pelaksanaan kegiatan.
e. Naskah pidato, sambutan tertulis.
f. Menulis surat; surat dinas, surat pribadi, surat permohonan izin.
g. Karya tulis.
C. Macam-macam Evaluasi Bentuk Lain
1. Catatan Anekdotal
Anecdotal record (catatan anekdot) merupakan kumpulan catatan peristiwa-
peristiwa penting tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Catatan
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kreativitas anak baik yang bersifat positif
maupun negatif yang kemudian ditafsirkan guru sebagai bahan penilaian semester.
Catatan anekdot merupakan salah satu instrumen evaluasi yang berisi tentang
pencatatan gejala tingkah laku yang berkaitan dengan sikap dan perilaku pada sebuah
kegiatan baik yang positif maupun yang negatif. Catatan anekdot sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran anak usia dini mengingat didalamnya akan tercantum

10
tentang gejala tingkah laku, sikap dan perilaku setiap anak pada saat pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang bisa dituliskan dalam catatan anekdot bisa berupa prestasi,
karya atau sebuah sikap dan perilaku yang terjadi pada anak.9
Ciri-ciri catatan anekdot yang baik yaitu :
a. Memuat keterangan atau data tentang tanggal, tempat, dan suasana dimana
peristiwa itu terjadi.
b. Menggambarkan perbuatan-perbuatan anak dan reaksi-reaksi orang laian yang
hadir pada saat perbuatan anak berlangsung.
c. Melengkapinya dengan gerakan isyarat yang ditampilkan anak.
d. Uraikan cukup luas sehinga meliputi semua episode yang terjadi, sehingga tidak
ada yang tertinggal atau terlupakan
e. Memisahkan catatan fakta dan komentar/interpretasi pembuat catatan anekdot.10
Tujuan adanya catatan anekdot pada pembelajaran anak usia dini diantaranya
sebagai berikut :
a. Pendidik bisa mencatat semua fakta yang dilihatnya pada saat pembelajaran
untuk mengamati peserta didik.
b. Pendidik mampu menyusun model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
c. Pendidik dapat memahami pola perilaku pada setiap peserta didik dengan
mudah.
2. Wawancara
Percakapan atau wawancara adalah penilaian yang dilakukan melalui cerita antara
anak dan guru atau antara anak dan anak. percakapan dalam rangka penilaian dapat
dilakukan guru dengan sengaja dan topik yang dibicarakan juga sesuai dengan tema
kegiatan pelaksanaan program pada saat itu. Menurut Anita Yus (2011:73-74)
Percakapan penilaian yang dilakukan melalui suatu cerita antara anak dan guru
ataupun antara anak dengan sesama anak. percakapan dalam rangka penilaian dapat

9
https://www.kompasiana.com/nurmaiktamalannisa4798/61821aa1ffe7b5077c4dce03/penggunaan-instrumen-
evaluasi-catatan-anekdot-dalam-pembelajaran-anak-usia-dini
10
Yanti. Sri Hartati. (2020) "Studi Literatur: Instrument Evaluasi yang digunakan dalam
Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini" Dalam: Jurnal Pendidikan Tambusai. (Volume 4 No.2) hlm 1060

11
dilakukan guru dengan sengaja dan topik yang dibicarakan juga sesuai dengan tema
kegiatan pelaksanaan program pada saat itu.
Ada dua macam percakapan dalam rangka penilaian yang dapat dilakukan,yaitu:
Pertama, penilaian percakapan yang berstruktur. Percakapan dilakukan dengan
sengaja oleh guru dengan menggunakan waktu khusus dan menggunakan pedoman
walau sederhana.
Sedangkan percakapan atau wawancara tidak terstruktur contohnya: guru
melakukan percakapan secara spontan tanpa di rencanakan terlebih dahulu, guru bisa
saja bertanya seputar kegiatan anak,dan bisa juga hal-hal yang bersifat sederhana
yang mudah dipahmi oleh anak.
3. Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
Daftar cek betapapun kecilnya tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek
perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian memberikan tanda
centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya (Arifin 2014:
164).
Daftar banyak manfaatnya antara lain membantu guru mengingan-ingat apa yang
harus diamati dan memberikan informasi kepada stakeholder, namun penilai harus
tetap waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup di daftar cek,
karena itu penilai jangan terlalu kaku dengan apa yang yang sudah tertulis pada daftar
cek tersebut.
Contoh :
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata
pelajaran IPA
No Nama Siswa SB B C K SK
1 Nano Waryono √
2 Elin Rosalina √
3 Arie Apriadi N. √
4 Angga Zalindra N. √
5 Ardi Maulana N. √

12
Keterangan:
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
D. Evaluasi Progam
Evaluasi program merupakan suatu proses pencarian informasi, penemuan informasi
dan penetapan informasi yang dipaparkan secara sistematis tentang perencanaan, nilai,
tujuan, manfaat, efektifitas dan kesesuaian sesuatu dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan.11 Salah satu implementasi berbagai konsep tentang evaluasi adalah evaluasi
tentang suatu program tertentu khususnya program pendidikan, oleh karena itu perlu
pemaparan tentang apa hakikat program tersebut. Menurut Arikunto dan Jabar ada dua
pengertian untuk istilah program. Program dapat diartikan dalam arti khusus dan program
dalam arti umum. Pengertian program secara umum adalah sebuah bentuk rencana yang
akan dilakukan. Apabila program dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka
program diartikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.12
Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan
program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program. Ada tujuh elemen
yang harus dilakukan menurut Brikerhoff untuk pelaksanaan evaluasi, yaitu: 1)
penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation), 2) penyusunan desain
evaluasi (designing the evaluation), 3) pengumpulan informasi (collecting information),
4) analisis dan intepretasi informasi (analyzing and interpreting), 5) pembuatan laporang
(reporting information), 6) pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan 7) evaluasi
untuk evaluasi (evaluating evaluation).13

11
Ashiong P. Munthe, “Pentingnya Evaluasi Program di Institut Pendidikan: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan,
dan Manfaat”, dalam Scholaria Vol. 5 No. 2 (Mei 2015): hlm. 3.
12
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul, “Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis
bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan” , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009): hlm. 3
13
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul, “Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis
bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan” , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009): hlm. 18

13
Sedangkan tujuan evaluasi program oleh Roswati adalah sebagai berikut: 1)
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program di masa depan, 2)
penundaan pengambilan keputusan, 3) penggeseran tanggung jawab, 4)
pembenaran/justifikasi program, 5) memenuhi kebutuhan akreditasi, 6) laporan akutansi
untuk pendanaan, 7) menjawab atas permintaan pemberi tugas, informasi yang
diperlukan, 8) membantu staf mengembangkan program, 9) mempelajari dampak/akibat
yang tidak sesuai dengan rencana, 10) mengadakan usaha perbaikan bagi program yang
sedang berjalan, 11) menilai manfaat dari program yang sedang berjalan, 12)
memberikan masukan bagi program baru.14
Manfaat dari evaluasi program yaitu: 1) memberikan masukan apakah suatu program
dihentikan atau diteruskan, 2) memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki, 3)
memberitahukan stategi, atau teknik yang perlu dihilangkan/diganti, 4) memberikan
masukan apakah program yang sama dapat diterapkan di tempat lain, 5) memberikan
masukan dana harus dialokasikan ke mana, 6) memberikan masukan apakah
teori/pendekatan tentang program dapat diterima/ditolak.15

14
Roswati, “Evaluasi Program/Proyek Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan”, Dalam: Jurnal Pendidikan
Penabur Vol. 7 No.11 (Desember 2008): hlm. 66-67.
15
Roswati, “Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan)”, Dalam: Jurnal Pendidikan
Penabur Vol. 7 No. 11 (Desember 2008): hlm. 66-67.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada umumnya evaluasi di sekolah dilakukan secara klasikal, artinya siswa dalam
satu kelas Bersama-sama dievaluasi. Mereka semua mengikuti tes pada waktu yang
sama. Tes ini dapat diadakan secara berkala atau pada akhir suatu progam. Evaluasi
ini mungkin pula diberikan dalam bentuk kemampuan berbahasa pada ranah kognitif
dann efektif. Cara evaluais ini jika dilakukan dengan baik akan memberikan dampak
positif terhadap hasil belajar siswa.
2. Evaluasi individual diadakan dalam progam belajar individual seperti progam
pengajaran dengan modul. Dalam hal ini siswa dapat meminta tes kapan saja sesudah
mereka selesai, sesuai dengan kecepatan masing-masing.
3. Cara evaluasi di laboratorium tentu saja hanya dapat dilakukan oleh sekolah-sekolah
yang memiliki laboratorium. Tetapi, sekolah-sekolah yang tidak memilikinya dapat
menggunakan tape recorder. Pada evaluasi ini siswa diminta menjawab soal dengan
menulis dan mengisi lembar jawaban.
4. Evaluasi disebut juga penilain yang merupakan alat atau kegiatan untuk
mengukurtingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa,
evaluasidapat dilakukan melalui dua macam cara, yakni dengan tes dan non tes.
Teknis tesdapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang siswa
yang dinilai. Dalam hal ini guru harus dapat menentukan kapan menggunakan tes dan
kapan menggunakan nontes. Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang
terkandung dalam data tersebut.
5. Menurut Slamet evaluasi dalam pembelajaran membaca permulaan ditekankan pada
membaca teknik yaitu terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi. Dapat diuraikan
bahwa dalam mengevaluasi pembelajaran membaca permlaan harus mencakup 1)
ketepatan menyuarakan tulisan, 2) kewajaran lafal, 3) kewajaran intonasi, 4)
kelancaran, 5) kejelasan suara, dan 6) pemahaman makna kata.

15
6. Membaca nyaring merupakan suatu kegiatan membaca lisan yang bermanfaat bagi
anak-anak jika maksud dan tujuan membaca nyaring diarahkan dengan baik serta
berguna bagi mereka sendiri.
7. Menurut Sudjana dan Rivai, evaluasi terhadap proses pembelajaran dilakukan oleh
guru sebagai bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus
tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Evaluasi proses
bertujuan menilai keefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk
perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Sasaran evaluasi proses
adalah komponen-kompoen system pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan
dengan masukan proses maupun keluaran dengan semua dimensinya.
8. Catatan anekdot merupakan salah satu instrumen evaluasi yang berisi tentang
pencatatan gejala tingkah laku yang berkaitan dengan sikap dan perilaku pada sebuah
kegiatan baik yang positif maupun yang negative.
9. Percakapan atau wawancara adalah penilaian yang dilakukan melalui cerita antara
anak dan guru atau antara anak dan anak. percakapan dalam rangka penilaian dapat
dilakukan guru dengan sengaja dan topik yang dibicarakan juga sesuai dengan tema
kegiatan pelaksanaan program pada saat itu.
10. Daftar cek adalah suatu yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar
cek betapapun kecilnya tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek
perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian memberikan tanda
centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya.
11. Evaluasi program merupakan suatu proses pencarian informasi, penemuan informasi
dan penetapan informasi yang dipaparkan secara sistematis tentang perencanaan,
nilai, tujuan, manfaat, efektifitas dan kesesuaian sesuatu dengan kriteria dan tujuan
yang telah ditetapkan.
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, supaya dapat menjadi bahan rujukan dalam
pembelajaran khususnya dalam mata kuliah Bahasa Indonesia Dasar MI/SD. kami
berharap pembaca dapat mengambil pelajaran dari makalah yang telah kami susun dan
kami juga berharap agar pembaca mengamalkan serta mempraktekan kelak di lingkungan
sekolahan. Semoga pemaparan ini mampu menumbuhkan motivasi dalam diri pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA
ST. Y. Slamet. (2014). “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas
Sekolah Dasar”. Surakarta: UNS Press.
Halimah, Andi. (2014). “METO ALADUNA DE PEMBELAJARAN MEMBACA DAN
MENULIS PERMULAAN DI MI/SD”. Dalam: Jurnal Aladuna. (Volume 1 No.2).
Makasar: UIN Alaudin.
Muhyidin, Asip. (2017). “EVALUASI PELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI KELAS
AWAL SEKOLAH DASAR”. Dalam: Jurnal Progam Studi PGMI. (Volume 4 No.2).
Rahim, Husni. (2001). “Pendidikan Bahasa di Kelas Rendah”. Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Sudjana, Nana. Ahmad Rivai. (2007). “Teknologi Pengajaran”. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
https://www.kompasiana.com/nurmaiktamalannisa4798/61821aa1ffe7b5077c4dce03/penggunaa
n-instrumen-evaluasi-catatan-anekdot-dalam-pembelajaran-anak-usia-dini.
Yanti. Sri Hartati. (2020). “STUDI LITERATUR: INSTRUMEN EVALUASI YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN MORAL DAN AGAMA ANAK USIA
DINI”. Dalam: Jurnal Tambusai. (Volume 4 No.2).
Ashiong P. Munthe. (2015). “PENTINGNYA EVALUASI PROGAM DI INSTITUT
PENDIDIKAN: SEBUAH PENGANTAR, PENGERTIAN, TUJUAN, DAN
MANFAAT”. Dalam: Jurnal Scholaria. (Vol. 5 No. 2).
Arikunto. Suharsimi. dan Jabar. (2009). Cepi Safruddin Abdul. “Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan”. Jakarta: Bumi
Aksara.
Roswati. (2008). “EVALUASI PROGAM/PROYEK PENGERTIAN, FUNGSI, JENIS, DAN
FORMAT USULAN”. Dalam: Jurnal Pendidikan Penabur. (Vol. 7 No.11).

17
18

Anda mungkin juga menyukai