Anda di halaman 1dari 15

APRESIASI SASTRA ANAK

MENGENAI

PENGERTIAN, CIRI-CIRI DAN FUNGSI SASTRA ANAK

OLEH :

HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH

18129264

18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING :

DRA. ELFIA SUKMA, M. PD

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Terima kasih Saya sampaikan kepada Allah swt, karena berkat-Nya lah Saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Apresiasi Sastra Anak mengenai
Pengertian, Ciri-Ciri dan Fungsi Sastra Anak” ini dengan lancar, tanpa halangan
berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Sastra
Anak yang diampu oleh Ibu Dra. Elfia Sukma, M.Pd.

Pemilihan tema ini atas dasar rujukan atau tuntutan silabus semester dua yang
telah dibagikan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi setiap orang kedepannya.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.Untuk
itu kami ucapkan terima kasih.

Saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
untuk saya jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Tinggi, 29 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian apresiasi sastra anak

B. Fungsi apresiasi sastra anak

C. Ciri-ciri sastra anak.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata


sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan
hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam
Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan
sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Apresiasi sastra akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik.
Dalam apresiasi sastra manfaat yang sanagt dirasakan adalah adnya
pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore seluruh potensi yang ada
dalam diri kita terutama hal yang adadalam apresiasi sasta yaitu seperti puisi,
prosa, dan drama.
Apresiasi sastra akan muncul jika pembelajaran berjalan menyenangkan,
adanya stimulus dan respon memberikan dampak yang positif pada perkembangan
apresiasi. Oleh karena itulah peran guru dalam hal ini sangat diperlukan agar
dapat merangsang anak untuk dapat berapresiasi sastra dengan baik

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan diantaranya :
1. Apa pengertian apresiasi sastra anak?
2. Apa ciri-ciri dari sastra anak?
3. Apa saja fungsi sastra anak?

iv
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan beberapa rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian apresiasi sastra anak
2. Menjelaskan ciri-ciri sastra anak
3. Menjelaskan fungsi sastra anak

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SASTRA ANAK

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti


penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti
appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa
indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli
sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta
sastra.
Selain itu, ada beberapa pendapat lain terkait dengan definisi sastra anak.
Menurut B. Nurgiyantoro (2005: 6) Sastra anak adalah sastra yang secara
emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak yang berangkat
dari fakta konkret yang dapat diimajinasikan. Sedangkan menurut Davis
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan pengarahan anggota
dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya juga dilakukan orang dewasa.
Dalam Sarumpaet (2010: 2).

Untuk pengertian sastra anak, yaitu :


(1) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
remaja atau dewasa isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan
kepribadian anak.
(2) Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak
kehidupan dan kepribadian anak.

vi
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya
sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak,
baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak
itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan
prosa, melainkan juga bentuk drama.

B. CIRI-CIRI DARI SASTRA ANAK


Karakteristik atau ciri-ciri sastra anak dapat dilihat dari beberapa segi,
setidaknya dari dua segi, yaitu :
1. Segi Kebahasaan
a. Struktur Kalimat
Cerita anak biasanya menggunakan kalimat sederhana, dapat berupa
kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kaliamt perintah
sederhana. Dalam sastra anak lebih banyak dijumpai kalimat tunggal
daripada kalimat majemuk yang dapat berupa kalimat aktif maupun
pasif, negatif atau positif, serta kalimat dengan susunan beruntun atau
inversi.
b. Pilihan Kata
Satra anak pada umumnya menggunakan kata-kata ynag sudah
dikenal oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya, Kata-kata
konkret lebih banyak digunkan daripada kata abstrak. Istilah khusus
dalam bidang ilmu tertentu juga tidak banyak/ jarang digunakan.
c. Gaya Bahasa/Majas
Sedikit sekali digunakan majas, hal ini berkaitan dengan ciri
pilihan kata yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sastra anak lebih
banyak mengunakan kata-kata konkret. Kalaupun digunakan majas,
majas yang digunakan adalah majas yang sudah dikenal oleh anak.
Misal penggunaan majas personifikasi dalam certita tentang binatang
yang dapat berperilaku seperi manusia.

vii
2. Segi Kesastraan
Dapat dilihat dari unsur instrinsiknya, terutama pada karya fiksi. Dalam
hal ini ciri itu dilihat dari unsur intrisik utama karya sastra, yaitu:
a. Alur Cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis
menurut hukum kausalitas (sebab-akibat). Cerita anak biasanya
memiliki alur yang sederhana dan berbentuk linear. Artinya pada
cerita itu hanya ada satu alur utama yang tidak bercabang dan alur
yang digunakan biasanya berupa alur maju atau linear.
b. Karakter/tokoh Cerita
Dilihat dari individunya, tokoh cerita anak dapat berupa manusia,
binatang, atau tanaman, bahkan benda lain seperti peralatan rumah
tangga. Apabila tokoh cerita berupa manusia, biasanya yang menjadi
tokoh utama adalah anak-anak.
Dilihat dari kompleksitas karakter, cerita anak-anak biasanya berisi
tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali
dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak,
jarang dijumpai tokoh yang berwajah banyak, yaitu tokoh yang
memiliki unsur baik dan jahat sekaligus.
c. Tema
Cerita anak biasanya memiliki tema tunggal (satu tema mayor)
tanpa subtema (tema minor). Hal ini terkait dengan kemampuan anak
yang terbatas dalam menggali tema dalam bacaan. Pada umumnya
anak hanya mampu menangkap tema yang transparan, sederhana,
seperti kebaikan akan mengalahkan kajahatan, orang jujur akan
mendapat kebahagiaan, dan pahlawan pasti menang.

Sarumpaet (1976) mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak


dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu adalah:
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur ang secara khusus berkenaan
dengan tema dan amanat. Tema cerita anak-anak ditentukan berdasarkan

viii
pertimbangan nilai edukatif walaupun persoalan-persoalan cinta yang
erotis, seks, kebencian, kekejaman, kekerasan, dan prasangka buruk,
kecurangan yang jahat serta masalah hidup dan mati sering menjadi fokus
dalam isi sastra, pantang untuk disajikan sebagai tema dalam sastra anak.
Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat
dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan
perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya
disederhanakan dengan akhir cerita yang berbeda pada tokoh jahat dan
tokoh baik. Pada akhir cerita, tokoh jahat akan mengalami kesengsaraan
atau ketidakberuntungan, sedangkan tokoh baik akan menemui
kebahagiaan atau keindahan. Contoh dalam kisah Bawang Merah dan
Bawang Putih, Putri Salju, dan Cinderella.
Tema-tema yang sesuai untuk sastra anak-anak adalah tema-tema
yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan kehidupan anak,
seperti kepahlawanan, kepemimpinan, suka duka, pengembaraan,
peristiwa sehari-hari, kisah-kisah perjalanan seperti ruang angkasa,
penjelajahan, dan sebagainya (Sarumpaet, 1976; Huck, 1987; Mithell,
2003). Berkaitan dengan pemecahan masalah yang disajikan dalam cerita,
Sarumpaet (11976) berpendapat bahwa akhir cerita anak-anak tidak selalu
suka ataupun indah. Walaupun cerita dapat berakhir dengan duka, yang
penting bersifat afirmatif (menimbulkan respons yang positif).

2. Penyajian dengan Gaya Langsung


Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang
merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasaran,
mengetengahkan gerak yag dinamis, dan jelas sebab-musababnya.
Penyajian gaya langsung pada umumnya berkait dengan pengaluran,
penokohan, latar, pusat pengisahan dan gaya bahasa.
a. Alur cerita anak-anak seharusnya singkat dan mengetengahkan
jalinan peristiwa yang dinamis dan jelas sebab-sebabnya,

ix
b. Tokoh, melalui pengisahan dan dialog akan terwujudkan suasana
dan tergambar tokoh-tokoh yang jelas sifat, peran, maupun
fungsinya dalam cerita (Faris, 1993).
c. Latar cerita juga dapat memudahkan anak mengidentifikasi cerita.
Cerita dengan latar tempat dan waktu yang dekat dengan
kehidupan anak sehari-hari dapat menarik perhatian anak.
d. Pusat pengisahan (sudut pandang) adalah posisi yang diambil
pengarang dalam menuturkan kisahnya dan bergantung pada pusat
pengisahannya. Pusat pengisahan yang jelas akan dapat
memperjelas amanat cerita.
e. Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara
langsung, tidak berbelit-belit (sederhana), kalimatnya pendek-
pendek, tetapi tetap mengacu pada faktor keindahan.

3. Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan
umum, keterampilan khusus, maupun untuk perkembangan anak.
Kebanyakan bacaan anak ditulis oleh orang dewasa sehingga fungsi
terapan sering dimanfaatkan untuk menampung kecenderungan
penulisnya untuk menggurui (Sarumpaet, 1976). Fungsi terapan dalam hal
ini untuk menambah pengetahuan umum baik dalam bidang sosial,
bahasa, maupun sain sehingga hal-hal yang ditampilkan dapat
mengajarkan sesuatu.
Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur
instrinsik yang terdapat dalam teks karya sastra anka itu sendiri, misalnya
dari judul Petualangan Sinbad akan memberi informasi tokoh asing.
Sinbad berasal dari Timur-Tengah, selain memberi informasi nama tokoh,
anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal tokoh tersebut,
letak negeri itu, apa yang terkenal dari negeri itu, dan sebagainya.

x
C. FUNGSI SASTRA ANAK
Mempelajari sesuatu hal dengan sungguh-sungguh tentu ada manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Ada sesuatu yang kita dapat darinya, berupa nilai-nilai,
sejumlah manfaat yang lainnya. Setidak-tidaknya terdapat lima manfaat bagi
kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu manfaat:
1. Estetis
2. Pendidikan
3. Kepekaan batin atau sosial
4. Menambah wawasan
5. Pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
Estetika artinya ilmu tentang keindahan atau cabang filsafat yang
membahas tentang keindahan yang melekat dalam karya seni. Kata estetis
artinya indah, tentang keindahan atau mempunyai nilai keindahan. Manfaat
estetis dalam apresiasi sastra anak adalah manfaat tentang keindahan yang
melekat pada sastra anak.
Mendidik artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai
akhlak, budi pekerti, dan kecerdasan piker. Manfaat penddikan pada apresiasi
sastra anak adalah memberi berbagai informasi tentang proses pengubahan
sikap dan tata laku sesseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.
Peka artinya mudah terasa, mudah tersentuh, mudah bergerak, tidak
lalai, dan tajam menerima atau meneruskan pengaruh dari luar. Manfaat
kepekaan batin atau sosial dalam mengapresiasikan sastra anak adalah upaya
untuk selalu mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat
batiniah ataupun sosial .
Wawasan artinya hasil mewawas, tinjauan atau pandangan. Manfaat
menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra anak artinya memberi
tambahan infprmasi, pengetahuan, pengalaman hidup, dan pandangan-
pandangan tentang kehidupan.
Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari apresiasi sastra
anak adalah mampu menghaluskan budi pekerti seseorang apresiator. Dari
banyak membaca karya sastra tentu banyak pula hal-hal tentang ajaran budi

xi
pekerti yang diperolehnya. Seperti dicontohkan dalam puisi Kupinta Lagi
Karya J.E. Tetengkeng diatas, apa yang diminta oleh manusia itu bukan harta,
bukan benda, bukan kekayaan, dan bukan pula kepangkatan, melainkan agar
kembalinya keimanan yang pernah hilang.

Apresiasi sastra anak adalah penghargaan terhadap sastra anak setelah


terlebih dahulu memahami, baik dari segi bentuk maupun isi, sastra anak itu
sendiri.
Kegiatan apresiasi sastra anak dapat dilakukan dengan kegiatan secara
lansung, (a) membaca sastra anak, (b) mendengar sastra anak, dan
(c)menonton pertunjukan sastra anak.

Ada tingkatan dalam apresiasi sastra anak, yaitu (a) apresiator terlibat
langsung mengalami suasana yang ada dalam cipta sastra anak,artinya ia
terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif; (b) daya intelektual
apresiator lebih giat lagi bekerja mencari dadan menemukan arti kata-kata
yang tersurat dalam cipta sastra anak; dan (c) apresiator sudah menyadari
bahwa ada hubungan antra cipta sastra anak yang dibaca, didengar, dan
ditontonnya dengan dunia yang ada diluar sastra sehingga pemahaman dan
penikmatannya itu lebih luas dan mendalam.

Setidaknya ada lima manfaat apresiasi sastra anak, yaitu (a) manfaat estetis,
(b) manfaat pendidikan, (c) manfaat kepekaan batin dan social, (d) manfaat
menambah wawasan, dan (e) manfaat pengembangan kejiwaan atau
kepribadian.

xii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti
appreciate" yang berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa
indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap
karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan
menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap cipta sastra.
Karakteristik atau ciri-ciri sastra anak dapat dilihat dari beberapa segi,
setidaknya dari dua segi, yaitu :
1. Segi Kebahasaan
a. Struktur kalimat
b. Majas
c. Pilihan Kata
2. Segi Kesusteraan
a. Alur
b. Karakter/Tokoh
c. Tema
Mempelajari sesuatu hal dengan sungguh-sungguh tentu ada manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Ada sesuatu yang kita dapat darinya, berupa nilai-nilai,
sejumlah manfaat yang lainnya. Setidak-tidaknya terdapat lima manfaat bagi
kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu manfaat:
1.Estetis
2.Pendidikan
3.Kepekaan batin atau sosial
4.Menambah wawasan
5.Pengembangan kejiwaan atau kepribadian.

xiii
B. SARAN
Dalam kegiatan pengapresiasian sastra hendaknya memperhatikan
audience dari penikmat sastra tersebut. Hal ini, bisa pada tingkatan dewasa
dan anak-anak. Pada tingkatan anak-anak, bahasa yang digunakan adalah
bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak baku. Dalam manfaaynya,
sastra diharapkan memiliki unsure-unsur yang dapat mengembangkan
apresiasi anak.
Hal diatas merupakan tugas guru dalam merangsang kreativitas anak agar
dapat tereksplore dengan baik.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Haryadi dan Zamzami. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen


Pendidikan Nasional.

xv

Anda mungkin juga menyukai