Anda di halaman 1dari 33

BAB

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga
negaranya memilih satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun
kerukunan antar umat beragama di Indonesia dinilai masih banyak
menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait masalah kerukunan
beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang,
Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat
api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan
suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman
masyarakat tentang kerukunan atar umat beragama perlu ditinjau ulang.
Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan antar
agama, yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa ketidak
adilan.
Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar
semua masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negative
dari ketidak rukunan agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah
penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti
damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan
kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada
umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia
pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah
turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul
berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan
keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap
identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia

1
merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku,
budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh
pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan, Hindu,
Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia.
Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh” atau toleransi.
Sehingga yang dimaksud denga toleransi ialah kerukunan sosial
kemasyarakatan. Bukan dalam bidang aqidah Islamiyah (keimanan),
karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al – Qur’an
dan Al Hadits.
Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerjasama dengan orang
lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan
tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan
dengan siapa saja tanpa batas ras, bangsa dan agama. Dengan kerjasama
dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia bisa hidup rukun dan
damai dengan sesamanya.
Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan
kepada para Nabi dan Rasul – rasul berikutnya. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragama.
Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu
mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing –
masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh
masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak satu saja karena
keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras, tpi juga dalam hal agama.

2
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu.
Dari agama – agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang
dianut masing – masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut
apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat
beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati dan saling
tolong menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang
mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari “ledekan konflik antar umat beragama yang terjadi tiba –
tiba”.

2. Konsep-Konsep Kunci
a. Definisi dari kerukunan.
b. Definisi dari kerukunan antar umat beragama.
c. Menjaga kerukunan hidup antar umat beragama.
d. Manfaat dari terciptannya kerukunan antar umat beragama.
e. Kendala yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan umat
beragama di Indonesia.
f. Solusi masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam mencapai
kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

3. Petunjuk Pembelajaran
a. Pelajari materi kewajiban mengamalkan dan menuntut ilmu.
b. Penyajian setiap BAB meliputi : judul bab, latar belakang, konsep-
konsep kunci, petunjuk, tujuan pembelajaran, penyajian materi, tugas
dan latihan, rangkuman,tes akhir bab yang disertai dengan kunci
jawaban dan umpan balik untuk mengatahui sejauh mana anda telah
mengetahui materi dan akhir bab diberikan sumber pendukung.

3
c. Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini
dapat menjadi tuntutan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar
bagian demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka
ulang lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan
disiplin!
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan
danwawasan anda.
f. Ikuti runtutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
g. Selamat belajar, semoga sukses!

4. Tujuan pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang Kewajiban
Mengamalkan Dan Menuntut Ilmu yang akan kami bahas dan raikan
dalam makalah ini demi memberikan pendidikan moral baik kepada
mahasiswa.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu memahami :
1) Definisi dari kerukunan
2) Definisi dari kerukunan antar umat beragama
3) Menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
4) Manfaat dari terciptannya kerukunan antar umat beragama
5) Kendala yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan
umat beragama di Indonesia
6) Solusi masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam
mencapai kerukunan antar umat beragama di Indonesia

4
B. PENYAJIAN MATERI
1. DEFINISI KERUKUNAN
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik”
dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan
“kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan
dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun
karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan
kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta
tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu,
memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan
menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat beragama
bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama
dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan
kerja sama antarumat beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia.
Sebagai makhluk social, manusia memerlukan kerja sama dengan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
material maupun spiritual.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan


tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal
kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara
karena pada hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah,
merupakan salah satu ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna

5
persaudaraan antara orang-orang Islam, melainkan cenderung memiliki
arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau
persaudaraan yang bersifat Islami.

Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara


keseluruhan sebagai Bani Adam dalam kedudukan yang mulia,
walaqad karramna bani Adam (QS 17:70).
Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda
agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat antara
yang satu dengan yang lain (QS 49:13).
Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal
andaikata Allah menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia
tersatukan dalam kesatuan umat. Allah SWT menciptakan perbedaan
itu untuk member peluang berkompetisi secara sehat dalam
menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48).
Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara
yang satu dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist
Bukhari).

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan


hadist sekurang-kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah,
yakni:
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam
lingkup sesama makhluk yang tunduk kepada Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena
sama-sama memiliki kodrat sebagai manusia secara keseluruhan
(persaudaraan antarmanusia, baik itu seiman maupun berbeda
keyakinan).
3. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang
didasari keterikatan keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau
seagama.

6
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang
ditampilkan bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan
merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan
persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin dengan
mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah
adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar
sesama. Kebersamaan di kalangan muslim dikenal dengan istilah
ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan
aqidah.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan
sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.
Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik,
maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada
dalam ruang lingkup kebaikan.

2. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial
ketika semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa
menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik
haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat
beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan
sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain.
Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar
umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur
tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak
nilai agama itu sendiri.
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar
kerukunan antar umat beragama tanggal 31 Desember 2008 di
Departemen Agama, mengatakan bahwa kerukunan umat
beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang

7
dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu.
Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa
diartikan dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi
itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada
dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya
misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu
dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya
telah jelas disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang
tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan ibadah,
seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya
toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6,
yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.
Beberapa prinsip kerukunan antar umat beragama berdasar Hukum
Islam :
a. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk
suatu agama (QS.Al-Baqarah : 256).
b. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,
berlaku adil dan tidak boleh memusuhi penganut agama lain,
selama mereka tidak memusuhi,tidak memerangi dan tidak
mengusir orang Islam.(QS. Al-Mutahanah : 8).
c. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk
mengamalkan syari'at agamanya masing-masing (QS.Al-
Baqarah :139).
d. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak
tetangga,tanpa membedakan agama tetangga tersebut.Sikap

8
menghormati terhadap tetangga itu dihubungkan dengan iman
kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir (Hadis Nabi
riwayat Muttafaq Alaih).
e. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang
mempunyai perjanjian perdamaian dengan umat Islam, tidak
akan mencium bau surga;padahal bau surga itu telah tercium
dari jarak perjalanan empat puluh tahun (Hadis Nabi dari
Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari). Sudah banyak perjanjian
damai dan perjanjian HAM yang dibuat oleh Negara Islam dan
seluruh Negara di dunia soal itu. Dan hanya sedikit yang
melanggar, diantara yang melanggar itu diantaranya Israel,
sedangkan yang tidak melanggar dan sangatlah banyak, seperti
Jerman, Cheko, Irlandia dan masih sangat banyak yang tidak
saya sebut satu persatu yang tetap menjaga perdamaian. Jadi
mereka yang menjaga perjanjian damai dengan orang Islam.
Tidaklah dibenarkan membunuh orang-orang yg tetap menjaga
perdamaian dengan orang Islam. Bahkan menurut hadis
tersebut tidak akan mencium bau surga bagi yang membunuh
orang tersebut tanpa kesalahan yang jelas.

Kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam


kehidupan sehari- hari. Dengan adanya kerukunan antar umat
beragama kehidupan akan damai dan hidup saling berdampingan.
Perlu di ingat satu hal bahwa kerukunan antar umat beragama
bukan berarti kita megikuti agama mereka bahkan menjalankan
ajaran agama mereka.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus
kita jaga agar tidak terjadi konflik-konflik antar umat beragama.
Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural dalam hal
agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi

9
pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

3. MENJAGA KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT


BERAGAMA
Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama salah
satunya dengan dialog antar umat beragama. Salah satu prasyarat
terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah
terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan
(pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam
suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga
kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak
terjadi konflik antar umat beragama, misalnya konflik di Poso
antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat sebagai
pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah ironis konflik
yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya
mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati.
Untuk itu marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat
beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam
masyarakat yang multkultural adalah menjadi sebuah tantangan
yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Karena konflik
tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika
tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi
alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan
baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog
antar umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara
masing-masing kelompok umat beragama. Karena mungkin selama
ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi karena
terputusnya jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama

10
dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka
negatif.

Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi


perbedaan agama terkait dengan toleransi antar umat beragama
agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan 3 konsep
yaitu :
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki
akidah masing- masing sehingga agama saling bertoleransi
dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama
memiliki kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan
dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini
disikapi dengan damai bukan untuk saling menghancurkan.

Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan


mengarah pada masalah peribadatan tetapi lebih ke masalah
kemanusiaan seprti moralitas, etika, dan nilai spiritual, supaya
efktif dalam dialog aantar umat beragama juga menghindari dari
latar belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak
lain. Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh
Kimball adalah sebagai brikut :
1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini
dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di
dunia. Tujuannya adalah mengembangkan kerjasama dan
perdamaian antar umat beragama di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini
melibatkan organisasi-organisasi keagamaan. Tujuannya adalah
untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan keumatan
dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi
keagamaan.

11
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah
membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang
agamanya tidak subjektif tetapi objektif.
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ). Dilakukan
dalam bentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural
dalam menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan
tujuan mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual
di antara berbagai agama.

Indonesia yang multikultural terutama dalam hal agama


membuat Indonesia menjadi sangat rentang terhadap konflik antar
umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat
beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga
kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta
kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai
berikut:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap
pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga
dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan
kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal
terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok
mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang
berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan,
lapangan pekerjaan dan sebagainya.

12
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup
antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia
haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima
bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas
dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat
beragma bisa terwujud.

4. MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT


Umat Beragama Diharapkan menjunjung tinggi kerukunan
antar umat beragama sehingga dapat dikembangkan sebagai faktor
pemersatu maka yang akan memberikan stabilitas dan kemajuan
negara. Dalam pemberian stabilitas dan kemajuan negara, perlu
diadakannya dialog singkat membahas tentang kerukunan antar
umat beragama dan masalah yang dihadapi dengan selalu berpikir
positif dalam setiap penyelesaiannya.
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap
dialog antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan
beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam
kehidupan berbangsa."Sebab jika agama dapat dikembangkan
sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan
bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam
Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar
NKRI di Jakarta, Rabu.
Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh
menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia pada
dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa
dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat
internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering
muncul.
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat
beragama dapat memberikan kontribusi dengan berdialog secara

13
jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang kekuatan
bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk
kemiskinan dan kebodohan.Ia juga mengutip perspektif pemikiran
Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi agama atau
dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan
meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu
maupun karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik
temu agenda bersama lintas agama," katanya.
Mengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia
memang majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman
serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan
benar."Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari
namun itu bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi
pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,"
katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara
baik dan benar diperlukan dialog berkejujuran guna mengurai
permasalahan yang selama ini mengganjal di masing-masing
kelompok masyarakat.
Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja
Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog
berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk
membangun persaudaraan antar- umat beragama.
Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu
Budi S Tanuwibowo, agenda agama-agama ke depan sebaiknya
difokuskan untuk menjawab tiga persoalan besar yang selama ini
menjadi pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama
yakni rasa saling percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan
rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan militansi agama
seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu,"
demikian Budi S Tanuwibowo.

14
Dengan adanya dialog antar agama ini juga diharapkan
dapat menumbuh kembangkan sikap optimis terhadap tujuan untuk
mencapai kerukunan antar umat beragama.

5. KENDALA YANG MENJADI PERMASALAHAN DALAM


MENCAPAI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI
INDONESIA
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam
komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia
adalah munculnya sikap toleransi malas – malasan (lazy tolerance)
sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai
akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar
agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.
Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan
masalah – masalah keimanan. Tentu saja dialog yang lebih
mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan
atau agama sama – sama menjaga jarak satu sama lain.
Masing – masing agama mengakui kebenaran agama lain,
tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara
yang memuaskan masing – masing pihak, yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya.
Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa
pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan
konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor politik ini terkadang menjadi faktor penting sebagai
kendala dalam mencapai tujuan sebuah kerukunan antar umat
beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting
diantara faktor – faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar
agama telah dibangun bersusah payah selama bertahun – tahun atau

15
mungkin berpuluh – puluh tahun dan dengan demikian kita pun
hampir memetik buahnya.
Namun tiba – tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antar agama dan bahkan memorak –
porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya
merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan.
Seperti yang sedang terjadi di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang
mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah, darah saudara – saudara
kita, yang mudah – mudahan diterima disisi-Nya. Tanpa politik kita
tidak bisan hidup secara tertib, teratur dan bahkan tidak mampu
membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita
seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan islam, pemahaman agama secara eksklusif juga
ada dan berkembang. Bahkan akhir – akhir ini, di Indonesia telah
tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat
dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamental, yakni
pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan
tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu –
satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan
manusia. Jika orang lain selamat, ia harus memeluk Islam. Segala
perbuatan orang non – Muslim, menurut perspektif aliran ini tidak
mudah dikikiskan karena masing – masing sekte atau aliran agama
tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen – agen dan para
pemimpinnya sendiri – sendiri. Islam tidak bergerak dari satu
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak
pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki
pandangan yang berbeda – beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan.

16
Tentu saja dalam agama Kristen juga ada kelompok eksekutif
seperti ini. Kelompok evangelis, misalnya, berpendapat bahwa
tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk
meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk
masuk beragabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang
bergabung dengan gereja yang akan dianugrahi salvation atau
keselamatan abadi.
Dengan saling mengandalkan pandangan – pandangan setiap
sekte dalam agama tersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang
berlebihan. Dari uaraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga
faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan
konflik sekejap maupun berkepanjangan.

6. SOLUSI MASYARAKAT MENGHADAPI PERMASALAHAN /


KENDALA DALAM MENCAPAI KERUKUNAN ANTAR
UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama – agama yang menggunakan
kerangka politik secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi
pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah dalam
perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir,
sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai
“sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencangkup bidang
– bidang kehidupan sosial – budaya lainnya, sehingga
memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new
history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah
sosial” (social history), sebagai banding dari “sejarah politik”
(political history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan
Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat
mengungkapkan sisi – sisi lain hubungan para penganut kedua
agama ini di luar bidang politik, yang sempat boleh jadi

17
berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful
co – exitence) diantara para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir bisa dipastikan perjumpaan Kristen dan Islam (dan
juga agama – agama lain) akan terus meningkat di masa – masa
yang akan datang. Sejalan dengan penigkatan globalisasi, revolusi
teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan
gelombang perjumpaan agama – agama dalam skala intensitas
yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat
beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan
komunitas umat – umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat
diambil, seperti dengan meyakinkan, dibuktikan Eck (2002).
Amerika Serikat yang mungkin oleh sebagian orang dipandang
sebagai sebuah “negara kristen”, telah berubah menjadi negara
yang secara keagamaan paling beragam.
Dalam pandangan ahli, sebagian besar perjumpaan di antara
agama – agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik,
bersifat damai. Dalam waktu – waktu tertentu ketika terjadi
perubahan – perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi
meningkatkan intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak
mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering
menjadi feture utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, banyak
bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio –
kultural atau bidang – bidang yang secara longgar dapat disebut
sebagai “non agama”.
Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif
menyangkut gagasan – gagasan keagamaan melalui dialog – dialog
anataragama dan kemanusian baik pada tingkat domestik di
Indonesia mapun pada tingkat internasional, ini jelas mempekuat
perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran

18
semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan pada
gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk
menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai
antaragama. Sebaliknya perlu dan seharusnya mengembangkan
optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan
dialog. Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap
optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agam – agama
termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan
berkembang diberbagai universitas, baik di dalam maupun di luar
negeri. Selain diberbagai perguruan tinggi agama IAIN dan
Seminari, misalnya di universitas umum seperti Universitas Gajah
Mada juga telah didirikan Pusat Studi Agama – agama dan Lintas
Budaya.
Meskipun baru semianar jagung, hal, itu bisa menjadi pertanda
dan sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang
lebih toleran dan pada akhirnya lebih manusiawi. Juga
bermunculan lembaga – lembaga kajian agama, seperti Interfidei
dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam
menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan
antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing – masing agama semakin sadar
akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan
antaragama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik
secara reguler maupun insidentil untuk menjalin hubungan yang
lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang
tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini
seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi
juga oleh para penganut agama sampai ke akar rumput sehingga
tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpinagama dan umat atau

19
jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan – bangunan fisik
peribadatan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang
menekankan kedalam (intensity) keberagamaan serta kualitas
mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat sebenarnya semakin dewasa dalam
menanggapi isu – isu atau provokasi – provokasi. Mereka tidak
lagi mudah disulut dan diadu domba serta dimanfaatkan, baik oleh
pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu.
Meskipun berkali – kali masjid gereja diledakkan, tetapi semakin
teruji bahwa masyarakat sudah bisa membedakan mana wilayah
agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama
autentik dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama dan masyarakat untuk
meningkatkan para aktor politik di negeri untukmenigkatkan para
aktor politik untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik
dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antar penganut
agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan
kepada generasi selanjutnya, maka setidaknya para pemeluk agama
masih mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik
dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan sebagai kawan dan
mitra daripada sebagai lawan.

20
C. TUGAS DAN LATIHAN
1. Istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai, merupakan
pengertian dari...
a. Kerukunan
b. Kebijaksanaan
c. Kebaikan
d. Keburukan
e. Ketidakpastian
2. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan yaitu, seperti...
a. Memerlukan proses waktu serta dialog
b. Saling terbuka
c. Menerima dan menghargai sesama
d. Cinta-kasih
e. Kerjasama
3. Kerukunan antarumat beragama bermakna rukun dan damainya
dinamika kehidupan umat beragama dalam segala aspek kehidupan.
Contoh aspek kehidupan yaitu, seperti...
a. Aspek ibadah, toleransi, dan kerjasama antarumat beragama
b. Aspek ketuhanan, toleransi, dan partisipasi
c. Aspek ibadah, ketuhanan, dan kerjasama
d. Aspek ketuhanan, partisipasi, dan kerjasama
e. Aspek ibadah, partisipasi, dan toleransi
4. Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan hadist
sekurang-kurangnya memperkenalkan...macam ukhuwah, yakni...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
5. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri yang berarti..., kecuali
a. Keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi
b. Saling pengertian

21
c. Menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan
kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat
d. Berbangsa dan bernegara.
e. Kerjasama antarumat beragama
6. Menurut Muhammad Maftuh Basyuni mengatakan bahwa kerukunan
umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu
yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu,
yang dikatakan pada tanggal...
a. 30 Desember 2008
b. 31 Desember 2008
c. 1 Januari 2008
d. 2 Januari 2008
e. 3 Januari 2008
7. Hal yang tidak diperbolehkan dalam masalah akidah dan ibadah,
seperti...
a. Pelaksanaan sosial
b. Puasa dan haji
c. Tidak dibenarkan adanya toleransi
d. Kerjasama
e. Sesuai dengan firman-nya
8. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang
demokratis adalah...
a. Terciptanya keadaan yang tidak harmonis
b. Terwujudnya sikap iri hati antar umat beragama
c. Terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan
(pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam
suatu keniscayaan
d. Terjadi permusuhan yang terjadi di lingungan masyarakat
e. Terciptanya perilaku yang tidak harmonis di lingkungan
masyarakat

22
9. Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan
agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar
umat beragama terwujud memerlukan beberapa konsep yaitu..
a. 1 konsep
b. 2 konsep
c. 3 konsep
d. 4 konsep
e. 5 konsep
10. Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan
agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar
umat beragama terwujud memerlukan 3 konsep yaitu salah satunya
setuju untuk tidak setuju yang artinya...
a. Setiap agama memiliki akidah masing-masing sehingga agama
saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut
b. Setiap agama tidak memiliki kaidah-kaidah tertentu
c. Setiap agama tidak memiliki perbedaan satu sama lain
d. Setiap agama mampu mewujudkan sikap yang harmonis
e. Dalam hal perbedaan disikapi dengan damai bukan untuk saling
menghancurkan
11. Dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan untuk saling
menghancurkan, ini adalah maksud dari beberapa konsep yaitu...
a. Setuju untuk tidak setuju
b. Setuju untuk setuju
c. Setuju untuk berbeda
d. Setuju untuk kepentingan
e. Setuju untuk keperluan
12. Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada
masalah peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti...
a. Etika, agama, dan moral
b. Moralitas, etika, dan nilai spiritual
c. Etika, moral, dan kerjasama
d. Moralitas, nilai spiritual, dan kerjasama

23
e. Etika, nilai spiritual, dan agama
13. Ada berapa model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh
Kimball...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
14. Yang dimaksud dengan Dialog Parlementer( parliamentary dialogue )
adalah...
a. Dialog yang dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat
beragama di dunia
b. Dialog ini melibatkan organisasi-organisasi keagamaan
c. Dilakukan dalam bentuk kerjasama dari komunitas agama yang
plural dalam menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan
sehari-hari
d. Dilakukan dengan tujuan mengembangkan dan memperdalam
kehidupan spiritual di antara berbagai agama
e. Membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang
agamanya tidak subjektif tetapi objektif
15. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ) yaitu dialog yang
melibatkan organisasi-organisasi keagamaan. Dengan tujuan...
a. Untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan keumatan dan
mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan
b. engembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di
dunia
c. Membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang
agamanya tidak subjektif tetapi objektif
d. Mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual di antara
berbagai agama
e. Menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari

24
D. PENUTUP
1. Rangkuman
Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh” atau toleransi.
Sehingga yang dimaksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial
kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah Islamiyah, karena aqidah
telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al – Qur’an san Al Hadits.
Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang
lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual.
Ajaran agama Islam menganjurkan manusia untuk bekerjasama dan
tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan
dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa dan agama. Dengan kerjasama
dan tolong menolong tersebut diharapkan manusia bisa hidup rukun dan
damai dengan sesamanya.
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan
aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam
perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang
paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya
wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya
reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam
mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam
negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu
optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka
banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari
berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,

25
pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif
dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama
adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang
bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

26
2. Soal Akhir Bab
1. Hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan
pertengkaran merupakan pengertian kerukunan menurut...
a. Depdikbud, 1985:850
b. Prof. Dr. H. Mouchoyar H.S, MA
c. Kimball
d. Depkes, 2012
e. Muchammad Maflu
2. Persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang
tunduk kepada Allah merupaka pengertian dari...
a. Ukhuwah wataniyyah
b. Ukhuwah ubudiyyah
c. Ukhuwah insaniyyah
d. Ukhuwah diniyyah
e. Ukhuwah
3. Persaudaraan karena sama – sama memiliki kodrat sebagai
manusia secara keseluruhan merupakan pengertian dari...
a. Ukhuwah ubudiyyah
b. Ukhuwah diniyyah
c. Ukhuwah
d. Ukhuwah wataniyyah
e. Ukhuwah insaniyyah
4. Persaudaraan yang didasari keterikatan keturunan dan kebangsaan
merupakan pengertian dari...
a. Ukhuwah insaniyyah
b. Ukhuwah
c. Ukhuwah ubudiyyah
d. Ukhuwah wataniyyah
e. Ukhuwah diniyyah

27
5. Persaudaraan karena seiman atau seagama merupakan pengertian
dari...
a. Ukhuwah
b. Ukhuwah diniyyah
c. Ukhuwah insaniyyah
d. Ukhuwah ubudiyyah
e. Ukhuwah wataniyyah
6. Pengertian kerukunan antar umat beragama adalah...
a. Bekerjasama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama
manusia dalam hal kebaikan
b. Aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
c. Suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama bisa hidup
bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya
d. Membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama
manusia
e. Mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual di
antara berbagai agama
7. Beberapa prinsip kerukunan antar umat beragama berdasar
Hukum Islam yaitu...
a. 6
b. 7
c. 8
d. 9
e. 10
8. Dalam QS.Al-Baqarah : 256 Islam tidak membenarkan adanya
paksaan dalam memeluk suatu...
a. Kepercayaan
b. Keyakinan
c. Keajaiban
d. Agama
e. Kesadaran

28
9. Salah satu persyaratan terwujudnya masyarakat yang modern
yang demokratis adalah...
a. Terwujudnya sifat saling menjaga kerukunan hidup antar
umat beragama
b. Terjadi konflik antar umat beragama, misalnya konflik di
Poso antara umat islam dan umat kristen
c. Sebagai pemicu atau sumber dari konflik
d. Hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga
saling menghormati
e. Terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan
(pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya
dalam suatu keniscayaan
10. Tujuannya dari dialog teologi adalah...
a. Mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat
beragama di dunia
b. Membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman
tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif
c. Untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan
keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara
organisasi keagamaan
d. Mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual di
antara berbagai agama
e. Membentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural
dalam menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan
sehari-hari
11. Paling tidak ada...hal yang dapat membuat kita bersikap
optimis
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

29
12. Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog
antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama
dan menjadikan agama sebagai...
a. Faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa
b. Faktor mempererat hubungan antaragama
c. Faktor keharmonisan dalam kehidupan beragama
d. Faktor kesejahteraan dalam keyakinan beragama
e. Faktor pencetus hubungan antar umat beragama
13. Bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang
percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang
berada “di luar” untuk masuk beragabung merupakan pendapat
dari kelompok...
a. Nabi
b. Rasulullah
c. Prof. Dr. H. Mochoyar H.S, MA
d. Evangelis
e. Allah
14. Agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk
menjawab tiga persoalan besar yang selama ini menjadi
pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama yakni
rasa saling percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan rasa
aman bagi masyarakat menurut pendapat...
a. Prof. Dr. H. Mochoyar H.S, MA
b. Nabi
c. Allah
d. Evangelis
e. Budi S Tanuwibowo
15. Tujuan dari dialog kerohanian...
a. Mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat
beragama di dunia
b. Membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman
tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif

30
c. Untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan
keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara
organisasi keagamaan
d. Mengembangkan dan memperdalam kehidupan spiritual di
antara berbagai agama
e. Membentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural
dalam menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan
sehari-hari

31
3. Kunci Jawaban
Tugas dan Latihan
1. A 6. B 11. C
2. E 7. D 12. B
3. A 8. C 13. E
4. D 9. C 14. A
5. E 10. A 15. A

Soal Akhir BAB


1. A 6. C 11. C
2. B 7. A 12. A
3. E 8. D 13. D
4. D 9. E 14. E
5. B 10. B 15. D

32
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta; PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Daud Ali, Mohammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarata: Rajawalu pers.
Sairin, Weinata. 2002. Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan
berbangsa: butir-butir pemikiran
http://koswara .wordpress.com
http://www.hidayatulah.com

33

Anda mungkin juga menyukai