Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

“Teori Pemasangan Elastic Bandage”

Oleh:

Elsa Sulistia Putri (183110211)


Fadia Sukma Jaas (183110212)
Farahdiba Aulia Amru (183110213)
Rahayu Tri Utami (183110228)
Ramadhani Riska Sucianti (183110229)

Tingkat:
3B

Dosen Pembimbing:
Ns. Sila Dewi Anggreni M.Kep Sp.Kep. MB

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Keperawatan Kegawatdaruratan”. Kemudian shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan di
program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Ns. Sila Dewi Anggreni M.Kep Sp.Kep. MB selaku
dosen program studi Keperawatan mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 21 Desember 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Bandaging................................................................................ 3
B. Jenis-jenis Bandage................................................................................... 3
C. Tujuan pembalutan.................................................................................... 5
D. Prinsip-prinsip pembalutan........................................................................ 5
E. Syarat-syarat pembalutan........................................................................... 6
F. Bentuk pembalutan.................................................................................... 7
G. Cara membalut dengan pita (gulung)........................................................ 9
H. Cara membalut dengan mitella.................................................................. 12
I. Kontra indikasi........................................................................................... 15

BAB III PENUTUP


A. Penutup...................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan salah satu kondisi yang
sering terjadi. Dan pertolongan terhadap luka yang paling sering dapat dilakukan pertama
adalah dengan melakukan pembalutan.
Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu
dan dengan tujuan tertentu. Pembebatan mempunyai peran penting dalam membantu
mengurangi bengkak, kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu mengurangi
ketegangan.
Bandaging adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak
bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bandaging?
2. Apa saja Jenis-jenis Bandage?
3. Apa Tujuan pembalutan?
4. Apa saja prinsip-prinsip pembalutan?
5. Apa saja syarat-syarat pembalutan?
6. Bagaimana Bentuk pembalutan?
7. Bagaimana cara membalut dengan pita (gulung)?
8. Bagaimana cara membalut dengan mitella?
9. Apa Kontra indikasi pembalutan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Bandaging
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Bandage
3. Untuk mengetahui Tujuan pembalutan
4. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip pembalutan
5. Untuk mengetahui Syarat-syarat pembalutan
6. Untuk mengetahui Bentuk pembalutan

1
7. Untuk mengetahui Cara membalut dengan pita (gulung)
8. Untuk mengetahui Cara membalut dengan mitella
9. Untuk mengetahui Kontra indikasi pembalutan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bandaging

Bandages merupakan alat penyangga yang pada umumnya terbuat dari bahan kain
yang digunakan untuk menahan posisi otot, memberikan tekanan untuk mengontrol
perdarahan, dan melindungi luka dari cedera lebih lanjut. Bandages bisa digunakan
hampir di seluruh bagian tubuh.

Bandaging adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak
bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan salah satu kondisi
yang sering terjadi. Dan pertolongan terhadap luka yang paling sering dapat
dilakukan pertama adalah dengan melakukan pembalutan.

Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan
tertentu dan dengan tujuan tertentu. Pembebatan mempunyai peran penting dalam
membantu mengurangi bengkak, kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu
mengurangi ketegangan.

B. Jenis-jenis Bandage
Menurut Joseph A. Grafft & Katherine K. Grafft (2012) dalam Rini, (2013).
1. Roller bandage
Terbuat dari kain katun yang digulung seperti tabung untuk memudahkan
penggunaannya dan biasanya terbuat dari kain kasa. Roll bandage didesain untuk
membalut beberapa kali bagian untuk menahan posisi dan memberikan tekanan
pada luka. Roll bandages tersedia dalam beberapa ukuran, memiliki lebar dari 2-
6 inci dan memiliki panjang beberapa meter.

3
2. Elastic bandage
Elastic bandages penggunaannya aman dan tidak mudah lepas dari balutan.
Apabila penggunaan Elastic bandage untuk mengamankan perdarahan,
penggunaannya tidak dianjurkan untuk meregangkan elastic bandages secara
penuh. Meregangkan Elastic bandage secara penuh benar benar dapat
menghambat aliran darah yang nantinya akan menyebabkan pembengkakan.
Regangkan Elastic bandage hanya setengah ketika menggunakannya untuk
mengamankan perdarahan. Pada pemasangan infus pada anak, Elastic bandage
akan digunakan sebagai pembidai sehingga ketika dilakukan mobilisasi baik
oleh anak atau orang lain posisi insersi tidak bergeser ataupun tercabut. Selain
itu Elastic bandage juga dapat menurunkan resiko iritasi kulit yang terpasang
infus karena Elastic bandage difungsikan sebagai bantalan antara kulit dan infus
set, sehingga selang infus tidak menekan langsung pada kulit yang pada anak
tentunya memiliki kerentanan terhadap benda asing. Dengan alasan tersebut di
atas, Elastic bandage memiliki kemampuan membantu dalam mempertahankan
ketahanan/patensi pemasangan infus pada anak-anak.

3. Military compresses
Terbuat dari bahan katun dan tersedia dalam bentuk paket. Millitary compresses
ini telah terpasang “tails” untuk mengamankan luka perdarahan, dan dapat
membalut sekitar luka perdarahan secara bersamaan.

4. Triangular bandages
Kain berbentuk segitiga ini digunakan untuk membalut bagian tubuh yang
memiliki ukuran lebih besar. Triangular bandages bisa dilipat dengan ukuran
lebar sekitar dua inci yang disebut cravat dan bisa digunakan untuk
mengamankan lengan. Cravat bisa digunakan di beberapa keadaan, seperti
mengikat traksi pada fraktur ekstremitas untuk mempertahankan posisi dan
imobilisasi.

4
5. Torniquets
Penggunaan torniquets dilakukan dengan cara melakukan penekanan secara
langsung yang bertujuan menghentikan perdarahan yang tidak terkontrol,
Torniquets sangat efektif untuk menghentikan perdarahan yang tidak terkontrol
sampai dengan enam jam lamanya.

6. Improvisation bandage
Improvisation bandage bisa dibuat menggunakan baju yang digunting
memanjang. Bandage tidak perlu steril karena bandage tidak menyentuh luka
secara langsung, tetapi bandage harus diusahakan dalam keadaan bersih.

C. Tujuan pembalutan
1. Membalut jahitan dan mengurangi tekanan pada daerah cidera.
2. Memberikan dukungan, meminimalisir pembengkakan, mencegah injuri lebih
lanjut pada jaringan yang trauma.
3. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
4. Mencegah terjadinya pembengkakan
5. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak
bergeser
6. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran.
7. Imobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan menjaga agar
bagian tubuh yang cedera tidak bergerak

D. Prinsip-prinsip pembalutan
Prinsip membalut ialah untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dari tempatnya
1. Balutan harus rapat rapi jangan terialu erat karena dapat mengganggu sirkulasi.
2. Jangan terialu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas.
3. Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk merigetahui adanya gangguan sirkulasi.

5
4. Bila ada keluhan balutan terialu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tetap
rapat, kemudian evaluasi keadaan sirkulasi
E. Syarat-syarat pembalutan
1. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas fungsi bagian
tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan.
2. Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk
besamya bagian tubuh yang akan dibalut.

Cara membalut dengan elastic bandage (verban Plastik)

No Tindakan

1. Lihat ukuran elastic bandage yang diperlukan

2. Cuci tangan

3. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dilakukan balutan

4. Kaji keadaan kulit adanya kemerahan, pembengkakan, lesi yang terbuka. Kaji
dan tempatkan klien pada posisi yang tepat pada saat pemasangan terutama pada
fraktur, lengan atau bagian tubuh yang lain. Bila elastic bandage digunakan
untuk odem pada ekstremitas bawah atau varicosa vena maka kaki harus
ditinggikan.

5. Lakukan pembalutan.

Aangkle merupakan daerah sendi maka gunakan balutan menggunakan jenis


balutan angka delapan.

Pegang elastic bandage pada tangan yang dominan dan tangan yang satunya
memegang ujung balutan dan menempatkannya pada ujung bagian tubuh yang
akan dibalut. Lanjutkan dengan memindahkan balutan dari tangan dominan ke
tangan yang lain sambil melakukan balutan. Jari tangan atau jari kaki harus
terlihat untuk melakukan pengkajian. Lakukan balutan dari distal kearah
proksimal dengan berbagai gaya membalut sesuai dengan bentuk bagian tubuh.
Buka gulungan balutan dan tarik dengan tekanan ringan, tambahkan lapisan
putaran dan amankan (jangan sampai lepas) balutan pertama sebelum

6
menambahkan balutan berikutnya. Balutan selanjutnya dilakukan dengan
menutup rata permukaan kulit tanpa terlihat.

Jari-jari kaki harus tetap terlihat. Lanjutkan membalut kaki hingga semua
balutan terpakai.

6. Amankan balutan pada tempatnya dengan menggunakan pin agar tidak terlepas.

7. Lakukan pengecekan adanya kekerutan dan balutan menjadi licin

Kaji adanya daerah yang mengalami vasokonstriksi.

8. Cuci tangan

Balutan angka delapan

F. Bentuk pembalutan
Bentuk pembalut yang dapat digunakan terdapat beberapa bentuk :
1. Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi antiseptik.
Juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan fiksasi pada sendi yang terkilir.

7
2. Pembalut pita/gulung dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, flannel ataupun
bahan elastik. Di pasaran, yang banyka dijual sebagai pembalut pita adalah yang
terbuat dari kain kasa.
Ada beberapa ukuran pembalut pita/gulung:
a. Pembalut pita ukuran 2,5 cm untuk jari-jari
b. Pembalut pita ukuran 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
c. Pembalut pita ukuran 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki.
d. Pembalut pita ukuran 10 cm untuk paha dan sendi panggul
e. Pembalut pita ukuran >10 - 15 cm untuk dada, punggung dan perut
3. Mitela merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90 cm, terbuat
dari kain mori. Pada penggunaannya seringkali dilipat-lipat sehingga menyerupai
dasi. Dalam hal ini mitela dapat diganti dengan pembalut pita.

4. Funda adalah kain segitiga samakaki yagn sisi kiri dan kanannya dibelah 6 – 10
cm tingginya dari alas, sepanjang kurang lebih 1/3 dari panjang alas dan sudut
puncaknya dilipat ke dalam. Ada beberapa kegunaan dari pembalut funda ini
seperti funda maksila, funda nasi, funda frontis, funda vertisis, funda oksipitis dan
funda kalsis.

8
5. Platenga merupakan pembalut segitiga yang dibelah dari puncak sampai setengah
tingginya. Pembalut ini biasa digunakan pada pembalutan payudara/mammae
untuk mengurangi nyeri mastitis atau untuk membalut perut atau panggul.

G. Cara membalut dengan pita (gulung)


Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang berbentuk segitiga.
Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalut pita
dengan ukuran Iebar yang sesuai.
2. Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal untuk menutup sepanjang
bagian tubuh yang akan dibalut, kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan
dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang
satu dengan bebatan berikutnya.
3. Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang lain
secukupnya.

Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain:


1. Balutan sirkuler (spiral bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder.

9
Caranya:
Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran, lalu pada saat membalut tepi
atas balutan harus menutupi tepi bawah balutan sebelumnya, demikian seterusnya.
2. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut.

Caranya:
Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka pembalut diarahkan ke atas
dengan menyudut 45°, lalu di tengah pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah
dengan sudut 45° juga, demikian seterusnya.
3. Balutan angka delapan (figure of eight)
Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua bagian tubuh, terutama
pada daerah persendian. Pada kasus terkilir, ligamentum yang sering robek ialah
yang terletak di lateral, karena itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi
eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung ligamentum
tersebut baru kemudian dibalut.
Caranya:
a. Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali, lalu diteruskan
ke punggung kaki (dalam hal membalut pergelangan kaki), melingkari
telapak kaki, naik lagi ke punggung dan pergelangan kaki, demikian
seterusnya sehingga membentuk angka delapan.
b. Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini, dipergunakan
plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut dilekatkan dari sisi medial

10
pergelangan melingkari telapak kaki ke sisi lateral, lalu dari sisi medial
punggung kaki melingkari rtumit ke sisi lateral, demikian seterusnya dengan
diselang-seling. Plester harus cukup panjang hingga mencapai kulit yang tak
terbalut. Balutan ini harus diganti setiap 4-6 hari.

4. Balutan rekurens (recurrent bandage)


Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya pada luka di
puncak kepala.

Caranya:
Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3 kali. Setelah pembalut
mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang oleh seorang pembantu pembalut
ditarik ke oksiput dan disini dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali
ditarik ke dahi. Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi dan di

11
oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat dengan plester selebar
2-3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital.

H. Cara membalut dengan mitella


Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat banyak gunanya,
sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan pertama pembalut jenis ini
sebaiknya disediakan lebih dari satu macam.
Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk bulat. Dapat
pula untuk menggantung lengan yang cedera. Selain itu dapat dilipat sejajar dg
alasnya, menjadi pembalut bentuk dasi (cravat), dalam hal ini mitella dapat diganti
dengan pembalut pita.
Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.
2. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut,
lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
3. Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan (b)
diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau dapat dibiarkan bebas, hal ini
tergantung tempat dan kepentingannya.

a. Membalut tubuh
1) Membalut dada
Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu penderita, sedang sisi
alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut alasnya ditarik ke punggung
kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi dari atas bahu ditarik ke punggung
dan disimpulkan dengan salah satu sudut alas.

12
2) Membalut punggung
Pemasangan pembalut dibalik, merujuk pada cara membalut dada diatas.

b. Membalut anggota tubuh dan persendian


1) Membalut sendi siku atau sendi lutut
Sendi siku (atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri yang minimum.
Sebuah kain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm, bagian tengahnya
diletakkan pada lekuk siku (atau lekuk lutut) dan ujung-ujungnya dililitkan
mengelilingi sendi – ujung atas mengelilingi lengan atas (atau tungkai atas)
dari proksimal ke lekuk sendi, sedang ujung bawah mengelilingi lengan bawah
(atau tungkai bawah) dari distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu disimpukan
di sisi lateral sendi.

2) Menggendong lengan
a) Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan keadaan
luka dan postur pasien
b) Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan ketiak, dengan
puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang cedera dan salah satu sudut
alas kain ujungnya mencapai belakang leher dari sisi yang berlawanan
dengan lengan yang cedera
c) Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan bawah yang
patah di atas kain dalam posisi datar

13
d) Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari tangan
lebih tinggi daripada siku
e) Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang leher dari
arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan bawah seperti
menggendong
f) Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi tidak boleh
terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan kulit ke tulang
belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas pleksus brakialis
g) Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan dengan
peniti.

3) Membalut pergelangan tangan


Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan di telapak
tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan, lalu mengitari
pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.

14
4) Membalut tumit dan dan pergelangan kaki
Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu letakkan
alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua ujungnya dililitkan di
pergelangan kaki membentuk angka delapan; setelah diulang secukupnya, lalu
disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki.

I. Kontra indikasi
1. Klien alergi dengan bahan balutan (kasa biasa atau elastic bandage).
2. Elastic bandage dapat mengurangi sirkulasi jaringan periperal, waspada terhadap
klien dengan gangguan pembuluh darah tepi dan penderita DM.

Macam-macam pembalutan
1. Lebar 2,5 cm -Biasa untuk jari-jari.
2. Lebar 5cm -Biasa untuk leher dan pergelangan tangan.
3. Lebar 7,5 cm -Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki.
4. Lebar 10 cm -Biasa untuk paha dan sendi pinggul.
5. Lebar >10-15 cm - Biasa untuk dada, perut, dan punggung.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bandaging adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak
bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki
Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu
dan dengan tujuan tertentu. Pembebatan mempunyai peran penting dalam membantu
mengurangi bengkak, kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu mengurangi
ketegangan.
Tujuan Pembalutan:
1. Membalut jahitan dan mengurangi tekanan pada daerah cidera.
2. Memberikan dukungan, meminimalisir pembengkakan, mencegah injuri lebih lanjut
pada jaringan yang trauma.
3. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya
4. Mencegah terjadinya pembengkakan
5. Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
6. Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran.
7. Imobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan menjaga agar bagian
tubuh yang cedera tidak bergerak

B. Saran
Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap pembuatan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa sehingga dapat memahami
teori pemasangan elastic bandage.

16
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Rizky Fajar. 2018. Perbedaan Penggunaan Elastic Bandage Bermotif Terhadap Tingkat
Kecemasaan Anak Pra Sekolah Selama Prosedur Pemberian Obat Injeksi IV (Intravena)
Dalam Proses Hospitalisasi Di RSUD Kota Madiun. SKRIPSI. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun. Prodi DIII Keperawatan. Kota Madiun.

17

Anda mungkin juga menyukai