Anda di halaman 1dari 10

TEMA DAN AMANAT TEKS SASTRA ANAK PADA

CERITA ANAK

Fransiska Nia Andriani1, Izza Qurnia2, Natasya Mia Friskilla3,


Purnama Sari4, Rizqilla Aurelita5, Winda Suheni Lusianti6.

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP-PGRI) Pontianak.
Email : izzaqurnia02@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) sastra anak, (2)Ciri dan Fungsi sastra anak (3)Tema dan
Amanat teks sastra anak pada cerita anak. Sastra merupakan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan
dalam sebuah tulisan maupun cerita yang dikemas secara menarik pembacanya. Tidak jauh berbeda dengan sastra,
sastra anak merupakan ungkapan perasaan seorang anak yang dituangkan kedalam bentuk tulisan dan dinikmati
oleh anak-anak. Bentuk sastra anak yang terdapat di Indonesia sangatlah beragam diataranya seperti puisi, cerpen,
novel, dongeng, fabel dan lain-lain. Dewasa ini banyak sekali cerita anak yang mengandung unsur kekerasan
didalamnya. komik merupakan salah satu contoh cerita anak yang digemari di dunia tak terkecuali juga di
Indonesia. Banyak sekali ditemukan buku komik yang memiliki gambar- gambar dan cerita menyimpang yang tidak
layak dikonsumsi oleh pembaca khususnya anak- anak, dalam hal ini kekerasan mendominasi perkembangan komik
di Indonesia. Cerita rakyat yang diperuntukkan untuk anak-anak tentu ada yang aman bagi anak dan ada pula yang
tidak aman. Meskipun cerita rakyat sebuah cerminan budaya, beberapanya dalam konteks kini malah berpotensi
meninggalkan kesan tidak baik karena saratnya beberapa cerita mengandung seksualitas, kekerasan, iri dan
dengki. Perlu adanya dekonstruksi sastra untuk mengubah cerita sehinga tidak terdapat unsur kekerasan dan unsur
seksualitas dalam cerita anak. Dekonstruksi sastra dilakukan dengan mengubah tema-tema yang berkembang
selama ini, serta menghapus adegan-adegan yang mengandung unsur kekerasan. Metode yang digunakan yaitu
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat
deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan aktual. Metode deskritif ialah suatu
penggambaran yang senyata-nyatanya atau setidaknya-tidaknya sesuai atau mendekati kesesuaian dengan
senyatanya dikarenakan metode ini merupakan catatan dari masalah yang diteliti.

Kata Kunci : sastra anak, cerita anak, cerita rakyat

PENDAHULUAN
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia,
tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya
diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara pengungkapan maupun
bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut
gagasan, adalah khas sastra, khas dalam pengertian lain daripada yang lain. Pengungkapan
bahasa sastra berbeda dengan cara-cara pengungkapan bahasa selain sastra, yaitu cara-cara
pengungkapan yang telah menjadi biasa, lazim, atau yang itu-itu saja. Sastra menurut Lukens
(Nurgiyantoro, 2018: 3) menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra

1
hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberi hiburan, hiburan yang menyenangkan.
Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi,
membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense, daya yang menarik hati
pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karenanya, “mempermainkan” emosi pembaca
sehingga ikut larut ke dalam arus cerita, dan kesemuanya itu dikemas dalam bahasa yang juga
tidak kalah menarik.
Secara teoretis, sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan
pengarahan anggota dewasa suatu masyrakat, sedangkan penulisannya juga dilakukan oleh orang
dewasa”, Davis (Sarumpaet, Riris K. 2010: 2). Sastra anak adalah sastra terbaik yang mereka
baca dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format. Norton (Resmini, N. 2010) sastra
anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak melalui pandangan anak.
Kita mengenal karya sastra anak yang khusus dikerjakan untuk anak, buku memperkenalkan
alphabet, buku mengenal angka dan hitungan, buku mengenai konsep dan berbagai buku lain
yang membicarakan pengalaman anak seusia itu. Disamping itu, yang sangat tersohor dan
diminati anak adalah buku bacaan bergambar. Kisah-kisah klasik fantasi, puisi, cerita realistic,
fiksi kesejarahan, biografi, serta buku informasi.
Cerita anak adalah karya fiksi yang ditulis oleh dan/atau untuk anak, mengisahkan
kehidupan anak, dan berkaitan dengan anak. Setiap orang menyukai cerita apalagi anak-anak.
Sebagian orang kebutuhan akan cerita merupakan sesuatu yang harus terpenuhi sebagaimana
kebutuhan hidup yang lain seperti halnya makan dan minum. Tarigan (Soelistyarini,2011)
mendefinisikan cerita anak sebagai karya tulis yang menggambarkan perasaan dan pengalaman
anak-anak serta dapat dimengerti dan dipahami melalui mata anak-anak. Cerita anak
menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak, yakni bahasa yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pemahaman anak. Nurgiyantoro (Sulianto, Joko,dkk. 2014: 114-115)
menjelaskan bahwa membaca, mendengar atau melihat dan mendengar cerita (seperti yang dapat
diperoleh melalui televisi), merupakan sebuah kenikmatan tersendiri yang juga menuntut untuk
dipenuhi, terutama pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu. Cerita anak dapat dipandang sebagai
sesuatu yang penting bagi anak. Dengan membaca dan menikmati cerita anak, anak-anak tidak
hanya mendapat kenikmatan cerita dan pemenuhan rasa ingin tahu, melainkan juga secara tidak
langsung belajar kehidupan, kehidupan yang sengaja dikreasi dan didialogkan kepada anak-anak.

2
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya
tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat, Siswanto (2008: 161-162).
Pesan atau amanat , yakni maksud yang terkandung dalam suatu cerita. Amanat sangat erat
hubungannya dengan tema. Kosasih (2006) Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang
terhadap pembaca melalui tulisan-tulisannya, agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa
yang telah pembaca nikmati.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan, penelitian kualitatif dekriptif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena
sosial/alam secara sistematis, faktual dan aktual. Menurut Kartasaputra dan Widyanigsih (Utara,
S., dkk.2011: 10) mengemukakan pendapatnya bahwa, metode deskritif ialah suatu
penggambaran yang senyata-nyatanya atau setidaknya-tidaknya sesuai atau mendekati
kesesuaian dengan senyatanya dikarenakan metode ini merupakan catatan dari masalah yang
diteliti. Menurut Nazir (Utara, S., dkk.2011: 20) mengemukakan bahwa, penelitian deskriptif
mempelajari malasah-malasah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat
serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegaitan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena. Jadi, penelitian kualitatif deskriptif merupakan salah satu dari jenis penelitian
yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
suatu kejadian atau fakta, keadaan fenomena, variable, dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.

PEMBAHASAN
1. Sastra anak
Sastra anak adalah sastra yang berbicara tentang apa saja yang menyangkut masalah
kehidupan ini hingga mampu memberi informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang
kehidupan itu sendiri kepada anak. Sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan
anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat sastra anak lebih
menonjolkan unsur fantasi. Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari yang serba mungkin

3
dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu, baik benda hidup maupun benda
mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri mereka sendiri. Segala sesuatu itu masing-masing
dianggap mempunyai imbauan dan nilai tertentu. Sastra anak adalah sastra terbaik yang dibaca
anak dengan karakteristik yang beragam, tema, dan format (Sarumpet, 2010:2). Sastra anak
ditulis berdasarkan sudut pandang anak yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-
anak. Terdapat empat hal terkait dengan sastra anak. Pertama, sastra anak adalah sastra yang
memang sengaja ditujukan untuk anak-anak seperti Bobo, Mentari dll. Kedua, sastra anak berisi
cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dan perasaan anak. Ketiga, sastra anak
adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Keempat, sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-
nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat untuk anak.
Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak
masuk akal. Misalnya, kisah binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan
berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita semacam itu
secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak. Isi cerita
anak tidak harus yang baik-baik saja, seperti kisah anak rajin, suka membantu ibu, dan lain-lain.
Menurut Huck, dkk (Nurgiyantoro, B. 2004: 109) menekankan bahwa, sastra anak, adalah buku
yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan. Menurut Hunt (Nurgiyantoro,
B. 2004: 109) mengemukakan bahwa sastra anak dapat didefinisikan sebagai buku bacaan yang
dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan
sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak. Jadi, sastra anak merupakan buku
bacaan yang sengaja ditulis untuk anak yang mengandung isi cerita sesuai dengan seputar dunia
anak, serta tingkat kemampuan anak, dan bisa memuaskan anak. Sastra anak juga sebuah karya
imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus
ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.

2. Ciri dan Fungsi Sastra Anak


Ciri Sastra Anak :
Menurut Puryanto (Fitriana 2013:5) ada dua ciri pokok dalam sastra anak adalah, antara
lain:
 Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit,
menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu

4
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih
dalam jangkauan anak.
 Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu
panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan
pikiran anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang
dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop, cenderung
pada masalah-masalah masa kini, bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah situasi masa
kini, Tarigan (Fitriana, 2013: 6).
Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan
hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang suatu hal,
memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi
pendidikan moral pada anak, Dalam contoh kisah Asal Usul Nama Surabaya, si anak
memperoleh banyak informasi tentang asal usul nama Surabaya, letak geografis kota Surabaya,
informasi tentang lambang Kota Surabaya, pengetahuan praktis tentang kehidupan di air laut dan
di sungai, nama binatang air, serta pendidikan moral untuk bermusyawarah, mempertahankan
hak, dan kepahlawanan.
Kisah tentang perebutan kekuasaan dan daerah pencarian mangsa padu ikan Hiu-Sura dan
Buaya seperti itu, sebenarnya dapat dimusyawarahkan secara adil dan jujur. Musyawarah
merupakan jalan perdamaian yang dianjurkan untuk menghindari pertumpahan darah. Memang
daerah kekuasaan yang sudah menjadi hak miliknya itu perlu dipertahankan sampai titik darah
penghabisan. Perlu diingat bahwa mempertahankan hak, yaitu sesuatu yang telah menjadi milik
kita itu merupakan suatu kewajiban. Selain kita yang membela kebenaran dan keadilan itu
merupakan jiwa kepahlawanan. Sebaliknya, jika merebut sesuatu yang bukan milik dan hak kita
itu merupakan perbuatan yang tak terpuji atau termasuk kejahatan. Dari sajak Kembang Sepatu
karya L.K. Ara banyak hal yang dapat memberi fungsi pendidikan pada si anak. Mengapa bunga
itu dinamakan "kembang sepatu"? Jawabnya adalah jika kembang itu diusapkan pada sepatu
akan berkilau atau mengisap. Fungsi informasi yang lain, misalnya tempat asal kembang sepatu,
yaitu India dan Cina. Kebiasaan gadis-gadis Cina dan India memakai bunga sepatu untuk
penghias alis. Bentuk daun sepatu, yaitu berbentuk hati yang ujungnya meruncing. Ada

5
bermacam-macam warna bunga sepatu, yaitu merah, putih, merah muda, kuning, dan merah
kekuning-kuningan. Hanya sebentar bunga itu mekar, kemudian segera layu.
Sajak Kembang Sepatu itu juga jelas memberi informasi kreativitas pada diri anak untuk
memanfaatkan kegunaan kembang sepatu. Pertama, sebagai tanaman hias untuk pagar
pekarangan rumah, Kedua, bunga sepatu untuk mengilatkan warna sepatu. Ketiga, bunga sepatu
untuk kecantikan wajah dengan menghias alis. Keempat, bunga sepatu itu dapat juga dircebus
untuk dibuat pewarna kue makanan. Dan, kelima, akar hingga sepatu itu dapat direbus sebagai
penawar racun. Sementara amanah atau pendidikan moral adalah manusia itu hendaknya menjadi
manusia yang berguna bagi siapa saja, baik bagi masyarakat, bagi nusa bangsa, maupun bagi
agamanya.
Fungsi hiburan sastra anak jelas memberi kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan pada
diri anak. Ketika membaca dan menghayati sastra anak. seperti Asal Usul Nama Surabaya dan
Kembang Sepatu, si anak memperoleh hiburan yang menyenangkan dari bacaannya itu. Hati si
anak akan terhibur dengan perilaku tokoh ikan Hiu-Sura dan Buaya yang saling berebut daerah
mangsa. Si anak juga akan terhibur dengan ketulusan hati tokoh Kembang sepatu yang banyak
memberi manfaat bagi kehidupan di sekitarnya. Hiburan itu akan terasa pula jika karya sastra itu
dibacakan secara nyaring oleh seorang siswa di depan kelas. Siswa-siswa yang lainnya, yang
mendengar pembacaan karya sastra itu, akan merasa terhibur pula.
Selain fungsi pendidikan dan hiburan, sastra anak juga berfungsi: (1) membentuk
kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan
dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya. Setelah menikmati karya sastra yang dibacanya
itu anak-anak secara alamiah akan terbentuk kepribadiannya, menjadi penyeimbang emosi secara
wajar, menanamkan konsep diri, harga diri, memerlukan kemampuan yang realistis, membekali
anak untuk memahami kelebihan dan kekurangan diri, dan membentuk sifat-sifat kemanusiaan
pada diri si anak, seperti ingin dihargai, ingin mendapatkan cinta kasih yang tulus, ingin
menikmati keindahan, dan sastra anak pantang terhadap tema atau hal-hal percintaan yang
bersifat erotis, kekejaman yang keji, kesengsaraan yang menyedihkan, dan perbuatan tercela
yang penuh prasangka buruk itu, disebabkan oleh kondisi si anak yang masih suci, jernih, penuh
kasih sayang, dan kepribadian yang masih labil sehingga mudah dibentuk. Sastra anak harus
memberikan sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan anak di kemudian hari, membentuk
kepribadian yang bermoral, dan mampu mengembangkan kreativitas untuk meraih cita-cita

6
berbudi pekerti luhur dan mulia hidupnya. Dengan menghindari pantangan itu, diharapkan sastra
anak mampu menjadi media pendidikan yang efektif bagi kehidupan anak di masa depan. Sastra
anak dapat diartikan sebagai 'karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahaminya oleh
anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Sarumpaet (Nurgiyantoro:
2010) mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra
orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa (1) unsur pantangan, (2) penyajian dengan gaya
secara langsung, dan (3) fungsi terapan.

3. Tema dan Amanat Teks Sastra Anak Pada Cerita Anak


Tema merupakan suatu gagasan poko atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya
dalam membuat suatu tulisan. Menurut Shipley (Nurgiyantoro, 1995: 80-82) mengartikan tema
sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita.
Shipley juga membedakan tema-tema karya sastra ke dalam tingkatan-tigkatan, semuanya ada
lima tingkatan berdasarkan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana,
tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ketingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai
oleh manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud sebagai berikut.
Pertama, tema tingkat fisik. Manusia sebagai (dalam tingkatan kejiwaan). Tema karya
sastra pada tingkatan ini lebih banyak menyaran atau ditujukan oleh banyaknya aktivitas fisik
daripada konflik kejiwaan. Kedua, tema tingkat organik. Manusia sebagai (dalam tingkat
kejiawaan). Tema tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah
sesualitas-suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Ketiga, tema tingkat
social, manusia sebagai makhluk social. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat
aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengundang banyak
permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Kempat, tema tingkat
egoik, manusia sebagai individu. Disamping makhluk social, manusia sekaligus juga makhluk
individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Kelima, tema tingkat
divine, manusia tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau
mencapainya. Misalnya yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan dengan
Sang Pencipta, masalah religiositas, atau hidup, visi, dan keyakinan.

7
Menemukan tema sebuah karya sastra harus dimulai dengan ditemukannya kejelasan
tentang tokoh dan perwatakannya serta situasi dan alur cerita yang ada, sehingga tema dapat
dikatakan sebagai gagasan sentral yang menjadi dasar cerita. Menurut Tarigan (2000: 125) Tema
adalah dasar atau makna suatu cerita. Seperti prosa dan drama, puisi pun memiliki tema yang
berisi persoalan yang mendasari suatu karya sastra. Tema munculnya pada awal, sebelum
penyair menulis puisinya. Tema merupakan dorongan yang kuat yang menyebabkan penyair
mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui puisi. Untuk menentukan tema dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: dengan cara melihat judul puisinya dijadikan dengan melihat bentuk fisik
puisi itu, seperti dari sisi diksi (pilihan kata), dari sisi judul puisinya, dan dari kekerapan kata
yang sering muncul.
Amanat merupakan salah satu unsur yang membangun sastra anak seperti puisi anak.
Amanat dalam puisi adalah pesan atau nasihat yang disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca atau pendengar. Menurut Sadikin (2010) amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh
pengarang bagi persoalan didalam karya sastra. Menurut Siswanti (2008: 161-162) amanat ialah
gagasan yang mendasarikarya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
dan pendengar, didalam karya sastar modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra
lama pada umumnya amanat tersurat. Oleh karena itu, amanat hanya dapat dirumuskan oleh
pembaca atau penikmat sehingga bisa terjadi beda pendapat antara penikmat satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh beragamnya tingkatan penikmat baik dari sisi
pengetahuan, latar agama, latar budaya, dan sebagainya.

8
KESIMPULAN
Sastra anak adalah bagian dari sastra pada umumnya yang dibaca oleh orang dewasa.
Sastra anak anak merupakan karya dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi
mengandung nilai –nilai yang dapat memperkaya pengalaman rohani bagi kalangan anak-anak.
Cerita anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan cerita tentang anak. Tema
adalah dasar sebuah cerita sedangkan amanat adalah pesan pengarang melalui cerita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra anak: persoalan genre. Humaniora,16(2), 107-122.


Resmini, N. (2010). Sastra anak dan pegajarannya di sekolah dasar. Diakses dari: file. Upi.
Edu/...SASTRA.../SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA_DI_SEKOLAH_DASAR.
Toha-Sarumpaet, R. K. (2010). Pedoman penelitian sastra anak. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Soelistyarini, T. D. (2011). Cerita Anak dan Pembentukan Karakter. Disampaikan dalam
Lokakarya Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Sastra Anak pada tanggal, 22.
Fitriana, I. (2013). Penerjemahan Karya Sastra Anak. Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah
Kebahasaan dan Kesusastraan, 4(2).
Utara, S., Jawa, L., & Barat, K. B. (2011). A, METODE PENELITIAN.
Sulianto, J., Untari, M. F. A., & Yulianti, F. (2014). Profil Cerita Anak dan Media Boneka
Tangan dalam Metode Bercerita Berkarakter untuk siswa SD. Mimbar Sekolah
Dasar, 1(2), 113-122.
Nurgiantoro, B. (2018). Sastra anak: pengantar pemahaman dunia anak. UGM PESS.

10

Anda mungkin juga menyukai