Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat aspek
keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis
merupakan suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide, inspirasi atau buah
pikiran manusia ke dalam bentuk lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa agar orang lain dapat memahaminya. Ditinjau
dari segi pemerolehan, menulis adalah aspek berbahasa keempat yang
diperoleh melalui proses pembelajaran di sekolah. Keterampilan menulis
sangat terkait dengan keterampilan berbahasa lainnya.
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran menulis, khususnya menulis
cerpen hendaknya harus didasari dengan kemampuan menyimak, karena
sebelum melakukan kegiatan menulis seorang anak harus terampil dalam
kegiatan menyimak.
Keterampilan menyimak merupakan suatu kegiatan menerima dan
memahami isi atau pesan suatu ujaran yang disampaikan penutur dengan
bahasa lain. Keterampilan menyimak diperoleh seorang anak sebelum
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar untuk tiga
keterampilan berbahasa lainnya.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, aktivitas menyimak
memiliki intensitas yang lebih banyak dilakukan siswa disbanding kegiatan
berbicara, membaca, dan menulis. Dari awal proses pembelajaran dimulai,
siswa melakukan aktivitas menyimak instruksi, perintah, penjelasan, atau
pertanyaan dari guru. Saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan
menyimak tetap dilakukan. Misalnya, saat guru menerangkan pelajaran,
siswa menyimak penjelasan guru. Saat guru menginstruksikan siswa

1
mengerjakan latihan, siswa menyimak penjelasan tentang latihan yang akan
mereka kerjakan. Saat diskusi, siswa menyimak diskusi. Dengan kata lain,
sampai di akhir kegiatan pembelajaran aktivitas menyimak tetap dilakukan
siswa.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui dan melakukan
penelitian. Materi yang akan penulis teliti adalah melakukan secara akurat
melalui kegiatan penelitian tentang kemampuan menyimak hubungannya
dengan keterampilan menulis cerpen. Makalah ini selanjutnya disajikan
dalam bentuk skripsi dengan judul Hubungan Kemampuan Menyimak
dengan Keterampilan Menulis Cerpen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah-langkah menulis cerpen yang baik?
2. Apakah yang dimaksud dengan kemampuan menyimak?
3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan menyimak dengan
keterampilan menulis cerpen?

C. Tujuan Yang Ingin Dicapai


1. Ingin mengetahui langkah-langkah menulis cerpen yang baik.
2. Ingin mengetahui pengertian kemampuan menyimak?
3. Ingin mengetahui hubungan antara kemampuan menyimak dengan
keterampilan menulis cerpen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Keterampilan Menulis Cerpen


Berkaitan dengan hakikat menulis cerpen, teori yang akan diuraikan
pada bagian kerangka teori ini, adalah ; (a) definisi menulis, (b), tujuan
menulis, (c) pengertian cerpen, (d) ciri-ciri cerpen, (e) unsur-unsur cerpen, dan
(f) langkah-langkah menulis cerpen.
1. Definisi Menulis
Menulis adalah bentuk komunikasi dua arah yang efektif untuk
mengkomunikasikan ide atau gagasannya meskipun tidak bertatapan
langsung dengan lawan bicara.. Menulis merupakan salah satu dari empat
aspek keterampilan berbahasa. Diantara keempat keterampilan berbahasa,
menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling kompleks, menulis
atau mengarang adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang
sehingga orang lain dapat memahaminya. Menulis merupakan suatu proses
penyampaian ide (gagasan), pikiran, dan perasaan. Menulis pada
hakikatnya adalah pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk
lambang-lambang bahasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan
untuk menuangkan gagasan, ide, inspirasi, atau buah pikiran ke dalam
bentuk lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa agar
orang lain dapat memahaminya.

2. Tujuan Menulis
Tujuan menulis secara umum adalah sebagai berikut: Pertama,
untuk menceritakan sesuatu agar orang lain tahu apa yang dialami,
diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan. Kedua, untuk memberi petunjuk,
maksudnya apabila seseorang mengajar orang lain bagaimana

3
mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, maka dia telah memberi
petunjuk atau pengarahan. Ketiga, untuk menjelaskan sesuatu pada
pembaca sehingga pengetahuan dan pemahaman pembaca bertambah.
Keempat, untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau
pandangannya. Kelima, untuk merangkum sesuatu.

3. Pengertian Cerpen
Cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian
demi kejadian dengan satu persatu. Kejadian itu bisa pengalaman atau
penjelajah dan juga merupakan reaksi mental terhadap lingkungan yang
sering disebut orang dengan jiwa cerpen. Panjang-pendeknya ukuran fisik
cerpen tidak menjadi ukuran yang mutlak, tidak ditentukan bahwa cerpen
harus sekian halaman atau sekian kata. Lebih lanjut, dikatakan cerpen
merupakan bentuk sastra yang berdaulat penuh yang berdiri sendiri dan
mutlak sebagai karya sastra.
Selain memiliki satu peristiwa pokok, cerpen juga tidak
menjelaskan latar dan penokohan dalam ceritanya. cerpen cenderung tidak
menjelaskan latar cerita yang meliputi tempat, waktu, suasana, dan
penanda kultur cerita, sehingga pembaca tidak mendapat gambaran
sempurna. Penokohan cerpen cenderung tidak jelas juga, karena cerpen
tidak mendeskripsikan keadaan fisik tokoh. Gambaran keadaan fisik tokoh
cenderung diinformasikan langsung kepada pembaca oleh pengarang.
Cerpen harus berupa cerita/narasi (bukan analisis argumentasi) yang fiktif
(tidak benar-benar terjadi tapi biasa terjadi kapan saja dan dimana saja)
serta relatif pendek berdasarkan realita tersebut hanya mengandung satu
kejadian atau satu efek bagi pembaca.
Cerpen sebagai salah satu bentuk karya imajinasi dapat dibaca
dalam waktu yang singkat. Sesuai dengan namanya, cerpen tentulah
pendek. Jika dibaca, biasanya jalan peristiwa di dalam cerpen lebih padat.
Sementara latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Di
dalam cerpen hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh

4
peristiwa-peristiwa kecil lainnya. Hal itu yang membuat cerpen banyak
digemari pembaca, karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
membacanya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan
bentuk fiksi yang lazimnya memiliki cerita yang menarik, hanya terdapat
satu peristiwa pokok, memiliki tokoh utama yang sedikit, dan keseluruhan
cerita membentuk kesan tunggal dan kesatuan bentuk, sehingga tidak ada
bagian yang tidak diperlukan. Cerpen merupakan karya sastra yang paling
banyak digemari, mudah, dan cepat dibaca.

4. Ciri-ciri Cerpen
Secara ringkas ciri-ciri cerpen adalah 1) Pendek dan ringkas
ceritanya, 2) Terpadu dalam jalinan jiwa dan kejadian pada kejadian yang
berlaku, 3) Mengandung unsur-unsur pertikaian sebagai klimaks cerita, 4)
Berakhir dengan penyelesaian, 5) Berisi nilai kemanusiaan seperti moral,
etika dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut :
a. Ciri-ciri utama cerpen adalah singkat, padu, intensif (Brefity,
Character, Intensity)
b. Unsur-unsur utama cerpen adalah : Adegan, tokoh dan gerak (Scene,
Character, and Action)
c. Bahasa cerpen haruslah tajam, sugestif dan menarik perhatikan
(Incisive, Suggetive, Alert)
d. Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Sebuah cerpen harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.
f. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa ceritalah
yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran.
g. Cerpen mengandung detail-detail dan insiden-insiden secara sengaja,
dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran
pembaca.

5
h. Dalam sebuah cerpen sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita.
i. Cerpen harus mempunyai peran utama.
j. Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan yang menarik.
k. Cerpen bergantung pada (satu) situasi.
l. Cerpen memberikan impresi tunggal.
m. Cerpen memberikan satu kebulatan efek.
n. Cerpen memberikan suatu emosi

5. Unsur-unsur Cerpen
Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik yang membentuk cerita dalam karya fiksi. Unsur ekstrinsik
adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang
ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra itu, misalnya faktor sosial,
ekonomi, politik, dan budaya. Sedangkan, unsur intrinsik adalah unsur
membentuk cerpen sebagai salah satu karya sastra seperti tema, alur/plot,
penokohan/perwatakan, latar/setting, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat. Rincian penjelasannya sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah topik dalam pokok pembicaraan dalam tulisan
atau karya fiksi. Jadi tema tidak lain merupakan suatu gagasan sentral
dalam sebuah cerpen.
b. Alur/Plot
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai
urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur menyajikan
deretan peristiwa-peristiwa kepada pembaca, tidak hanya temporal
tetapi dalam hubungan secara kebetulan.
c. Penokohan/Perwatakan
Tokoh dan perwatakan mestinya merupakan suatu struktur
pula. Ia memiliki fisik dan mental yang secara bersama-sama

6
membentuk suatu totalitas prilaku yang bersangkutan. Tokoh cerita
biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk
dan isi oleh pengarang.
d. Latar/Setting
Latar merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yang
mulai secara samar diperlihatkan alur atau penokohan. Sedangkan
pengertian lain tentang latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi
termasuk di dalamnya tempat atau ruangan yang diamati. Biasanya
muncul pada semua bagian atau penggalan cerita.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri pengarang
dalam ceritanya atau dari mana ia melihat peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam cerita itu.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya naratif merupakan bentuk-bentuk
ungkapan yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan
ceritanya.
g. Amanat
Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral,
yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya
sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tidak dituliskan secara
langsung. Pembaca baru dapat mengetahui unsur pendidikannya
setelah membaca seluruh karya sastra.

6. Langkah-langkah Menulis Cerpen


Menulis cerpen dapat dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1)
tahap persiapan, 2) tahap inkubasi, 3) tahap inspirasi, dan 4) tahap
penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan
dia tulis dan bagaimana menuliskannya. Timbulnya gagasan menulis itu
membantu penulis untuk segera memulai menulis atau masih
mengendapkannya. Tahap inkubasi berlangsung pada saat gagasan yang

7
telah timbul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai
waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap
dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan,
sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap
penulisan adalah tahapan pengungkapan gagasan yang terdapat dalam
pikiran penulis agar hal tersebut tidak hilang atau terlupakan dari ingatan
penulis. Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu kemampuan
menulis kreatif mengharuskan penulis untuk berpikir kreatif dan
mengembangkan imajinasinya. Dalam menulis cerpen harus
memperhatikan struktur yang membangun cerita itu sendiri.

B. Hakikat Kemampuan Menyimak


Berkaitan dengan hakikat menyimak, teori yang akan diuraikan pada
bagian ini adalah: a) definisi menyimak, b) tujuan menyimak, c) jenis-jenis
menyimak, d) menyimak ekstensif dan e) menyimak intensif.
1. Definisi Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sutari,
menyimak adalah mendengar (memperhatikan) dengan baik apa yang
diucapkan dan dibaca orang. Selanjutnya, menurut Rixon, menyimak
merupakan kegiatan yang bersifat intensif, ditekankan pada pencapaian
tujuan, yaitu memahami tuturan verbal atau ujaran yang disampaikan oleh
orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya para ahli mempunyai
pengertian yang sama tentang definisi menyimak, yakni menyimak tidak
hanya sekedar mendengarkan saja. Dalam menyimak, dituntut pemahaman
terhadap hal-hal yang didengar dan kesanggupan mengingat pesan yang
disampaikan. Sebaliknya, dalam mendengar tidak dituntut pemahaman

8
terhadap pesan dan tidak pula dituntut kesanggupan mengingat pesan
tersebut.

2. Tujuan Menyimak
Menyimak memiliki tujuan, yaitu: belajar, menikmati,
mengevaluasi, mengapresiasi, mengomunikasikan ide-ide, membedakan
bunyi-bunyi, memecahkan masalah, dan meyakinkan. Selanjutnya Sutari
menjelaskan tujuan menyimak ada enam macam, yaitu: mendapatkan
fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi,
mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara
umum tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap
isi dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain. Menyimak
merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dan direncanakan oleh
seseorang untuk tujuan yang diinginkan.

3. Jenis-jenis Menyimak
Jenis-jenis menyimak terdapat dua macam, yaitu menyimak
ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif terdiri atas:
menyimak pasif, menyimak sosial, menyimak sekunder, dan menyimak
estetis. Sedangkan menyimak intensif terdiri dari: menyimak selektif,
menyimak kreatif, menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak
eksploratori, dan menyimak interogatif.
Tidak jauh berbeda dengan Tarigan, Dawson membagi jenis-jenis
menyimak menjadi delapan macam. Jenis-jenis menyimak yang dimaksud
adalah: menyimak santai, menyimak sekunder, menyimak estetis,
menyimak kreatif, menyimak perluasan, menyimak interogatif, menyimak
konsentratif, serta menyimak kritis.

9
4. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti : menyimak radio, televisi,
percakapan orang di pasar, pengumuman dan sebagainya. Menyimak
seperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa.
Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan.
Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja
atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif terdiri atas
menyimak pasif, menyimak sosial, menyimak sekunder, dan menyimak
estetis.
Pertama, menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa
tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak.
Kedua, menyimak sosial berlangsung dalam situasi sosial,
misalnya orang mengobrol, bercengkerama mengenai hal-hal menarik
perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya,
untuk merespons yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan
memperhatikan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau
dikatakan orang.
Ketiga, menyimak sekunder, yakni sejenis mendengar secara
kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
Keempat, menyimak estetis, yakni penyimak duduk terpaku
menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik
secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut
mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.

5. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah jenis kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan
pemahaman yang mendalam. Menyimak intensif terdiri atas menyimak

10
selektif, menyimak kreatif, menyimak konsentratif, menyimak kritis,
menyimak eksploratori, dan menyimak interogatif.
Pertama, menyimak selektif adalah pelengkap dari menyimak pasif
agar tidak terjebak pada pendapat pribadi ketika mendengar hal yang baru
atau asing. Menyimak jenis ini juga mengurangi kecenderungan
menginterpretasikan setiap apa yang kita dengar dengan batasan-batasan
sesuai dengan bahasa yang kita kuasai.
Kedua, menyimak kreatif mirip dengan kegiatan menyimak estetis
karena hal-hal yang disimak berkaitan dengan karya-karya seni.
Perbedaannya dalam menyimak kreatif terdapat kegiatan menilai. Dengan
kata lain, dalam menyimak kreatif aspek yang diperlukan adalah
kesenangan serta imajinasi penyimak.
Ketiga, menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang
dilaksanakan oleh para pembelajar atau penyimak yang ingin memperoleh
informasi-informasi baru. Penyimak berusaha membuat kerangka dari apa
yang disimaknya dan berusaha memahaminya.
Keempat, menyimak kritis. Menyimak kritis mirip dengan
menyimak konsentratif. Akan tetapi, penyimak dalam menyimak kritis
harus berusaha tidak terpengaruh oleh sikap-sikap subjektif dan bersikap
seobjektif mungkin. Sedangkan pada menyimak konsentratif, penyimak
dapat dipengaruhi oleh sikap-sikap subjektif.
Kelima, menyimak eksploratori adalah kegiatan menyimak yang
ditujukan untuk menerima atau memperoleh informasi-informasi sebagai
tambahan terhadap hal-hal yang telah dikuasai.
Keenam, menyimak interogatif. Menyimak interogatif sama
dengan menyimak perluasan. Bedanya dalam menyimak interogatif,
penyimak menyusun pertanyaan yang diharapkan terjawab dalam kegiatan
menyimak tersebut (Nursaid, 2003:17-20).

11
C. Hubungan Kemampuan Menyimak dengan Keterampilan Menulis
Cerpen
Keterampilan menulis cerpen adalah merupakan suatu bentuk fiksi
yang lazimnya memiliki cerita yang menarik, hanya terdapat satu peristiwa
pokok, memiliki tokoh utama yang sedikit, dan keseluruhan cerita membentuk
kesan tunggal dan kesatuan bentuk, sehingga tidak ada bagian yang tidak
diperlukan.
Kemampuan menyimak adalah kemampuan seseorang dalam
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
Keterampilan menulis cerpen seseorang sangat diperhatikan oleh
berbagai macam faktor, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
faktor menyimak. Dalam hal ini, semakin baik menyimak seseorang maka
akan semakin baik pula keterampilan menulis cerpen. Sebaliknya, seseorang
yang kurang mampu menulis cerpen dengan baik, maka akan semakin kurang
pula menyimaknya. Dengan demikian, maka diduga terdapat hubungan positif
antara hubungan kemampuan menyimak dengan keterampilan menulis cerpen.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menulis cerpen dapat dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1) tahap
persiapan, 2) tahap inkubasi, 3) tahap inspirasi, dan 4) tahap penulisan. Pada
tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan
bagaimana menuliskannya. Timbulnya gagasan menulis itu membantu penulis
untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Dalam menulis
cerpen harus memperhatikan struktur yang membangun cerita itu sendiri.
Menyimak tidak hanya sekedar mendengarkan saja. Dalam menyimak,
dituntut pemahaman terhadap hal-hal yang didengar dan kesanggupan
mengingat pesan yang disampaikan. Sebaliknya, dalam mendengar tidak
dituntut pemahaman terhadap pesan dan tidak pula dituntut kesanggupan
mengingat pesan tersebut.
Keterampilan menulis cerpen seseorang sangat diperhatikan oleh
berbagai macam faktor, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
faktor menyimak. Dalam hal ini, semakin baik menyimak seseorang maka
akan semakin baik pula keterampilan menulis cerpen. Sebaliknya, seseorang
yang kurang mampu menulis cerpen dengan baik, maka akan semakin kurang
pula menyimaknya. Dengan demikian, maka diduga terdapat hubungan positif
antara hubungan kemampuan menyimak dengan keterampilan menulis cerpen.

B. Saran
Dalam pembuatan cerpen yang baik dan benar harus memperhatikan
unsur-unsur serta jenisnya. Agar pembaca dapat menafsirkan isi yang
terkandung dalam cerpen.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta

Gani, Erijal. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis. Padang : FBSS UNP

Nursaid. 2003. Teori Belajar Bahasa dan Interaksi Belajar Mengajar. Buku Ajar.
Padang : FBSS UNP

Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang : FBSS UNP

Sutari, Ide. 1997. Menyimak. Jakarta : Depdikbud

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa

Internet

https://catatannyasulung.wordpress.com/2011/06/05/hubungan-kemampuan-
menyimak-karangan-deskripsi-dengan-menulis-cerpen-siswa-kelas-viii-smp-
negeri-03-lubuk-basung/ (diakses tanggal 25 April 2017)

http://soidah-pooh.blogspot.com/2014/04/makalah-keterampilan-berbahasa-
aspek.html (diakses tanggal 25 April 2017)

14
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini membahas tentang hubungan kemampuan menyimak
dengan keterampilan menulis cerpen.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas bahasa
Indonesia . Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan
penyempurnaan. Oleh Karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para siswa sebagai sarana pembelajaran.

Labuan, 25 April 2017

Penyusun

i
15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 2
C. Tujuan Yang Ingin Dicapai ............................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Keterampilan Menulis Cerpen .......................... 3
1. Definisi Menulis ....................................................... 3
2. Tujuan Menulis ........................................................ 3
3. Pengertian Cerpen .................................................... 4
4. Ciri-Ciri Cerpen ....................................................... 5
5. Unsur-Unsur Cerpen ................................................ 6
6. Langkah-Langkah Menulis Cerpen .......................... 7
B. Hakikat Kemampuan Menyimak ................................... 8
1. Definisi Menyimak ................................................... 8
2. Tujuan Menyimak .................................................... 9
3. Jenis-Jenis Menyimak .............................................. 9
4. Menyimak Ekstensif ................................................. 10
5. Menyimak Intensif ................................................... 10
C. Hubungan Kemampuan Menyimak Dengan
Keterampilan Menulis Cerpen
....................................................................................
....................................................................................
12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................ 13
B. Saran ............................................................................... 13

16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

MAKALAH
HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN
ii
KETERAMPILAN MENULIS CERPEN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Nama : Dela Meriyani
Kelas : XI IPA 4

17
SMA NEGERI 3 PANDEGLANG
TAHUN AJARAN 2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK


DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN Telah diselesaikan

Labuan, 28 Februari 2015

Mengesahkan

Wali Kelas XII IPA 4 Guru Pembimbing

AGUS KUSMANA, SP Drs. MUH. SOFIN HADI, SH, MSi


NIP. 196808072007011019 NIP. 196304261989031010

18
i

Anda mungkin juga menyukai