Nim : 311710023
Kelas : B pagi
Mata kuliah : Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Rini Agustina, M.Pd.
Jawaban:
1. Sebagai media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat dengan pikiran. Dalam
berpikir, orang menggunakan sistem bahasa sebagai instrumen untuk (a)
mengidentifikasi apa yang dipikirkan, (b) mengurutkan butir-butir pokok pikiran, dan (c)
mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem bahasa, proses berpikir tidak dapat
direalisasikan. Kebalikannya, dalam berbahasa orang perlu berpikir. Tanpa berpikir,
bahasa yang dihasilkan akan kacau dan sulit dipahami. Hal yang demikian pada
umumnya dihindari karena menimbulkan banyak masalah sosial, misalnya salah paham
dan konflik interpersonal yang dapat menjurus pada pertikaian, perpecahan, dan
sebagainya.
2. Searle (1983) dalam teorinya tentang tindak tutur (speech act) menjelaskan bahwa
bahasa merupakan salah satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan. Berbahasa,
menurutnya, adalah bertindak atau melakukan sesuatu. Hal itu berarti bahwa berbahasa
sejajar dengan menulis, membaca, mengendarai motor, mencangkul, belajar, mengajar,
menyeberang, berenang, dan sebagainya. hubungan bahasa dan perilaku bersifat saling
memengaruhi. Ada fakta yang menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi perilaku dan
ada fakta yang sebaliknya, yakni perilaku memengaruhi bahasa. Fakta bahwa bahasa
memengaruhi perilaku pernah dibuktikan oleh Benjamin Lee Whorf.
Pada suatu hari, pengikut Edward Sapir tersebut mengumpulkan beberapa drum:
sebagian penuh bensin dan sebagian tanpa bensin. Beberapa drum yang penuh bensin
ditempatkan pada tempat khusus dan di atasnya diletakkan tulisan “DRUM PENUH
BENSIN”. Beberapa drum yang lain ditempatkan di tempat yang berbeda dan di atasnya
diletakkan tulisan “DRUM BEKAS BENSIN”. Whorf mengamati bahwa ternyata orang
berhati-hati ketika lewat dekat drum penuh bensin dan tidak berhati-hati ketika lewat
dekat drum bekas bensin yang sebenarnya lebih berbahaya karena lebih mudah terbakar.
Berdasarkan eksperimen tersebut Whorf menyimpulkan bahwa perbedaan perilaku itu
terjadi akibat tulisan (bahasa) yang diletakkan di atas drum.
3. Teori Osgood itu dikenal dengan nama teori mediasi, suatu teori yang digunakan untuk
mengkaji peristiwa batin yang menengahi stimulus dan respon. Teori mediasi Osgood
digunakan untuk mengkaji peristiwa batin yang menengahi stimulus dan respon. Dalam
psikolinguistik, peristiwa batin tersebut menjadi bidang garapan “psiko”, sedangkan
stimulus dan respon menjadi bidang garapan “linguistik”. Dengan demikian tampak
bahwa teori mediasi Osgood sejalan dengan psikolinguistik.