Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi.
Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa, diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Menulis merupakan suatu proses. Oleh karena itu, menulis harus
mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan, tahap revisi, dan tahap
pengakhiran. Dalam tahap prakarsa, sebelum penulis menulis, harus mencari
ide yang akan dituangkan, kemudian dilanjutkan dengan tahap pelanjutan,
yaitu

penulis

mulai

mengembangkan

idenya.

Setelah

selesai

mengembangkan, ide harus direvisi karena sebagai seorang manusia tidak


lepas akan kesalahan. Setelah tulisan itu direvisi, maka ada tahap
pengakhiran, atau tahap penyelesaian yaitu tahap selesai yang siap untuk
dipublikasikan. Apabila tahap-tahap tersebut dilaksanakan secara sistematik,
maka hasil menulis seseorang akan lebih baik.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut tidak hanya
dibutuhkan kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung
dengan metode pengajaran yang sesuai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pengajaran yang
praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
maupun di luar kelas.
Belajar merupakan kegiatan untuk mencapai suatu proses, dari keadaan
tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dalam
proses belajar memang perlu ada pentahapan. Sesuai dengan tingkat
kemampuan para siswa, karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu
lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan metode yang
diajarkan, pelajaran yang akan disampaikan akan tidak optimal, bahkan gagal.

Dalam hal ini juga berlaku dalam pengajaran sastra berbentuk prosa, puisi
maupun puisi.
Salah satu kelebihan puisi sebagai bahan pengajaran sastra adalah
cukup mudahnya karya tersebut diminati siswa sesuai dengan tingkat
kemampuannya

masing-masing

secara

perorangan.

Namun

tingkat

kemampuan tiap-tiap individu tidaklah sama. Ini dapat menimbulkan masalah


di kelas. Di satu pihak guru harus berusaha meningkatkan kemampuan
menulis para siswanya yang terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena
itu, untuk menyajikan pengajaran puisi, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu
dicapai dalam pengajaran puisi adalah meliputi peningkatan kemampuan
menulis dan kreatifitas
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Keterampilan Menulis?
2. Bagaimana Unsur Prosa Fiksi?
3. Bagaimana Ragam dan Jenis Fiksi?
4. Bagaimana Keterampilan Menulis Fiksi?
5. Bagaimana Model Pembelajaran Menulis Fiksi?
6. Bagaimana Unsur-Unsur Pembentuk Puisi?
7.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Keterampilan Menulis
2. Untuk mengetahui Bagaimana Unsur Prosa Fiksi
3. Untuk mengetahui Bagaimana Ragam dan Jenis Fiksi
4. Untuk mengetahui Bagaimana Keterampilan Menulis Fiksi
5. Untuk mengetahui Bagaimana Model Pembelajaran Menulis Fiksi
6. Untuk mengetahui Bagaimana Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Menulis
Dengan mambaca dan menulis, siswa akan memperoleh pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan social, daya
nalar, dan emosionalnya. Namun yang terjadi sekarang justru siswa lebih
senang membaca daripada menulis. Padahal keterampilan menulis zaman
sekarang sangat dibutuhkan.
Kemampuan menulis adalah bagian bahasa yang berupa tulis menulis
dalam rangka menyampaikan/mengungkapkan gagasan terhadap pembaca
(Fajri, 2005). Tujuan menulis (writing) yaitu: (1) menyampaikan pokok
pikiran atau gagasan pada pembaca; (2) menyampaikan informasi tentang
suatu cerita kepada pembaca; (3) memberikan hiburan kepada pembaca; dan
(4) mempengaruhi atau mengajak pembaca melalui tulisannya.1
B. Unsur Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah Tulisan cerita narasi adalah paparan cerita yang
bersifat fiktif (khayalan) atau berupa pengalaman sendiri yang pernah
dialami.

Di

dalam

cerita

narasi

biasanya

terdapat

cerita

yang

berkesinambungan. Disajikan dalam gambaran yang jelas antar tokoh-tokoh


(lakon), jalan cerita dan tempat peristiwa secara utuh. Dengan demikian,
seolah-olah

pembaca

mengalami

secara

langsung

peristiwa

yang

disampaikan oleh penulis melalui bacaan.2


1.

Tema
Yaitu ide yang menjadi pokok pembahasan, atau ide pokok suatu
tulisan. Dengan mempunyai tema pengarang mempunyai pedoman
dalam ceritanya. Jadi tema adalah ie sentarl yang mendasari suatu
cerita. Tema mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pedoman bagi

1 Aftaruddin, P. 2004. Pengantar Apresiasi Puisi, (Bandung: Angkasa) Hal. 42


2 Aftaruddin, P. 2004. Pengantar Apresiasi Puisi, (Bandung: Angkasa) Hal. 77

pengarang dalam menggarap cerita, sasaran/tujuan penggarapan cerita,


dan mengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam suatu alur.
2.

Amanat
Dapat diartikan sebagai pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral
dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan/dikemukakan oleh
pengarang lewat cerita.

3.

Alur atau plot


Rangkaian peristiwa-peristiwa cerita yang disusun secara logis dan
kausalitas (menunjukkan hubungan sebab-akibat).

4.

Perwatakan atau penokohan


Adalah pelukisan tokoh/pelaku cerita dalam sifat-sifat dan tingkah
lakunya dalam cerita yang disorot secara keseluruhan termasuk dari
perasaan, keindahan, cara berpikir, dan cara bertindak.

5.

Sudut pandang
Mengacu pada posisi pengarang/pencerita, apakah ia ada di dalam
cerita atau di luar. Ada tiga macam sudut pandang, yaitu :
a. Pengarang terlibat atau ikut ambil bagian lam cerita sebagai tokoh
utama atau yang lain, mengisahkan tentang dirinya. Dalam cerita ini
pengarang menggunakan kata ganti orang pertama (aku atau saya).
b. Pengarang sebagai pengamat atau yang mengisahkan
pengamatannya sebagai tokoh samping. Pengarang berada di luar
cerita, dan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia atau dia)
c. Pengarang serba tahu tentang apa yang dirasa dan dipikirkan oleh

6.

tokoh cerita.
Latar atau setting
Situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Latar terdiri atas
latar fisik, yaitu yang berupa benda-benda fisik seperti bangunan
rumah, kamar, perabotan, daerah dan sebagainya. Yang kedua, latar
sosial meliputi pelukisan keadaan social budaya masyarakat, seperti
adat istiadat, cara hidup, bahasa kelompok sosial dan sikap hidupnya,
dan lain=lain yang melatari cerita.

7.

Gaya bahasa

Berfungsi

sebagai

pemberi

warna

pada

karangan,

yaitu

menunjukkan ekspresi individual dan melukiskan suasana cerita.3


C. Ragam dan Jenis Fiksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dongeng
Novel
Hikayat
Kisah
Roman
Cerita pendek.
Jenis-jenis fiksi yaitu :

1.

Fiksi realistik, terlahir dari pengalaman yang berkaitan dengan hal-hal

2.

yang bersifat faktual dalam perilaku manusia.


Fiksi romantik, lebih menyajikan masalah perjuangan pribadi dan

3.

desak-desakan dari luar.


Fiksi naturalis dan proletarian, lebih mengutamakan pelukisan faktafakta yang keji yang kurang dapat diterima secara moral dan pelukisan

4.

tataan material yang kurang dapat diterima oleh akal sehat.


Fiksi gotik, melukiskan cerita-cerita horror dimana fakta-fakta disajikan
seedemikian rupa sehingga memancing kengerian dan melahirkan

5.

mimpi yang menakutkan.


Fiksi sains dan utopian, menunjukan kecendrungan tatanan-tatanan
material dengar menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga
sesuatu tersebut benar-benar terjadi. Disebut fiksi sains jika
menyangkut tatanan-tatanan yang saintifik sains , disebut utopian jika

6.

menyangkut tatananyang bersifat ekonomik dan politik.


Satire merupakan gambaran tentang pertentangan antara manusia dan
institusi yang tampak secara lahiriah dengan kekuasaan yang

7.

adadibaliknya.
Fiksi psikologis, arus kesadaran, otobiografis, atau blidungstoman
menekankankompleksitas atau perkembangan kehidupan batiniah
individual, yang terdiri dari perasaan dan pikiran.

3 Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . (Jakarta : Kencana Pernada
Media Group) Hal. 143

8.

Fiksi eksestensial, menggambarkan kekuatan dibalik fakta-fakta dunia


yang tak terfahamkan, tak dapat diterima, bahkan yang tidak pernah
terjadi. Tokoh-tokohnya dihadapkan kepeda Sesutu yang gelap dan
dilontarkan ke dunia absurd.4

D. Keterampilan Menulis Fiksi


1.

Menemukan Ide cerita


Beberapa pengarang

pemula

terkadang

terhambat

dalam

menemukan ide cerita. Untuk memperkaya ide yang akan ditulis kita
dapat melakukannya dengan berbagai cara. Pertama, mencermati fakta
atau relita yang terjadi di sekitar kita dengan melakukan pengamatan
dan observasi terhadap masalah yang ada. Cara tersebut di atas dapat
dilakukan dengan banyak membaca buku-buku atau download materi
dari internet untuk memperkaya pengetahuan kita. Kedua, melakukan
kreasi dan imajinasi dengan mengolah dan mengkritisi fakta atau relita
yang ada. Oleh karena itu, penting sekali menentukan ide cerita yang
kita ketahui dan sering kita temui di sekitar kita.
Penulis cerita dapat menemukan ide dari berbagai hal sudut
pandang.

Misalnya

dengan

memperkaya

bacaan,

memperkaya

imajinasi, mengolah kembali cerita rakyat dan memanfaatkan


2.

pengalaman.5
Mengembangkan ide cerita
Dalam keterampilan menulis atau membaca saat akan memulai
mengembangkan ide dapat kita gagas dalam beberapa pertanyaan.
Pertanyaan pertama dapat dimulai dari kata what (apa latar
belakangnya, konfliknya, apa yang ingin disampaikan dll). Pertanyaan
kedua dengan kata who (siapa tokohnya, pemain dalam cerita,
pembacanya). Ketiga when
Where

(dimana

(kapan kejadiannya, dibaca). Keempat

settingnya).

Kelima

why

(mengapa

terjadi

4 Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . (Jakarta : Kencana Pernada
Media Group) Hal. 145

5 Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. (Jakarta PT. Bumi Aksara) Hal. 83

masalah/penyebab
3.

masalah).

Keenam,

how

(bagaimana

tindaklanjutnya, pengaruhnya, kesesuaiannya dan kemenarikannya).


Membuat cerita menarik
Cerita dikatakan menarik jika dapat meninggalkan kesan pada
pembacanya. Ada beberapa unsur utuk mengembangkan cerita menjadi
menarik. Pertama, pilihlah tema yang sesuai dengan sasaran pembaca.
Jika pembaca itu remaja, maka pilihlah tema yang sesuai dengan usia,
pola hidup atau gaya mereka. Kedua, pembentukan karakter bulat pada
tokoh cerita. Artinya tokoh dapat menyampaikan karakter khusus yang
dapat berdampak pada pembaca. Ketiga, konflik sebaiknya di kemas
secara menarik dan tidak berlebihan. Setiap konflik yang disajikan
dalam cerita, sebaiknya diikuti dengan pesan/informasi untuk pembaca.
Diharapkan pembaca setelah membaca dapat mengambil hikmah positif
dari konflik di dalam cerita tersebut.

Keempat, ending atau klimaks

cerita disajikan tanpa disadari oleh pembaca. Seorang pembaca yang


kritis biasanya akan meramalkan sendiri ending dari cerita yang dibaca,
untuk itu pengarang harus mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda
di luar perkiraan pembaca.6
E. Model Pembelajaran Menulis Fiksi
Menulis (mengarang) fiksi di SD kelas tinggi mencakup ketiga genre
sastra yaitu mengarng puisi, cerpen, dan drama. Dalam pelaksanaannya,
mengarang ketiga bentuk sastra anak tersebut memerlukan strategi tersendiri
sesuai dengan karakteristik siswa usia SD, yaitu belajar sambil bermain.
1. Menceritakan Gambar
Siswa membuat sebuah cerita berdasarkan gambar peristiwa yang
dapat disusun menjadi sebuah cerita lengkap. Siswa harus mengamati
gambar tersebut dengan bimbingan pertanyaan. Jawaban pertanyaan
tadi merupakan kerangka cerita yang akan dikembangkan siswa.
Setelah selesai, tulisan direvisi dan disunting dengan teman lainnya
dalam kelompok.
6 Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. (Jakarta PT. Bumi Aksara) Hal. 92

2.

Melanjutkan Cerita
Guru memberikan cerita yang belum selesai, kemudian siswa
melanjutkan cerita itu dengan memberikan rambu-rambu, misal: Dia

3.

anak yang rajin, sopan, dan hormat pada guru dsb.


Awali Cerita
Siswa diajak membuat beberapa paragraf awal cerita yang sudah
disediakan guru tetapi paragraf awalnya dikosongkan. Siswa mengisi
bagian awal dan harus terangkai dengan baik pada cerita bagian akhir

4.

yang sudah disediakan guru.


Ganti Tokoh
Tujuan mengarang cerita model ini untuk memahamkan tokohpada
waktu mengarang cerita. Siswa harus mengganti tokoh dalam
ceritannya baik dengan nama-nama yang pernah mereka kenal atau

5.

berdasarkan sudut pandang penceritaan.


Ganti Setting
Siswa dapat lebih mengenal waktu dan setting sebuah cerita.
Kegiatannya, siswa diberi cerita yang settingannya dikosongkan untuk

6.

diisi oleh siswa.


Mengurutkan Plot
Tujuan kegiatan ini agar siswa dapat menbuat sebuah cerita dengan
urut. Langkahnya, guru membagi amplop berisi potongan plot pada
masing-masing kelompok. Siswa mengidentifikasi, mendiskusikan dan

7.

menyalin susunan plot yang sudah disusun dalam bentuk tulisan.


Menceritakan Mimpi
Guru memberi gambaran bahwa cerita itu dapat ditambah atau
dikurangi supaya jelas alurnya. Biarkan siswa menyusun cerita sesuai

8.

dengan keinginannya.7
Menceritakan Pengalaman
Pengalaman yang diceritakan dapat berupa pengalaman sehari-hari
atau pengalaman menarik. Panduan yang diberikan guru adalah sebagai
berikut :
Contoh
a. Pernahkah kamu melakukan perjalanan/?
b. Coba ceritakan, dengan siapa kamu pergi ? kemana? Dsb
c. Menceritakan Cita-cita

7 Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. (Jakarta PT. Bumi Aksara) Hal. 114

Dalam penulisan cerpen yang sumbernya dari cita-cita siswa,


masih memerlukan bimbingan guru, karena mungkin saja ia hanya akan
menuliskan beberapa beris kalimat saja. 8
F. Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
1.

Diksi
Dalam puisi kata-kata sangat besar peranannya. Setiap kata
mempunyai fungsi tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya.
Meyer (1987:457) mengatakan bahwa dalam fungsinya untuk
memadatkan suasana, lembut, dan bersifat ekonomis Jadi kata-kata
dalam puisi hendaknya disusun sedemikian serupa sehingga dapat
menyalurkan pikiran, perasaan penulisanya dengan baik.Sehubungan
dengan hal itu Meyer (1987:457-548) membagi diksi dalam tiga tingkat
yaitu
a. Diksi formal adalah bermartabat, inpersonal dan menggunakan
bahasa yang tinggi.
b. Diksi pertengahan. Diksi ini agak sedikit tidak formal dan biasanya
kata kata yang digunakan adalah yang dipakai oleh kebanyakan
orang yang berpendidikan.
c. Diksi informal mencakup dua bahasa yaitu bahasa sehari-hari yang
dalam hal ini termasuk slang, dan dialek yaitu meliputi dialek
geografis

dan

sosial.

Diksi

dapat

berupa

denotasi

dan

konotasi.Denotasi merupakan makna kata dalam kamus, makna kata


objektif yang pengertiannya menunjuk pada benda yang diberi
nama dengan kata kata itu.Satu sisi Alternberd (1970: 10)
mengatakan bahwa kumpulan asosiasi perasaan yang terkumpul
dalam sebuah kata yang diperoleh melalui setting yang dilukiskan
disebut konotasi. Meyer (1987:549) melihat bahwa konotasi adalah
bagaimana kata digunakan dan asosiasi orang yang timbul dengan
kata itu. Tentu saja makna konotasi sangat tergantung pada
8 Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . (Jakarta : Kencana Pernada
Media Group) Hal. 216

konteksnya. Makna konotasi dapat diperoleh melalui asosiasi dan


2.

sejarahnya.
Pengimajian
Pengimajian dapat memberi gambaran yang jelas, menimbulkan
suasana yang khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam
pikiran, dan penginderaan untuk menarik perhatian, untuk memberikan
kesan mental atau bayangan visual penyair, menggunakan gambarangambaran angan. Imaji adalah gambaran-gambaran angan, gambaran
pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang
menggambarkannya.
Coombes mengatakan bahwa dalam tangan penyair yang baik imaji
itu segar dan hidup, berada dalam puncak keindahannya untuk
mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya. Citraan menurut
Alternberd merupakan unsur yang penting dalam puisi karena dayanya
untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah dan
mengesankan. Brook dan Waren mengatakan bahwa citraan juga dapat
merangsang imajinasi dan menggugah pikiran dibalik sentuhan indera

3.

serta dapat pula sebagai alat interpretasi.


Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan
maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
Waluyo mengatakan dengan kata yang diperkonkret, pembaca
dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang
dilukiskan oleh penyair. Misalnya saja penyair melukiskan seorang
gadis yang benar-benar pengemis gembel.Penyair mempergunakan

4.

kata-kata gadis kecil berkaleng kecil.


Bahasa Figuratif
Menurut Waluyo bahasa figuratif adalah majas. Dengan bahasa
figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya memancarkan banyak
makna atau kaya akan makna. Dalam bukunya kamus Istilah Sastra,
Panuti Sujiman menyebutkan kiasan adalah majas yang mengandung
perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain
untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna.
10

Rahmat

Joko

Pradopo

dalam

bukunya

pengkajian

puisi

menyamakan kiasan dengan bahasa figuratif dan memasukkan metafora


salah satu bentk kiasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa pada umumnya bahasa figuratif dipakai untuk menghidupkan
lukisan, untuk mengkonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan
yang diungkapkan. Dengan demikian, pemakaian bahasa figuratif
menyebabkan konsep-konsep abstrak terasa dekat pada pembaca karena
dalam

bahasa

figuratif

oleh

penyair

diciptakan

kekonkretan,

kedekatan,keakrabatan dan kesegaran.


Menurut Albernd, bahasa figuratif digolongkan menjadi tiga
golongan,diantaranya adalah:
a. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal
dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama.
Keraf menyatakan, Simile adalah perbandingan yang bersifat
eksplisit. Perbandigan yang demikian dimaksudkan bahwa ia
langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lainnya. Misalnya
dengan menggunakan kata seperti, sama, sebagai, bagaikan,
laksana,dan lain-lain.
Dari pengertian di atas smile adalah membandingkan atau
menyapakan dengan hal lain dengan menggunakan kata kata yang
artinya sama.
b. Metafora
Metafora

adalah

bentuk

bahasa

figuratif

yang

memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada


dasarya

tidak

serupa.

Jadi

di

sini

bahwa

metafora

itu

membandinkan sesuatu yang tidak sama namun disamakan.


c. Personifikasi
Personifikasi adalah satu corak metofora yang dapat diartikan
sebagai suatu cara penggunaan atau penerapan makna. Jadi antara
personifikasi

dan

metafora

keduanya

mengandung

unsure

persamaan.
d. Epik Simile
Epik Simile atau perumpamaan epos adalah pembandingan
yang dilanjutkan atau diperpanjang yaitu dibentuk dengan cara
11

melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih lanjut dalam kalimat


atau frase-frase yang berturut-turut.
e. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau
benda ke suatu benda yang lainnya yang mempunyai kaitan rapat.
f. Sinekdoki
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu
bagian penting dari suatu benda atau benda atau hal itu. Yang
dimaksud di sini bahwa sebuah benda pasti mempunyai bagian
bagian yang tekandung di dalamnya. Kemudian dalam mencari
5.

sinekdoki cari hal yang paling terpenting.


Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma
dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik panjang pendek,
keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
Panuti Sujiman memberikan pegertian irama dalam puisi sebagai
alunan yang dikesankan oleh perulangan dan pergantian kesatuan bunyi
dalam arus panjang pendeknya bunyi keras lembutnya tekanan, dan
tinggi rendahnya nada karena sering bergantung pada pola matra., irama
dalam persajakan pada umumnya teratur.
Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, paa
akhir baris puisi atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi.
Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya
sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah
suku kata yang tetap,(2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik

6.

dan menurun yang tetap.


Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat
dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Tipografi
merupakan bentuk dari puisi yang bermacam-macam tergantung yang
mengarangnya.
Adapun fungsi tipografi adalah: untuk keindahan indrawi dan

7.

mendukung makna.
Sarana Retorika
Sarana retorika adalah muslikhat pikiran. Muslikhat pikiran ini
berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana
12

retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau figurative dan citraan


memperjelas gambaran atau mengkonkretkan dan menciptakan
perspektif yang baru melalui perbandingan sedangkan sarana retorika
adalah alat untuk mengajak pembaca berfikir supaya lebih menghayati
gagasan yang dikemukakan.9

9 http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21096368.pdf, diakses pada 22 September 2011).

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latihan menulis cerita fiksi dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
menulis yang telah disamapaikan. Pada tahap preparation guru berlatih
menggali ide untuk menentukan tema cerita yang akan ditulis. Ada beberapa
teknik yang dilakukan, antara lain ada yang membaca buku cerita,
berimajinasi, kartu mimpi, interpretasi alam dan gambar. Masing-masing
peserta menuliskan beberapa ide, kemudian dipilih ide yang paling menarik
dan baik untuk dikembangkan.
Tahap berikutnya adalah pramenulis. Pada tahap ini, peserta melakukan
penulisan terhadap ide yang diperoleh seluas-luasnya. Ide-ide tersebut
dikembangkan dalam bentuk atau draf untuk memudahkan proses menulis.
Setelah itu proses penulisan dilakukan. Peserta menuangkan ide dan
mengembangkannya berdasarkan pemetaan pikiran yang telah dilakukan pada
tahap pramenulis. Pada tahap ini biasanya peserta mengalami kesulitan dalam
mengembangkan cerita. Oleh karena itu, peserta dapat menerapkan teori 5W
dan 1H untuk mengembangkan cerita.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadar masih jauh dari kesempurnaan
dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam materinya, bahasa yang
tidak baku maupun penyampaian isi makalah. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan dan menghargai kritik dan saran dari pembaca.

14

DAFTAR PUSTAKA

Aftaruddin, P. 2004. Pengantar Apresiasi Puisi, (Bandung: Angkasa)


Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . (Jakarta :
Kencana Pernada Media Group)
Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. (Jakarta PT. Bumi Aksara)
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21096368.pdf, diakses pada 22 September
2011).

15

DAFTAR ISI
iii

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.

Keterampilan Menulis......................................................................

B.

Unsur Prosa Fiksi.............................................................................

C.

Ragam dan Jenis Fiksi.....................................................................

D.

Keterampilan Menulis Fiksi.............................................................

E.

Model Pembelajaran Menulis Fiksi.................................................

F.

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi.........................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................

15

B. Saran....................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA

16

KATA PENGANTAR
ii

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu,

Penulis

17

KETERAMPILAN MENULIS FIKSI PUISI


Karya Tulis Untuk Memenuhi Persyaratan UAS
Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh
CYNTIA ERLINA
1611120020
Dosen
Ahmad Mathori, S.Pd, MA

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2016-2017

18

ii

19

Anda mungkin juga menyukai