Anda di halaman 1dari 27

Unit 6

SASTRA ANAK
Munirah
Abd. Rahman Rahim
Pendahuluan
Pendahuluan
Saudara mahasiswa, pada pembahasan unit satu sampai lima kita telah
mempelajari aspek-aspek kebahasaaan. Pembahasan kita kali ini adalah masalah
Pendahuluan
sastra khususnya sastra anak. Selama ini kita telah mengajarkan materi sastra tetapi
hanya bersifat umum saja, sehingga penjelasan yang diberikan bersifat umum pula.
Untuk itu materi sastra anak sangat penting untuk Anda pahami dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Setelah mempelajari materi ini diharapka Anda dapat menjelaskan:
1. Hakikat sastra anak
2. Unsur-unsur pembangun sastra anak
Mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dalm pembelajaran sastra anak,
maka cermatilah teori dan contoh-contoh karya sastra yang terdapat dalm bahan ajar
ini. Selain itu, Anda dituntut untuk dapat menilai kemampuan Anda sendiri secara
jujur. Untuk itu, kerjakanlah latihan-latihan dan tes formatif yang terdapat pada setiap
unit. Janganlah melihat kunci jawaban sebelum Anda yakin akan jawaban anda
sendiri.

Selamat Belajar!
Semoga Sukses!
Subunit 1
Hakikat Sastra Anak

Saudara, pembelajaran kita kali ini adalah seputar sastra anak. Materi
pembelajaran ini bertujuan memberi bekal pemahaman tentang apa dan bagaimana
unsur-unsur anak tersebut. Untuk itu materi ini dibagi menjadi tiga komponen.
Terutama adalah pengertian sastra anak, komponen kedua adalah ciri sastra anak dan
komponen ketiga adalah fungsi sastra anak. Jadi, untuk lebih jelasnya silakan cermati
uraian berikut ini.

A. Pengertian Sastra Anak


Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar orang menyebutkan atau
mengucapkan kata sastra anak, cerita anak atau bacaan anak. Namun kenyataannya,
istilah sastra anak dalam beberapa kamus istilah sastra, seperti Kamus Istilah Sastra
(Sudjiman, 1990: 7-1-72) dan Kamus Istilah Sastra (Zaidan, et al. 1994: 181-184).
tidak ditemukan tema itu. Demikian juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988: 786-787) atau Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997: 473) pun
tidak kita temukan tema atau subtema sastra anak. Lalu, kita pun bertanya-tanya; apa
pengertian dari sastra anak itu?
Kata sastra anak merupakan dua patah kata yang dirangkaikan menjadi satu
kata, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra berarti 'karya seni imaginative
dengan unsur estetisnya dominan yang bermediunikun bahasa' (Wellek, 1989). Karya
seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat ditemukan dalam bentuk tertulis
ataupun dalam bentuk lisan. Sementara ilu, kata anak di sini diartikan sebagai
'manusia yang masih kecil' (KBBI, 1988: 31) atau 'bocah' (KBBI, 1988: 123). Tentu
pengertian anak yang dimaksud di sini bukan anak balita dan bukan pula anak remaja,
melainkan anak yang masih berumur antara 6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi.
secara sederhana istilah sastra anak dapat diartikan sebagai 'karya seni yang
imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa. baik lisan
ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahaminya oleh anak-anak dan berisi
tentang dunia yang akrab dengan anak-anak'.
Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra
yang dikonsumsi anak dan di urus xeria dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra
anak ditulis oleh orang tua untuk anak. Orang tua jugalah yang mengedit,
mengilustrasi, mencetak, menerbitkan, mendistribusikan, memilihkannya di rumah
atau di sekolah, sering membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang
dewasa pulalah yang membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan
yang baik bagi anak.
Sebenarnya, tidak semua sastra anak itu ditulis oleh orang tua. Penulis sastra
anak dapat juga dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya anak yang telah
berumur sepuluh atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat menulis puisi atau catatan
harian dalam majalah Bobo dan sebagainya. Memang pada umumnya sastra anak itu
ditulis oleh orang dewasa atau orang tua untuk anak-anak. Sementara itu, istilah
cerita anak merupakan istilah yang umum untuk menyebut sastra anak yang semata-
mata bergenre prosa, seperti dongeng, legenda, mite yang diolah kembali menjadi
cerita anak, dan tidak termasuk jenis puisi anak atau drama anak. Istilah bacaan anak
lebih menekankan pada media tertulis, bahasa tulis, dan bukan bahasa lisan. Bacaan
anak tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat fantasi atau sastra, tetapi juga bacaan
yang bersifat pengetahuan, keterampilan khusus, komik atau cerita bergambar, cerita
rakyat, dan sebagainya.
Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak
yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat sastra anak lebih
menonjolkan unsur fantasi. Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari yang serba
mungkin dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu, baik benda
hidup maupun benda mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri mereka sendiri.
Segala sesuatu itu masing-masing dianggap mempunyai imbauan dan nilai tertentu.
Di situlah letak kekhasan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada
penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku
dalam alam kehidupan mereka (Sarumpaet, 1976: 29).

B. Ciri Sastra Anak


Menurut Sarumpaet (1976: 29-32) ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu
berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa: (1) unsur
pantangan, (2) penyajian dengan gaya secara langsung, dan (3) fungsi terapan.
Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan
tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari atau
pantangan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta yang
erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk,
kecurangan yang jahat, dan masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam
kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan,
kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya
amanatnya lebih disederhanakan dengan akhir cerita menemui kebahagiaan. Contoh
sastra anak adalah Putri Salju, Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih, dan
Putri Angsa.
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita
merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya. Deskripsi itu
diselingi dengan dialog yang wajar, organis, dan hidup. Melalui pengisahan dan
dialog itu terwujud suasana yang tersaji perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik
sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan
sifat tokoh yang hitam putih. Artinya, setiap tokoh yang dihadirkan hanya
mengemban satu sifat utama, yaitu tokoh baik atau tokoh buruk.
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum,
keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra
anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada teks karya sastra
anak itu sendiri, misalnya dari judul Petualangan Sinhad akan memberi informasi
tokoh asing. Keasingan itu merupakan bahan informasi bahwa Sinbad berasal dari
daerah Timur Tengah, Arab-Persia. Selain memberikan informasi yang berupa kata
atau nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal kata atau
tokoh itu, letak negeri itu, apa yang terkenal di negeri itu, dan sebagainya.

C. Fungsi Sastra Anak


Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai
pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak
informasi tentang suatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau
keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak, Dalam contoh
kisah Asal Usul Nama Surabaya, si anak memperoleh banyak informasi tentang asal-
usul nama Surabaya, letak geografis kota Surabaya, informasi tentang lambang Kota
Surabaya, pengetahuan praktis tentang kehidupan di air laut dan di sungai, nama
binatang air, serta pendidikan moral untuk bermusyawarah, mempertahankan hak,
dan kepahlawanan.
Kisah tentang perebutan kekuasaan dan daerah pencarian mangsa padu ikan
Hiu-Sura dan Buaya seperti itu, sebenarnya dapat dimusyawarahkan secara adil dan
jujur. Musyawarah merupakan jalan perdamaian yang dianjurkan untuk menghindari
pertumpahan darah. Memang daerah kekuasaan yang sudah menjadi hak miliknya itu
perlu dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Perlu diingat bahwa
mempertahankan hak, yaitu sesuatu yang telah menjadi milik kita itu merupakan
suatu kewajiban. Selain kita yang membela kebenaran dan keadilan itu merupakan
jiwa kepahlawanan. Sebaliknya, jika merebut sesuatu yang bukan milik dan hak kita
itu merupakan perbuatan yang tak terpuji atau termasuk kejahatan.
Dari sajak Kembang Sepatu karya L.K. Ara banyak hal yang dapat memberi
fungsi pendidikan pada si anak. Mengapa bunga itu dinamakan "kembang sepatu"?
Jawabnya adalah jika kembang itu diusapkan pada sepatu akan berkilau atau
mengisap. Fungsi informasi yang lain, misalnya tempat asal kembang sepatu, yaitu
India dan Cina. Kebiasaan gadis-gadis Cina dan India memakai bunga sepatu untuk
penghias alis. Bentuk daun sepatu, yaitu berbentuk hati yang ujungnya meruncing.
Ada bermacam-macam warna bunga sepatu, yaitu merah, putih, merah muda, kuning,
dan merah kekuning-kuningan. Hanya sebentar bunga itu mekar, kemudian segera
layu.
Sajak Kembang Sepatu itu juga jelas memberi informasi kreativitas pada diri
anak untuk memanfaatkan kegunaan kembang sepatu. Pertama, sebagai tanaman hias
untuk pagar pekarangan rumah, Kedua, bunga sepatu untuk mengilatkan warna
sepatu. Ketiga, bunga sepatu untuk kecantikan wajah dengan menghias alis. Keempat,
bunga sepatu itu dapat juga dircebus untuk dibuat pewarna kue makanan. Dan,
kelima, akar hingga sepatu itu dapat direbus sebagai penawar racun. Sementara
amanah atau pendidikan moral adalah manusia itu hendaknya menjadi manusia yang
berguna bagi siapa saja, baik bagi masyarakat, bagi nusa bangsa, maupun bagi
agamanya.
Fungsi hiburan sastra anak jelas memberi kesenangan, kenikmatan, dan
kepuasan pada diri anak. Ketika membaca dan menghayati sastra anak. seperti Asal
Usul Nama Surabaya dan Kembang Sepatu, si anak memperoleh hiburan yang
menyenangkan dari bacaannya itu. Hati si anak akan terhibur dengan perilaku tokoh
ikan Hiu-Sura dan Buaya yang saling berebut daerah mangsa. Si anak juga akan
terhibur dengan ketulusan hati tokoh Kembang sepatu yang banyak memberi manfaat
bagi kehidupan di sekitarnya. Hiburan itu akan terasa pula jika karya sastra itu
dibacakan secara nyaring oleh seorang siswa di depan kelas. Siswa-siswa yang
lainnya, yang mendengar pembacaan karya sastra itu, akan merasa terhibur pula.
Saudara, selain fungsi pendidikan dan hiburan, sastra anak juga berfungsi: (1)
membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan
emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya. Setelah menikmati
karya sastra yang dibacanya itu anak-anak secara alamiah akan terbentuk
kepribadiannya, menjadi penyeimbang emosi secara wajar, menanamkan konsep diri,
harga diri, memerlukan kemampuan yang realistis, membekali anak untuk memahami
kelebihan dan kekurangan diri, dan membentuk sifat-sifat kemanusiaan pada diri si
anak, seperti ingin dihargai, ingin mendapatkan cinta kasih yang tulus, ingin
menikmati keindahan, dan sastra anak pantang terhadap tema atau hal-hal percintaan
yang bersifat erotis, kekejaman yang keji, kesengsaraan yang menyedihkan, dan
perbuatan tercela yang penuh prasangka buruk itu, disebabkan oleh kondisi si anak
yang masih suci, jernih, penuh kasih sayang, dan kepribadian yang masih labil
sehingga mudah dibentuk. Sastra anak harus memberikan sesuatu hal yang
bermanfaat bagi kehidupan anak di kemudian hari, membentuk kepribadian yang
bermoral, dan mampu mengembangkan kreativitas untuk meraih cita-cita berbudi
pekerti luhur dan mulia hidupnya. Dengan menghindari pantangan itu, diharapkan
sastra anak mampu menjadi media pendidikan yang efektif bagi kehidupan anak di
masa depan.
Sastra anak dapat diartikan sebagai 'karya seni yang imajinatif dengan unsur
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang
secara khusus dapat dipahaminya oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab
dengan anak-anak.
Sarumpaet (1976: 29-32) mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang menandai
sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa (1)
unsur pantangan, (2) penyajian dengan gaya secara langsung, dan (3) fungsi terapan.
Rangkuman
Ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi
sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak
memberi banyak informasi tentang suatu hal, memberi banyak
pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga
memberi pendidikan moral pada anak, Fungsi hiburan sastra anak
jelas memberi kesenangan. kenikmatan, dan kepuasan pada diri anak.
selain fungsi pendidikan dan hiburan, sastra anak juga berfungsi: (1)
membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak.
Oleh karena itu, hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia
dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan
milik orang dewasa. Sifat sastra anak lebih menonjolkan unsur fantasi.
Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari yang serba mungkin
dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu, baik benda
hidup maupun benda mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri
mereka sendiri. Segala sesuatu itu masing-masing dianggap
mempunyai himbauan dan nilai tertentu. Di situlah letak kekhasan
hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai
dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku
dalam alam kehidupan mereka.
Subunit 2
Unsur Pembangun Sastra Anak

Pendahuluan

S audara Mahasiswa, dalam subunit 2 ini, penulis akan mengajak Anda untuk
Pendahuluan
mempelajari salah satu bagian penting dalam membahas materi penting tentang
karya sastra anak. Materi unsur-unsur pembangun karya sastra anak merupakan salah
satu materi yang sangat berguna bagi Anda karena di dalamnya membicarakan
tentang struktur karya sastra sebagai salah satu karya fiksi yang tentu saja terdiri atas
struktur luar atau yang dikenal dengan unsur ekstrinsik dan struktur dalam, atau yang
lebih dikenal dengan struktur intrinsik.
Struktur luar atau unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di
luar karya sastra, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi cerita yang disajikan,
misalnya faktor sosial-poiltik, ekonomi, dan kepengarangan, serta tata nilai yang
dianut oleh masyarakat.
Struktur dalam atau unsur intrinsik adalah unsur- unsur yang membentuk
karya sastra itu sendiri baik pada prosa, puisi maupun drama. Unsur-unsur intrinsik
tersebut seperti tokoh, tema, amanat, alur, latar, gaya bahasa, dan pusat pengisahan.
Untuk lebih jelasnya dalam memahami unsur-unsur pembangun sastra anak
yang terdapat dalam setiap karya sastra anak yang berbentuk prosa, cerita anak-anak,
puisi, dan drama, akan dijelaskan dalam pembahasan di bawah ini.

A. Unsur Sastra Berbentuk Prosa


Saudara Mahasiswa, karya sastra anak yang berbentuk prosa dapat berupa
novel, roman, novelet, cerpen, dan yang jelasnya dikatakan sebuah prosa ketika berisi
sebuah cerita tentang kehidupan, khusus untuk anak-anak biasa dikelompokkan
dalam cerita anak- anak.
Sebuah karya sastra anak yang berbentuk prosa dibangun oleh unsur-unsur
yang saling mendukung, yaitu tokoh, tema, alur, latar, gaya dan pusat pengisahan.
Secara garis besar perhatikan uraian berikut ini tentang unsur-unsur pembangun
prosa.

1. Karakter atau Perwatakan


Tokoh merupakan pemain, pelaku, pemeran atau orang yang berada atau yang
memiliki peran dalam cerita tersebut. Sebuah karya fiksi hadir tanpa adanya tokoh
cerita atau tanpa adanya tokoh yang bergerak dari awal hinggas akhir cerita maka
belum bisa dikatakan sebagai karya sastra anak yang berbentuk prosa. Karakter atau
perwatakan adalah gambaran perilaku, watak atau karkter dari masing-masing tokoh
dalam cerita. Perhatikan contoh cuplikan berikut ini.
Batinnya bertarung hebat. Satu sisi batinnya dia sangat butuh, di sisi lain itu
sebuah dosa. Lama batinya bergejolak hebat. “Darah kita tidak bole dialiri
sesuatu dari hal yang tidak halal. Kita tidak boleh mengambil sesuatu yang
bukan hak kita.” Begitu kalimat yang teramat sering dinasehatkan ayahnya
dulu ketika semasa hidupnya. Demikian pula ibunya, berpesan hanya pada
satu hal, agar kita memegang kejujuran. Dan semua itu telah diikrarkan
dalam hati Alam. Ia telah berjanji agar tidak mengkhianati janji itu.

Cara menghadirkan perwatakan atau penokohan ini dapat dilakukan oleh


pengarang dengan dua cara, yaitu yang pertama, pengggambaran analitik atau
penggambaran langsung yang dilakukan seorang pengarang tentang watak atau
karakter tokoh seperti penggambaran seorang tokoh yang keras kepala, setia,
penyabar, emosional, religius dan lainnya.Yang kedua adalah penggambaran
dramatik atau penggambaran perwatakan yang tidak dilakukan secara langsung oleh
pengarang, misalnya melalui pilihan nama atau tokoh, penggambaran fisik atau
postur tubuh, dan melalui dialog.
2. Tema
Saudara Mahasiswa, menemukan tema sebuah karya sastra harus dimulai
dengan ditemukannya kejelasan tentang tokoh dan perwatakannya serta situasi dan
alur cerita yang ada, sehingga tema dapat dikatakan sebagai gagasan sentral yang
menjadi dasar cerita. Perhatikan contoh berikut ini.
Panas terik masih menembus ke ubung-ubung. Sepulang sekolah Yus dan Ade
keliling lapangan menjajakan kue buatan Ibunya. Aneka macam kue yang
dijualnya, ada kue roti pawa, jalankote, kue lapis dan lain-lain. Siang itu kue
jualannya tidak terlalu banyak laku padahal dia membawa kue jualannya ke
lapangan karena di sana ada pertandingan sepak bola. Ternyata banyak
penjual kue yang datang hari itu. Sebenarnya Yus tidak kecewa karena hari
itu sudah sore sedangkan keranjang kuenya masih banyak. Yus mengingatkan
kepada adiknya agar tidak berputus asa.

3. Alur
Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah
cerita dan dialami tokoh- tokohnya. Alur atau plot biasa juga disebut sebagai struktur
rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah inter relasi fungsional
yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang
membangun cerita. Perhatikan contoh berikut ini.
Perlahan-lahan aku membenci suamiku. Ia tahu bahwa aku takut di rumah
sendiri pada mala hari tetapi ia selalu pulang alrut malam bahkan kadang
tidak pulang aku juga tak tahan bau rokok, tetapi ia terus merokok tanpa
mempedulikan saya. Ketika ku inta lagu-lagu sentimental, ia malah
mengoreksi lagu-lagu rock. Ah beda terus apa yang ku harap dan dengan apa
yang dia berikan.

4. Latar atau Setting


Saudara Mahasiswa, yang dimaksud dengan latar atau setting adalah
lingkungan tempat peristiwa terjadi yang bentuknya dapat bermacam-macam,
misalnya kampus, pedesaan, perkotaan, nama desa, nama kota, nama daerah dan
nama negara serta segala tepat yang dapat diamati dengan panca indra kita, seperti
suasana pasar malam. Biasanya latar ini muncul pada semua bagian cerita atau
penggalan cerita.
Latar cerita ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu yang pertama
adalah latar sosial atau penggambaran keadaaan masyarakat kelompok-kelompok
sosal, sepert adat istadat, cara hidup, dan bahasa yang digunakan. Yang kedua adalah
latar fisik atau tempat dalam wujud fisiknya, yaitu segala sesuatu yang membangun
daerah tertentu atau latar tempat dan waktu. Perhatikan contoh berikut ini.
Tak mengetahui aku membuntutinya serintil terus berjalan. Langkahnya
berkelok menghindari tonggak-tongak nisan atau pohon kamboja yang
tumbuh rapat. Setelah berkelok ke kiri menuju cungkup makam Ki
Secamengala. Ku lihat dia berbalik. Ronggeng itu terperanjat. Aku berdiri
dibalik sebuah nisan yag cukup besar.

5. Gaya Penceritaan
Saudara Mahasiswa, yang dimaksud dengan gaya penceritaan adalah tingkah
laku pengarang dalam menggunakan bahasa agar menimbulkan penekanan tertentu.
Tingkah laku berbahasa ini merupakan salah satu sarana sastra yang sangat penting.
Tanpa bahasa, tanpa gaya bahasa, sastra tidak ada. Kita tentu ingat bahwa karya
sastra pada dasarnya merupakan salah satu kegiatan pengarang dalam membahasakan
sesuatu kepada orang lain. Perhatikan contoh berikut ini.
Kurus kering sudah tubunya. Lambungnya penuh luka digerogoti penyakit
maag. Mulut dan bibirya dieijeri sariawan sebesar kedelai benjolannya
merah dan dipenuhi nanah. Hilang sudah sisa-sisa ketampanan pemuda itu.

6. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam
ceritanya atau dari mana seorang pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat
dalam ceritanya itu. Dari titik pandangan pengarang inilah pembaca mengikuti
jalannya cerita dan memahami temanya. Pusat pengesahan biasa juga disebut sudut
pandang, apakah pengarang bertindak sebagai pelaku atau pencerita. Apabila
pengarang menggunakan kata aku atau saya berarti pengrang menggunakan sudut
pandang orang pertama. Sebaliknya, jika pengarang menggunakan kata dia atau ia
berarti pengarang menggunakan sudut pandang orang ke tiga. Perhatikan contoh
berikut ini.
“Kue, kue” Ade mengulang teriakannya berkali-kali. Dia tidak berputus asa
walaupun tidak ada yang menggubrisnya. Anak-anak pada asik menonton
sepak bola. Fadlan dan Arif juga ikut menonton. Ada yang hanya tersenyum,
dan ada pula menggelengkan kepala. Ade tetap mengulangi tawanya.
Bayangan tetangganya yang tertimpa kebakaran dua hari yang lalu kembali
terlintas. Alam dan Iful sedih sekali, dia ingin membantunya. Sengaja Ibunya
membuat kue agak banyak hari itu, agar membawa banyak untung untuk
disumbangkan kepada korban kebakaran.

B. Unsur Sastra Berbentuk Puisi


Saudara mahasiswa, sebelum memasuki unsur pembangun puisi anak, terlebih
dahulu kita harus mengetahui apa puisi anak itu. Puisi anak adalah puisi untuk
dikonsumsi anak, yang isinya sesuai dengan lingkungan anak, usia anak dan memiliki
nilai-nilai yang dapat membentuk sikap, budi pekerti yang luhur, serta memiliki nilai
seni.
Adapun unsur- unsur yang membangun puisi anak adalah:
1. Unsur Intrinsik Puisi
Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun puisi dari
dalam, atau dari wujud puisi itu sendiri yaitu:

(a) Tema
Seperti prosa dan drama, puisi pun memiliki tema yang berisi persoalan yang
mendasari suatu karya sastra. Tema munculnya pada awal, sebelum penyair menulis
puisinya. Tema merupakan dorongan yang kuat yang menyebabkan penyair
mengungkapkan apa yang dirasakannya melalui puisi. Untuk menentukan tema dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: dengan cara melihat judul puisinya dijadikan
dengan melihat bentuk fisik puisi itu, seperti dari sisi diksi ( pilihan kata ), dari sisi
judul puisinya, dan dari kekerapan kata yang sering muncul.

(b) Amanat
Amanat merupakan salah satu unsur yang membangun puisi anak. Amanat
dalam puisi adalah pesan atau nasihat yang disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca atau pendengar. Oleh karena itu, amanat hanya dapat dirumuskan oleh
pembaca atau penikmat sehingga bisa terjadi beda pendapat antara penikmat satu
dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh beragamnya tingkatan penikmat
baik dari sisi pengetahuan, latar agama, latar budaya, dan sebagainya.

(c) Sikap, Suasana atau Nada, dan Perasaan dalam Puisi.


Sebuah puisi tidak dapat dinikmati jika tidak dibaca secara keseluruhan.
Pembacaan puisi dapat dilakukan tanpa suara, hanya sekadar dinikmati pembacanya
saja atau dibaca dengan suara keras, bisa juga dideklamasikan. Dengan
dideklamasikan atau membacanya secara keras, Anda akan merasakan perasaan yang
diungkapkan oleh penyairnya. Suasana kejiwaan akan terungkap melalui ungkapan
nada pada puisi yang diciptakan.
Nada dan perasaan dalam puisi merupakan ekspresi penyair dalam
menyampaikan apa yang dirasakan dalam hatinya. Sikap penyair akan terlihat jelas
dalam puisinya. Sikap yang berbeda pada tiap penyair, akan membedakan tiap karya
dalam bentuk nada-nada puisi yang diciptakan meskipun objek yang disampaikan
sama. Oleh karena itu, unsur sikap, suasana, nada, atau perasaan pada puisi anak
adalah ekspresi perasaan penyair yang disampaikan dalam bentuk nada-nada yang
menimbulkan keindahan, seperti memberontak, main-main, serius, takut, dan
sebagainya.

(d) Tipografi
Tipografi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa susunan baris, ke
bawah. Ada yang menyebutkan istilah tipografi dengan sebutan tata wajah puisi.
Baik tipografi maupun tata wajah memiliki pengertian yang sama, yaitu salah satu
unsur puisi yang menjadikan puisi lebih indah karena tata wajahnya dibuat seperti
lukisan tertentu. Perhatikan contoh di bawah ini:
IBU

Wahai ibu .............


Aku menyayangimu sepenuh jiwa dan ragaku
Seandainya ibu tidak ada
Aku tidak akan lahir di dunia ini

Ibu......................
Berkat pengorbananmu
Dan cinta kasihmu
Aku bisa menjadi anak yang berguna

Ibu .....................
Berikanlah aku restumu
Supaya aku bisa menjadi orang berguna dan berbakti

Ibu.....................
Surga ada di telapak kakimu
Ibu...Ibu aku menyayangimu

(e) Rima atau Persamaan Bunyi


Rima adalah persamaan bunyi yang berulang secara teratur pada kata yang
letaknya berdekatan di dalam satu larik atau antara lirik. Perhatikan pengulangan
bunyi pada puisi berikut, dan bacalah keras-keras dan ulangi lagi membacanya.
Benarkah ada kekuatan magis?
Catatan hari lebaran.
Sepiring ketupat luka.
Semangkuk sop duka.
Sepotong lauk alpa.
Tergeletak di atas meja.
Sajakku pun sigap menyantapnya.

(f) Citraan atau Pengimajian


Citraan atau pengimajian adalah susunan kata yang dapat memperjelas apa
yang dinyatakan oleh penyair. Mengingat puisi bukanlah hanya untuk sekedar dibaca
maka penyair menggunakan citraan ini sebagai cara untuk memperjelas agar
penikmat memahami puisi ciptaannya melalui citraan yang disajikan dalam beberapa
bentuk citraan:
(a) penglihatan ( visual imagery)
(b) pendengaran ( auditory imagery)
(c) penciuman ( smell imagery)
(d) perasaan (tactile imagery)
Perhatian contoh pengimajian penglihatan pada puisi Chairil Anwar berikut

ALAM SEMESTA
Betapa indah alam ini
Tumbuh pepohonan hijau
Yang memikat hati
Kala dipandang

Nyiur di pantai melambai – lambai


Angin yang bertiup sepoi – sepoi
Gelombang samudra yang indah
Menambah kesejukan hati

Suasana alam semesta


Yang begitu menakjubkan
Menambah semangat hidup
Untuk memelihara isinya
(g) Gaya Bahasa, Irama, atau Ritme
Gaya bahasa atau irama atau ritme adalah cara khas yang dipakai penyair
untuk menimbulkan efek estetis (keindahan) pada karya sastra puisi yang
dihasilkannya. Perhatikan contoh pengulangan bunyi dan pengulangan kata pada
puisi berikut yang menimbukan bunyi teratur dan menciptakan irama.
Menyesal ( Ali Hajmi)
Pagiku hilang/ sudah melayang
Hari mudak/ telah melayang
Kini petang/ dan membayang
Batang usiaku/ sudah tinggi
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh

2. Unsur Ekstrinsik Puisi


Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun puisi anak yang dari luar. Disebut
unsur luar, tetapi sangat mempengaruhi totalitas puisi. Unsur ekstrinsik di bawah ini
terdiri atas: unsur biografi penyair, unsur kesejarahan, dan unsur kemasyarakatan.
Di samping unsur intrinsik dan ekstrinsik, karya puisi juga dapat dilihat dari
struktur yang berbeda, yaitu struktur lapis-lapis norma. Struktur norma ini ditinjau
dari kenyataan yang ada dalam puisi itu sendiri atau fenomena yang ada. Lapis-lapis
tersebut adalah:
a. lapis bunyi
Lapis bunyi yaitu bunyi kata, kelompok kata, kalimat dan bait.
b. lapis arti
Lapis arti merupakan wujud puisi yang berada pada lapisan ke dua berupa makna
tiap rangkaian huruf, kata, kelompok kata, kalimat, dan bait.
c. lapis pengarang
Lapis pengarang merupakan hal-hal yang berasal dari sisi pengarang yang turut
memperkuat keindahan hasil karyanya, seperti imajinasi dan suasana ucapan tak
langsung berupa kiasan- kiasan yang memperkaya puisi.

C. Unsur Sastra Berbentuk Drama


Saudara Mahasiswa, sebelumnya kita membahas tentang unsur pembangun
drama anak- anak, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu drama anak-anak?
Secara umum pengertian drama adalah teks yang bersifat dialog dan isinya
membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158). Dapat juga dikatakan bahwa
drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
mengemukakan emosi lewat lakuan dan dialog, lazimnya dirancang untuk
pementasan di panggung, (Sudjiman, 1984: 20). Secara khusus, pengertian drama
anak-anak adalah proses lakuan anak sebagai tokoh. Dalam berperan, mencontoh atau
meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfatkan pengalaman
dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam suatu lakuan, baik dialog maupun
monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita tertentu, (Wood dan
Attfield, 1996:144).
Adapun unsur yang membangun drama anak-anak adalah sebagai berikut:

1. Unsur Intrinsik
a. Tokoh
Tokoh dalam drama anak-anak selain orang dewasa dan anak-anak juga biasa
berupa boneka, binatang, tumbuhan, dan benda mati, sikap dan tingkah lakunya tetap
menggambarkan kehidupan manusia. Ciri –ciri tokoh drama anak-anak, yaitu yang
pertama memiliki ciri-ciri kebadanan seperti: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan
kondisi wajah. Yang kedua, ciri-ciri kejiwaan, misalnya mentalitas, moral,
temperamen, kecerdasan, dan kepandaian dalam bidang tertentu. Yang ke tiga adalah
ciri-ciri kemasyarakatan, misalnya status sosial, pekerjaan, pendidikan, ideology,
kegemaran,dan peranannya dalam masyarakat.

b. Alur
Alur atau plot dalam drama biasa juga disebut dengan plot atau jalan cerita.
Alur atau struktur drama anak-anak pada umumnya mengandung lima rangkaian
peristiwa, yaitu:
a. Perkenalan adalah rangkaian peristiwa dalam drama anak- anak yang
berisi mengenai keterangan tokoh dan latar. Dalam hal ini, pengarang
memperkenalkan para tokoh, menjelaskan peristiwa yang akan terjadi.
b. Konflik adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak
yang menimbulkan suasana emosional karena pertentangan antara
manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan
pencipta-Nya, dan manusia dengan diri sendiri.
c. Klimaks adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak yang
menimbulkan puncak ketegangan.
d. Antiklimaks adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak- anak
yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian.
e. Penyelesaian adalah tahapan rangkaian peristiwa dalam drama anak-anak
yang diakhiri kebahagiaan, kedamaian, atau pun kesedihan.

c. Latar

Konsep tentang latar telah dipelajari sebelumnya pada unsur pembangun


karya sastra anak dalam bentuk prosa. Seperti yang kita ketahui bahwa latar dalam
karya sastra anak yang dikenal adalah latar tempat dan latar waktu.
d. Tema

Pada umumnya tema dalam teks drama anak-anak dinyatakan secara eksplisit.
Di samping itu tema drama anak-anak merupakan pikiran utama yang dikaitkan
dengan masalah kebenaran dan kejahatan. Misalnya, perbuatan yang jahat akan
dikalahkan oleh perbuatan yang baik.

2. Unsur Ekstrinsik

Adapun unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra yang berbentuk
drama anak-anak, meliputi: yang pertama adalah biografi pengarang, dalam hal ini
pengarang sastra anak-anak perlu menjiwai corak kepribadian anak-anak.Yang kedua
adalah psikologi, ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang, (P.
Hariyanto, 1997-1998: 930), psikologi juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan
proses-proses mental, baik berkenaan dengan proses mental yang normal maupun
abnormal. Yang ketiga adalah sosiologi, ilmu pengetahuan yang mempelajari
berbagai struktur sosial dan proses-proses sosial, (P. Hariyanto, 1997-1998: 932).

D. Karya Sastra yang Berbentuk Cerita Anak-anak


Menurut Titik W. S., dkk., (2003: 89) bahwa cerita anak-anak merupakan
cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat yang
wacananya yang baku dan berkualitas tinggi sehingga cerita anak-anak harus
berbicara tentang kehidupan anak-anak.
Cerita anak-anak juga dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks, artinya cerita
anak-anak dibangun oleh stuktur yang tidak berbeda dengan cerita orang dewasa,
sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus disususn dengan
memperhatikan unsur keindahan.
Saudara mahasiswa, anak-anak SD dikelompokkan pada usia antara 6-13
tahun. Apabila dikelompokkan berdasarkan jenjang kelas maka mereka berkelmpok
menjadi kelompok kelas anak rendah dan kelompok anak kelas tinggi. Kelompok
kelas rendah berusia antara 6-9 tahun, sedangkan kelas tinggi berusia antara 10-13
tahun.
Perkembangan jiwa anak-anak usia 6-9 tahun berada pada tahap imajinasi
dan fantasi yang tinggi sehingga cerita-cerita yang disenangi oleh anak-anak usia ini
adalah cerita-cerita yang mengandung daya khayati atau fantasi.
Adapun jenis-jenis cerita anak yang cocok untuk SD adalah:
a. Cerita Jenaka
Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku
seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena
kebodohan sang tokoh atau pula karena kecerdikannya.
b. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Dalam
dongeng terkandung cerita yang menggambarkan sesuatu diluar nyata, seperti
Timun Mas, Putri Salju, Peri yang baik hati, dan sebagainya.
c. Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya. Di
dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan sebagaimana layaknya
manusia yang dapat berpikir, bereeksi dan berbicara. Fabel mengandung unsur
mendidik karena diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran
moral.Misalnya, “ Kancil dan Kera “, “ Kancil dan Buaya”.
d. Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian
dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita
tentang terjadinya suatu negeri, danau atau gunung. Contoh cerita “Malin
Kundang”, “Batu Menangis”, Sangkuriang”, “asal Usul Kota Surabaya”
e. Mite atau Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno,
menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Mitos adalah
cerita yang mengandung unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan alam dewa.
E. Unsur-unsur Yang Membangun Cerita Anak- Anak
Adapun unsur-unsur karya sastra yang membangun cerita anak- anak di
antaranya adalah:
a. Tema cerita
Tema dalam sebuah cerita ibarat pondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya
eleman atau unsur yang pertama harus ada dalam sebuah cerita adalah tema. Tema
atau amanat yang terkandung dalam cerita anak-anak berisi pertentangan antara baik
dan buruk. Secara lebih konkret tema pertentangan baik dan buruk ini dinyatakan
dalam bentuk kejujuran melawan kebohongan, keadilan melawan kelaziman, dan
kelembutan melawan kekersan.
b. Amanat
Cerita anak-anak yang bersifat didaktis pada umunya mengandung ajaran
moral, pengetahuan dan keterampilan. Amanat pada sebuah cerita dapat disampaikan
secara implicit (tersurat) ataupun eksplisit (tersirat).
c. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di
dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan atau diserupai sebagai
manusia.
d. Latar
Latar atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara
kasat mata, latar dalam cerita berkenaan dengan tempat atau ruang atau waktu yang
tergambar dalam sebuah cerita. Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi
geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan
sebuah ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh; waktu berlakunya
kejadian masa terjadinya, musim terjadinya; lingkungan agama, moral, intelektual
dan sosial para tokoh.
e. Alur
Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam cerita anak, penggunaan alur tidak
serumit dalam cerita orang dewasa. Hal itu disebabkan oleh pengalaman dan daya
berpikir anak yang masih terbatas untuk memahami ide-ide yang rumit. Penggunaan
alur yang sederhana ini biasa disebut dengan alur datar. Alur datar dijabarkan melalui
gaya bercerita secara langsung.
f. Sudut pandang
Sudut pandang atau pusat pengisahan ( point of view) digunakan pengaraang
dalam menciptakan cerita. Secara garis besar, sudut pandang dibedakan menjadi dua,
yaitu sudut pandang orang yang pertama yang disebut dengan akuan atau sudut
pandang orang yang ketiga disebut dengan diaan atau disebut dengan insider atau
outsider.
g. Gaya
Gaya dalam bercerita berkaitan dengan sasaran cerita, artinya cerita yang
dituturkan untuk siapa. Cerita untuk siswa SD menggunakan bahasa dengan gaya
yang berbeda dengan cerita yang ditujukan untuk remaja, orang dewasa, atau orang
yang sudah usia lanjut. Melalui gaya bercerita, pengarang bertujuan untuk
menampilkan suasana, latar, tokoh, dan unsur-unsur cerita yang lain menjadi hidup.
Apapun jenis cerita, tujuan, dan sasaran yang dimasudkan melalui tulisan, ciri atau
karakteristik yag dimilikinya akan tampak dalam gaya tulisannya.
Rangkuman
Sebuah cerita, apakah itu cerita anak-anak atau cerita orang
dewasa dibangun oleh unsur-unsur sebuah cerita, disebut sebagai
elemen-elemen cerita. Secara khusus unsur-unsur yang membangun
karya sastra anak yang meliputi karya sastra dalam bentuk prosa,
puisi, cerita anak, dan drama yaitu yang pertama adalah struktur luar
atau unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar
karya sastra, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi cerita yang
disajikan, misalnya faktor sosial- poiltik, ekonomi, dan
kepengarangan, serta tata nilai yang dianut oleh masyarakat.
Yang kedua adalah struktur dalam atau unsur intrinsik adalah
unsur- unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri, baik pada
prosa, puisi maupun drama. Unsur-unsur intrinsik tersebut seperti
tokoh, tema, amanat, alur, latar, gaya bahasa, dan pusat pengisahan.
Seluruh unsur cerita tersebut harus saling mendukung sehingga cerita
dapat dipahami dan menarik.
Semua sastra anak bercirikan tiga hal, yaitu (1) unsur
pantangan, (2) penyajian dengan gaya, secara langsung, dan (3)
fungsi tarapan. Kesamaan semua sastra berunsurkan imajinasi dan
bermediumkan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA

Badudu , J.S. dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Cayne, Bernard S., dkk. 1990.The New Lexicon Webster’s Dictioanray of The English
Languange. New York: Lexicon Publication. Inc.

Dallman, Martha, dkk. 1974. The Teachings of Reading. St. Cloud: Holt, Rinehart
Wiston, Inc.

Effendi, S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika Alam.

Rosdiana, Yus., dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka

Rusyana, Yus. 1979. Meningkatkan Kegiatan Apresiasi Sastra di Sekolah Lanjutan.


Bandung: Gunung Larangan.

Santosa, Puji,dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 1976. Bacaan Anak –anak. Jakarta: Pustaka Jaya.
Shadily, Hassan, (ed). 1980.Ensiklopedi Indonesia I. Jakrta: Penerbit Buku Ichtiar
Baru-Van Hoeve.

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.


Supriyadi, dkk. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan,Djago, dkk. 2001. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.

Tim Penyusun Kamus. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta:
Balai Pustaka.
Glosarium
Alur : jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai

efek tertentu.

Amanat : pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada .

pembaca atau pendengar .

Dongeng : cerita yang benar-benar tidak terjadi.

Ekstrinsik : berasal dari luar.

Fabel : cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia

yang pelakunya diperankan diperankan oleh binatang.

Irama : alunan yang tercipta oleh kalimat yan berimbang,

panjang pendek serta kemerduan bunyi dalam prosa

Intrinsik : berasal dari dalam

Latar atau setting : karang mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya

lakuan dalam karya sastra

Legenda : cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada

hubungannya dengan peristiwa sejarah

Tipografi : ilmu cetak, seni percetakan

Tokoh : pemegan peran dalam roman atau drama.

Tema : pokok pikiran, dasar cerita dipakai sebagai dasar

mengarang.

Anda mungkin juga menyukai