Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang saling

membutuhkan. Telah menjadi hukum alam bahwa manusia terlahir di muka

bumi ini sebagai makhluk sosial untuk menjadi manusia yang sempurna.

Manusia tidak bisa terlepas dari interaksi sosial kepada sesamanya, sehingga

terciptalah suatu hubungan normatif yang terlahir sebagai nilai-nilai

kedamaian, ketentraman dan kerukunan dalam masyarakat. Manusia perlu

peran orang lain dalam melengkapi kebutuhannya, baik dari segi material

ataupun spritual. Sebagai benalu yang menghambat bagi terwujudnya

kehidupan sosial yang nomartif, semacam ini disebabkan karena adanya

perbedaan tujuan atau persepsi dalam kehidupan masing-masing, baik

kelompok ataupun individu (Suryana, 2011: 127).

Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, manusia tidak hanya dapat berinteraksi kepada satu

golongan tertentu saja. Manusia membutuhkan satu komunitas kelompok,

suku, agama yang berbeda dalam kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa

Tuhan dalam menciptakan manusia dari suku bangsa yang berbeda begitu

juga dalam agama yang ada sebagian kelompok menggangap agama mereka

yang paling benar.

1
2

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk (Pluralistic Society).

Kemajemukan tersebut antara lain ditandai oleh berbagai perbedaan, baik

perbedaan kehidupan politik, sosial, budaya, suku bangsa, adat istiadat

maupun beragama. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah realitas yang tak

terbantahkan. Secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis budaya

dan agama yang berbeda dan mengikat dirinya, antara satu dengan yang lain

(Abdullah Hadziq, 2009: 99).

Pada saat ini, umat beragama di Indonesia sering dihadapkan pada

banyak permasalahan seperti yang pernah dialami sebelumnya. Perbedaan

agama telah menjadi persoalan nyata yang ada dalam kehidupan umat

beragama di Indonesia. Oleh karena itu, toleransi sangat dibutuhkan.

Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Kebinekaan Indonesia itu

terdapat dalam hampir seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam

hal agama. Republik Indonesia mengakui enam agama sebagai agama resmi

yakni Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddah, Konghuchu

(confucianism), dan juga aliran-aliran kepercayaan lainnya (Nisvilyah, 2013:

382).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, konflik-konflik yang bermotif (suku,

agama, ras, dan antargolongan) meletus secara bertubi-tubi di berbagai daerah

di Indonesia. Kasus Ambon, Poso, Sambas, Sampit, dan Kuala Kapuas adalah

contoh kasus yang sangat mencolok di hadapan kita. Konflik-konflik di atas

mengakibatkan kekerasan, dendam, dan kekejaman. Tentu saja yang terjadi

adalah pembakaran rumah-rumah tempat tinggal, tempat ibadah, dan


3

merusakkan harta benda. Perbuatan seperti ini bertentangan dengan agama

dan nilai-nilai kemanusiaan (Faisal Ismail, 2014: 99).

Keragaman agama ternyata menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi,

keragaman beragama dapat memberikan kontribusi positif untuk membangun

bangsa, namun di sisi lain juga berpotensi menjadi sumber konflik

dikemudian hari. Konflik bisa saja terjadi. Penyebab konflik bisa saja

disebabkan adanya truth claim (klaim kebenaran). Namun yang paling

banyak terjadi, konflik lebih dipicu oleh unsur-unsur yang tidak berkaitan

dengan ajaran agama sama sekali. Konflik sesungguhnya dipicu oleh

persoalan ekonomi, sosial dan politik, yang selanjutnya di-blow up menjadi

konflik (ajaran) agama. (Ana Rizkiya, 2019: 6) Berbicara soal agama,

terkesan perihal toleran maupun intoleran, dalam kurun waktu beberapa tahun

terakhir, dunia diguncangkan oleh konflik antaragama, sering kali terjadi

kecemasan dan ketidak harmonisan penduduk bumi akibat saling curiga dan

tidak percaya antar umat beragama (Muhammad Yasir, 2014: 2).

Dalam ajaran setiap agama yang berada di muka bumi ini tidak ada satu

pun agama yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan dan

permusuhan. Ajaran normatif kitab suci selalu mengajarkan kedamaian dan

ketentraman antarsesama umat beragama. Kendati demikian, tidak tertutup

kemungkinan, penafsiran atau pemahaman setiap pemeluk agama dapat

menjadi pemicu terjadinya disharmonisasi antara pemeluk umat beragama.

Dalam Al Qur’an juga menjelaskan tentang ayat-ayat toleransi salah

satunya yang terdapat pada Q.S. Al Hujurat ayat 13:


4

َ‫ َد هللاِ اَ ْتق ُك ْم ۗ اِ َّن هللا‬JJ‫ياَيُها النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْقن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْنثى َو َج َع ْلنَ ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َ ُر ْفوا ۗ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن‬
)١٣( ‫َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
Menurut penafsiran dari Muhammad Quraish Shihab ayat ini berkaitan

dengan hubungan antar manusia, karena ayat ini tidak lagi menggunakan

panggilan yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tetapi kepada

jenis manusia. Penggalan ayat pertama adalah pengantar untuk menegaskan

bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada

perbedaan antar satu suku dengan yang lain. Kemudian, diakhiri dengan ayat

yang menyatakan bahwasannya hanya ketakwaanlah yang dapat bersanding

di sisi Allah (Quraish Shihab, 2009: 260).

Kerukunan umat beragama merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang

damai berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama merupakan bentuk

sikap saling pengertian dan menghagai tanpa adanya perbedaan perlakuan

dalam hal apapun, khususnya dalam agama. Dalam Islam, toleransi

merupakan salah satu dari beberapa visi teologi agama, namun untuk

mengaplikasikannya perlu pengkajian secara matang dan lebih mendalam,

karena pada sejatinya dengan menerapkan sikap toleran niscaya akan tercipta

kehidupan yang harmonis dan kerukunan antar umat beragama. Oleh karena

itu, wajar jika dikatakaan bahwa keragaman agama dan budaya di Indonesia

menjadi salah satu modal dasar dan kekuatan dalam mendukung

pembangunan nasional. Artinya, jika di dalam masyarakat yang majemuk ini


5

tercipta persatuan dan kerukunan yang kokoh, maka kondisi ini dapat menjadi

faktor bagi peningkatan laju pertumbuhan pembangunan daerah dan nasional.

Namun, jika keanekaragaman ini tidak dikelola dengan baik, maka tidak

menutup kemungkinan dapat menimbulkan konflik dan justru menjadi faktor

penghambat bagi terwujudnya kerukunan antar umat beragama dan

kelancaran pembangunan daerah dan nasional.

Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu

Raya, merupakan salah satu Desa yang memiliki beragam etnis dan beragam

budaya dan termasuk dalam mayoritas muslim dan minoritas non muslim.

Desa Punggur Kapuas adalah pemekaran dari Desa Punggur Besar pada tahun

2012, penyebab terjadinya pemekaran pada saat itu, jarak yang ditempuh

untuk sampai di kantor Desa Punggur Besar lumayan Jauh. Kemudian di lihat

dari Jumlah penduduk sudah mencukupi untuk melakukan Pemekaran, maka

terbentuklah Desa Punggur Kapuas.

Desa Punggur Kapuas memiliki tempat Ibadah yang berbeda-beda.

Adapun tempat ibadah yang ada di Desa Punggur Kapuas yaitu pertama,

tempat ibadah untuk umat Islam yang terdiri dari empat Masjid. Kedua,

tempat ibadah untuk umat non muslim yang terdiri dari satu gereja Agama

Kristen dan dua gereja Agama Khatolik. Desa Punggur Kapuas ini memiliki

70% Muslim dan 30% non muslim. Walaupun hidup dalam keadaan berbeda

keyakinan, tetapi masyarakat di Desa Punggur Kapuas tetap Hidup rukun dan

damai.
6

Adapun bentuk-bentuk toleransi yang ada di Desa Punggur Kapuas yaitu,

masyarakat selalu menghargai satu dengan yang lainnya. Ketika umat Islam

melakukan ibadah dengan menggunakan pengeras suara saat adzan sholat

lima waktu, acara besar umat islam mereka penganut agama lain tidak

keberatan dan begitu sebaliknya masyarakat yang beragama Islam juga

melakukan hal yang sama ketika agama lain melakukan ibadah di tempat

ibadah agama mereka masing-masing masyarakat yang beragama Islam juga

bertoleransi. Ketika umat beragama melakukan perayaan hari besar seperti

hari raya idul fitri, imlek, natal, nyepi. Antar umat beragama ada beberapa

yang saling berkunjung ke rumah yang merayakan perayaan tersebut. Sebagai

tanda menghargai antara agama yang satu dengan agama yang lain.

Masyarakat Desa Punggur Kapuas selalu berkerja sama dan membantu

ketika ada kegiatan yang bertujuan membangun Desa, Dalam hal ini tentunya

tidak membedakan agama yang satu dengan yang lainnya, saling bertoleransi

demi kemajuan Desa Punggur Kapuas, terciptanya kerukunan antar umat

beragama yang damai.

b. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti praktek kerukunan antar umat

beragama di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten

Kubu Raya Oleh karena itu, fokus penelitian yang akan peneliti lakukan telah

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Kerukunan Antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya?


7

2. Bagaimana Aplikasi ayat-ayat kerukunan pada masyarakat Muslim di

Desa Punggur Kapuas?

c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikaji, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap mengenai:

1. Kehidupan kerukunan Antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya dalam tinjauan Living

Qur’an.

2. Aplikasi ayat-ayat kerukunan pada masyarakat Muslim di Desa Punggur

Kapuas Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya.

d. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah memberikan

deskripsi tentang model kerukunan antaraumat beragama di Desa Punggur

Kapuas, Kecamatan Sui Kakap, Kabupaten Kubu Raya dan mengetahui

upaya-upaya kerukunan antar umat beragama serta pengaruhnya terhadap

masyarakat plural agama, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran

terhadap keilmuan yang terkait dengan kerukunan antar umat beragama.

2. Manfaat Praktis

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan, dan

pengetahuan khususnya tentang penguatan kerukunan Antar umat

beragama di dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat, dengan


8

adanya peneitian ini, masyarakat lebih rukun dan damai Dalam

menerapkan toleransi terhadap sesama Muslim maupun non-Muslim.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA/TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-

peneitian terdahulu akan dijadikan perbandingan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Dalam kajian pustaka peneliti menemukan beberapa

penelitian terdahulu antara lain:

a. Rahmalia (2017) skripsi, Toleransi Beragama Dalam Perspektif Tafsir

Fi< Zhilalil Qur’an, Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas

Ushulluddin Universitas Islam Negri (UIN) Raden Intan Lampung,

2017. Adapun fokus penelitiannya adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana penafsiran Sayyid Qutub terhadap ayat tentang toleransi?

2) Bagaimana cara bertoleransi yang sesuai dengan aturan dan syariat

yang ada dalam al Qur’an menurut tafsir Fi Zhilalil Qur’an?

Dalam skripsi ini menjelaskan penafsiran Sayyid Quthub terhadap

ayat tentang toleransi dan bagaimana cara bertoleransi yang sesuai dengan

aturan dan syariat yang ada dalam al Qur’an. Menurut tafsir Fi Zhilalil

Qur’an yaitu bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu

keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam

waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara

simultan. Walapun dalam penafsiran Sayyid Quthub memilki batasan yang

ketat, beliau memandang toleransi sebagai karakter agama Islam.

9
10

b. Syukur Salim, Skripsi, Kerukunan Umat Beragama Studi

Komperatif Antar Tafsir Mafatih Al-Ghaib Dan Tafsir Al Misbah,

Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung, 2017.

Dalam skripsi ini membahas tentang wacana toleransi

beragama menjadi tema sentral yang perlu didiskusikan bahkan

belakangan ini, ia semakin dikenal masyaraktluas. Bukan hanya

karena sering ditulis di media massa populer, melainkan akibat

terjdinya peristiwa-peristiwa kekerasan. Dalam skripsi ini pun

mengambil pemahaman dua tokoh mufassir yang sangat hebat, yaitu

Tafsir Mafatih Al-Ghaib Dan Tafsir Al Misbah. Kemudian dalam

skripsi ini menjelaskan bahwasnnya kedua mufasir ini walaupun

mereka berbeda zaman, tetapi titik temunya sama dalam menafsirkan

ayat toleransi yaitu bahwa mereka sama-sama beranggapan

perbedaan dalam keyakinan adalah sunatullah yang tidak bisa

dipakssakan. Mereka sama-sama mendambahkan kondisi kehidupan

beragama dengan segala dinamika yang rukun, damai, dan aman.

c. Zumaroh, Skripsi, Makna Toleransi Dalam Perspektif Masyarakat

Desa Dlingo Mojosongo Boyolali Studi Living Qur’an. Prodi Tafsir

dan Hadis, Universitas Islam Negri (UIN) Semarang.

Adapun fokus penelitiannya sebagai berikut:


11

1) Bagaimana Masyarakat desa Dlingo Mojosongo Boyolali

Mempraktekkan Toleransi dalam kehidupan sehari-hari?

2) Apa makna praktek ajaran ayat-ayat toleransi dalam perspektif

masyarakat desa Dlingo Mojosongo Boyolali?

Penelitian ini membahas tentang makna toleransi prespektif

masyarakat desa Dlingo Boyolali. Skripsi ini memaparkan arti

toleransi menurut masyarakat Desa Dlingo, yaitu bermakna

menghargai dan menghormati terhadap pendapat agama lain serta

kepercayan atau aliran yang dianut oleh sebagian warga lainnya.

Mereka saling menyapa satu dengan yang lain, walaupun mereka

tahu mereka berbeda dalam kepercayaan tetapi selalu menghargai

dan dalam mereka dalam memaknai toeransi yaitu tidak saling

mengejek atau menjatuhkan walaupun berbeda agama.

Dari beberapa penelitian di atas, maka penelitian tentang living

Qur’an sudah ada yang membahas dari beberapa penelitian yang ada di

atas ini dapat dijadikan rujukan atau contoh untuk peneliti dalam

melakukan penelitian.

B. KAJIAN TEORI

1. Definisi Kerukunan, Toleransi dan Tasamuh

Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cetakan

yang ketiga tahun 1990, artinya rukun adalah prihal keadaan hidup
12

rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong menolong dan

persahabatan (WJS. Poerwadarmita, 1980: 106). Istilah kerukunan,

sebagaimana disebut Imam Syaukani, berasal dari kata “ rukun”

berarti baik dan damai, tidak bertentangan; bersatu hati, bersepakat.

Merukunkan berarti mendamaikan; menjadikan bersatu hati.

Kerukunan adalah perihal hidup rukun; rasa rukun; kesepakatan:

kerukunan hidup bersama. Jadi, kerukunan umat beragama adalah

kondisi damai, bersatu hati, atau bersepakat antar pemeluk agama

(Imam Syaukani, 2008: 5).

Menurut Nasikun (Mursyaid Ali, 2009: 7), kerukunan hidup

beragama adalah pola hubungan antar berbagai kelompok umat

beragama yang rukun, saling menghormati, saling menghargai dan

damai, tidak bertengkar dan semua persoalan dapat diselesaikan

sebaik-baiknya dan tidak mengganggu kerukunan hubungan antar

umat beragama pada suatu daerah tertentu. Mursyaid Ali (2009: 7)

menegaskan untuk menuju kerukunan hidup beragama, ada faktor-

faktor yang sangat berpengaruh terhadap naik turunnya tingkat

kerukunan hidup beragama. Faktor-faktor itu adalah keadilan

ekonomi, keadilan politik, persamaan manusia di hadapan hukum,

persamaan kesempatan untuk maju, dan sebagainya. Kondisi

kerukuan hidup beragama atau integrasi sosial semakin mudah

terjadi jika ada concencus di antara anggota masyarakat mengenai

nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.


13

Sedangkan menurut Anis Malik Thoha (2005: 212) istilah

tolerance (toleransi) adalah istilah modern, baik dari segi nama

maupun kandungannya. Istilah ini pertama kali lahir di Barat, di

bawah situasi dan kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas.

Toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia, yang artinya

kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran (Zuhairi

Misrawi, 2007: 161).

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

toleransi mempunyai arti bersikap atau bersifat menenangkan rasa

(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian dalam

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan, kebiasaan) yang

berbeda atau tidak sesuai dengan perinsip seseorang (Depdikbud,

2005: 1524). Dalam hal ini, toleransi memberi kebebasan bagi

penganut agama lain berupa sikap.

Dalam kamus bahasa arab yang merupakan kemiripan atau

serupa dengan kata toleransi yaitu tasammuh dan ihtimal yang

memiliki makna tindakan yang bebas serta kesabaran. Kata

tasammuh berasal dari fi’il thulathi mujarrad dari bab kelima yang

memiliki kata asal samuha-yasmuhu-samhan yang bermakna

murah hati, dan sikap yang mudah berbagi (Mujctaba Mustafa,

2015: 4).

Merinci kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama

di Indonesia, Kepala Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama


14

dalam paper-nya berjudul Kebijakan Pemeliharaan Kerukunan

Umat Beragama di Indonesia menyebutkan tujuh langkah upaya

mendorong kerukunan antar umat beragama, yaitu:

a) Memperkuat landasan/dasar-dasar (aturan atau etika bersama)

tentang kerukunan internal dan antar umat beragama.

b) Membangun hamoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk

upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama

untuk hidup rukun dalam bingkai teologi yang ideal untuk

menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.

c) Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam

rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta

pengalaman agama yang mendukung bagi pembinaan kerkunan

hidup intern dan antar umat beragama.

d) Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusiaan dari seluruh keakinan plural umat manusia.

e) Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif

bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai

ketuhanan.

f) Mengembangkan wawasan multikultural bagi segenap unsur dan

lapisan masyarakat.

g) Menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat bahwah perbedaan

adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh


15

karena itu, hendaknya hal ini dapat dijadikan mozaik yang dapat

memperindah fenomena kehidupan beragama (PKB, 2009: 7).

2. Umat Beragama

Agama tidak ada tanpa adanya umat penganut agama

tersebut. Komunitas penganut agama terdiri dari beberapa fungsi

keagaman. Ada yang memimpin upacara, ada yang harus berfungsi

menyiapkan tempat dan alat upacara, dan sekaligus mereka

menjadi pesera upacara. Ada yang berfungsi sebagai penyampai

ajaran agama, sebagai Da’i, misionaris, atau zending. Mempercayai

adanya suatu kekuatan gaib yang berpengaruh dalam kehidupan

manusia dimiliki oleh banyak orang. Adanya kesamaan

kepercayaan kepada wujud atau kekuatan gaib itu menjadi perekat

kesatuan komnitas atau umat yang mempercayainya. Suatu

masyarakt primitif dan umat beragama direkat oleh keyakinan atau

keimanan keagamaan (Bustanudin Agus, 2007 : 103).

3. Pengertian Toleransi

Istilah tolerance (toleransi) adalah istilah modern, baik dari

segi nama maupun kandungannya (Anis Malik Thoha, 2005: 212).

Istilah ini pertama kali lahir di Barat, di bawah situasi dan kondisi

politis, sosial dan budayanya yang khas. Toleransi berasal dari

bahasa Latin, yaitu tolerantia, yang artinya kelonggaran,

kelembutan hati, keringanan dan kesabaran (Zuhairi Misrawi,

2007: 161).
16

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

toleransi mempunyai arti bersikap atau bersifat menenangkan rasa

(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian dalam

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan, kebiasaan) yang

berbeda atau tidak sesuai dengan perinsip seseorang (Depdikbud,

2005: 1524). Dalam hal ini, toleransi memberi kebebasan bagi

penganut agama lain berupa sikap.

Dalam kamus bahasa arab yang merupakan kemiripan atau

serupa dengan kata toleransi yaitu tasammuh dan ihtimal yang

memiliki makna tindakan yang bebas serta kesabaran. Kata

tasammuh berasal dari fi’il thulathi mujarrad dari bab kelima yang

memiliki kata asal samuha-yasmuhu-samhan yang bermakna

murah hati, dan sikap yang mudah berbagi (Mujctaba Mustafa,

2015: 4).

Kerukunan hidup beragama merupakan salah satu tujuan

toleransi beragama. Hal ini dilatarbelakangi beberapa kejadian

yang memperlihatkan gejala meruncingnya hubungan antaragama.

Kehadiran agama-agama besar memengaruhi perkembangan hidup

Bangsa Indonesia dan menambah corak kemajemukan bangsa.

Walaupun kemajemukan itu mengandung potensi konflik, namun

sikap toleransi di antara pemeluk berbagai agama besar benar-benar

merupakan suatu kenyataan dalam kehidupan bangsa Indonesia

(Djohan Efendi, 1985: 169).


17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah suatu tingkah

laku dan tindak tanduk manusia yang sesuai dengan peraturan yang

ada, di mana setiap insan dapat menghargai tingkah laku atau

perbuatan orang lain. Kata toleransi dalam konteks kebudayaan dan

keagamaan pada aslinya merupakan sikap kelakuan yang tidak

memperbolehkan adanya diskriminasi pada suatu golongan yang

memiliki perbedaan dalam kemasyarakatan. Salah satu contoh

toleransi yang diterapkan pada Islam adalah rahmatan li al Alamin

yang mana kata-kata ini yang selalu dijunjung tinggi dan dijadikan

landasan agar dapat menghormati dan meghargai sesama

masyarakat yang berbeda keyakinan.

4. Perinsip-perinsip Toleransi Antar umat beragama

Menurut Umar Hasyim dalam Wajidi Sayadi (2020:14-15)

bahwasannya Untuk membagun toleransi antar umat beragama harus

memilki langkah-langkah yaitu:

a. Kebebasan beragama.

Kebebasan beragama dalam hal ini adalah bebas dalam memilih

suatu kepercayaan, mereka mempercayai agama yang mereka

pilih adalah agama yang paling benar dan bisa membawa mereka

kejalan keselamatan, mereka juga memilih agama yang mereka

percayai tanpa adanya unsur keterpaksaan.

b. Penghormatan atas eksistensi agama lain.


18

Menghormati eksistensi agama lain dengan pengertian

menghormati keragaman dan perbedaan ajaran-ajaran yang

terdapat pada setiap agama dan kepercayan yang ada. Dalam hal

ini untuk menghadapi realitas yang ada yaitu setiap penganut

agama harus bisa menghayati dan menghormati penganut agama

lain dan tidak saling mengejek atau mencela agama lain.

c. Agree in disagreement ( setuju dalam perbedaan).

Perbedan tidak harus membuat menjadi permusuhan, karena

perdedaan akan selalu ada di dunia ini. Jadikanlah perbedaan ini

menjadi sebuah warna dalam kehidupan agar kita selalu

menghargai perbedaan yang ada. ( wajidi sayadi, 2020: 14-15).

5. Indikator toleransi antar umat beragama

Adapun yang terdapat di dalam indikator, menurut dalam buku

Hubungan Antar-Umat Beragama Tafsir Al Qur’an Tematik yang

disusun oleh Tim Lajnah Penatashihan Mushaf Al Qur’an

Kementrian Agama Republik Indonesia (2008:26-44) Toleransi

Islam Terhadap Pemeluk Agama Lain:

a. Perinsip Kebeasan Beragama

Sikap toleran dalam kehdupan beragama akan dapat terwujud

manakala ada kebebasan dalam masyarakat untuk memeluk

agama sesuai dengan keyakinan. Setiap manusia memiliki hak

masing-masing untuk memilih agama yang telah diyakini tanpa

adanya keterpaksaan.
19

b. Penghormatan Islam Terhadap Agama-agama lain

Terwujudnya kerukunan antar umat beragama yaitu dengan

adanya saling menghargai dan menghormati antar umat

beragama, menghargai keyainan masing-masing dan menghargai

keyakinan agama lain.

c. Membangun persatuan melalui persaudaraan.

Dalam membangun persatuan melalui persaudaraan tentunya

harus terwujudnya sikap saling kasih sayang.

Menurut Bahrul Hayat dalam Wajidi Sayadi ( 2020:17-18)

bahwa kehidupan umat beragama yang harmonis yang

diwujudkan dalam kondisi yang saling mengakui, menghormati,

dan kerjasama antar umat beragama dapat dilihat dari beberapa

indikator segabagai berikut:

a. Berkembangnya pemahaman agama yang moderat

Kondisi kehidupan umat beragama yang harmonis akan

terlihat dari pemahaman pemeluk agama secara substansilis-

pluralistik dan insklusif. Pemahaman agama yang moderat

ini dapat menjadi pendukung agar terciptanya toleransi dan

kerjasama tanpa mengusik keyakinan agama masing-masing.

Oleh sebab itulah maka setiap individu dan kelompok agama

dapat memiliki hak dalam mengamalkan nilai-nilai

keyakinan masing-masing.

b. Meningkatnya pemahaman dan pengalaman agama


20

Kehidupan umat beragama yang harmonis dapat mendorong

peningkatan pemahaman dan pengalaman ajaran agama

karena semua pemeluk agama mempunyai keleluasaan dalam

menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya tanpa

adanya ganguan.

c. Berkurangnya konflik benuansa sosial keagamaan

Dengan kerukunan umat beragama yang baik akan

berdampak pada berkurangnya konflik benuansa sosial

keagamaan baik intern maupun antar umat beragama.maka

dengan adanya kerukunan antar umat beragama ini dapat

mencairkan konflik yang pernah terjadi.

d. Berkembangnya kerjasama umat beragama dalam kehidupan

sosial

Implementasi kehidupan umat beragama yang harmonis

dapat diukur dari terbangunnya jalinan kerja sama sosial di

antara kelompok-kelompok agama.

e. Prilaku yang adil dalam berbagai kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Kehidupan umat beragama yang

harmonis harus terindikasikan dengan berkurngnya

kecemburuan sosial atas perilaku yang tidak adil dalam

bidang ekonomi, sosial, dan politik. Prilaku yang adil

merupakan sesuatu yang bagus untuk mencapai terwujudnya

kehidupan yang damai.


21

6. Toleransi terhadap Non-Muslim

Menurut Said Agil Al Munawar, ada dua macam toleransi,

yaitu toleransi statis dan toleransi dinamis. Toleransi statis adalah

toleransi dingin tidak melahirkan kerjasama hanya bersifat teoritis.

Toleransi dinamis adalah toleransi aktif melahirkan kerja sama untuk

tujuan bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan

dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari kebersamaan untuk

beragama sebagai satu bangsa (Said Agil Al Munawar, 2003: 14).

7. Muslim

Muslim secara etimologi merupakan bentuk Fa’il

(Subyek/Pelaku) dari kata kerja (aslama-yuslimu-Islaman). Karena

hanya sebagai subyek dari perbuatan Islam, maka pengertiannya

tergantung pada pengertian Islam itu sendiri. (Departemen

Pendidikan Nasional, 2012: 1477).

Dengan demikian, pengertian Muslim secara bahasa

mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas, Muslim adalah

orang yang memeluk agama-agama yang diturunkan kepada

seluruh Nabi. Dan dalam arti sempit, Muslim adalah orang yang

memeluk agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

8. Non-Muslim

Non Muslim dapat dilihat dari pengertian Muslim dengan

mendapat kata imbuhan ‘non’ yang berarti tidak atau bukan. maka

non-Muslim berarti orang yang tidak atau bukan beragama


22

Muslim. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994:

692). Pengertian non-Muslim mempunyai makna bahwa seluruh

pemeluk agama selain agama Islam.

9. Pengertian Studi Living Qur’an

Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang

berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al Qur’an atau

keberadaan al Qur’an di sebuah komunitas Muslim tertentu (M.

Mansur, dkk, 2007: 8). Living Qur’an dapat dikategorikan

sebagai kajian atau penelitian ilmiah terhadap berbagai fenomena

sosial yang terkait dengan keadaan al Qur’an di tengah komunitas

Muslim tertentu atau lain yang berinteraksi dengannya.

Al Qur’an adalah teks verbatim yang telah ada sejak belasan

abad silam, dan telah mengalami kompleksitas interaksi

antarumat, tidak hanya Muslim namun non-Muslim. Tetapi,

meski dengan perjalanannya yang relatif panjang namun studi al-

Qur’an yang berkembang hingga sekarang mayoritas masih

berorientasi pada studi teks, dan belum banyak menyentuh aspek-

aspek lain seperti yang terkait langsung dengan implementasi

pemahaman maupun sikap dan penerimaan umat pembaca

terhadapnya. Maka wajar jika studi al Qur’an oleh beberapa

kalangan dirasakan “membosankan”, belum lagi aspek materi

yang sedikit sekali berorientasi langsung dengan kebutuhan dan


23

belum banyak diarahkan pada persoalan-persoalan kontemporer

(Luqman Abdul Jabar, 2013: 83).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data-data deskiptif berupa

kata-kata yang berbentuk tulisan atau lisan dari individu dan mengarahkan

pada Kerukunan Antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas.

Dalam penelitian ini juga menggunakan beberapa bentuk pengumpulan

data seperti transkip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis

dokumen dan lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahakan

keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian

adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks

sosial dan intitusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat

induktif.

Metode deskriptif analisis dapat diartikan sebagai produser pemecah

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan (melukiskan) keadaan subjek

atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif analisis terbatas pada usaha menggungkapkan suatu

masalah, keadaan atau peristiwa sebagimana adanya sehingga bersifat sekedar

untuk mengugkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada memberikan

gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang

diselidiki yaitu penelitian tentang Keruknan Antar umat beragama Studi Living

23
25

Al-Qur’an di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Kubu Raya. Sebagaimana diketahui bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang mengacu pada landasan filosofis fenomenologis, dimana unsur

pemahaman mendalam dari sudut objek yang diteliti merupakan hal yang

utama, maka desain yang disusun pun harus memungkinkan teraplikasinya

landasan tersebut.

B. Setting Penelitian

Kalimat pembuka

1. Sifat Penelitian

Sifatnya kualitatif terletak pada Deskriptif Analisis Krukunan

Antar umat beragama ( Studi Living Al-Qur’an di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sungai Kakap Kab Kubu Raya, Kalimantan Barat.

3. Sumber Data Penelitian

Data adalah sekumpulan informasi yang diperoleh dari sumber data.

sumber data dalam penelitian yaitu dari mana data itu didapat. Dalam

penelitian Kualitatif, sumber data dapat berupa informan ( orang yang memberi

informasi), berupa peristiwa atau aktivitas, tempat ataupun lokasi dan dokumen
26

atau arsip. sedangkan penelitian dalam penelitian ini ada sumber data primer

(utama) dan ada juga sumber data sekunder (sebagai pelengkap).

1. Sumber Data Primer

Menurut Ibrahim (2015: 69) Data primer ialah sumber data

pertama yang dapat memberikan sebuah informasi, fakta, serta gambaran

peristiwa yang diinginkan dalam penelitian atau data sumber pertama yang

dihasilkan. Dalam penelitian kualitatif sumber data pertamanya ialah kata-

kata dan tindakan orang yang kita wawancarai. Adapun sumber data

primer dalam peneltian ini adalah pemuka Agama-agama yaitu Agama

Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu dan Konghucu

yang berada di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sungai Kakap

Kabupaten Kubu Raya.

2. Sumber Data Sekunder

Menurut Ibrahim ( 2015: 70) Data sekunder merupakan sumber

data tambahan yang berbentuk dokumen, baik tertulis di dalam buku,

ilmiah arsip dan dokumen pribadi ataupun dokumen resmi dan foto-foto.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari buku-buku

kepustakaan, artikel-artikel. Dan beberapa tokoh Masyarakat baik itu

Muslim maupun Non Muslim.

3. Metode Pengumpulan Data

Dikasi kalimat pembuka sebelum point


27

1. Observasi, secara umum, observasi berarti pengamatan atau penglihatan.

Sedangkan secara khusus, dalam penelitian , observasi adalah mengamati

dan mendengar dalam rangka memahami, mencari suatu jawaban , mencari

bukti terhadap fenomena sosial keagamaan berupa kejadian-kejadian,

benda,keadaan dan simbol-simbol tertentu, dengan mengunakan mencatat,

merekam dan melihat fenomena di tempat yang dijadikan sebagai

penelitian. Dalam penelitian ini mendengar dan mengamati dalam bentuk

pemahaman dalam mencari suatu jawaban, mencari bukti terhadap

fenomena sosial keagamaan yang berupa perilaku kejadian-kejadian, dan

simbol-simbol tertentu. Dan juga penglaman peneliti suatu ketika berada di

lapangan atau di tempat Peneliti melakukan penelitian yaitu di Desa

Punggur Kapuas.

2. Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara langsung terhadap tokoh-

tokoh agama seperti agama islam, kristen khatolik, kristen protestan, hindu,

konghucu dan buddah. Adapun teknik dalam mewawancara yaitu:

1) Identitas : tempat tinggal, keluarga, pekerjaan, asal daerah pendidikan

dan lain-lain.

2) Pengalaman: apa aktifitas sehari-hari, sekolah, pengalaman pekerjaan,

berpergian dan lain-lain.Pengetahuan: sesuatu yang paling diketahui

tentang peristiwa, fakta informasi tertentu dan lain-lan.

3) Pandangan: pendapat, persepsi, pemikiran filosofi, penafsiran,

komentar penilaian tentang atau terhadap sesuatu.


28

4) Perasaan : pengalaman senang, tidak senang, tenang, tidak tenang

jegkel, optimis, pesimis.

5) Pengalaman pengindraan: melihat, mendengar, menyentuh (Abdul

Mustakim, 2015: 112).

6) Dokumentasi. merupakan bahan terulis atau benda yang berkaitan suatu

peristiwa atau aktifitas tertentu. Dalam penelitian ini dokumentasi yang

akan dilakukan seputar teks-teks dan foto-foto kegiatan, yaitu

wawancara pemuka Agama-agama yang ada di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sunggai Kakap Kabupten Kubu Raya.

4. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Reduksi Data. Peneliti mengmpulkan data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan dokumentasi yang telah ada, kemudian pilih untuk

mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah di buat.

b. Display (penyajian) data. Pada tahap ini penelit meyajikan hasil dari

temuan data berupa ringkasan atau kesimpulan dari data yang telah

direduksi sebelumnya.

c. Penarikan kesimpulan. Merupakan aktivitas terakhir peneliti dalam analisis

data adalah mem-verifikasi lalu menarik kesimpulan dari data penelitian

yang diperoleh sebagai hasil dari kegiatan reduksi an display.

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data yang di peroleh belum tentu semuanya sesuai dengan fokus penelitian,

bisa jadi ada kekuranan dan kesalahan. Oleh karena itu dipelukan adanya
29

pemeriksaan keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar valid.

Dalam penelitian ini, Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik

sebagi berikut:

a. Perpanjang pengamatan. peneliti kembali melakuan wawancara terhadap

Narasumber, Perpanjangan pengamatan ini bertujuan agar hubungan

peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk terjalinnya

persaudaraan, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada

Informasi yang disembunykan.

b. Triangulasi. Peneliti membandingkan data yang telah diperoleh yaitu

melalui wawancara dengan membandingkan data observasi dan

dokumentasi. Ini merupakan cara untuk menghindari kekeliruan dalam

analisis data.

c. Mengadakan member chek. Bertujuan agar subyek dari penelitian dapat

memperbaiki kekeliruan baik dari ucapan dan pernyataan atau dapat

menambah informasi yang masih kurang tepat, dan juga dapat

menyesuaikan data yang ada dan mengambil data akhir lagi agar menjadi

penguat dari data penelitan (Moleong, 2010:330-331).


BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Dari landasan di atas, maka peneliti memaparkan hasil penemuan

dan analisis data yang disesuaikan dengan landasan teori, antara lain

sebagai berikut:

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Desa Punggur Kapuas.

Desa Punggur Kapuas adalah salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya, yang berdiri

bedasarkan peraturan daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor 5 Tahun 2012.

Desa Punggur Kapuas merupakan desa pemekaran dari Desa Punggur

Besar.

Desa Punggur Kapuas dahulunya, untuk menempuh kantor Desa

Punggur Besar lumayan jauh karena untuk mencapai kantor Desa Punggur

Besar harus melewati desa Kalimas. Kemudian kebanyakan masyarakat

Desa Punggur Kapuas banyak yang tidak tau di mana letak kantor Desa

Punggur Besar. Makanya dengan beberapa pertimbangan dan

penduduknya juga sudah mencukupi 100 kartu keluarga untuk melakukan

pemekaran.

Sejarah Historis berdirinya Desa Punggur Kapuas ini dimulai

dengan pembentukan panitia pemekaran Desa pada tanggal 12 Oktober

2009 dan di-SK-kan oleh bapak Kepala Desa Punggur Besar pada tanggal

29
31

12 Oktober 2009 tentang pemekaran Desa, kemudian pada tanggal 30 Mei

2012 disetujui oleh panitia Khusus ( PANSUS) DPRD Kubu Raya. Pada

tangal 12 Desember 2012, secara resmi Desa Punggur Kapua menjadi

Desa Pemekaran yang diresmikan oleh Bapak Bupati Muda H. Muda

Mahendrawan, SH selaku Bupati Kubu Raya.

Tabel 4.1
Masa Pemerintahan Desa Punggur Kapuas
NAMA
NO PERIODE KETERANGAN
KADES
1. 2012 – 2013 Khairul Anwar PJ Kades
2. 2013 – 2019 Fortinius Darno Kades
3. 2019 Suaidi, SH PJ Kades
4. 2020 – 2025 Anwar Kades
Sumber Data: Profil Desa Punggur Kapuas 2021

2. Kondisi Desa Punggur Kapuas

Tabel 4.2

Peta dan kondisi Desa Punggur Kapuas


32

Sumber Data: Profil Desa Punggur Kapuas 2021

Berdasarkan pada gambar 4.2 diatas, menunjukkan bahwa terdapat

batas-batas wilayah yang ada di Desa Punggur Kapuas. Seperti yang

ditunjukkan pada warna kuning merupakan wilayah Dusun Betutu Raya,

warna biru merupakan wilayah Dusun Kasih, dan warna hijau merupakan

wilayah Dusun Selat Kering.

a. Letak Wilayah

Secara Administrasi batas Desa Punggur Kapuas adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Batas Wilayah Desa Punggur Kapuas

NO BATAS DESA KECAMATAN

WILAYAH

1. Sebelah Timur Punggur Besar Sungai Kakap

2. Sebelah Barat Tanjung Saleh Sungai Kakap

3. Sebelah Utara Kalimas Sungai Kakap

4. Sebelah Selatan Punggur Besar Sunggai Kakap

Sumber Data: Profil Desa Punggur Kapuas 2021

Selain itu, Desa Punggur Kapuas memiliki jarak tempuh sejauh 10

Km ke Ibu Kota Kecamatan Sungai Kakap, dengan akses jalan yang

melewati wilayah Desa Kalimas. Kemudian untuk menuju ke Ibu Kota


33

Kabupate, Desa Punggur Kapuas membutuhkan waktu ± 1,5 jam dengan

menempuh jarak sejauh 35 Km.

b. Luas Wilayah

Desa Punggur Kapuas memiliki wilayah Administratif seluas 2.883

Ha, dimana sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian

dan perkebunan yaitu seluas lebih dari 50%, atau sebesar 1.665 Ha.

Kemudian untuk lahan pemukiman di Desa Punggur Kapuas yaitu

sebesar 100 Ha.

c. Topografi

Dilihat dari ketinggian tanahnya, Desa Punggur Kapuas didominasi

dengan wilayah dataran rendah, dengan luas tanah basah sebesar 993

Ha, dan luas tanah kering sebesar 225 Ha. Sedangkan dilihat dari

tekstur tanah lempungan yang sesuai untuk lahan pertanian dan

perkebunan, dan memiliki luas tanah perkebunan sebesar 1.665 Ha.

Desa Punggur Kapuas memiliki bentangan wilayah pesisir seluas 253

Ha, kemudian wilayah bantaran sungai memiliki luas sebesar 17 Ha.

Selain itu, terdapat wilayah rawan banjir di Desa Punggur Kapuas

seluas 512 Ha dan wilayah bebas banjir seluas 2.352 Ha.

d. Jumlah Penduduk Desa Punggur Kapuas

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Desa Punggur Kapuas


34

NO AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

1 Islam 841 Orang 864 orang 1.705 orang

2 Kristen 96 orang 93 orang 189 orang

3 Khatolik 140 orang 130 orang 270 orang

4 Hindu 10 orang 11 orang 21 orang

5 Budha 84 orang 63 orang 147 orang

6 Konghucu 0 orang 1 orang 1 orang

Jumlah 1.171 orang 1.162 orang 2.333 orang

Sumber Data: Kantor Desa Punggur Kapuas 2021

e. Rumah Ibadah

Tabel 4.5

Rumah Ibadah yang ada di Desa Punggur Kapuas

NO Rumah Ibadah Jumlah

1. Masjid 5

2. Surau 1

3. Gereja Agama Kristen Protestan 2

4. Greja Agama Kristen Khatolik 1

Sumber Data: Observasi Peneliti 2021

B. Paparan dan Analisis Data

1. Kehidupan Antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas

Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya


35

a. Interaksi dalam Kegiatan Sosial

Manusia membutuhkan suatu kehidupan sosial dari manusia

yang lainnya baik secara lisan maupun bahasa isyarat. Kemudian

proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan saling

memengaruhi antarmanusia. Interaksi sosial merupakan bentuk kunci

dari segi kehidupan sosial. Menurut Sudariyanto (2021: 34), inteaksi

sosial merupakan kunci semua segi kehidupan sosial karena tanpa

adanya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Interaksi

sosial menyangkut pemenuhan berbagai aspek kebutuhan sosial. Pada

dasarnya bentuk-bentuk interaksi sosial itu menurut Sudariyanto

(2021:35) terdiri dari empat aspek, yakni aspek kerja sama

(cooperation), persaingan (compepetion), akomodasi atau penyesuaian

diri (accomodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Adapun pada penelitian ini mencakup pembahasan tentang

ineraksi berupa gotong royong, komunikasi tegur sapa, tentang sikap

toleransi antar umat beragama dalam kegiatan hajatan dan ketika ada

masyarakat yang duka cita.

1) Interaksi Kegiatan Gotong Royong

Salah satu kegiatan yang ada di Desa Punggur kapuas

adalah kegiatan gotong royong. peneliti ingin mengetahui

bagaimana interaksi masyarakat di Desa Punggur Kapuas menjalin

kerja sama dalam melaksanakan kegiatan gotong royong meskipun

masing-masing mereka memiliki keyakinan yang berbeda-beda.


36

Adapun berikut ini adalah hasil wawancara yang sudah peneliti

lakukan dari beberapa masyarakat Desa Punggur Kapuas sebagai

berikut:

Wawancara pada bapak Wayan Sujana (tokoh agama

Hindu),

“Kalau gotong royong di sini bagus, karena kita tidak satu


agama saja. Di sini satu Rt tu berbeda agama. Di sini tidak
ada yang membedakan ketika royong. tidak hanya
berkumpul hanya sesama etnis saja tetapi bercampur baur.”
(Wayan Sujana 25 Desember 2021).
Pendapat selanjutnya juga dikemukakan oleh bapak

Martinus Acin (tokoh masyarakat kiristen Protestan).

“Gotong royong di dusun kasih dalam sistem gotong royong


pastinya bergabung. Bukan hanya sesama etnis, tetapi
bergabung dengan agama lain juga. Jadi tidak ada sifatnya
ini agama ini sedangkan Agama yang ini,tetap sama di
daerah kita ini.” (Martinus Acin 23 Desember 2021).
Selanjutnya ada pendapat dari Bapak Abidin (tokoh agama

Islam) mengenai Jadwal gotong royong di Desa Punggur Kapuas

“Gotong royong di sinik ni biasanya awal bulan, dikarnakan


ada yang kerja di luar. tentunya kita buat kesepakatan
bersama dengan Dusun, Rt dan Rw untuk menyesuaikan
agar kita bias turun bersama-sama royong.” ( Abidin, 27
Desember 2021).
Keterangan dari Bapak Muhammad Nur juga,

membenarkan dari perkataan Bapak Abidin bahwasanya gotong

royong itu dilakukan satu kali dalam sebulan sebagaimana dalam

wawancara berkut ini.


37

“Kegiatan royong di sini bagus sebulan sekali, apalagi kita


di sini ini berbagai macam agama yang berbeda-beda. Oleh
karena itu kita harus membaur sesama masyarakat agar
mencapai suatu keharmonisan dalam menjalin kerja sama
yang baik.” (Muhammad Nur 26 Desember 2021).
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Bapak Wayan

Sujana, Bapak Matinus Acin, Bapak Abidin dan Bapak

Muhammad Nur, bahwasannya gotong royong di Desa Punggur

Kapuas itu berjalan sebagaimana mestinya dan dilakukan secara

bersama-sama, hal ini merupakan bentuk bentuk inteaksi sosial

dalam bidang kerja sama (coorperation) sebagaimana yang

dimaksudkan oleh sudariyanto (2021:32).

Hasil wawancara di atas kata yang menujukan bentuk

interaksi sosial yang terbangun” menjalin kerja sama yang baik”

guna memperkuat tali silahturahim untuk menjaga kerukunan

antar umat beragama.

Gotong royong merpakan budaya yang tumbuh kemudian

berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat. Dan sebuah

budaya yang telah berkembang eksis secara turun-temurun.

Gotong royong merupakan kerja sama kelompok Masyarakat

untuk mencapai hasil yang positif dan mencapai tujuan yang

diinginkan tercapai secara mufakat dan musyawarah (Tadjuddin

Noer Effendi, 2013: 2).

Namun beda halnya dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Bapak Boby Hartanto dan Bapak Nyoman Lanus

sebagaimana bisa kita lihat dari hasil wawancara di bawah ini.


38

“Kegiatan gotong royong masyarakat desa punggur kapuas


ada yang aktif dan ada yang kurang aktif tapi masih
berjalan, selama ini menerut kacamata pengelihatan saya,
kegiatan gotog ngotakkan atau memisah-misahkan suku,
etnis maupun agama royong itu baik yang dilaksanakan di
tingkat Rt di lingkungan meskipun warga masyarakat kita
itu majemuk, kebesamaan itu tetap berjalan tidak istilahnya
mengotak-ngotak.” (Boby Hartanto, 23 Desember 2021).
Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Nyoman

Lanus sebagai berikut:

“Gotong royong di Dese kite ni selama ini masih berjalan.


Namun royongnya terkadang tidak sesuai dengan tanggal
dua di awal bulan. Karena menyesuaikan masyarakat yang
belum sempat dan banyak yang kerja di luar, seperti tukang
bangunan. Jadi di sepakati kembali di hari libur. Dalam
kegiatan gotong royong ini pastinya dalam satu dusun
berbeda suku dan agama. Tentunya tidak ada yang bersifat
membedakan atau berkerja berbeda-beda yang pastinya
berkerja bersama-sama walaupun berbeda etnis.” (Nyoman
Lanus 24 Desember 2021).
Dari pernyataan dua narasumber di atas, kegiatan gotong

royog di Desa Punggur Kapuas tersebut tidak serta merta menjadi

penghalang untuk tidak ikut serta dalam pelaksanaanya, kemudian

Faktor yang membuat masyarakat di Desa Punggur Kapuas ada

yang berhalangan menjalankan kegiatan gotong royong akibat

kerja di luar, akan tetapi semua itu tidak menjadi suatu penghalang

kerena mereka memilki solusi bagaimana agar yang lain bisa ikut

kerja dalam kegiatan gotong royong tersebut. Dengan cara mencari

waktu di hari libur yaitu hari minggu.

Dengan berkembangnya tata-tata kehidupan dan

penghidupan Indonesia menurut zaman, gotong royong pada


39

dasarnya suatu azaz kehidupan dan penghidupan indonesia asli

dalam lingkungan masyarakat dan mekar menjadi sebuah pancasila.

Prinsip gotong royong melekat dengan subtansi nilai-nilai

ketuhanan, musyawara dan mufakat kekeluargaan, kedilan dan

toleransi (peri kemanusiaan) yang merupakan basis pandangan

hidup atau sebagai landasan filsafat bangsa Indonesia (Tadjuddin

Noer Effendi, 2013: 5).

Menurut Charles Hurton cooley dalam Sudariyanto

(2021:35-36) kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa

mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama pada saat

yang bersamaan mempunyai cukup pengetahunan pengendalian

terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut dengan melalui kerja sama.

Menurut Bahrul Hayat dalam Wajidi Sayadi (2020:17-18)

bahwa kehidupan umat beragama yang harmonis yang diwujudkan

dalam kondisi yang saling mengakui, menghormati, dan kerjasama

antar umat beragama dapat dilihat dari Indikator keruknan antar

umat beragama yaitu Berkembangnya kerjasama umat beragama

dalam kehidupan sosial. Implementasi kehidupan umat beragama

yang harmonis dapat diukur dari terbangunnya jalinan kerja sama

sosial di antara kelompok-kelompok agama.


40

Dari hasil paparan wawancara dapat diketahui bahwa

pelaksanaan kegiatan gotong royong, tidak ada satupun dari mereka

yang menjalakan kegiatan tersebut untuk berkelompok hanya

sesama etnisnya saja. Akan tetapi mereka berkerja sama, tanpa

melihat suku dan agama. Kemudian untuk menyelesaikan

permasalahan mereka melakukan musyawarah bersama agar

mendapatkan solusi yang tepat seperti mencari waktu agar

masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong. Dan

penelitipun melihat kebersamaan mereka terjalin ketika mereka

melaksanakan kegiatan gotong royong yang mereka lakukan pada

hari Minggu, 2 Januari 2022.

2) Interaksi dalam Bidang Komunikasi Tegur Sapa

Setelah pembahasan tentang gotong royong, selanjutnya

pemaparan kegiatan tentang kehidupan masyarakat Desa Punggur

Kapuas sehari-hari yang mencakup interaksi tegur sapa

sebagaimana yang disampaikan oleh beberapa narasumber berikut

ini:

Berikut merupakan hasil wawancara pada bapak Boby

Hartanto (tokoh masyarakat Kristen Katolik),

“Sejauh ini kita lihat antar masyarakat kita itu. untuk


menjalankan komunikasi itu, kita lihat lumaya bagus.
Ketika kita bertemu di jalan atau di manapun kita pasti
bertegur sapa dengan siapapun walaupun berbeda etnis .”
(Boby Hartanto, 23 Desember 2021).
41

Selanjutnya Pendapat yang disampaikan oleh bapak

Martinus Acin (tokoh agama Kristen Khatolik),

“Komunikasi nya bagus, ketika bertemu tentunya tegur


sapa apalagi kita sebagai makhluk sosial.” (Martinus Acin
23 Desember 2021).
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Nyoman

Lanus (masyarakat agama Hindu),

“Kalu di sini kita selalu bertegur sapa, siapapun yang kita


kenal baik dia dari etnis budah,islam,kristen ataupun
konghucu semuanya sama saja kalu berjumpa dan kenal
pastinya kita bertegur” (Nyoman Lanus, 24 Desember
2021).
Pendapat tentang interaksi tegur sapa juga disampaikan

oleh bapak Than Jan Thung (masyarakat penganut agama Budha),

“Tentunya saya pribadi dalam tegur sapa sesama


masyarakat desa punggur kapuas selalu saya jaga baik dia
sesama agama maupun berbeda agama” (Tan Jan Thung,
24 Desember 2021).
Bapak Wayan Sujana (penganut agama Hindu) juga

mengatakan hal yang sama dengan beberapa Narasumber di

atas.

“Dalam hal ini kami sebagai masyarakat desa punggur


kapuas sangat menjaga keharmonisan dalam bertegur sapa
ketika berjumpa di manapun baik di jalan atau ketika ada
kegiatan” (Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
Bapak Muhammad Nur (masyarakat penganut agama

Islam) juga berpendpat tentang hal yang sama mengenai tegur

sapa.
42

“Kalau masalah tegur sapa bagus sekali di sini antara


muslim dan non muslim. Ketika kita berjumpa pasti negur
baik itu muslim maupun non muslim begitu juga
sebaliknya, intinya siapa yang melihat terlebih dahulu
pasti dia yang negur” (Muhammad Nur, 26 Desember
2021)
Begitu juga pendapat yang telah di sampaiakan oleh bapak

Abidin (masyarakat penganut agama Islam),

“Dalam berkomunikasi kita selalu menjaga, kalau bertemu


kita pasti bertegur baik di jaln pun kalu kita kenal dengan
orang tersebut” (Abidin, Desember 2021).
Dari hasil wawancara yang peneliti temukan dari beberapa

narasumber di atas, bahwasannya mereka berpendapat masyarakat

Desa Punggur Kapuas dalam interaksi tegur sapa selalu di jaga

dalam komunikasi.

Komunikasi merupakan tindakan seseorang

menyampaikan sebuah sinyal atau pesan terhadap orang lain dan

orang lain itu memberikan tafsiran atas sinyal atau pesan tadi.

Melalui tafsiran itu seserang mewujudkan perilaku (Sudariyanto,

2021: 25).

Oleh karena itu komunikasi merupakan perkataan, sikap

dan perilaku. Sesuai dengan hasil paparan data di atas

bahwasannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa

Punggur Kapuas menjaga keharmonisan dalam komunikasi yang

biasa di praktekkan dalam tegur sapa ketika bertemu. Tanpa

melihat Suku dan Agama.


43

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat khususnya pada

Desa Punggur Kapuas memiliki jalinan hidup yang harmonis dan

menerapkan prinsip-prinsip bertoleransi antarumat beagama.

Adapun prinsip-prinsip toleransi umat beragama menurut Umar

Hasyim (dalam Wajidi Sayadi, 2020:14-15) adalah pertama

kebebasan dalam memeluk agama, kedua penghormatan atas

eksistensi agama lain ketiga setuju dalam perbedaan. Sedangkan

secara khususnya menurut Said Agil Al-Munawwar prinsip

toleransi dalam beragama mencakup kesaksian yang jujur dan

saling menghormati, kebebasan beragama, prinsip penerimaan

dan berpikir positif dan percaya.

3) Interaksi Tentang Sikap Toleransi Antar umat beragama

dalam Kegiatan Hajatan

Adapun dalam kegiatan Interaksi Sosial yang

selanjutnya yaitu mencakup tentang kegiatan hajatan. Dalam

kegiatan hajatan ini mereke menjelaskan pandangan mereka

dari setiap Agama-agama yang berbeda. Berikut adalah hasil

dari wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa

Narasumber sebagai berikut:

Adapun hasil wawancara yang diungkapkan oleh bapak

Boby Hartanto (tokoh Agama Kristen Katoik)

“Kalau bagi saya agama itukan memang sudah


ditakdirkan. dalam arti kata istilahnya bukan suatu
44

kebetulan, tapi kita inikan dari orang tua kita pun yang
masalah agama tidak bisa menyangkut pautkan istilahnya
kita berinteraksi di masyarakat. kan apalagi dalam
kegiatan hajatan itu kita tidak memandang baik pun
siapapun yang beragama lain pun menggundang tentunya
kita akan usahakan hadir dalam acara tersebut.” (Boby
Hartanto, 23 Desember 2021).
Pendapat yang dikemukakan oleh bapak Than Jan Thung

(tokoh Agama Budha),

“Dalam kegaiatan hajatan yang dilakukan tentunya kita


partisipasinya harus di jaga, ketika di undang kita pasti
datang. Kalau tidak ada halangan” (Tan Jan Tung, 24
Desember 2021).
Selanjutnya hasil wawancara bapak Martinus Acin

(masyarakat Kristen Protestan),

“Kalau acara hajatan ini sifatnya orang-orang yang


terdekat dalam untuk membangun tenda tentunya kita
membantu dalam kegiatan acara tersebut, kalu di undang
tentunya saya turun untuk membantu” (Martinus Acin 23
Desember 2021)
Pendapat yang dikemukakan oleh bapak Nyoman Lanus

(masyarakat Agama Hindu),

“Kalau saye sih sebagai warga masyarakat, saye lebih


senang karena dalam kegiatan hajatan kita bisa saling
kerja sama dalam kegiatan tersebut dan saya juga sering di
ajak oleh kawan-kawan yang dari beragama lain seperti
menyambut tamu dalam kegiatan hajatan nikahan. Dan
saya juga sebaliknya kalu dalam acara saye waktu
menikahkan anak. Saye juga minta banatu dengan kawan-
kawan yang dari agama lain untuk membantu dalam
kegiatan acara hajatan yang saye buat” (Nyoman Lanus 24
Desember 2021)
Dari hasil wawancara yang di sampaikan oleh bapak

Martinus Acin dan Bapak Nyoman Lanus bahwasannya mereka


45

senang dalam kegiatan ini. Mereka akan membantu ketika dalam

kegiatan hajatan ini. Selanjutnya pendapat dari bapak Muhammad

Nur.

“Kalau dalam hal ini, kita bise kalau hanya sekedar hadir
untuk menghormati panggilan dari hajatannya. Tapi dalam
masalah makannya saya pastinya tidak bisa makan karna
di sini binatang yang di haramkan untuk kita makan
mereka yang non muslim ada yang makan. Jadi saya
sebenarnya serba salah, terkadang memang dari kalangan
non muslim ketika menggundang juga mempersiapkan
makanan untuk umat yang beragama Islam” (Muhammad
Nur, 26 Desember 2021).
Pendapat yang dikemukakan oleh bapak Anwar M Ali

sebagai berikut:

Terkait dalam kegiatan hajatan kita boleh menghargai


sedangkan dalam peraturan agama kita sah-sah saja
mengikuti peraturan agama (Anwar M ali, 26 Desember
2021).
Selanjutnya pendapat hasil wawancara terhadap bapak

Abidin sebagai berikut:

Untuk dalam hajatan kita selalu datang ketika di undang


tetapi kalu dalam bidang keyakinan dan ajaran agama kita
juga membatasi (Abidin, 27 Desember 2021).
Dari keterangan bapak Muhammad Nur, bapak Anwar dan

bapak Abidin bahwasannya ketika di undang masyarakat Desa

Punggur Kapuas akan hadir. Namun akan ada pembatasan dalam

keykinan. akan tetapi hanya saja ketika ada hidangan makanan

mungkin mereka tidak memakan hidangan tersebut.


46

Dari hasil paparan data di atas narasumber berpendapat

hal yang sama, yaitu masyarakat Desa Punggur Kapuas akan

hadir untuk menghargai undangan tersebut. Bahwasannya sikap

untuk hidup rukun dan bertoleransi merupakan kunci dari agar

hidup harmonis dalam berdampingan antar umat beragama.

dengan demikian diharapkan agar terbangunnya kualitas yang

baik dalam menerapkan hubungan bertoleransi antar umat

beragama.

Menurut Jamaluddin (dalam Wajidi Sayadi, 2020:19-20),

ada lima kualitas lima kualitas kerukunan umat beragama yang

perlu dikembangkan oleh pemerintah, tokoh agama dan

masyarakat secara bersama-sama sebagai tanggung jawab

bersama, yaitu nilai religiusitas, keharmonisan, kedinamisan,

kerativitas, dan produktivitas.

Pertama, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus

merepresentasikan sikap religius umatnya kedua, kualitas

kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola

interaksi antar sesama umat beragama yang harmonis ketiga

kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada

pengembangan nilai-nilai dinamika yang dipersentasikan dengan

suasana yang interaktif, bergerak, besemangat, dan bergairah

dalam mengembangkan nilai kepedulian, keaktifan, dan kebijakan

bersama keempat, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus


47

diorentasikan pada pengembangan suasana kreatif kelima,

kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada

pengembangan nilai produktivitas umat.

4) Interaksi Ketika ada Masyarakat yang Duka Cita


Adapun kegiatan Interaksi Sosial yang selanjutnya yaitu,

kita lihat dari hubungan mereka di desa tersebut. apakah ketika

melihat Masyarakat Desa Punggur Kapuas ada yang meninggal

dunia baik sesama agama ataupun berbeda agama mereka datang

atau tidak.

Berdasarkan hasil wawancara dari bapak Boby Hartanto

(masyarakat Agama Kristen Katolik)

“Kita tetap untuk menjalin suatu kerukunan itu, di


masyarakat seperti yang saya katakan di awal masyarakat
kita itu tidak memandang kita itu dari etnis,suku dan
agama. Masyarakat kita mengalami kemalangan lah yaitu
meninggal tetap kita hadir dan datang Cuman prosesnya
kita kembalikan ke masing-masing” (Boby Hartanto, 23
Desember 2021)
Kemudian pendapat yang diungkapkan oleh bapak

Martinus Acin (masyarakat Agama Kristen Protestan)

“Kalu maslah itu jangankan mereka meninggal, sedangkan


mereka sakit saja kita datangi. Apalagi kalu sudah
meninggal kalau kita bilang itu akhir dari pada kehidupan.
Pasti kita datang.” (Martinus Acin 23 Desember 2021).
Adapun pendapat yang selanjutnya yaitu tentang duka cita

yaitu dari bapak Nyoman Lanus (masyarakat Agama Hindu),


48

“Kalu saye sendiri pastinya datang apalagi ini namanya


kematian. Yang mana manusia pasti akan mati, kita akan
datang ke tempat yang berduka mungkin ada yang bisa
kita bantu. Kalu masalah keagamaan tentunya kita
kebalikan keagama masing-masing.” (Nyoman Lanus, 24
Desember 2021).
Pendapat yang serupa yang diutarakan oleh bapak Than

Jan Thung (masyarakat Agama Budha)

“Saya pribadi kalau ada umat agama lain yang meninggal


tentunya saya datang untuk melihatnya karena kita semua
akan mati. Walaupun berbeda agama.” (Tan Jan Thung, 24
Desember 2021)
Bahwasannya hasil dari wawancara beberapa narasumber

di atas, mereka menjelaskan ketika masyarakat Desa Punggur

Kapuas ada yang meninggal. Mereka pasti datang walaupun

berbeda agama, kemudian untuk prosesnya akan di kembalikan

kepada keluarganya sesuai dengan kepercayaan.

Adapun pendapat dari bapak Wayan Sujana (agama

Hindu) sebagai berikut.

“Tentunya kita datang untuk melihat dan kalu ada yang bisa
kita bantu yah pasti kita bantu” (Wayan Sujana, 25 Desember
2021).
Pendapat yang dikemukan oleh bapak Muhammad Nur

(masyarakat Agama Islam),

“Kalau ada agama lain yang meninggal, tentunya kita datang


dan sudah biasa di kalangan masyarakat desa punggur kapuas
ketika ada umat lain yang meninggal pastinya
datang”(Muhammad Nur, 26 Desember 2021).
49

Pendapat selanjutnya yang memperkuat dari pernyataan bapak

Anwar M Ali (masyarakat Agama Islam),

“Kalau ketika ada yang meninggal kita pasti berkunjung, baik


dia berasal dari agama lain. Karena mereka juga termasuk
masyarakat Desa Punggur Kapuas. Untuk menyatukan
kebihnikaan tunggal ika” (Anwar M ali,26 Desember 2021).
Pendapat untuk memperkuat penyataan narasumber di atas

yang disampaikan oleh bapak Abidin (masyarakat Agama Islam),

“Dalam hal ini tenunya kita datang untuk mengunjungi kalu


ada masyarakat di Desa Punggur Kapuas yang meninggal atau
sakit.” (Abidin, 27 Desember 2021).
Dari hasil hasil wawancara di atas dapat diketahui

bahwasannya masyarakat Desa Punggur Kapuas Tidak memiliki sikap

yang membedakan Agama-agama dan suku. Sikap kepedulian dan

simpati yang masyarakatnya jujung tinggi sehingga tercapainya

kerukunan antar uamat beragama. Simpati merupakan perasaan

tertarik yang timbul dari diri seseorang dan membuat merasa seolah-

olah berada dalam keadaan orang lain. Faktor dari simpati yang paling

utama ingin mengerti dan ingin berkerja sama dengan orang lain.

Mislanya seseorang yang sedih melihat penderitaan orang lain yang

ditimpa musibah. Seseorang itu mereproduksikan di dalam diri

perasaa dari pihak lain yang memiliki rasa iba dan sayang

(Sudariyanto, 2021: 33).

Menurut hasil wawancara, yang peneliti lakukan terhadap

beberapa narasumber di atas. mereka semua menjelaskan mereka akan


50

datang ke tempat yang sedang berduka untuk melihat Masyarakat

yang meninggal dunia tersebut. Mereka tidak membedakan baik yang

meninggal itu keyakinan yang sama ataupun berbeda keyakinan, dan

memiliki rasa simpati yang tinggi. Sesuai dengan hadis Riwayat

Bukhori

Jabir bin Abdullah menceritakan:

Ketika ada jenazah diusung melewati kami, maka Nabi Saw.

Berdiri dan kami pun ikut berdiri. Lalu kami sampaikan

kepada beliau, sesungguhnya jenazah yang diusung itu adalah

jenazah orang Yahudi, wahai Rasulullah. Beliau

menjawab:”jika kalian melihat jenazah yang sedang diusung,

maka berdirilah. (HR.Bukhari).

Dalam konteks ajaran dan nilai Islam, bentuk toleransi umat

beragama pada dasarnya bukan berupa spirit yang tumbuh dan hadir

belakangan. Bentuk toleransi yang diajarkan dalam islam justru tak

hanya dilakukan hanya antar sesama umat Islam, namun juga

ditunjukan pada interaksi terhadap umat agama lain, karena landasan

Islam sendiri merupakan rahmatan lil’alamin. Misalnya, patut

disadari, nilai dan perespektif Moderasi beragama telah ditanamkan

pada diri Rasulullah Muhammad SAW, pada ajaran-ajarannya, terukur

dalam sikapnya, dan terpancar pada tindakannya.

b. Interaksi dalam bidang Ekonomi


51

Adapun kegaitan interaksi yang mereka lakukan di Desa

Punggur Kapuas, yaitu saat berbisnis atau lebih sering kerja samanya.

Dalam hal ini peneliti ingin menggali informasi bagaimana cara

mereka berkerja sama apalagi di Desa Punggur Kapuas banyak umat

yang berbeda suku dan agama.

Adapun hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada bapak

Boby Hartanto

“Kalau untuk dalam bidang ekonomi karena kita ini hidup di


masyarakat tentunya kita tidak bisa hidup sendiri, dalam arti
kata kita tetap membutuhkan satu sama yang lain. Kalu kolega
rekan bisnis itukan tidak mesti satu suku satu agama. Tetapi di
sini kita lihat kerukunan itu sangat bagus lah kalu kita kaitkan
dengan etnis atau apa kita tidak memandang karena apalagi
rekan kerja ataupun ape jadi kita istilahnya tumelihat-lihat
untuk berteman dan berkerja sama walaupun berbeda etnis”
(Boby Hartanto, 23 Desember 2021)
Pernyataan di atas di perkuat oleh pernyataan bapak Martinus

Acin

“Kalu di sini sama saja dalam kegiatan jual beli tidak ada yang
membedakan jual beli. Tetap saling berkerja sama. Karna
daerah saya ketika di ladang contohnya ketika menanam padi.
Mereka keliling dan kami akur walaupun berbeda etnis. Seperti
buruh harian walaupun berbeda etni tidak ada yang
membedakan gajinya intinya sama-sama dalam berkerja”
(Martinus Acin 23 Desember 2021).
Dari hasil wawancara di atas, bahwasannya dalam sistem

perkerjaan mereka tidak ada yang membedakan satu dengan yang lain.

Baik suku ataupun agama. Aadapun hasil wawancara yang peneliti

lakukan kepada bapak Nyoman Lanus.


52

“Kalau menurut saye dak ade permasalah dalam kegiatan jual


beli di dese kite ni. Kalu selama itu saling menguntungkan dan
tidak merugikan salah satu pihak. Mungkin banyak juga yang
beda etnis menjual hasil-hasilnya ke orang-orang yang berbeda
agama dari yang bersangkutan. Buktinya di dese ini banyak
usaha yang kita lakukan seperti padi,kelapa dan sayur banyak
kite menjualnye bukan ke orang kita kebanyakan larinya etnis-
etnis tionghoa. Selama ini tidak ada permaslahan selama tidak
merugikan” (Nyoman Lanus, 24 Desember 2021).
Kemudian pendapat yang dikemukakan oleh bapak Anwar M

Ali.

“Kalau untuk masalah perkerjaan mereke tentunya berkerja


sama, terkadang mereke selalu berkerja sama yang penting
tidak merugikan baik dia berbeda etnis” (Anwar M ali,26
Desember 2021).
Dalam hal ini bapak Abidin juga memberikan keterangan

tentang jual beli.

“ Dalam hal jual beli intinya tidak ada yang merugikan satu
dengan yang lain” (Abidin, 27 Desember 2021).
Pendapat selanjutnya yang di kemukakan oleh bapak Than Jan

Thung sebagai berikut.

“Di desa kita ini dalam hal jual beli pastinya akan adanya kerja
sama dengan penganut agama lain. Karena kita di kampung ini
satu kesatuan, yang penting tidak merugikan satu dengan yang
lain” (Tan Jan Thung, 24 Desember 2021)
Dalam hal ini dari beberapa sumber menjelaskan

bahwasannya kerja samanya sangat baik. Yang penting tidak saling

merugikan satu dengan yang lain. Adapun pendapat selanjutnya

yang di sampaikan oleh bapak Wayan Sujana yaitu

“Jadi kalu bapak liat di punggur kapuas ini itu orang nya tidak
memandang etnis yang penting dia mau berkerja contohnya
53

orang bertanam sayuran tidak bisa dia hanya menyuruh orang


die, kalu orang die mau kalu tidak tentunya dia mencari orang
lain. Sistem di sini yang penting dia mau berkerja tidak peduli
die mau suku atau agama apapun itu. Tentunya di sini tidak
ada perbedaan kalu adanya perbedaan tentunya orang tersebut
tidak mau berkerja” (Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
Menurut bapak Wayan Sujana di Desa Punggur Kapuas ini

tidak memandang etnis yang penting dia mau berkerja.

Dari paparan data di atas mengenai hasil interaksi dalam

bidang ekonomi. Yang peneliti pahami ketika mewawancarai dan

melakukan observasi, bahwasannya masyarakat Desa Punggur Kapuas

melakukan kegiatan interaksi dalam bidang ekonomi yaitu dalam

bentuk jual beli atau kerja sama dengan pihak yang memiliki

keyakinan yang sama atau berbeda keyakinan. Perinsip masyarakat di

Desa Punggur Kapuas yaitu berkerja dengan siapapun tidak masalah

yang penting tidak merugikan satu dengan yang lain.

Dalam buku Hubungan Antar-Umat Beragama Tafsir Al

Qur’an Tematik yang disusun oleh Tim Lajenah Pentashihan Mushaf

Al Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia (2008: 103-105).

Dalam kaitan ini Al Qu’an telah menetapkan perinsip-perinsip ajaran

yang harus dipedomani oleh setiap Individu. Perinsip ini bersifat

universal ia bersentuhan dengan manusia di setiap level, baik setarata

sosial, suku ras, golongan, aliran mazhab, termasuk agama.

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar),
54

Ayat ini merupakan seruan orang-orang yang beriman.

Artinya, praktek ekonomi illegal apaun itu bentuknya akan mencerdrai

keimanan seseorang. Dengan demikian , sebagai seseorang mukmin

harus selalu tampil terdepan dalam menjalankan roda

perekonomiannya secara benar, baik terhadap umat Islam ataupun

umat beragama lain. Sesuai dengan ayat al Qur’an sebagai berikut:

ْ ُ‫َظلِ ُموْ نَ َواَل ت‬


َ‫ظلَ ُموْ ن‬ ْ ‫اَل ت‬

Artinya: kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi


(dirugikan). (al-Baqarah/2:279).
Ayat tersebut merupkan satu rangkaian dengan persoalan riba

namun, tetapi dari secara umum bisa dipahami bahwa tidak boleh

seseorang berprilaku zalim atau terzalimi. Baik dalam bidang ekonomi

akan memporak-porandakan tatanan masyarakat.

c. Interaksi dalam Bidang Politik

Interaksi mengenai sistemmatika pemerintahan Desa Punggur

Kapuas dalam pemerintahan dan dalam menyalurkan bantuan. Adapun

hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap beberapa Narasumber

sebagai berikut:

“Jadi kita bisa melihat bawasannya tidak memandang etnis.


kita lihat disini tergantung apa yang saya katakan bawasanya
ketentuan kata gorinya jadi entah itu kalu kita bicara tentang
agama kita sudah punya msing-masing. bahasanya itu kalu dia
yang mendapat bantuan itu kategori layak untuk menerima
bantuan walaupun ia berbeda etnis. Jadi desa kita ini termasuk
adil dalam membagikan bantuan” (Boby Hartanto, 23
Desember 2021)
55

Adapun pendapat yang selanjutnya yang dikemukakan oleh

bapak martinus Acin.

Saya kira untuk poin pertama pak we kita ini termasuk


pemimpin yang baru berjalan dua tahun. sejauh ini beliau
bersikap toleransi yang sangat tinggi. Dan tutur sapanya sangat
bagus. Untuk Rt dan Rw di sini tidak ada perbedaan dalam
mendata. kalu misalnya bantuan itu layak untuk di dapatkan
tentunya tidak ada maslah walaupun berbeda etnis (Martinus
Acin 23 Desember 2021).
Bapak Nyoman Lanus juga berpendapat tentang Pemerintahan

Desa Punggur Kapuas.

Pemerintahan dese di sini bisa di jadikan salah satu cermin


kebihnikaan, karena perangkat desa nya berbeda-beda agama
tapi tetap bise berkerja sama untuk memajukan dese menjadi
yang lebih baik kedepannya. Kalu dalam pembagian dalam
bantuan itu, kalu di bilang adil susah juga adil atau tidak
adilnya. Karena adil seseorang itu tidak sama tergantung
keperluan mereka masing-masing jadi selama ini sih bantuan-
bantuan yang berasal dari pemerintah tu di musyawarahkan
mana yang berhak menerima atau tidak tanpa melihat dia dari
etnis apapun (Nyoman Lanus, 24 Desember 2021).
Dari keterangan ketiga narasumber di atas, bahwasannya

pemerintahan Desa Punggur Kapuas dalam memimpin tidak

memandang suku dan agama. dari pernyataan Bapak Nyoman Lanus

Di pemerintahan Desa juga terdiri dari berbaga macam agama yang

berkerja sebagai staf. Menurut dari narasumber kalu masalah

pembagian bantuan itu sesuai yang memang berhak menerima bantuan

tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kelaykan.

Kemudian hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap

bapak Tan Jan Thung dan bapak Abidin.


56

Untuk pemerintahan desa di sini bisa di katakan pemimpinya


sangat bertoleransi. Tidak membedakan agama yang satu
dengan yang lain. Karena bantuan yang di salurkan dari
pemerinta di bagikan secara tepat. Sesuai yang membutuhkan
(Tan Jan Thung, 24 Desember 2021)
Kemudian pendapat selanjutnya yaitu dari bapak Abidin

sebagai berikut:

Di desa ini dalam pemerintahan tentunya di desa punggur


kapuas. Adalah Desa yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebersamaan. Untuk membangun desa yang lebih maju
tentunya kita harus berkerja sama baik dia menganut
kepercayaan apapun yang mereka yakini (Abidin, 27
Desember 2021).
Dari hasil wawancara kedua narsumber ini juga mengatakan

bahwasannya pemeintah di Desa Punggur Kapuas ini menjunjung

tinggi nilai Toleransi dan nilai kebersamaan. Kemudian di lanjutkan

penyataan dari bapak wayan sujana

Kalu pemimpin dese di sini sudah bagus, kalu toleransi


lumayan contohnya ketika ada orang yang meninggal di bantu
dengan memberi lima ratus ribu dan tidak membedakan baik
yang meninggal itu dari kalangan sesama etnis ataupun bukan
dia tetap menyantuni dengan membantu untuk meringankan
bagi keluarga yang di tinggalkan. Dalam memberikan bantuan
tentunya sesuai dengan acuan dari pemerintah sesuai dengan
yang membutuhkan (Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
Dan pendapat yang dikemukakan bapak muhammad Nur
tentang keadilan

Kalau pemerintahan disini kalau di bilang adil pastinya adil


karena desa ini merupakan desa yang penganut agama yang
berbeda-beda. Dan dalam pemerintahan desa juga beliau
memiliki rekan kerja yang berbeda agama. Untuk maslah
bantuan tentunya dalam hal ini kita tau yang mendapatkan
bantuan adalah dia yang memang layak dapat bantuan
tersebut , buakn karna dia satu agama sama pemimpinnya. dia
dapat bantaun tapi di lihat dari kriteria layak tidak dia
57

mandapatkan bantuan tersebut (Muhammad Nur, 26 Desember


2021).
Dalam hasil wawancara dari ketiga narasumber di atas,

bahwasanya dalam menerima bantuan sesuai layak atau tidak

mendapatkan. Dalam hasil dari keterangan yang disampaikan oleh

bapak Wayan Sujana, bahwasannya ketika ada masyarakat yang

meninggal. kepala Desa Punggur Kapuas memberi uang lima ratus

ribu untuk membantu masyarakat yang meninggal tanpa melihat dia

dari suku maupun agama yang di anut. Intinya bantuan itu untuk

masyarakat yang memang asli penduduk Desa Punggur Kapuas. Dan

wawancara di lanjukan terhadap bapak Anwar M Ali yang merpakan

kepala Desa Punggur Kapuas.

Awal mulanya dalam masalah politik muncul bahasanya


pengolong-penggolongan smpailah penggolongan soal agama.
Seiring waktu berjalan kite bise menyatukan semue etnis dan
menepis semue keraguan-keraguan mereke tentang
penggolongan-penggolongan itu jadi kite dari pemerintahan
dese tidak membede-bedekan secara politik, semue same di
mate pemerintahan jadi kite cobe merangkul dalam artinye kite
same-same membangun baik die etnis apepun kalau die merase
ini desenye kite same-same membangun (Anwar M ali,26
Desember 2021).
Dari hasil wawancara yang disampaikan oleh bapak Anwar

selaku kepala Desa Punggur Kapuas beliau menyatakan dahulu pernah

ada bahasa penggolongan jadi beliau berusaha menepis bahasa

tersebut. dengan menyatukan semua agama agar bersama-sama

membangun desa agar menjadi desa yang lebih maju.


58

Hasil dari paparan wawancara di atas bahwasannya

pemerintahan di Desa Punggur Kapuas dalam memerintah sudah

bagus. Menurut Narasumber di atas bahwasanya dalam membagikan

bantuan tentunya memiliki kriterianya sendiri. Layak atau tidaknya

untuk mendapatkan bantuan. jadi pemerintahan di Desa Punggur

Kapuas menjunjung nilai-nilai toleransi beragama dalam mencapai

kerukunan antar umat beragama.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama dalam

paper-nya berjudul Kebijakan Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama di Indonesia menyebutkan tujuh langkah upaya mendorong

kerukunan antar umat beragama pertama Memperkuat landasan/dasar-

dasar (aturan atau etika bersama) tentang kerukunan internal dan antar

umat beragama kedua Membangun hamoni sosial dan persatuan

nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh

umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi yang ideal

untuk menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi ketiga

Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam

rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta

pengalaman agama yang mendukung bagi pembinaan kerkunan hidup

intern dan antar umat beragama keempat Melakukan eksplorasi secara

luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh

keyakinan plural umat manusia kelima Melakukan pendalaman nilai-

nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang


59

mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan keenam Mengembangkan

wawasan multikultural bagi segenap unsur dan lapisan masyarakat

ketujuh Menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat bahwah

perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh

karena itu, hendaknya hal ini dapat dijadikan mozaik yang dapat

memperindah fenomena kehidupan beragama (PKB, 2009: 7).

d. Interaksi dalam Bidang Agama

1) Interaksi tentang Kegiatan Ibadah Antar umat beragama di


Desa Punggur Kapuas

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap


beberapa Narasumber dalam menyikapi ketika umat agama lain
dalam melaksankan kegiatan Ibadah yang mereka yakini, Pendapat
yang di sampaikan oleh bapak Nyoman Lanus .

“Semua agama selalu mengajarkan kebaikan tidak ada agama


satupun yang mengajarkan yang tidak baik sesuai dengan
mereka masing-masing membawa hal tersebut. jadi dalam
kegiatan ibadah agama lain kita selalu mentoleransikan.”
(Nyoman Lanus, 24 Desember 2021).
Pendapat selanjutnya yang dikemukakan oleh bapak Than

Jan Thung.

“Dalam kegiatan ibadah umat beragama saya selalu


bertoleransi, karena kita di sini memiliki keyakinan dan
kepercayaan masing-masing. Jadi sedikitpun saya tidak
pernah merasa tergangu dengan ibadahnya agama lain.” (Tan
Jan Thung, 24 Desember 2021).
Bapak Nyoman Lanus berpendapat bahwasanya semua

agama itu selalu mengajarkan kebaikan dan harus bersikap toleransi,

begitu juga pendapat yang disampaikan oleh bapak Than Jan Tung
60

juga menyampaikan bahwa harus memiliki sikap toleransi karena

kita memiliki kepercayaan masing-masing.

Selanjutnya hasil wawancara interaksi dalam ibadah. Yaitu

pendapat yang dikemukakan oleh bapak Wayan Sujana selaku

umat agama Hindu.

“Di sini tidak ada masalah dalam kegiatan agama lain


karena kita harus menghargai kegiatan ibadah agama lain
(Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
Dan di perkuat pernyataan oleh bapak Anwar M Ali sebagai

berikut.

Kalu di dese punggur kapuas dalam kegiatan ibadah, di sini


aman-aman saja merke yang beragama berbede tidak pernah
menggangu kegiatan agama lain (Anwar M ali,26 Desember
2021).
Bapak Abidin juga berpendapat hal yang sama sebagai

berikut.

Dalam kegiatan ibadah kita yang sesama agama saja di


larang menganggu apalagi yang beda agama kita harus
menghargai (Abidin, 27 Desember 2021).
Selanjutnya pendapat yang disampaikan oleh bapak

Muhammad Nur mengenai tentang interaksi dalam beribadah.

Untuk penganut agama pastinya di sini menjaga kerukuna.


Dan kita selalu menghormati selama die tidak menggangu
kita dan kitapun wajib menghormati die. Tidak ada
pemaksaan karena islam inikan rahmatan
lilalamin( Muhammad Nur, 26 Desember 2021).
Dalam hasil wawancara di atas, mereka berpendapat dalam

hal ini harus memiliki sifat menghargai dan mereka tidak pernah
61

menggangu ketika agama lain melakukan kegiatan ibadahnya

masing-masing. Dan bapak Abidin juga mengungkapkan dalam

hasil wawancaranya, yaitu kita yang sesama agama saja di larang

menggangu. apalagi yang berbeda agama kita harus menghargai.

Sikap saling menghargai dan menghormati dalam buku

Hubungan Antar-Umat Beragama Tafsir Al Qur’an Tematik yang

disusun oleh Tim Lajenah Pentashihan Mushaf Al Qur’an

Kementrian Agama Republik Indonesia ( 2008:80). Penghargaan

dan penghormatan merupakan suatu yang dipelihara sekaligus

diidamkan oleh setiap individu. Karena tidak ada satu orang pun

yang tidak ingin dihargai atau dihormati. Suatu penghargaan dan

sebuah penghormatan diberikan atas dasar ketulusan, yang berasal

dari lubuk hati yang paling dalam sebagai cerminan dari iman

Dalam kaitan ini, bisa dipahami dari firman Allah

َ‫َواَحْ ِس ْن َك َما اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْيك‬


Artinya: Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu.
Redaksi yang digunakan ayat ini adalah “sebagaimana Allah

berbuat baik kepadamu bukan sebagaimana orang lain bebuat baik

padamu. Sebab membalas kebaikan, penghargaan, penghormatan

orang lain kepada diri kita dan dibanggakan, karena yang demikian itu

merupaka sikap standar yang harus dimiliki setiap muslim.


62

Begitu juga pendapat yang dikemukakan bapak Martinus Acin

dan memperkuat jawaban dari bapak Muhammad Nur.

Dalam kegiatan ini kita harus saling menghargai dan tetap


positip dan tidak ada negaitif-negatifnya justru kita ada
perbedaan suku,agama dan etnis ini itulah yang menjadi
permesatu kita seperti itu. Karna di tempat saya dari Rt
samapai ke dusunnya sudah memandang melihat yang ada di
desa punggur kapuas khususnya di dusun saya (Martinus Acin
23 Desember 2021).
Bapak Muhammad Nur berpendapat dalam hasil wawancara

tersebut, bahwasannya kita wajib menghormati mereka yang berbeda

agama dengan kita. selama mereka tidak pernah mengganggu kita.

Dan pendapat yang dikemukakan leh bapak Martinus Acin dengan

adanya perbedaan Agama ini itulah yang menjadi kita bersatu.

Kemudian pendapat yang disampaikan oleh bapak Boby

Hartanto dalam hasil wawancara sebagai berikut:

Kalu istilahnya menjalin kerukunan yang namanya kita


menjalankan suatu ibadah itu sudah dilaksanakan dan diyakini
oleh pemeluk agama tersebut. lebih kita juga dalam artikata
satu sama lain kita harus bisa saling menghargai dikala
misalnya teman kita, keluarga kita dan masyarakat dalam tanda
kutip melaksanakan suatu ibadah. Seperti contoh umat
beragama muslim ketika melakukan azan itukan memang
sudah sesuai dengan ketentuan untuk proses melakukan
kegitan agama tersebut. jadi yang kristiani tidak ada untuk
menggangu dan kita menghargai. Kita sejauh ini di lingkungan
desa punggur kapuas boleh dikatakan desa kita ini desa baru
dan sebelum desa menjadi pemekaran kita di desa ini memang
sudah menjalin silahturahmi dan kerukunan itu sudah berjalan
sejak lama tidak ada masalah bagi kita (Boby Hartanto, 23
Desember 2021)
Hasil dari wawancara yang beliau sampaikan, yaitu harus

saling menghargai. beliau juga mencontokan ketika umat agama yang


63

beragama islam melakukan ibadah dengan menggunakan pengeras

suara, bapak Boby mengatakan dalam hasil wawancara bahwasannya

dia tidak merasa keberatan atau terganggu. Menurut Umar Hasyim

dalam Wajidi Sayadi (2020: 14-15) bahwasannya Kebebasan

beragama. pertama Kebebasan beragama dalam hal ini adalah bebas

dalam memilih suatu kepercayaan, mereka mempercayai agama yang

mereka pilih adalah agama yang paling benar dan bisa membawa

mereka kejalan keselamatan, mereka juga memilih agama yang mereka

percayai tanpa adanya unsur keterpaksaan. Kedua Penghormatan atas

eksistensi agama lain. Menghormati eksistensi agama lain dengan

pengertian menghormati keragaman dan perbedaan ajaran-ajaran yang

terdapat pada setiap agama dan kepercayan yang ada. Dalam hal ini

untuk menghadapi realitas yang ada yaitu setiap penganut agama harus

bisa menghayati dan menghormati penganut agama lain dan tidak

saling mengejek atau mencela agama lain.

Dari paparan wawancara beberapa Narasumber di atas dapat

disimpulkan bahwasannya masyarakat Desa Punggur Kapuas, juga

bertoleransi dalam masalah beribadah umat agama lain. Ini merupakan

suatu bukti bahwasannya mereka berupaya hidup rukun.

2) Interaksi Mengenai Hari Besar Antar-umat beragama di Desa


Punggur Kapuas.

Adapun hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap


bapak Boby Hartanto mengenai tentang hari besar umat beragama
64

Jadi begini hari raya keagamaan di desa punggur kapuas


untuk menjalin silahturahmi sangat bagus, jadi entah itu
umat beragama apapun dikala pas dia melaksanakan
pertepatan dalam hari rayanya umat-umat lain juga yah
hadir dan datang bersilahturahmi saling kunjung
mengunjungi jadi tidak ada masalah (Boby Hartanto, 23
Desember 2021)
Menurut bapak Boby Hartanto dalam hasil wawancaranya

dia berpendapat, bahwasannya ketika hari besar agama lain saling

kunjung mengunjugi. Selanjutnya pendapat yang dikemukakan

oleh bapak Martinus Acin dan Bapak Nyoman Lanus tentang hari

besar umat beragama.

Kalau saya ni, ya saat ini kan kita sudah selesai natalnya kalu
misalnya lebaran nati kita samakan. Tetap kita kerja sama
karena agama mereka agama kita juga istilahnya walaupun
kita tidak memiliki dia setidaknya kita ada saling menjaga saya
kan orang kristen, saya juga harus menjaga orang-orang saye
jangan sampai ada kiyak-kiyak yang tidak mengenakan. Kalu
dalam acara lebaran kita di sini termasuk orang peramah-
ramah jadi ketika lewat saja langsung mangil suruh singgah
jadi kita juga singgah untuk menghargai. (Martinus Acin 23
Desember 2021).

Dari pendapat yang dikemukakan bapak Martinus Acin di atas

juga di perkuat oleh bapak Nyoman Lanus.

Dalam kegiatan ini kita selalu saling kunjung mengunjungi dan


saling bersilahturahmi tanpa melihat dia dari etnis apapun
(Nyoman Lanus, 24 Desember 2021).
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, terhadap ketiga

narasumber. Ketiga narasumber di atas juga berpendapat yang sama

saling kunjung mengunjungi. Dan menurut Martinus Acin dia juga

menjaga sesama agama dia, agar tidak menggangu agama lain.


65

Kita di desa punggur kapuas kita pasti selalu menjaga tali


silahturahmi baik hari raya islam,kristen dan imlek. Pada hari
raya itu kita datang berkunjung untuk memberi selamat
(Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap Bapak Than Jan

Tung mengenai hari besar Agama lain.

Dalam kegiatan hari besar setiap umat agama kita selalu


bersilahturahmi ke rumah-rumah yang melaksanakan hari
besar agamanya Tan Jan Thung, 24 Desember 2021)
Dalam pernyataan bapak Than Jan Thung diperkuat oleh

bapak Wayan Sujana.

Dalam hal ini kedua narasumber juga mengungkapkan, mereka

juga saling kunjung mengunjungi ketika ada umat beragama lain

merayakan hari raya besar agamanya masing-masing.

Sela njutnya pendapat yang dikemukakan oleh bapak Anwar M

Ali.

“Dalam hari besar agama lain, kite apresiasi dan memberi


kebebasan mereke untuk melaksanakan kegiatan hari raya
mereka.” (Anwar M ali, 26 Desember 2021).
Bapak Abidin juga menanggapi tentang interaksi hari besar

umat beragama.

Dalam kegiatan ibadah kita yang sesama agama saja di larang


menganggu apalagi yang beda agama kita harus menghargai.”
(Abidin, 27 Desember 2021).
Dari wawancara beberapa narasumber di atas dapat diketahui

bahwasannya masyarakat Desa Punggur Kapuas ketika ada perayaan

hari besar keagamaan pastinya menerima tamu yang berkunjung tanpa


66

ada perbedaan baik berbeda keyakinan ataupun sama dan Saling

berkunjung. Menurut jamaluddin (dalam Wajidi Sayadi, 2020: 19)

Membangun Kualitas Hubungan Toleransi yaitu pertama, kualitas

kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola interaksi

antar sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan yang

serasi, senada dan seirama, tengang rasa, saling menghormati, saling

mengasihi dan menyayangi, saling peduli yang didasarkan pada nilai

persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa sepenanggungan.

Kedua kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada

pengembangan nilai-nilai dinamika yang dipersentasikan dengan

suasana yang interaktif, bergerak, bersemangat dan bergairah dalam

mengembangkan nilai kepedulian,keaktifan, dan kebajikan bersama.

3) Interaksi dalam Melaksanakan Ritual Agama

Dalam melaksanakan ritual agama peneliti melakukan

wawancara terhadap beberapa Narasumber sebagai berikut:

Jadi kita tidak pernah menggangu dalam ritual agama yang


agama lain lakukan begitu juga sebaliknya (Boby Hartanto, 23
Desember 2021).
Kemudian pendapat yang disampaiakan bapak Martinus Acin

dalam mengenai ketika mendengar suara Adzan.

Kalau dalam masalah ibadah kita harus saling menghargai,


apalagi kalu misalnya kita menghidupkan musik yang non kita
yang kristen, biasanya setengah dua belas ada kegiatan ibadah
umat islam tentunya kita punya musik kita kecilkan ketika
mereka melakukan ibadah. Supaya mereka tidak merasa
tergangu. Ketika mereka menggunakan pengeras suara tentunya
67

kita tidak merasa tergangu. Karna kita sudah lama bersama


hidup bermasyarakat jadi tidak ada masalah sedikit pun.
Malahan ada yang bersyukur ketikah umat muslim sholat subuh
itukan umpamanya jam empat mereka ada bersukur karna ada
yang sholat dan meggunakan pengeras suara jadi dia terbangun
mereka merasa bersukur nya kalau tidak ada yang azan mereka
ketiduran (Martinus Acin, 23 Desember 2021).
Dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap bapak

Boby Hartanto dan bapak Martinus Acin. Kedua narasumber ini

menjelaskan bhawasanya tidak pernah saling menggangu. Bapak

Martinus Acin juga berpendapat bahwasanya ketika ketika umat agama

islam melaksanakan kegiatan ibadanya dengan menggunakan pengeas

suara mereka tidak merasa terganggu sedikit pun malahan ada yang

bersukur ketika degar suara azan mereka terbangun dan tidak bangun

kesiangan.

Selanjutnya pendapat yang disampaikan oleh bapak Nyoman

Lanus sebagai penganut dari agama Hindu.

“Kalau selama ini dalam kegiatan ibadah kita saling menjaga


dan saling menghormati dan dalam hal ini keamanan di dese kite
ini selalu menjaga keamanan untuk setiap umat beragama
apapun dalam menjalankan ibadahnya masing-masing.”
(Nyoman Lanus, 24 Desember 2021).
Pendapat juga disampaikan oleh bapak Than Jan Thung sebagai

penganut agama Budha.

“Kalu saya pribadi tidak sekali merasa tergangu sedikit pun pada
saat umat agama lain melakukan ibadahnya baik memakai
pengeras suara ataupun tidak asalkan sesuai dengan waktunya
(Tan Jan Thung, 24 Desember 2021).
Bapak Wayan Sujana juga berkomentar tentang ketika

melaksanakan ibadah
68

“Dalam melaksanakan ibadahkan kita tidak pernah terganggu


kalu saya pribadi sebagai pemeluk agama hindu. Karena kalau
beribadah kan kita harus khusyu’kata orang islam konsentrasi
penuh. Walaupun orang di sana sembayang kita juga
sembayang. Kalau yang agama islam menggunakan pengeras
suara kita tidak pernah menjadikan permasalahan karena kita
sudah terbiasa.” (Wayan Sujana, 25 Desember 2021).
Dari ketiga narasumber di atas, bapak Noman Lanus juga

menyampaikan pendap yaitu harus saling menjaga keamanan untuk

setiap umat. Sedangkan bapak Than Jan Tung juga berpendapat,

asalkan sesuai dengan waktu pelaksanaan ibadah. Dan bapak Wayan

Sujana juga mengatakan dalam hasil wawancaranya kalu beribadah

harus khusyu’ ketika agama lain beribadah kita juga beribadah.

Dari hasil wawancara bapak Muhammad Nur, bapak Anwar M

Ali dan bapak Abidin juga berpendapat tentang hari besar umat

beragama.

Kalau dalam kegiatan ibadah tentunya kita tidak boleh


menggangu kegiatan ibadah umat agama lain. Kita harus
menghormati keyakinan dan kepercayaan mereka masing-
masing tanpa ada menggangu satu dengan yang lain. Kalu di
desa kita ini aman-aman saja belum pernah kejadian untuk
saling menggangu agama lain dalam beribadah.” (Muhammad
Nur, 26 Desember 2021).
Bapak muhammad Nur berkomentar tentang tidak boleh

menggangu agama lain dalam beribadah. Sama halnya dengan bapak

Anwar M Ali juga berpendapat sebagai berikut.

Sekali umat agama lain berdampingan dengan kita kita harus


menghormati umat agama lain. Jadi kite juga menghargai
mereke yang melaksankan keyakinan mereke asalkan mereke
juga tidak menggangu kita (Anwar M ali, 26 Desember 2021).
69

Pernyataan bapak Muammad Nur dan bapak Anwar juaga

diperkuat dalam pernyataan yang disampaikan oleh bapak Abidin.

“Dalam melaksanakan ritual agama baik die beagama selain


islam tentunya kita di larang menggangu mereka karena bagimu
agamamu bagiku agamaku jadi saling mengharagai keyakinan
masing-masing aja.” (Abidin, 27 Desember 2021).
Wawancara ketiga narasumber di atas mereka berpendapat

yang sama bahwasannya tidak boleh saling menggangu. Bapak

Abidin juga berpendapat Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Hasil dari paparan wawancara di atas, bahwasanya

masyarakat Desa Punggur Kapuas. Ketika umat agama lain

menjalankan kegiatan ibadah baik itu memakai pengeras suara

ataupun kegiatan ibadah yang lain. Mereka merasa tidak tergangu

sesuai dengan Indikator Menurut Umar Hasyim dalam Wajidi Sayadi

(2020: 14-15) bahwasannya Untuk membagun toleransi antar umat

beragama harus memilki langkah-langkah yaitu pertama Kebebasan

beragama dalam hal ini adalah bebas dalam memilih suatu

kepercayaan, mereka mempercayai agama yang mereka pilih adalah

agama yang paling benar dan bisa membawa mereka kejalan

keselamatan, mereka juga memilih agama yang mereka percayai

tanpa adanya unsur keterpaksaan kedua Menghormati eksistensi

agama lain dengan pengertian menghormati keragaman dan

perbedaan ajaran-ajaran yang terdapat pada setiap agama dan

kepercayan yang ada. Dalam hal ini untuk menghadapi realitas yang
70

ada yaitu setiap penganut agama harus bisa menghayati dan

menghormati penganut agama lain dan tidak saling mengejek atau

mencela agama lain ketiga Perbedan tidak harus membuat menjadi

permusuhan, karena perdedaan akan selalu ada di dunia ini.

Jadikanlah perbedaan ini menjadi sebuah warna dalam kehidupan

agar kita selalu menghargai perbedaan yang ada. (Wajidi Sayadi,

2020: 14-15).

2. Aplikasi Ayat-Ayat Kerukunan pada Masyarakat Muslim di Desa

Punggur Kapuas

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui, cara mereka dalam

mengaplikasikan ayat-ayat Al Quran. dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

wawancara yang peneiti lakukan yaitu menayakan tentang

1) Ajaran Agama Islam Dalam Al Qur’an, Mengenai Toleransi Atau

Kerukunan.

Adapun hasil wawancara yang di ungkapkan oleh bapak Abidin

tentang ajaran agama islam dalam al qur’an mengenai toleransi atau

kerukunan

“Sesuai yang dicontokan oleh Rasulullah saw islam itu rahmatan


lil alamin artinye kite membeikan rahmat atau pengayoman baik
di umat minoritas atau mayoritas. Untuk dikalangan punggur
kapuas ini kita termasuk umat yang mayoritas kita juga
melindungi,mengayomi umat-umat yang minorias” (Abidin, 27
Desember 2021).
Pendapat yang dikemukakan oleh bapak Abidin yaitu sebagai

umat yang mayoritas harus melindungi umat yang minoritas. Adapun


71

pendapat yang sampaikan oleh narsumber selanjutnya yaitu bapak

Anwar mengenai hal ini sebagai berikut:

“Sedikit kita berbicara tentang agama ini, toleransi dalam


agama, junjungan kite nabi muhammad saw juga pernah
mengatekan selagik umat lain masih hidup berdampingan
dengan kite make kite berkewajiban hidup damai
berdampingan dengan mereke. Siape yang menzolimi umat
selain umat islam, yang masih mau hidup berdampingan
dengan umat islam make dielah musuh baginda Rasulullah
saw yang sebenarnya. Jadi secara ajaran agama islam
menunjung tinggi sekali toleransi antar umat beragama selagi
mereka tidak memaksekan keyakinan agama mereke untuk
kite ikuti” (Anwar M ali, 26 Desember 2021).
Bahwa apa yang telah disampaikan oleh bapak Abidin dan

Bapak Anwar M Ali sama-sama bahwah ketika hidup berdampingan

bertoleransi terhadap umat agama lain. Pada perinsipnya itulah

ajaran Nabi Muhammad Saw. disampaikan oleh bapak Anwar M Ali

mengatakan. Selagi umat beragama lain masih mau hidup

berampingan dengan kita, maka kita berkewajiban hidup damai

berdampingan. Barang siapa yang menggangu umat agama lain yang

masih mau hidup berdampingan maka ia adalah musuhnya Rasululah

Saw. Asalkan mereka yang umat beragama lain tidak memaksakan

kita untuk mengikuti keyakinan agama mereka.

Sesuai dengan pernyataan dari bapak Abidin dan bapak

Anwar M Ali bahwasannya mengikuti Rasulullah Saw.

‫من يُّطع ال َّرسُوْ ل فَقَ ْد اَطَا َع هّٰللا‬


َ َ ِ ِ ْ
Artinya: Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh
telah menaati Allah (QS. An-Nisa, 4:80)
72

Isi yang terkandung dalam surah an-Nisa ayat 48

bahwasannya barang siapa yang menaati Rasulullah Saw, maka

sesungguhnya ia telah menaati Allah SAW. Barang siapa yang

berpaling maka bukan menjadi urusanmu. Sesuai pernyataan dari

kedua Narasumber di atas bahwasannya kita berkewajiban

melindungi umat agama lain yang masih mau hidup berdampingan.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat diketahui

sesuai dengan pernyataan yang bapak Abidin sampaikan dalam

wawancaranya yaitu “pengayoman baik di umat minoritas atau

mayoritas” konsep ini dalam pandangan Kuntowijoyo (1997: 66-

68) merupakan sebuah proses obyektifikas, sebuah alkulturasi

kebahagiaan private (individu) yang mensyaratkan akan

kebahagiaan dalam public dalam skala yang lebih luas, termasuk

didalamnya agama. Sedangkan objektifikasi ini adalah konkritisasi

upaya naturalisasi kebaikan, sebuah perbuatan rasional nilai yang

diwujudkan dalam perbuatan rasional atau kategori-kategori

obyektif. Sehingga orang lain dapat menikmati, tanpa harus

menyetujui nilai-nilai asal keyakinan atau keberagamaan internal.

Dengan demikian dapat menghindari “ sekularisasi” antara

paradigma abstraksis-praksis dan dominasi dalam masyarakat

mayoritas vis a vis minoritas.

2) Pandangan Mengenai Perbedaan dalam Meyakini Agama.


73

Dalam pandangan mengenai perbedaan dalam meyakini

agama bapak Anwar berpendapat sesuai dengan hasil

wawancara yaitu:

Perbedaan antara umat beragama saye setuju karne kiteni


kan dak mungkin ape harus memaksekan perbedaan-
perbedaan inikan dah datang udah lama-lamak dulu.
Karne dalam islam pun mengajarkan perbedaan itu
rahmat antara umat (Anwar M ali, 26 Desember 2021).
Selanjutnya pendapat yang di sampaikan oleh bapak

Abidin dalam hasil Wawancara

Perbedaan untuk agama lain saya rasa tidak perlu


memberikan komentar. Sedangkan di agama kita saja
perbedaan pendapat itu sering terjadi. Tetapi perbedaan
tersebut kia jadikan salah satu rahmat. Jadi perbedaan itu
rahmat bukan sesuatu yang harus kita genjet sehingga
menimbulka perpecahan-perpecahan. Tentunya
pemahaman mereka pastilah berbeda dengen kita jadi
perbedan itu adalah rahmat (Abidin, 27 Desember 2021).
Bapak Abidin menjelaskan bahwasannya perbedaan.

Bukan sesuatu yang harus menimbukan pepercahan tetapi

menjadikan sebuah rahmat sesuai dengan Surah al-Ma’idah ayat

48.

‫هّٰللا‬
ِ ‫َولَوْ َش ۤا َء ُ لَ َج َعلَ ُك ْم اُ َّمةً وَّا ِح َدةً و َّٰل ِك ْن لِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َما ٰا ٰتى ُك ْم فَا ْستَبِقُوا ْالخَ ي ْٰر‬
‫ت‬
Artinya: Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu
satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang
karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-
lombalah dalam berbuat kebaikan.
Dalam buku Hubungan Antar-Umat Beragama Tafsir Al

Qur’an Tematik yang disusun oleh Tim Lajnah Pentashihan

Mushaf Al Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia


74

(2008: 94). Dari ayat ini, memang dinyatakan secara tegas

bahwa ukuran kebenaran kitab dan sebuah keyakinan seseorang

adalah al Qur’an. Akan tetapi, pernayataan al Qur’an “ Bahwa

masing-masing memiliki cara dan jalannya sendiri-sendiri”, itu

adalah sebuah kenyataan. Sebab, Allah SAW seandanya mau,

dia sendiri yang merubah kenyataan heteroginitas menjadi

homoginitas. Tetapi kenyataan yang sebenarnya tidak. Bahkan

oleh al Qur’an didorong agar masing-masing berlomba dalam

kebaikan.

Kebaikan yang dimaksud tentunya, yang bersifat

Universal dan tidak ada terkait dengan kegiatan keagamaan

masing-masing pihak, misalnya, penegakan keadilan,

pemberantasan korupsi, penanggulangan bencana, pemeliharaan

lingkungan hidup, kepedulian sosial dan lain-lain. Bentuk

kebijakan seperti ini bukan hanya diakui oleh umat Islam akan

tetapi pemeluk antar-umat beragama.

3) Menghargai Agama Lain Dalam Melakukan Kegiatan Ibadah

yang diyakini.

Ketika agama lain melakukan ibadah sesuai kepercayaan

mereka tentunya harus menghargai agama yang satu dengan agama

yang lain di sini peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa

Narasumber untuk menyakan tentang ini.


75

Menghargai mereke kite apresiasi kegiatan agama mereke


tidak menggangu dalam kegiatan yang mereke lakukan sesuai
ajaran yang agama mereke yakini (Anwar M ali, 26 Desember
2021).
Bapak Anwar mengatakan dalam hasil wawancaranya yaitu

mengapresiasi dan tidak mengganggu. Adapun pendapat yang di

sampaikan bapak Abidin yaitu:

“Paling tidak kita memberi satu ruang dimana dilingkungan


peribadatan mereka. Terkadang ketika ada kegiatan hari besar
agama lain. kita menjaga keamanan saat merka melakukan
ibadah”. (27 Desember 2021).
Dari hasil wawancara di atas sesuai dengan Surah Al An’am

ayat 108 sebagai berikut:

‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذ ْينَ يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ فَيَ ُسبُّوا هّٰللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َك ٰذلِكَ زَ يَّنَّا لِ ُك ِّل اُ َّم ٍة‬
َ‫َع َملَهُ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم َّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
Artinya: Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah
selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami
jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.(al-
An’am / 6: 108)
Dari wawancara dapat diketahui bahwa Ayat ini secara tegas

ingin mengajakan kepada kaum muslimin untuk dapat memelihara

kesucian agama dan guna mencipakan rasa aman serta menjaga

hubungan harmonis antar umat beragama. manusia sangat mudah

terpancing emosinya bila agama dikepercayaan digangu. Jadi apa yang

diyakini pak anwar dan pak abidin bahwasanya tidak boleh menggangu

orang dalam menjalankan kegiatan keagamaan. Mungkin bisa

membantu menjaga keamanan. Agar jalinan kerukunan antar-umat


76

beragama di Desa Punggur Kapuas terjalin secara Harmonis dan saling

menghargai.

Dalam buku Hubungan Antar-Umat Beragama Tafsir Al Qur’an

Tematik yang disusun oleh Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an

Kementrian Agama Republik Indonesia (2008: 82). Bahwah ayat ini

memiliki berkaitan dengan perintah untuk berpaling dari kaum

musyrikin. Namun, bukan berarti berpaling dari berdakwah, akan tetapi

berpaling dari menghina, berkata mencaci maki dan merendahkan.

Sebab prilaku ini akan berbalik terhadap pelecehan terhadap Allah SWT

dan Rasul-Nya.

Ayat ini juga menegaskan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar

terkadang terjadi kontraproduktif atau menimbulkan kemungkarannya,

apabila seseorang tidak memberikan suatu penjelasan secara benar dan

tepat. Ini merupakan pelajaran penting bagi para dai. Dampak sosial

dari sikap tersebut akan melahirkan sikap saling membenci, saling

mencurigai, yang pada gilirannya kita tidak bisa hidup berdampingan

secara damai.

4) Pandangan Mengenai Sesembahan Agama Lain dan Cara

Menghargai Sesembahan yang Mereka Sembah.

Tentunya dalam hal ini harus di ketahui bagaimana pandangan

mereka tentang sesembahan yang agama lain sembah dan cara

menghargai itu.
77

Sesuai tuntunan ajaran agama kita harus membatasi diri karena


itu bukan lagi ranah umum tapi itu ranah ritual. Paling tidak kita
menggambil diri kita masing-masing. Memberikan ruang juga
kepada mereke yang melakukan sesembahan dalam artikata kita
tidak mencampur baurkan antara pandangan agama kite kepada
pandangan agama yang mereka anut. Sesuai batasan-batasan
(Abidin, 27 Desember 2021).
Selanjutnya hasil wawancara yang bapak Anwar M Ali.

Itu mungkin aturan-aturan agama mereke, kite juga hargai.ini

agama yang di sahkan oleh pemerinthan kita harus menghargai.

Kite kasik seluas-luasnye untuk memilah dan mengerjakn agama

mereke masing-masing tidak boleh kite memaksekan kehendak

kite (26 Desember 2021).

Dari kedua narasumber di atas menyampaikan bahwasannya

bapak Abidin mengatakan dalam hasil wawancaranya berpendapat

harus membatasi diri itu merupakan ranah ritual. Dan memberikan

orang lain ruang jangan mencampur bawurkan antara pandangan agama

dia dan agama kita. Sedangkan bapak Anwar M Ali mengtakan

memberi memilah sesuai agama yang mereka yakini. Pernyataan-

pernyataan yang diuraikan kedua narasumber diatas sejalan dengan

pandangan al-Qur’an surah Yunus ayat 40-41 bahwa :

َ‫ك اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬


َ ُّ‫َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يُّْؤ ِمنُ بِه َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن اَّل يُْؤ ِمنُ بِه َو َرب‬
َ‫ي ٌء ِّم َّما تَ ْع َملُوْ ن‬ َ ْ‫َواِ ْن َك َّذبُو‬
ْۤ ‫ك فَقُلْ لِّ ْي َع َملِ ْي َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم اَ ْنتُ ْم بَ ِر ْۤيـُٔوْ نَ ِم َّما اَ ْع َم ُل َواَنَا بَ ِر‬
Artinya: Di antara mereka ada orang yang beriman padanya (Al-Qur’an),
dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak beriman padanya.
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
Jika mereka mendustakanmu (Nabi Muhammad), katakanlah, “Bagiku
perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu berlepas diri dari apa yang
78

aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu perbuat (surah
Yunus/10:40-41).
Ayat ini memberi pemahaman bahwa perbedaan keyakinan antar

ummat beragama merupakan sunnatullah yang tidak bisa di pungkiri.

Namun meski demikian allah memberi tuntunan bahwa manusia dilarang

saling mengusik dalam hal ranah peribadatan mereka masing-masing,

begitupula Allah mewanti-wanti agar jangan sampai mengikuti apa yang

mereka yakini dan kerjakan serta mencampur-aduk kan keyakinan.

Lebih jauh lagi allah SWT secara jelas menerangkan didalam al-

Qur’an bahwa adanya perbedaan keyakinan bukan merupakan pembatas

untuk saling berbuat kebaikan, selagi diantara keduanya tidak melampaui

batas ajarannya masing-masing, sebagaimana firman alah dalam surah al-

muntahanah ayat ke-8 :

‫هّٰللا‬
ِ َ‫اَل يَ ْن ٰهى ُك ُم ُ َع ِن الَّ ِذ ْينَ لَ ْم يُقَاتِلُوْ ُك ْم فِى ال ِّدي ِْن َولَ ْم ي ُْخ ِرجُوْ ُك ْم ِّم ْن ِدي‬
‫ار ُك ْم اَ ْن تَبَرُّ وْ هُ ْم َوتُ ْق ِسطُوْ ا اِلَ ْي ِه ْم اِ َّن‬
‫هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطيْن‬
Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama
dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

5) Pandangan Tidak Memaksakan Mengikuti Agama yang di

Sembah

Dalam hal ini kita harus mengetahui apakah umat agama islam

memaksakan agama lain harus mengikuti agama islam juga atau tidak.

Berikut pendapat yang disampaikan oleh bapak Abidin dan bapak

Anwar M Ali sesuai dengan hasil wawancaranya sebagai berikut:


79

Tidak seperti itu agama ini tidak ada paksaan karena agama adalah
suatu kesadaran dan keyakian, suatu pemahaman sehingga mereka
mau atau tidak menggakui islam itu benar atau tidak (Abidin 27
Desember 2021).
pendapat yang di sampaikan oleh bapak Abidin Bahwasannya

Agama itu bukan suatu paksaan tetapi sebuah keyakinan. Kemudian

pendapat juga disampaikan oleh bapak Anwar M Ali sebagai berikut:

setuju saja karna zaman dahulu pada saat Rasulllah juga sudah ada
perbedaan (26 Desember 2021).
Dari wawancara dapat diketahui bahwa bapak Abidin

menyampaikan dalam wawancaranya “agama ini tidak ada paksaan

karena agama adalah suatu kesadaran dan keyakian” Dari hasil

paparan di atas sesuai dengan surah Al Baqarah ayat 256 sebagai

berikut:

َ ‫ت َويُْؤ ِم ْنبِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس‬


‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة‬ ِ ْ‫َي فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬
ِّ ‫اَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّدي ِْن قَ ْد تَّبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْالغ‬
‫صا َم لَهَا َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ ِ‫ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).
Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa
yang ingkar kepada tagut79) dan beriman kepada Allah sungguh
telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan
putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(al-Baqarah/2:256)
Asbabun Nuzul QS Al Baqarah ayat 256 terkait dengan ayat

ini. Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan

dengan seseorang sahabat Anshar yang memaksa dua ankanya untuk

masuk Islam. Namun, mereka menolak” ( Zuhaili, 2009: 43).

Menuerut Zuhairi Misrawi (2017: 224) Dalam konteks

keberagamaan demikian agama sebagai salah satu sumber kebaikan


80

yang bersifat absolud karena bersumber dari wahyu Tuhan.

Seharusnya meletakan rambu-rambu yang dapat menuntun bagi

penganutnya dalam kebaikan. Oleh karena itu tidak boleh

memaksakan orang lain untuk mengikukti pemahamannya atau

memaksakan orang lain agar mengikuti agamanya itu merupakan

tindakan yang tidak diperbolehkan.

Dalam surah Al Baqarah ayat 256 di atas patut menjadi

perhatian bersama agar dalam dakwah dapat mempertimbangkan

aspek toleransi dan kasih sayang yang telah digariskan oleh tuhan dan

Rasulallah saw. Tidak dibolehkan adanya paksaan, sesungguhnya

antara kebaikan dan kezaliman sudah jelas. Memaksakan kehendak

bukanlah hak manusia.

6) Surah yang diketahui tentang Toleransi atau Kerukunan.

Ketika narasumber di tanya mengenai surah yang di ketahui

tentang toleransi umat beragama kedua nrasumber menjawab surah Al

Kafirun ayat 6

‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِْن‬


Artinya: Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Menurut as-Suyuthi (dalam Wajidi Sayadi, 2020: 69)

bahwasannya ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa di mana

beberapa tokoh kaum musyrik Quraisy di Mekah, seperti al-Walid bin

al-Mughirah, Aswad bin Abdul Muthalib, Umayyah bin Khalaf datang


81

kepada Rasulullah SAW. Untuk menawarkan kompromi mereka

menyarankan agar Rasulullah SAW. Bersama umatnya mengikuti

kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran agama

Islam. “ kami akan menyembah Tuhanmu, hai Muhammad, kamu

menyembah Tuhan kami setahun dan kami akan menyembah Tuhanmu

setahun. Jika agamamu benar, kami akan mendapat keuntungan karena

kami juga menyembah Tuhanmu dan jika Tuhan Kami benar, maka

sebaliknya kamu akan mendapatkan keuntungan”. Oleh kerna itu

dengan adanya kejadian ini, maka turunlah surah al-Khafirun yang

bagian ayat terakhir menegaskan , untukmu agamamu, dan untukku

agamaku.

Ayat ini menegaskan bahwasannya tidak toleransi dalam hal

akidah dan termasuk ibadah. Tidak adanya kompromi dalam

penyatuan ibadah dan akidah terhadap agama-agama. Setiap ajaran

agama memiliki pokok ajaran masing-masing. Ayat ini merupakan

bentuk pengakuan dari eksistensi dalam timbal baik, bahwasannya

setiap agama-agama beribadah sesuai keyakinan masing-masing.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian living Qur’an di Desa Punggur

Kapuas Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten Kubu Raya yang mana

dalam penelitian ini terdapat Keukunan Antar umat beragama yang mana

telah peneliti simpulkan dari beberapa hal yang sudah dipaprkan di atas

sebagai berikut:

1. Kerukunan Antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas

a. Secara Interaksi Sosial bahwasnya dalam penelitian ini dengan cara

Interaksi gotong royong, Interaksi Tegur Sapa, Interaksi tentang

sikap toleransi Antar umat beragama dalam Kegiatan Hajatan dan

interaksi ketika ada masyarakat yang duka cita.

b. Interaksi dalam Bidang Ekonomi yang mana masyarakat di Desa

Punggur Kapuas juga melakukan Kerja sama dalam jual beli

c. Interaksi dalam Bidang Politik yaitu di Desa Punggur Kapuas yaitu

tentang pemerntahan Desa Punggur Kapuas.

d. Interaksi dalam bidang Agama yang mana mencakup interaksi

tentang ibadah antar umat beragama di Desa Punggur Kapuas,

interaksi mengenai hari besar Antar umat beragama di Desa

Punggur Kapuas, interaksi dalam melaksanakan ritual agama.

dengan demikian kehidupan antar umat beragama di Desa Punggur

Kapuas sudah rukun sebagaimana sebab telah memenuhi indikator

kerukunan.

76
83

2. Aplikasi ayat-ayat kerukunan pada masyarakat muslim di Desa Punggur

Kapuas

a. Ajaran agama Islam dalam Al Qur’an, mengenai Toleransi atau

Kerukunan umat beragama Mayoitas dan Minoritas.

b. Pandangan mengenai pebedaan dalam meyakini Agama.

c. Menghargai agama lain dalam melakukan kegiatan ibadah yang

mereka yakini

d. Pandangan tidak memaksakan mengikuti agama yang di sembah

Aplikasi ayat-ayat tentang kerukunan sudah diaplikasikan olah

masyarakat di Desa Punggur Kapuas dengan umat mayoritas dengan

mengayomi minoritas menghargai perbedaan sebagai rahmat.

B. SARAN

Dalam penelitian living Qur’an ini, peneliti tentunya menyadari

segala kekurangan yang terdapat di dalam karya tulis ini. Oleh karenanya

saran dan kritikan dari peneliti maupun para intelektuan akademisi sangat

peneliti harapakan setelah peneliti melakukan penelitian tentang kajian

living Qur’an terkait dengan Krukunan Antarumat Beragam Studi Living

Qur’an di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sunggai Kakap Kabupaten

Kubu Raya. Adapun saran yang diberikan pada penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Penelitian kajian living Qur’an merupakan salah satu penelitian terkait

dengan suatu kelompok masyarkat atau komunitas dalam memahami

dan menerima al-Qur’an dengan cara menggunakannya secara praktis


84

dalam kehidupan sehari-harinya untuk kebutuhan dan kepentingan.

Oleh karena itu ketika dalam proses penelitian seorang peneliti harus

melakukan observasi secara mendalam di lokasi penelitian tersebut,

baik itu observasi langsung ataupun observasi tidak langsung. Hal ini

bertujuan agar seorang peneliti memperoleh data yang akurat dan

faktual.

2. Bagi peneliti sendiri, supaya menjadi tambahan pengetahuan agar

selalu terus mengkaji lebih dalam terutama bidang ilmu tafsir terutama

dalam kajian living Qur’an.

3. Bagi pihak Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, penelitian

ini bisa menjadi tolak ukur dalam menjaga khazanah keilmuan dunia

tafsir dengan cara mengumpulkan tradisi-tradisi yang ada di dunia

Pesantren yang mengandug kajian living Qur’an. Bagi pihak peneliti

selanjutnya, untuk terus mengkaji dari berbagai macam aspek kajian,

supaya tafsir ini terus berkembang sehingga bisa memberika

pemhaman yang lebih mendalam khusunya dalam kajian living

Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai