Anda di halaman 1dari 44

KONTEN PEMBELAJARAN IPS

Dosen Pengampu :

Ni Nyoman Kurnia Wati, M.Pd

Oleh:

I Gede Mangku Putrawan (2211031114)

Putu Rian Indrawan (2211031031)

Kadek Joni Lesmana Putra (2211031156)

Gede Cista Ferdiawan (2211031005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN DHARMA ACARYA

STAHN MPU KUTURAN

SINGARAJA
2023

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat asung kerta
wara nugraha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaraan, dengan judul “Konten Pembelajaran IPS.”

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Ni Nyoman Kurnia Wati, M.Pd selaku dosen pengampu
yang telah mebantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapakan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadarai bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi pengusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengatahuan.

Singaraja,12 Februari 2023

Penyusun

Kelompok Materi III

ii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
iii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
DAFTAR ISI

COVER
PRAKATA ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................


1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah.................................................................................. 2
1.3 TujuanPenulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Struktur IPS......................................................................................... 3
2.1.1 Fakta.......................................................................................... 3
2.1.2 Konsep....................................................................................... 5
2.1.3 Generalisasi............................................................................... 8
2.2 Dimensi IPS.......................................................................................... 18
2.2.1 Nilai........................................................................................... 18
2.2.2 Sikap.......................................................................................... 26
2.2.3 Keterampilan............................................................................. 31
BAB III PENUTUP......................................................................................... 37
3.1 Simpulan.............................................................................................. 37
3.2Saran..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA

iv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu – ilmu sosial merupakan ilmu yang sangat dekat dengan kita, mulai dari aktivitas
kita sehari-hari, transaksi pasar, maupun dilingkungan sekolah baik sekolah dasar sampai
perguruan tinggi kita selalu menggunakan ilmu ini, karena sebagai mahluk sosial kita selalu
diajarkan sejak kita lahir kita diajari oleh keluarga untuk berinteraksi terhadap sesama manusia
dan saling menghargai antara satu dan yang lain.

Maka dari itulah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang sangat penting
bagi setiap umat manusia, dengan ilmu pengetahuan sosial yang baik yang dimiliki seseorang
maka akan memberikan kesuksesan dalam keterampilan maupun kehidupan sosialnya. Meskipun
seseorang menguasai banyak skill yang bagus akan tetapi jika tidak dilengkapi dengan ilmu
sosial yang bagus maka skill tersebut cenderung kurang maksimal. IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang wajib diberikan ditingkat SD/MI/SDLB, IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, generalisasi serta nilai, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan
isu sosial.

Ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-fakta yang di ketahui dalam kelompok- kelompok
di bawah konsep-konsep umum, dan konsep-konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari
tindakan-tindakan yang kita dasarkan padanya. Struktur ilmu pengetahuan sosial tersusun dalam
tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang luas, yaitu 1) fakta, 2) konsep, 3) generalisasi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa batang tubuh ilmu strukturnya, mencakup fakta,
konsep, dan generalisasi, Sedangkan Dimensi ilmu pengetahuan sosial tersusun dalam tiga
bagian, yaitu (1) nilai, (2) sikap, (3) keterampilan, sehingga dapat disimpulkan bahwa batang
tubuh ilmu dimensinya, mencangkup nilai, sikap, dan keterampilan.

v|Konten Pembelajaran IPS


Maka dari itu untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai struktur dan dimensi IPS, kami
akan menyusun sebuah makalah yang berjudul “ Konten Pembelajaran IPS”, yang kami
kumpulkan dari berbagai referensi termasuk juga dari perkataan para ahli.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :

1) Apa itu Struktur IPS yang terdiri dari fakta, konsep, dan generalisasi ?
2) Apa itu Dimensi IPS yang terdiri dari nilai, sikap, dan keterampilan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan pembahasan makalah ini adalah

1) Kita dapat mengetahui dan memahami Struktur IPS yang terdiri dari fakta, konsep, dan
generalisasi.

2) Kita dapat mengetahui dan memahami Dimensi IPS yang terdiri dari nilai, sikap, dan
keterampilan.

vi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STRUKTUR IPS

Struktur IPS terdiri dari Fakta, Konsep, dan Generalisasi. Pemanfaatan dalam ketiga hal
tersebut merupakan bukan hal yang baru lagi, dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah
seringkali ketiga hal ini kurang dipahami oleh para peserta didik ataupun sering keliru karena
ketiga hal ini merupakan hal yang bersifat abstrak.

Jacob Brownosky menjelaskan bahwa ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-fakta yang
diketahui dalam kelompok-kelompok dibawah konsep-konsep umum, dan konsep-konsep itu
dinilai berdasarkan pernyataan dari tindakan-tindakan yang kita dasarkan padanya.

2.1.1 FAKTA

Ketika membaca sebuah artikel berita di media online atau cetak kita sering menemukan
informasi mengenai peristiwa penting yang terjadi di sekitar kita. Informasi tersebut dituangkan
melalui kalimat fakta yang banyak terkandung dalam koran, majalah maupun bacaan lain.
Kalimat fakta berisikan gambaran tentang kejadian yang terjadi pada waktu tertentu, di daerah
tertentu hingga dialami oleh seseorang.

Pengertian

Jadi fakta merupakan kata serapan yang secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu
“factus” yang memiliki arti segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra manusia berupa data
dari kenyataan yang terbukti kebenarannya, selain itu fakta sendiri menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) berarti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan suatu kenyataan / sesuatu
yang benar-benar ada atau terjadi.

vii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Fakta dihasilkan dari data yang diperoleh di lapangan atau tempat penelitian dengan
menggunakan penglihatan dan pendengaran, kemudian data diolah dengan prosedur tertentu,
sehingga dihasilkanlah fakta. Fakta sering kali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal
sebenarnya, baik karena mereka mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena
mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya. Dalam istilah
keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang objektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh
siapa pun.

Ciri - Ciri

Berkenaan dengan itu, untuk mendefinisikan fakta tidaklah semudah yang sering
diucapkan. Terdapat berbagai pendapat dan tafsiran tentang fakta. Berikut merupakan ciri-ciri
yang menyatakan bahwa itu merupakan fakta, yaitu :

1. Abstraksi dari kenyataan yang diamati,


2. Sifatnya khusus atau terbatas,
3. Erat hubungannya dengan jawaban atas apa, siapa, kapan, dimana, dan Juga dapat
berupa benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa apa yang pernah terjadi
dimasa lalu.
4. Dapat diuji kebenaranya secara empiris
5. Dapat digunakan dalam mengembangkan konsep.

Sebagai contoh para sejarawan memperoleh fakta-fakta itu dari dokumen, inskripsi dan
ilmu-ilmu bantu sejarah lainnya. Seperti arkeologi, epigrafi, numismatik, dan kronologi.
Disinilah para sejarawan harus pandai menyeleksi terhadap apa yang dijadikan fakta tersebut.
Dengan demikian, sejarawan yang lebih menentukan untuk berbicara dengan alasan-alasan
tetentu untuk menjadikan suatu cerita sejarah, tentang seorang tokoh, peristiwa, benar tidak
berbuat sesuatu atas fakta yang ia koleksi sendiri. Namun, tidak berarti sejarawan itu menjadi
diktator dan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran.

Contoh

Contoh dari fakta yang saling berkaitan dalam membentuk konsep adalah sebagai
berikut : Pada saat indonesia dijajah jepang terdapat peristiwa pengeboman dikota hiroshima
pada tanggal 6 agustus 1945 oleh amerika serikat sebanyak 40.000 orang dan wilayah 47 km

viii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
persegi hancur akibat bom atom. Bom ini berlanjut pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan
jatuhnya bom Nagasaki yang menyebabkan menyerahnya Jepang. Akibat dari tragedi
pengeboman tersebut membuat bangsa indonesia dapat mempercepat kemerdekaannya, setelah
terjadi banyak kekacawan dan perundingan akhirnya pada 17 agustus tahun 1945 bangsa
indonesia menyelenggarakan upacara kemerdekaannya dan terus berjuang untuk
mempertahankannya kemerdekan.

Setelah kemerdekaan bangsa indonesa merasa keduduknya sejajar dengan bangsa-bangsa


lainnya di seluruh dunia. Oleh karena itu, bangsa indonesia ingin menentukan nasibnya dan masa
depannya sendiri. Fakta-fakta tersebut tampak saling berhubungan untuk membentuk suatu
konsep atau gagasan berupa “kemerdekaan”. Dari contoh diatas telah dikatakan bahwa fakta
merupakan suatu kejadian atau suatu peristiwa yang telah terjadi atau pernah ada dan
memberikan informasi yang bermakna bagi manusia, sehingga dapat membentuk sebuah konsep.

2.1.2 KONSEP

Pengertian

Secara etimologi konsep berasal dari bahasa latin conceptum yang artinya “sesuatu yang
dapat dipahami”, menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) konsep artinya ide atau
pengertian yang di abstrakan dari peristiwa konkret, maka jika digabungka pengertian konsep
adalah ide ataupun susunan gagasan yang saling terkait antara peristiwa satu dengan peristiwa
lainnya sehingga dapat dijadikan sebuah dasar teori, dengan kata lain konsep adalah suatu
pengertian yang disimpulkan dari sekumpulan fakta/data yang memiliki ciri-ciri yang sama. Bila
dipandang secara umum, konsep adalah representasi dari sebuah objek, peristiwa atau ide.

Hal ini sejalan bahwa konsep merupakan suatu kata atau frase abstrak yang bermanfaat
untuk mengklasifikasikan atau menggolongkan sejumlah hal, gagasan, atau peristiwa.
Berdasarkan pemaknaan tentang konsep, dapat dikemukakan suatu pengertian, bahwa konsep
merupakan abstraksi dari suatu kejadian suatu hal-hal yang memiliki ciri-ciri yang sama atau ide
tentang sesuatu didalam pikiran. Makin abstrak suatu konsep, makin besar kemampuan
mengumpulkan fakta yang lebih spesifik, dan yang berada di bawahnya semakin tidak abstrak.
Contoh “Bentuk Geografi” adalah sebuah konsep yang cukup luas. Konsep yang berada
dibawahnya antara lain : sungai, danau, pegunungan, tebing, lautan, dan lain sebagainya.

ix | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Konsep dalam Ilmu sosial

1. konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep, seperti migrasi, feudalisme,


imperialisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme, perdamaian, perjanjian,
persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno, perdagangan, pahlawan, dan
sebagainya.
2. Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep, seperti tukar menukar, uang,
pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperialisme, koperasi, pajak, cukai, untung, rugi,
harga, industri, produksi, distribusi, konsumen, pabrik, pengusaha, pendapatan, kerja,
tenaga, jasa, dan sebagainya.
3. Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep, seperti tanah, udara, air,
sungai, gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber alat, kependudukan, desa,
kota, dan sebagainya.
4. Konsep-konsep ilmu antropologi mengenal beberapa konsep, seperti kebudayaan,
peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi, induk bangsa (ras), bahasa,
sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian, kesenian, magis, upacara, religi, dan
sebagainya.
5. Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep, seperti norma sosial, kerja sama
sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial, desa kota, urbanisasi, persaingan,
kerja sama, dan sebagainya.
6. Konsep-konsep psikologi sosial mengenal beberapa konsep, seperti norma perilaku
sosial, interaksi sosial, prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang, dan
sebagainya.

Fungsi Konsep

Setelah memahami apa itu konsep, mari kita belajar tentang fungsi dari konsep itu sendiri.
Konsep adalah gambaran yang memberikan penjelasan terhadap sebuah teori dengan fungsi-
fungsi berikut ini:

1. Fungsi Kognitif

x|Konten Pembelajaran IPS


Kognitif dapat diartikan sebagai pemikiran manusia yang mendalam dan mengandung logika-
logika. Maksud fungsi kognitif konsep adalah membuat pemikiran manusia yang logis tersebut
menjadi lebih terstruktur.

Orang yang sering mengonsep juga terbukti dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya. Jadi,
konsep mempengaruhi dua hal dalam kognitif, dimana konsep akan membuat pikiran kognitif
menjadi lebih terstruktur sekaligus berkembang.

2. Fungsi Evaluatif

Fungsi evaluatif terhadap konsep adalah proses yang dilakukan demi mendapatkan penilaian
terhadap sebuah objek.

3. Fungsi Operasional

Fungsi operasional dalam konsep dimaksudkan dapat membuat suatu pekerjaan menjadi lebih
efektif dan efisien. Dengan demikian, implementasi dari sebuah pekerjaan menjadi lebih baik
dan kokoh.

4. Fungsi Komunikasi

Dalam sebuah konsep terjadi proses komunikasi yang mengandung penjelasan gagasan, ide, dan
pernyataan terhadap sebuah peristiwa atau objek benda.

Unsur-unsur Konsep

Unsur-unsur konsep adalah elemen-elemen yang digunakan dalam membuat sebuah rancangan
gagasan. Untuk lebih jelasnya, unsur-unsur konsep dapat dijabarkan berikut ini:

1. Nama. Nama adalah perwakilan terhadap sebuah ide atau gagasan.


2. Contoh. Dalam konsep terdapat beberapa contoh yang membandingkan suatu hal positif
atau negatif.
3. Karakteristik pokok. Karakteristik pokok digunakan untuk menjelaskan contoh yang ada
di dalam konsep.
4. Rentang karakteristik. Rentang karakteristik adalah keterkaitan antara konsep yang satu
dengan yang lain, sekaligus hal-hal yang membatasi sebuah konsep.

xi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Ciri-ciri Konsep

Berikut ini empat ciri-ciri yang ada di dalam konsep:

1. Bersifat abstrak, yaitu menggambarkan pemikiran manusia terhadap sebuah objek benda,
peristiwa, ilmu pengetahuan atau teori tertentu. Hal yang dibahas dalam sebuah konsep
bisa jadi terdiri atas dua objek atau lebih dengan keterkaitan tertentu.
2. Memiliki sinkronisasi. Dalam sebuah konsep selalu terjadi keterkaitan antara satu objek
dengan yang lain. Objek tersebut tentu memiliki perbedaan dalam hal kualitas, kuantitas
atau ciri lain.
3. Bersifat pribadi. Konsep adalah gambaran terhadap suatu hal yang bersifat pribadi.
Konsep yang dibuat oleh seseorang bisa jadi berbeda dengan buatan orang lain. Hal ini
disebabkan oleh pemahaman yang berbeda antara satu orang dengan yang lain.
4. Identifikasi wawasan dan kedalaman ilmu seseorang. Konsep adalah gambaran wawasan
dan pengetahuan seseorang yang diaplikasikan dalam sebuah bentuk rancang yang utuh.

Konsep yang dibuat oleh ahli bidang teknik akan sangat berbeda dengan guru profesional. Jadi,
pengalaman, pendidikan dan profesi seseorang akan sangat mempengaruhi produk konsep itu
sendiri.

2.1.3 GENERALISASI

Pengertian

Generalisasi secara etimologi berasal dari berasal dari bahasa latin, Generalis yang
berarti ; umum, seluruh jenis, semuanya; generaliter : pada umumnya, dalam arti luas, sedangkan
menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Generalisasi artinya “perihal membentuk
gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya”.

Pengertian Generalisasi Menurut Para Ahli :

Keraf

Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari beberapa fenomena individu dan pada
dasarnya berasal dari kesimpulan umum yang mencakup semua fenomena.

Mundiri

xii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Generalisasi adalah apa yang sering disebut sebagai proses berpikir yang mendahului
penyelidikan sejumlah besar fenomena tertentu untuk sampai pada kesimpulan umum tentang
segala sesuatu yang terlibat.

Surajiyo

Generalisasi adalah penyimpulan yang menarik kesimpulan umum dari premis-premis yang
berbentuk proposisi empiris.

Jadi pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju simpulan umum
yang mengikat seutuh fenomena sejenis dangan fenomena individual yang diselidiki. Dengan
kata lain, generalisasi merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep, nisalnya hubungan
antara konsep “uang, kebutuhan, dan keinginan”. Generalisasi menunjukkan hubungan sebab
akibat antara konsep satu dengan konsep yang lain.

Dalam ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan yang dapat diklasifikasikan menjadi
keterampilan berfikir, keterampilan teknis dan keterampilan sosial. Sejumlah keterampilan
berfikir yang penting dalam ilmu sosial diantaranya adalah menarik kesimpulan, membuat
generalisasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Keterampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi, dapat diwujudkan melalui


penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari dan menyajikan informasi.
Keterampilan sosial bekaitan dengan kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia,
misalnya berinteraksi dan berkomunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
lingkup tertentu.

Jenis-Jenis Generalisasi

1. Generalisasi sempurna, yakni generalisasi yang menempatkan seluruh fenomena yang


menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya, setelah kita memperhatikan jumlah hari
pada setiap bulan pada tahun Masehi kemudian menyimpulkan bahwa: Semua bulan
Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan
fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan, kita selidiki tanpa ada yang kita

xiii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
tinggalkan. Generalisasi semacam ini memberikan simpulan yang kuat dan tidak dapat
diserang, tetapi tidak praktis dan tidak ekonomis.
2. Generalisasi tidak sempurna. Generalisasi berdasarkan sebagian fenomena yang
dilakukan untuk mendapatkan simpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki. Misalnya, setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia kita menemukan
bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong. Atas dasar temuan ini, kita
menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
Penyimpulan ini termasuk ke dalam jenis generalisasi tidak sempurna.

Rochiati dalam Jarotimec (1986:29), mengungkapkan adanya empat jenis generalisasi, yaitu:

1. Generalisasi Deskriptif.

Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai.

2. Generalisasi Sebab Akibat.

Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil merebut kekuasaan maka akan
berlangsung pementahan teror.

3. Generalisasi Acuan Nilai.

Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah

4. Generalisasi Prinsip Universal.

Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri tergantung pada potensi sumber
daya alamnya, kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya.

Ciri-Ciri Generalisasi

1) Menunjukan hubungan dua konsep atau lebih.


2) Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukan pada keseluruhan kelas dan
bukannya bagian atau contoh.
3) Adanya tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep.
4) Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya
berdasarkan pengamatan semata.

xiv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
5) Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi artinya
diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan system penalaaran dan
equity.
6) Tetap satu kesatuan penting.

Perbedaan Antara Konsep Dan Generalisasi

1) Generalisasi adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang dituangkan dalam kalimat yang
kompleks. Konsep adalah suatu kesatuan atribut berkaitan.
2) Generalisasi memiliki tesis yang menunjukan sesuatu tentang subjek kalimat. Konsep
tidak memiliki tesis.
3) Generalisasi bersifat objektif dan impersonal/tidak satu/umum. Konsep amat subjektif
dan personal yang memiliki konotatif yang berbeda antara orang yang satu dengan orang
yang lain.
4) Generalisasi memiliki aplikasi yang universal. Konsep hanya terbatas pada orang-orang
tertentu.

Hubungan antar dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara emperis dinamakan generalisasi.
Oleh karena itu generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan,
pemahaman, atau prinsip.

Ilmu pengetahuan tidak akan terbentuk secara teoritis apabila tidak didukung oleh
generalisasi, maka sudah tentu materi ilmu pengetahuan sosial tidak terbentuk sesuai dengan
struktur ilmu yang ada. Peranan generalisasi dalam IPS sudah diawali sejak pengumpulan fakta
atau data, membentuk suatu konsep dan akhirnya membuat suatu generalisasi. Dengan demikian
antara fakta, konsep, dan generalisasi merupakan suatu rangkaian keseluruhan (sistem) yang satu
sama lain tidak dapat dipisahkan dalam rangka membentuk suatu teori ilmu pengetahuan
termasuk IPS Konsep dan generalisasi memegang peranan penting dalam mengajar IPS.

Pada tingkat SD lebih ditekankan pada pemahaman konsep, dan pada tingkat sekolah
menengah ke atas lebih ditekankan kepada generalisasi. Untuk membentuk konsep pada diri

xv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
anak tidaklah mudah. Konsep dapat dipelajari dengan efektif dengan mengemukakan sejumlah
contoh yang positif. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa konsep efektif diajarkan jika
sejumlah contoh positif dikemukakan, sehingga dapat dibentuk karakteristik dari konsep yang di
ajarkan, diikuti dengan contoh negatif yang menggambarkan karakteristik yang
membedakannya.

Makna dan Keterkaitan antara Fakta, Konsep, dan Generalisasi

Pengertian Fakta adalah kenyataan yang ada di sekitar manusia yang tidak terbatas jumlahnya
sesuai dengan kemampuan daya jangkau indera manusia. Fakta merupakan ramuan dari
pemikiran atau bahan dasar pembentuk konsep. Fakta adalah informasi atau data yang ada/terjadi
dalam kehidupan yang jaminan kebenarannya sangat tergantung kepada bukti yang ditampilkan
dan penyampainya. Kredibilitas, tingkat kepercayaan, kondisi panca indera dan track record dari
yang bersangkutan mempengaruhi kebenaran dari fakta yang disampaikan. Manusia yang
memiliki gangguan penglihatan memiliki derajat kepercayaan rendah ketika menyampaikan
suatu informasi yang diperoleh dari melihat dibandingkan dengan yang penglihatannya sehat.
Fakta mempunyai kekuatan menjelaskan yang terbatas pada waktu dan tempat. Fakta merujuk
pada suasana yang khusus dan keberlakuan yang terbatas (kurang berlaku umum). Fakta-fakta
seperti peristiwa Gunung Krakatau meletus, rumah terbakar, banjir di Jakarta adalah contoh fakta
yang tidak jelas, karena belum disampaikan waktu dan tempatnya.

Fakta yang benar harus tersampaikan dengan jelas peristiwanya, kapan, dimana, dan pelakunya.
Oleh karena itu disebut terbatas. Kategori dari fakta adalah obyek, peristiwa, proses dan
sebagainya yang bisa dijangkau oleh panca indera baik secara langsung maupun dengan bantuan
alat. Ciri khas fakta adalah tidak berulang-ulang, tidak lebih daripada apa yang dapat dijangkau
oleh panca indera. Contoh fakta suatu benda yang sedang melayang tertiup angin, buah lombok
yang berwarna kuning kemerahan, Presiden sedang pidato, mahasiswa demo di depan kantor
walikota, pertandingan sepakbola di stadion GBK Jakarta, dan sebagainya. Suatu fakta adalah
keadaan faktual (yang sebenarnya) dan harus diterima apa adanya, fakta tidak memiliki konotasi
nilai. Fraenkel menyatakan bahwa fakta adalah suatu yang betul-betul ada atau sesuatu yang
telah terjadi di masa lampau. Fakta meliputi semua aktivitas individu, peristiwa, lokasi tempat,
obyek, dan peraturan tentang prosedur tertentu.

xvi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Oleh karena itu jumlah fakta tidak terbatas, sebanyak obyek, peristiwa atau proses yang terjadi
dalam masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian disimpulkan bahwa fakta mempunyai
ciri-ciri: (1) bersifat khas, (2) bersifat konkrit, dan (3) tidak berulang-ulang. Maka dari itu fakta
bersifat lepas, tidak terikat dengan fakta lain secara logis. Konsep adalah kesan indrawi yang
mempunyai makna tertentu, memiliki kesatuan atribut yang berkaitan dengan simbol tentang
objek, peristiwa atau proses dan yang diberi label dalam wujud kata, tanda, gerak badan dan
angka. Contoh konsep: melayang, demo, pidato, pertandingan, lombok, merah, sepakbola dan
sebagainya. Konsep secara sederhana adalah penamaan (pemberian label) untuk sesuatu yang
membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami sesuatu hal tersebut. Konsep adalah
kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu
kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.

Contoh, jika kita menemukan informasi misalnya: ada sebuah benda kotak yang cukup besar,
benda itu terbuat dari besi atau logam lain, ada rodanya, digerakkan dengan mesin, berjalan di
jalan raya, digunakan untuk mengangkut manusia atau barang; dengan kemampuan mental
manusia, informasi atau fakta tersebut disederhanakan dengan memberi label atau nama “mobil”.
Konsep menurut Moore adalah “sesuatu yang tersimpan dalam pikiran-suatu pemikiran, suatu
ide atau suatu gagasan”. Sedangkan Parker menyatakan bahwa “konsep adalah gagasan-gagasan
tentang sesuatu, konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya”. Konsep
adalah sekelompok fakta atau data yang memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke
dalam satu nama label. Lebih jelas lagi, konsep adalah suatu abstraksi mengenai suatu kelompok
benda atau stimulasi yang mempunyai persamaan karakteristik.

Hasil dan abstraksi tersebut dinamakan konsep. Dengan demikian namalah yang membedakan
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Contoh sebuah konsep dalam kehidupan sehari-hari
adalah buku. Setiap kali orang menyebut buku maka dalam pikiran terdapat gambaran abstrak
tentang apa yang dinamakan buku. Selanjutnya kita akan selalu dapat menunjukkan mana yang
dimaksudkan buku dan mana yang dimaksudkan majalah. Buku dan majalah terdiri atas
lembaranlembaran halaman kertas, namun isi dari masing-masing serta karakteristiknya berbeda.

Jadi konsep itu mempunyai tingkatan-tingkatan, yang membedakan tingkatan suatu konsep
dengan konsep lainnya adalah derajat abstraksi yang dimilikinya. Hal yang membedakan derajat
abstraksi suatu konsep dengan lainnya adalah karakteristik utama konsep yang disebut atribut.

xvii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Atribut adalah sifat yang membedakan suatu konsep, sehingga menimbulkan bermacam-macam
konsep.

Setiap konsep mempunyai atribut dan tidak selalu sama jumlah dan kualitasnya. Makin tinggi
tingkat abstraksi suatu konsep, makin berkurang jumlah atributnya, sehingga ada semacam
perbandingan terbalik atau korelasi negatif. Atribut suatu konsep mempunyai nilai, nilai ini
mempunyai daya pembeda seperti atribut. Suatu atribut yang sama apabila mempunyai nilai-nilai
yang berbeda menyebabkan kita dapat membedakan adanya konsep yang berlainan.

Peranan nilai atribut ini sangat terasa apabila kita akan membedakan dua konsep yang
mempunyai kedudukan yang sejajar. Sebagai contoh kita akan membedakan antara laki-laki dan
perempuan dengan atribut yang kita pergunakan sama yaitu bentuk fisik, suara, dan alat kelamin.
Ketiga atribut ini kita kenakan baik kepada konsep laki-laki maupun konsep wanita. Kita dapat
membedakan antara laki-laki dan perempuan karena atributnya berbeda.

Konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk: konkrit atau abstrak; luas atau sempit; satu kata atau
frase. Konsep konkrit misalnya yang berkaitan dengan tempat, objek, lembaga, atau kejadian
seperti: manusia, gunung, pulau, lautan, daratan, rumah, negara, pantai politik, barang konsumsi,
produsen, pabrik, gempa bumi, kemarau, dan sebagainya. Sedangkan konsep abstrak, misalnya:
demokrasi, toleransi, adaptasi, kejujuran, kesetiaan, kebudayaan, kemerdekaan, keadilan,
kebebasan, saling ketergantungan, tanggung jawab, kerja sama, hak, kesamaan, pertentangan,
sistem hukum, dan sebagainya.

Konsep selain bersifat abstrak, ada juga yang bersifat konkrit (fisik), artinya mudah dilihat,
didengar dan dipahami. Konsep sungai, jalan, jembatan, makan, mandi, tas, pensil adalah contoh
dari konsep yang bersifat konkrit, sedangkan konsep yang bersifat abstrak seperti demokrasi,
persatuan, kerakyatan, ramah, santun dan sebagainya. Konsep bukanlah suatu yang bersifat
verbalisasi/tidak spesifik, konsep merupakan kesadaran mental yang bersifat internal yang
mempengaruhi perilaku. Artinya perilaku seseorang sering dipengaruhi oleh kemampuan dalam
memahami suatu konsep. Pemahaman yang salah bisa mengakibatkan munculnya perilaku
tertentu yang dapat berakibat tidak baik dan menyengsarakan bagi dirinya, orang lain, dan
lingkungannya.

xviii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Karakteristik tersebut menjadikan manusia tidak bisa sesuka hatinya memberi label, konsep, atas
suatu fakta. Karena berbagai fakta yang ada di permukaan bumi sudah memiliki sebutan, kecuali
sebutan dengan deskripsi dan fakta yang baru. Selain itu, karakteristik tersebut menjadikan
manusia tidak bisa gegabah menyebut suatu fakta dengan konsep tertentu. Maksudnya, suatu
obyek atau peristiwa tidak bisa gegabah disebut sebagai konsep tertentu, kalau tidak dipahami
terlebih dahulu bagaimana deskripsi dari konsep tersebut yang telah disepakati bersama. Contoh:
konsep demokrasi otoriter atau demokrasi terpimpin, bilamana dipahami deskripsi dari konsep
tersebut, maka tidak ada yang namanya demokrasi otoriter atau demokrasi terpimpin, karena
dalam demokrasi terkandung deskripsi adanya kebebasan dan keberpihakan pada rakyat bukan
pada pemimpin.

Di dalam ilmu-ilmu sosial sering ditemukan adanya suatu konsep dengan deskripsi yang banyak
dan beragam, berbeda dengan ilmu alam yang cenderung seragam deskripsi atas suatu konsep.
Kondisi tersebut adalah wajar, karena konsep-konsep dalam ilmu sosial sering bersifat abstrak
dan berkaitan dengan perilaku manusia.

Namun demikian, tidak berarti boleh sesukanya memberi label suatu fakta menjadi suatu konsep
dengan deskripsi tertentu. Tetapi juga tidak berarti tidak boleh memberi label tertentu atas suatu
fakta sebagai suatu konsep baru dengan deskripsi yang baru pula. Generalisasi adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan hubungan dari beberapa konsep atau rangkaian atau hubungan
antar konsep-konsep.

Pernyataan tersebut diakui kebenarannya berdasarkan bukti-bukti yang ada. Generalisasi dapat
berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman, atau prinsip. Contoh
generalisasi “suatu proses produksi dipengaruhi oleh tanah, tenaga kerja, modal dan alat”.
Pernyataan tersebut menjelaskan adanya hubungan antara konsep tanah, tenaga kerja, modal dan
alat dalam suatu proses produksi. Suatu generalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih


2) Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan path keseluruhan kelas dan
bukannya bagian atau contoh
3) Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep
4) Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya
berdasarkan pengamatan semata

xix | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
5) Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi, artinya diuji
berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan sistem penalaran dan equity
6) Bukan sekedar pernyataan yang diverbalkan atau penegasan pernyataan, akan tetapi satu
kesatuan pengertian dan berdasar bukti.

Hubungan Fakta, Konsep, dan Generalisasi

Fakta merupakan salah satu bahan kajian yang amat penting dalam mata pelajaran IPS. Dengan
kata lain bahwa fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta
yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta
merupakan titik awal untuk membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep yang saling
berkaitan kita dapat membentuk suatu generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan
bahan kajian dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang harus dipahami.

Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak
teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang sudah
ada. Di lain pihak, teori dapat merangkum fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip
agar fakta lebih mudah dapat dipahami. Pentingnya fakta dalam struktur susunan ilmu
pengetahuan karena fakta dapat membentuk suatu konsep dan generalisasi.

Menurut Savage dan Anstrong, mengatakan bahwa: “konsep tidak dapat dipelajari dalam
kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses yang melibatkan fakta-fakta yang khusus”.
Dari beberapa fakta yang khusus dan saling berkaitan satu sama lain, maka dapat membentuk
suatu konsep atau pengertian.

Hubungan yang erat antara fakta dan konsep dapat dilihat dari ilustrasi berikut ini:

Sebagai contoh: Seorang anak berasal dari keluarga yang kurang mampu, sejak duduk di bangku
Sekolah Dasar sudah berjuang keras menyelesaikan studinya.Waktu di SD ia pernh berjualan es
untuk menambah uang jajan yang diberikan oleh orang tuanya yang tidak memenuhi kebutuhan
sekolahnya. Di SLTP ia berjualan Koran, dan di SLTA ia pernah bekerja di suatu percetakan
buku sehabis pulang sekolah. Sampai di Perguruan Tinggi ia bekerja di sebuah pesahaan

xx | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
garment. Semua pekerjaan ia lakukan dengan serius dan tekun sehingga dapat meyelesaikan
studinya sampai menjadi seorang sarjana

Fakta tersebut di atas tampak saling berkaitan dan membentuk suatu gagasan atau konsep tentang
cita-cita. Suat cita-cita tidak dapat tercapai tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan. Siapapun
yang ingin menggapai cita-citanya ia harus berjuang dan berkorban apakah itu pengorbanan
waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan. Sebenarnya dari ilustrasi di atas terdapat tiga konsep
perjuangan, pengorbanan, dan cita-cita. Atau dengan kata lain suatu cita-cita akan tercapai bila
disertai perjuangan dan pengorbanan

Dari contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa fakta yang saling berkaitan dapat
membentuk suatu konsep.

Hubungan antara konsep dan generalisasi dapat dilihat dari pernyataan Savage dan Amstrong
berikut: “ketika angka pengangguran di suatu negara meningkat, maka kejahatan dan criminal
pun meningkat pula”.

Dari generalisasi tersebut di atas terdapat beberapa konsep, yaitu: konsep pengangguran, konsep
negara, konsep kejahatan, dan konsep kriminal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
generalisasi merupakan hubungan dari beberapa konsep.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta, konsep, dan generalisasi merupakan
bahan kajian atau materi utama yang dipelajari dalam ilmu pengetahua sosial dan ilmu-ilmu
sosial, sehingga dari ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu
dipelajari dan dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran.

xxi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
2.2 DIMENSI IPS

Dimensi dalam Pembelajaran IPS diajarkan secara terpadu dari 4 kajian, yaitu geografi,
ekonomi, sejarah dan sosiologi melalui pendekatan tema. Pembelajaran ini berbasis pada
kontekstual dengan mengamati dan belajar dari pengalaman sekelilingnya. Karakteristik IPS ini
mampu menjadikan perkembangan psikologis peserta didik pada usia tersebut yang selalu ingin
tau, berpikir kritis dan senang bereksplorasi. Dalam program pendidikan IPS yang komperhensif
terdapat 3 cakupan dimensi yaitu : dimensi nilai (value), dimensi sikap (attitude), dimensi
keterampilan (skill). Walaupun keempat dimensi ini memiliki karakteristik yang berbeda, namun
dalam proses pembelajaran keempat dimensi ini saling melengkapi. Untuk kepentingan analisis
akademik, ketiga dimensi ini dibedakan agar guru dapat merancang pembelajaran IPS secara
sistematis dan untuk meyakinkan bahwa semua kawasan sudah terliput.

2.2.1 NILAI

Pengertian

Nilai secara etimologi berasal dari bahasa inggris Value yang dalam kehidupan sehari-hari
artinya sesuatu yang berharga, bermutu, menujukan kualitas, dan berguna bagi manusia. Menurut
kamus besar bahasa indonesia (KBBI) nilai artinya harga, dan sifat-sifat (hal-hal) yang penting
atau berguna bagi manusia. Jadi pengertian nilai adalah suatu konsep umum atau gagasan yang

xxii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
merujuk pada hal-hal yang dianggap benar, baik, berharga, penting, indah, pantas, dan
dikehendaki oleh masyarakat secara umum di dalam kehidupannya.

Pengertian Nilai menurut para Ahli :

1. Raden Mas Tumenggung Sukamto Notonagoro

Menurut Notonagoro, pengertian nilai adalah sekumpulan tindakan manusia yang tersusun secara
sistematis, baik dalam bentuk material mapun non-material. Lebih lanjut Notonagoro
menyebutkan bahwa nilai terdiri dari 3 nilai pokok, yaitu; nilai vital, materil, dan rohani.

2. Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat, arti nilai adalah suatu bentuk budaya yang berfungsi sebagai
pedoman bagi setiap manusia di dalam masyarakat. Budaya tersebut bisa sesuatu yang
dikehendaki ataupun tidak dikehendaki, tergantung sudut pandang masyarakat tersebut.

3. Robert M. Z. Lawang

Menurut Robert Lawang, pengertian nilai adalah suatu gambaran mengenai hal-hal yang
diinginkan, berharga, pantas, dan juga mampu mempengaruhi perilaku setiap individu yang
memiliki nilai tersebut. Dengan kata lain, nilai tersebut menjadi pedoman terhadap tata tertib
kehidupan bermasyarakat.

4. Nursal Luth dan Dainel Fernandez

Menurut Nursal Luth dan Dainel Fernandez, pengertian nilai adalah perasaan-perasaan tentang
apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang
yang mempunyai nilai tersebut.

Disebutkan juga bahwa nilai bukanlah tentang benar atau salah, tetapi tentang dikehendaki atau
tidak, disenangi atau tidak.

5. Sidi Gazalba

Menurut Sidi Gazalba, pengertian nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, bukan fakta,
bukan benda konkrit, tidak hanya tentang benar dan salah yang menuntuk pembuktian empirik,
melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.

xxiii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
6. Hoda Lacey

Menurut Hoda Lacey (1999:23), setidaknya ada enam pengertian nilai, yaitu:

o Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.


o Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan karakter untuk
kehidupan seseorang.
o Suatu kualitas atau tindakan yang membentuk identitas seseorang sebagai pengevaluasian
diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
o Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik diantara berbagai
kemungkinan tindakan.
o Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika bertingkah laku bagi
dirinya dan orang lain.
o Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus membentuk
hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang. Objek nilai mencakup karya
seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan
alam itu sendiri.

7. Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto, nilai adalah konsepsi abstrak yang ada di dalam diri manusia karena
nilai dapat merupakan sesuatu yang dianggap baik dan dapat pula dianggap sesuatu yang buruk.

Nilai baik akan menjadi simbol kehidupan yang dapat mendorong integritas sosial, sebaliknya
nilai yang buruk akan berdampak pada terjadinya konflik.

8. Karel J. Veeger

Menurut Karel J. Veeger, sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian


(sesuatu di dalam pikiran orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain,
nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.

Nilai berdasarkan Dimensinya:

1) Nilai Substantif

xxiv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Merupakan keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang, dan umumnya hasil belajar,
bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki
keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda susuai dnegan keyakinannya tentang sesuatu
hal. Misalnya setiap anggota keluarga akan berbeda pendangannya mengenai suatu hal,
walaupun berasal dari satu keluarga yang sama namun tetap akan berbeda. Maka dalam hal
ini suatu nilai dapat tergantung dari latar belakang orang tersebut, pendidikannya, kondisi
ekonominya dan pengaruh lain yang dapat mempengaruhi makna nilai dari satu orang dengan
orang yang lainnya.
Dalam mempelajari nilai substantif peserta didik perlu memahami proses-proses, lembaga-
lembaga, dan aturan-aturan untuk mmecahkan konflik dalam masyarakat yang demokratis.
Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah peserta didik akan menyatakan bahwa dirinya
memiliki nilai tertentu. Dengan kata lain setiap peserta didik membawa nilai tersendiri dalam
dirinya masing-masing yang tergantung pada beberapa faktor penyebab nilai itu melekat
pada dirinya seperti latar keluarga, agama atau budaya.
2) Nilai Prosedural
nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran, dan menghargai pendapat orang lain. Nilai-
nilai ini merupakan kunci nilai yang dapat menyokong terciptanya masyarakat yang
demokratis, seperti toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghormati pribadi orang lain
dan menghargai bukti yang sama serta bekerja sama. Selain itu nilai dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu nilai nurani dan nilai nilai memberi. Nilai nurani adalah nilai yang ada
didalam diri manusia kemudaian berkembang menjadi perlaku serta cara kita memperlakukan
orang lain yang termasuk niali-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai,
keandalan diri, potensi, tahu batas, kemurnian dan kesesuaian. Sedangkan nilai-nilai memberi
adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak
yang dberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai
memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik
hati, ramah, adil, dan murah hati.
Fungsi Nilai Sosial
Setidaknya ada enam fungsi nilai bagi kehidupan manusia. Adapun beberapa fungsi nilai
adalah sebagai berikut:

xxv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
1) Nilai dapat berfungsi sebagai petunjuk arah bagaimana cara berpikir dan bertindak sesuai
norma dan niali yang berlaku, sebagai acuan dalam menentukan pilihan terhadap peran
individu di masyarakat, serta sebagai pemersatu banyak orang ke dalam kelompok
tertentu.
2) Sebagai sarana untuk membantu proses pengembangan diri setiap individu yang ada di
masyarakat.
3) Sebagai pelindung setiap individu yang ada di masayrakat.
4) Sebagai sarana untuk mendorong setiap orang agar melakukan sesuatu berdasarkan nilai-
nilai tertentu.
5) Sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat bagi masyakarat umum.
6) Sebagai perwujudan seorang individu atau kelompok individu di dalam masyarkat.

Karakteristik dan Ciri Nilai Sosial


Nilai sosial memiliki beberapa karakteristik dan ciri-ciri seperti berikut ini:

 Suatu nilai terbentuk melalui proses sosialisasi.


 Nilai merupakan hasil interaksi antar warga di dalam masyarakat.
 Nilai disebarkan di antara warga masyarakat.
 Nilai merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
 Nilai dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
 Nilai dapat memberikan pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
 Nilai-nilai cenderung berhubungan satu dengan yang lainnya dan membentuk sebuah
sistem nilai.
 Nilai dalam bermasyarakat bersifat umum, abstrak, campuran, dan stabil.
 Nilai merupakan sesuatu yang konsepsional dan mengandung kualitas moral yang tidak
selamanya realistik.

Jenis-jenis Nilai

xxvi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Bila ditinjau dari bentuknya, nilai dapat dibagi menjadi beberapa macam. Adapun jenis-jenis
nilai adalah sebagai berikut:

1. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah hal-hal yang telah ada dan melekat di dalam masyarakat. Hal ini berkaitan
dengan sikap dan tindakan manusia di dalam suatu masyarakat dan berkaitan dengan sikap
manusia sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya.

Contoh nilai sosial misalnya; bersedekah merupakan tindakan bernilai baik, menipu
merupakan tindakan bernilai buruk.

Klasifikasi Nilai Sosial


Mengacu pada ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Nilai Dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai-nilai lainnya
berdasarkan banyaknya penganut nilai tersebut, lamanya suatu nilai dianut oleh anggota
masyarakat, tingkat usaha anggota masyarakat dalam melakukan nilai tersebut, serta
kebanggaan anggota masyarakat dalam melakukan nilai tersebut.
Nilai Mendarah Daging (internalized value), yaitu nilai yang telah menjadi kebiasaan dan
kepribadian seseorang sehingga orang melakukannya dalam alam bawah sadar.
2. Nilai Kebenaran
Nilai kebenaran merupakan suatu nilai yang mutalk dibawaj sejak lahir dan disebut juga
dengan pandangan kodrati dari Tuhan yang memberikan nilai kebenaran melalui akal dan
pikiran manusia.

Contoh nilai kebenaran misalnya; seorang petugas Polisi Lalu Lintas memberikan sanksi
kepada pengendara yang melanggar aturan sesuai dengan kebenaran yang dianutnya.

3. Nilai Moral

xxvii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Nilai moral atau nilai kebaikan merupakan sistem penilaian dalam diri manusia yang
bersumber dari kehendak dan kemauan (etik, karsa). Antar manusia dapat berinteraksi
dengan baik karena adanya moral di dalam dirinya.

Contoh nilai moral; seorang murid berbicara dengan gurunya dengan tutur kata yang baik
dan sopan. Ini menunjukkan murid tersebut memiliki nilai moral dan etika yang tinggi.

4. Nilai Keindahan
Nilai keindahan merupakan nilai yang berasal dari unsur perasaan di dalam diri manusia, atau
disebut juga dengan nilai estetika. Dalam hal ini, keindahan sifatnya universal sehingga nilai
keindahan masing-masing orang akan berbeda-beda.

Contoh nilai keindahan misalnya; bagi sebagian orang seni musik merupakan sebuah bentuk
keindahan. Namun, bagi sebagain orang lainnya seni rupa merupakan bentuk keindahan yang
sebenarnya.

5. Nilai Agama
Nilai agama adalah nilai yang dianggap bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat
mutlak atau tidak dapat diganggu gugat. Nilai agama atau nilai religius merupakan tata cara
manusia menjalani kehidupannya dan berhubungan dengan Tuhannya.

Contoh nilai agama; manusia beribadah sesuai dengan tata cara agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Misalnya; umat Islam sholat 5 kali dalam sehari, dan umat Kristen/ Katolik
melakukan kebaktian setiap hari minggu.

Proses terbentuknya Nilai

Nilai-nilai sosial yang terbentuk di dalam masyarakat bersumber dari beberapa proses. Berikut
ini adalah proses-proses terbentuknya nilai sosial:

1. Proses dari Tuhan

xxviii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Sebagian besar manusia percaya dengan adanya Tuhan yang merupakan sumber segalanya,
termasuk nilai-nilai hidup manusia. Di dalam kitab suci berbagai agama terdapat nilai yang
menjadi pedoman manusia dalam berperilaku terhadap sesama dan lingkungannya.

Contoh; nilai kepatuhan, nilai kasih sayang, dan nilai hidup manusia lainnya yang dipercaya
bersumber dari Tuhan.

2. Proses dari Individu


Setiap manusia memiliki sisi yang baik dan sisi yang buruk di dalam dirinya. Dan perjalanan
hidup seseorang akan sangat dipengaruhi nilai-nilai yang ada di dalam dirinya.

Contoh: dalam hal bekerja, jika sisi baik seseorang lebih dominan maka kemungkinan besar
orang tersebut akan sukses dalam pekerjaannya.

3. Proses dari Masyarakat


Sebagian besar masyarakat berkeyakinan bahwa nilai bersifat mutlak dan benar. Hal ini
kemudian menjadi pedoman dalam berperilaku dalam kehidupan setiap individu di dalam
masyarakat.

Contoh: berperilaku baik dalam masyarakat, seperti; sikap sopan dan santun kepada orang lain,
menghargai pendapat orang lain, bertegur sapa, ikut bergotong-royong, dan lain sebagainya.

Mengacu pada penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata nilai memiliki hubungan
yang erat dengan sesuatu yang berharga, bermanfaat, dan mengandung kebaikan. Dengan kata
lain, sesuatu hal dianggap bernilai jika memiliki manfaat, berguna, dan berharga bagi manusia.

xxix | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
2.2.2 SIKAP

Pengertian

Sikap dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) memiliki arti 3)perbuatan dan sebagainya
yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan. 4) perilaku, gerak-gerik, bertingkah laku dengan
gaya yang dibuat-buat. Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan objek yang dihadapi. Sikap merupakan keadaan mental dan saraf
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu terhadap semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Jadi, pengertian sikap adalah kecenderungan bertindak terhadap obyek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan yang ditentukan pengalamannya terhadap obyek tersebut.
Struktur Sikap

xxx | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Sikap memiliki tiga komponen struktur yang saling menunjang yaitu:

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi objek sikap. Kepercayaan tersebut tergantung individu mempersepsikan obyek
tersebut berdasarkan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi dan informasi dari orang lain.

2. Komponen affektif

Komponen affektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek
sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun yang negative (rasa tidak senang). Reaksi
emosional yang dipengaruhi oleh apayang kita percayai benar terhadap obyek sikap tersebut.

3. Komponen konatif

Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Seseorang akan berperilaku
tertentu pada obyek tertentu ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap obyek
tersebut.

Fungsi Sikap

Fungsi Sikap

Sikap memiliki lima fungsi, antara lain:

1. Fungsi instrument

Fungsi instrument sikap dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan
keadaan keinginan. Sikap menjadi sarana untuk mencapai suatu tujuan.

2. Fungsi pertahanan ego

xxxi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Fungsi pertahanan ego sikap digunakan untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman
harga dirinya.

3. Fungsi nilai ekspresi

Fungsi nilai ekspresi, sikap mengekspresikan nilai yang ada pada diri individu. Jadi sistem nilai
yang dimiliki individu akan terlihat dari sikap yang diambilnya.

4. Fungsi pengetahuan

Fungsi pengetahuan, sikap membantu individu memahami dunia, yang membawa keteraturan
terhadap bermacam-macam informasi dalam ke-hidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki
motif ingin tahu, ingin mengerti dan banyak ingin pengalaman dan pengetahuan.

5. Fungsi penyesuaian sosial

Fungsi penyesuaian sosial, sikap ini membantu individu menjadi bagian dari masyarakat. Jadi
sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus (obyek) yang
diberikan.

2. Merespon (responding)

Merespon, individu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan. Terlepas pekerjaan itu benar atau salah, ini berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

xxxii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Menghargai diartikan sebagai sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab, sikap dimana individu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko.

Ciri-ciri sikap

Para ahli menjelaskan ciri-ciri sikap, antara lain:

 Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya
dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
 Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari. Sikap dapat berubah bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudahnya.
 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap
suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
 Obyek sikap itu merupakan satu obyek tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan/
banyak obyek.
 Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, sehingga membedakan sikap dari
kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Pembentukan dan Pengubahan Sikap

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa sikap dibentuk dan dipelajari berdasarkan pengalaman
individu sepanjang perkembangan hidupnya. Dengan demikian pembentukan sikap dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap antara lain:

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi, pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-

xxxiii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap
kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pengaruh orang lain yang dianggap penting, individu umumnya cenderung memiliki sikap searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Ini terjadi antara lain karena termotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik.

3. Kebudayaan

Kebudayaan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan
dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya.

4. Media Massa

Media Massa, dapat berupa media masa elektronik maupun media cetak sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian
informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, berpengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Faktor Emosional

Faktor Emosional, sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan
sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun bisa juga menjadi sikap
yang lebih persisten dan bertahan lama.

Pengukuran sikap

xxxiv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Bagaimana cara melakukan pengukuran sikap? Secara garis besar, pengukuran sikap dibedaan
menjadi pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.

Pengukuran secara langsung dapat terstruktur atau tidak terstruktur, dimana subyek
secara langsung diminta pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu obyek sikap yang
dihadapi. Langsung terstruktur, yaitu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disusun dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subyek yang
diteliti. Diantaranya penggunaan pengukuran sikap dengan skala Bogardus, Thurston dan Likert.

Sedangkan yang langsung tidak terstruktur, mengukur sikap dengan wawancara bebas,
pengamatan langsung atau survey. Ini merupakan cara pengukuran sikap yang sederhana dan
tidak memerlukan persiapan yang mendalam. Pengukuran sikap secara tidak langsung, yaitu
pengukuran sikap dengan menggunakan test. Umumnya digunakan skala semantic-deferensial
yang terstandar. Cara pengukuran sikap yang banyak digunakan adalah skala yang
dikembangkan oleh Charles E. Osgood.

2.2.3 Keterampilan

Pengertian

Keterampilan secara etimologi berasal dari bahasa inggris “Skill” yang artinya kemahiran atau
kecakapan, menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) terampil yang artinya cakap dalam
menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan.

Jadi, Keterampilan adalah kemampuan dasar pada diri manusia yang harus dilatih, diasah,
serta dikembangkan secara terus menerus sehingga menjadi potensial dalam melakukan sesuatu.
Selain itu untuk mengembangkan keterampilan diperlukan proses pengasahan akal atau
pemikiran. Sehingga mendorong timbulnya keterampilan khusus.

xxxv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Secara mendasar, keterampilan merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang semenjak
lahir. Dengan kata lain, keterampilan merupakan bakat yang melekat sebagai suatu hakikat.
Meskipun ada bakat atau potensi dalam diri sudah semestinya untuk terus diasah dan dilatih, agar
kemampuan menjadi terus berkembang dengan optimal.

Pengertian Keterampilan menurut para Ahli :

berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan para ahli mengenai ketrampilan:

Gordon (1994)

mendefinisikan keterampilan sebagai sekumpulan kemampuan dalam diri seseorang, yang


diimpelementasikan pada sistem pelaksanaan pekerjaan itu secara lebih mudah serta efektif.
Definisi ini cenderung mengarah ke aspek aktivitas maupun kegiatan, dengan menekankan pada
kemampuan bertindak yang didapatkan setelah seseorang memiliki suatu pengalaman belajar.

Dunette (1976)

mengemukakan pandangan dan pemikiran bahwa keterampilan merupakan pengetahuan yang


didapatkan serta dikembangkan melalui proses latihan atau training, serta dibekali sejumlah
pengalaman dengan melakukan bermacam-macam tugas yang diberikan.

Hari Amirullah

keterampilan merujuk pada makna dasar dari kata terampil serta dapat dimaknai sebagai suatu
perbuatan atau juga tugas terkait proses pengembangan diri yang diupayakan dengan belajar
secara terus menerus .

Nadler (1986)

keterampilan dimaknai sebagai sekumpulan proses penggalian dan pengembangan potensi dalam
diri dengan sejumlah aktivitas, serta diwujudkan dalam praktek secara langsung, yang dilakukan
secara berkelanjutan.

Dimensi Keterampilan

xxxvi | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam
dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan
yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu
berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokrastis. Oleh karena itu, berikut diuraikan
sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses
pembelajaran.

a. Keterampilan Meneliti

Keterampilan yang diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data.

1) Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu

2) Mengumpulkan dan mengolah data

3) Menafsirkan data

4) Menganalisis data

5) Menilai bukti-bukti yang ditemukan

6) Menyimpulkan

7) Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda

8) Membuat pertimbangan nilai

b. Keterampilan Berpikir

Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan guru dikelas untuk peserta didik
meliputi :

1) Mengkaji dan menilai data secara kritis

2) Merencanakan

3) Merumuskan faktor sebab dan akibat

4) Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa

5) Menyarankan apa yang akan ditimbukan dari suatu peristiwa atau perbuatan

xxxvii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
6) Curah pendapat

7) Berspekulasi tentang masa depan

8) Menyarankan berbagai solusi alternatif

9) Mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda

c. Keterampilan Partisipasi Sosial

Beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu diajarkan oleh guru meliputi :

1) Mengidentifikasi akibat perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain

2) Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain

3) Berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain

4) Berbuat efektif sebagai anggota kelompok

5) Mengambil berbagai peran kelompok

6) Menerima kritik dan saran

7) Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan

d. Keterampilan Berkomunikasi

Pembelajaran adalah cara mendewasakan seseorang. Salah satu ciri seseorang yang sudah
dewasa adalah dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan
pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap peserta didik perlu diberi kesempatan
untuk mengungkapkan idenya dalam bentuk lain seperti film, drama, seni, pertunjukan, foto,
bahkan dalam bentuk peta.

Para peserta didik seharusnya dimotivasi agar menjadi pembica dan pendengar yang baik. Semua
keterampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat diperlukan danakan memberikan kontribusi
dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran IPS.

Jenis-Jenis keterampilan

xxxviii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Robbins mengemukakan pemikirannya bahwa keterampilan secara mendasar dibedakan menjadi
4 jenis, yaitu sebagai berikut:

Basic Literacy Skill

Merupakan suatu keahlian atau kemampuan dasar yang melekat pada diri masing- masing
individu, keterampilan jenis ini meliputi berbagai kemampuan seperti mendengarkan, membaca,
menulis dan juga kemampuan dalam aspek menghitung.

Technical Skill

Technical Skill merupakan jenis keterampilan yang diperoleh dengan proses pembelajaran secara
khusus dalam bidang teknik. Technical skill memiliki contoh antara lain keterampilan
mengoperasikan perangkat komputer, memperbaiki beragam perangkat elektronik seperti
handphone, televise, dan lain sebagainya.

Interpersonal Skill

Interpersonal Skill merupakan suatu jenis kemampuan atau keterampilan yang secara mendasar
dimiliki tiap-tiap individu dalam melakukan komunikasi antara individu yang satu dengan
individu lainnya, maupun antar kelompok. Interpersonal Skill memiliki contoh antara lain
keterampilan mengemukakan sejumlah ide- ide maupun pendapat, serta bekerja bersama- sama
dalam suatu tim kerja yang ditentukan.

Problem Solving

Problem Solving merupakan suatu keterampilan mendasar dalam diri seseorang, yang secara
potensial dapat diimpelentasikan untuk memecahkan sebuah masalah dengan didukung
kemampuan logika seseorang untuk berpikir.

Contoh Keterampilan

Ketrampilan dapat dicontohkan sebagai berikut:

1) Kemampuan bekerja dengan tekanan

Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya di dunia pekerjaan yang seringkali


menerapkan keharusan kemampuan pekerja untuk dapat bekerja dengan tekanan. Dalam hal

xxxix | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
ini, yang dimaksud dengan kemampuan bekerja dengan tekanan yaitu mengenai sikap yang
tetap menunjukkan ketenangan dalam menghadapi krisis atau permasalahan dalam pekerjaan.

Contoh nyata bekerja dengan tekanan yang sering dijumpai adalah ketika dalam perusahaan
telah menentukan suatu target yang ditentukan setiap hari atau setiap minggunya, karyawan
diharuskan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan target- target yang telah ditentukan
tersebut dengan tetap tenang serta mampu mencapai target yang dituju, sekalipun dalam
keadaan yang tidak kondusif.

2) Kepemimpinan atau leadership

Dalam segala bidang kehidupan yang berlainan, terlebih lingkungan pekerjaan maupun
dalam lingkungan organisasi sosial kemasyarakatan, keterampilan mengenai epemimpinan
atau leadership sangat penting diterapkan.

Secara khusus, dalam hal pekerjaan misalnya, kepemimpinan atau leadership menjadi
keterampilan yang potensial dalam memegang posisi atau jabatan tertinggi sebagai pemimpin
atau leader dengan menunjukkan kemampuan dalam mengatur, mengkoordinasi maupun
memotivasi anggota tim secara optimal.

3) Kemampuan berkomunikasi yang baik

Contoh keterampilan lainnya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari- hari adalah
Kemampuan berkomunikasi yang baik. Dalam hal ini, kemampuan berkomunikasi yang
dimaksud adalah komunikasi secara lisan serta melalui tulisan. Kemampuan berkomunikasi
yang baik merupakan contoh keterampilan yang berperan penting dalam segala aspek
kehidupan.

Komunikasi terkait erat dengan proses interaksi yang terjalin dalam kehidupan sehari- sehari.
Dalam struktur sosial yang di dalamnya meliputi berbagai bidang, membutuhkan komunikasi
dalam penyampaian aspirasi, ide, pemikiran, maupun sebagai kebutuhan berbincang- binang
antar sesama masyarakat dalam kehidupan sosial. Sehingga kemampuan berkomunikasi yang
baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat, serta perlu dikembangkan secara optimal.

xl | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
4) Kemampuan bernegosiasi dan persuasi yang baik

Dalam bidang pekerjaan, utamanya yang menyangkut ranah perusahaan, pada


pengembangannya, dibutuhkan kemampuan bernegosiasi dan persuasi. Kemampuan
bernegoisasi merupakan kemampuan dalam merumuskan dan merundingkan kebijakan-
kebijakan, baik dengan pihak internal perusahaan maupun dengan clien atau pihak eksternal
perusahaan.

Sedangkan kemampuan persuasi menunjukkan keterampilan dalam hal menuntun atau


mengarahkan pada visi misi yang hendak dituju, selain itu juga mengajak pihak- pihak
perusahaan yang terkait untuk turut serta aktif dalam memajukan atau mengembangkan
perusahaan dengan sejumlah perencanaan maupun ide- ide pemikiran yang telah dirumuskan.

Sehingga dalam menjalankan suatu perusahaan, kemampuan bernegosiasi dan persuasi yang
baik merupakan komponen penting yang berperan dalam mewujudkan visi dan misi
perusahaan, serta tujuan bersama yang saling menguntungkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Konten Pembelajaran IPS terbagi atas materi struktur IPS dan dimensi IPS, struktur IPS terdiri
atas fakta, konsep, dan generalisasi sedangkan dimensi IPS terdiri atas nilai, sikap, dan
keterampilan. Jika dijabarkan fakta adalah suatu hal, keadaan, dan peristiwa yang merupakan
suatu kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi, konsep adalah konsep adalah ide
ataupun susunan gagasan yang saling terkait antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya

xli | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
sehingga dapat dijadikan sebuah dasar teori, generalisasi adalah uatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju simpulan umum yang mengikat
seutuh fenomena sejenis dangan fenomena individual yang diselidiki. Fakta, konsep, dan
generalisasi merupakan bahan kajian atau materi utama yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan
sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu
pengetahuan yang perlu dipelajari dan dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran. ,
sedangkan nilai adalah suatu konsep umum atau gagasan yang merujuk pada hal-hal yang
dianggap benar, baik, berharga, penting, indah, pantas, dan dikehendaki oleh masyarakat secara
umum di dalam kehidupannya, sikap adalah kecenderungan bertindak terhadap obyek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan yang ditentukan pengalamannya terhadap
obyek tersebut, dan keterampian adalah kemampuan dasar pada diri manusia yang harus dilatih,
diasah, serta dikembangkan secara terus menerus sehingga menjadi potensial dalam melakukan
sesuatu. Nilai, sikap, dan keterampilan merupakan suatu aspek penting dalam IPS yang saling
terkait dan berkesinambungan.

3.2 SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang.

xlii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
Daftar Pustaka

o Arifin, Noor, Ilmu sosial Dasar (Bandung: Pustaka setia, 2007) Djamarah,
o Syaiful Bahri, Konsep dan defenisi konseptual (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008)
o Karima, Muhammad Kaulan, Ilmu pengetahuan sosial (Medan: Perdana publishing,
2019)
o Samlawi , Fakih dan Bunyamin Maftuh, Konsep Dasar Ips (Jakarta: DIRJENDIKTI,
1998)

xliii | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S
o Suhada, Idad, Konsep Dasar Ips( Bandung: CV Insan Mandiri, 2012).
o Ilmu Pengetahuan Sosial 1
o 6 - 27Paket 6 Fakta, Konsep, dan Generalisasi
o Varieties of Multicultural Education: An
o Introduction. Eric Clearinghouse on Urban Education, Digest, 98.
o Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.
o Dasar IPS. Jakarta: Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan
o Pengembangan Materi IPS Terpadu. Yogyakarta: Universitas Negeri yogyakarta
o Wijaya,S.T.,Putu. 12 Februari 2023. Konsep Adalah: Pengertian Konsep, Peta Konsep
dan Contohnya. Diakses pada Minggu, 12 Februari 2023 dari
https://www.ukulele.co.nz/pengertian-konsep-adalah/
o Astuti, Novi Fuji. 12 juli 2022. Generalisasi adalah simpulan umum, berikut
penjelasannya. Diakses pada Minggu, 12 Februari 2023, dari
https://www.merdeka.com/jabar/generalisasi-adalah-kesimpulan-umum-berikut-
penjelasannya-kln.html
o Ramdhani, Ani . 2 November 2022. Pengertian Nilai, Jenis, dan Contohnya. Diakses
pada Minggu, 12 Februari 2023, dari https://www.pinhome.id/blog/pengertian-nilai/
o Hidayat, Nurul. 23 Mei 2021. Pengertian Sikap. Diakses pada, Minggu 12 Februari
2023, dari https://ikatandinas.com/pengertian-sikap/
o Dosensosiologi.com. 3 Desember 2022. Pengertian Keterampilan, macam, dan
contohnya. Diakses pada Minggu, 12 Februari 2023.
https://dosensosiologi.com/pengertian-keterampilan/
.
Terimakasih😊

xliv | K o n t e n P e m b e l a j a r a n I P S

Anda mungkin juga menyukai