Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“Penerapan Terapi Komplementer dalam Keperawatan Keluarga”

Oleh:
Kelompok 5

Anisha Rahimi (183110202)


Heksa Nadianda Putri (183110215)
Innayah Nursafitri (183110217)
Nadila (183110223)
Nur Aini (183110225)
Rahayu Tri Utami (183110228)

Tingkat:
III. B

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Verra Widhi Astuti, S. Kep, M. Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “Keperawatan Keluarga”. Kemudian shalawat beserta salam
tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al- Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga di
program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Ns. Verra Widhi Astuti, S.
Kep, M. Kep selaku dosen program studi Keperawatan mata kuliah Keperawatan
Keluarga dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 11 Agustus 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................1

C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi keperawatan komplementer.........................................................3

B. Klasifikasi Terapi komplementer..............................................................4

C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah..........................................5

D. Jenis-jenis Terapi Komplementer............................................................11

E. Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada praktik keperawatan12

F. Peran Perawat Mengenai Terapi Komplementer.....................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................14

B. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran,
badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004)
Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data
lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di
Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komplementer?
2. Apa saja klasifikasi Terapi komplementer?
3. Bagaimana terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah?
4. Apa saja jenis-jenis Terapi Komplementer?
5. Bagaimana complementary/Alternative Medicine (CAM) pada praktik
keperawatan?

1
6. Apa peran Perawat Mengenai Terapi Komplementer?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komplementer
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Terapi komplementer
3. Untuk mengetahui terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Terapi Komplementer
5. Untuk mengetahui complementary/Alternative Medicine (CAM) pada
praktik keperawatan
6. Untuk mengetahuiperan Perawat Mengenai Terapi Komplementer

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi keperawatan komplementer


Keperawatan komplementer adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
mendukung tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan dengan tujuan tercapai
keberhasilan kriteria hasil asuhan yang direncanakan dengan menggunakan
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan
untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan individu.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004.
dalam jurnal widyatuti.2008)

Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan


berasal dari negara yang bersangkutan (WHO)
1. Tujuan
a. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
b. Untuk memperbaiki fungsi dari sitem tubuh, terutama sistem kekebalan dan
pertahanan tubuh
c. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan
2. Rasional Penerapan Terapi Komplementer
Terapi komplementer mempunyai rasional untuk memperbaiki fungsi dari sistem-
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemempuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau

3
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
serta perawatan yang tepat
3. Penerapan terapi komplementer di masyarakat
Masyarakat luas saat ini muali beralih dari pengobatan modern ke pengobatan
komplementer. Meskipun pengobatan modern juga sangat popular perbincangkan dari
kalangan masyarakat dan sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih
mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis dan sangkal
putung dari pada mengobatkan ke rumah sakit hal ini dibuktikan salah satu negara
modern yaitu israel dimana dalam sebuah penelitian tentang penggunaan klinik
pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 39,5 %
terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer banyak dijadikan
alternative masyarakat, karena lebih aman dan lebih bebas dari bahan kimia. Salah
satu terapi yang menjadi pilihan adalah massage lebih bervarian. Diantaranya terdapat
terapi totok punggung.

B. Klasifikasi Terapi komplementer


Terapi komplementer ada yang invasif dan non-invasif.
1. Invasif
Contoh terapi komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam
basah) yang menggunakan jarum dalam pengobatannya.
2. Non invasif
Contoh terapi komplementer non invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai
chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi
jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi,
refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya.
(Hitchcock et al., 1999. dalam jurnal widyatuti.2008)

National Center for Complementary/ Alternative Medicine ( NCCAM) membuat


klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori,yaitu:
1. Mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.

4
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy.
3. Terapi biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya
herbal, makanan).
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi dan
pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing,
terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima
ini biasanya dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan
bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002.dalam jurnal Widyatuti.2008).

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan


holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik,
akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery,
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan
sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki
beberapa indikasinya seperti meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri,
menurunkan kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan
dalam proses kematian (Hitchcock et al., 1999. dalam jurnal Widyatuti.2008).

C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah


1. Terapi Bekam
a. Definisi
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkaan darah yang
terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari
(Kasmui, 2014). Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan
Rasulullah SAW. Sesuai hadits, “Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah bersabda :
“Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah
(bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas”
(H.R. Bukhari).

5
Bekam hanya boleh dilakukan pada pembekuan/penyumbatan pembuluh darah,
karena fungsi bekam yang sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari
dalam tubuh (Yasin, 2007 dalam Kamaluddin, 2010).Bekam terbagi dua yaitu bekam
basah dan bekam kering.
b. Cara melakukan bekam
1) Bekam Basah
Teknik bekam ini merupakan cara pengeluaran darah statis atau darah kotor yang
dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.
a) Memeriksa tekanan darah
b) Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan terlebih dahulu
dengan kapas beralkohol 70%
c) Lakukan pemijatan dan pijat seluruh anggota badan dengan minyak but-but/
zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 5-10 menit, agar peredaran darah
menjadi lancar. Sehingga, hasil pengeluaran toksid lebih optimal.
d) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan
titik-titiknya, 3-5 kali pompa. Biarkan selama 2-3 menit untuk membeikan
kekbalan pada kulit saat dilakukan penyayatan.
e) Lepas gelas kaca tersebut, kemudian basuh permukaan kulit dengan minyak
zaitun. Lakukan penyayatan dengan jarum (lancing), sayatan disesuaikan
dengan diameter/lingkaran gelas kaca tersebut. Vacuum kembali 3-5 kali
pompa dan biarkan selama 3-5 menit.
f) Buang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dengan tissue dan diberi
antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak but- but, agar tidak terjadi
infeksi dan lukanya cepat sembuh. Hindari terkena air selama 1-2 jam.
g) Pembekaman dapat dilakukan setiap hari pada titik yang berbeda dan berikan
jangka waktu 2-3 pekan pada titik yang sama.
2) Bekam Kering
a) Pijat seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but atau minyak
zaitun, selama 5 menit.
b) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik-titik pijat
bayi yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan
biarkan selama 10-15 menit.
c) Lepas gelas kaca tersebut dan pijat kembali bekas bekam dengan minyak but-
but atau zaitun selama 2-3 menit.

6
3) Bekam meluncur
a) Pijat seluruh area punggung dengan pinyak but-but, minyak zaitun, atau
habbatussauda secukupnya.
b) Vacuum dengan kop pada permukan kulit 1-3 kali pompaan.
c) Kemudian gerakkan kop ke seluruh area punggung, sampai terlihat
kemerahan. Cukup dilakukan selama 2-3 menit.
d) Lepas kop bekam.
Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angina pada tubuh, melemaskan otot-
otot, dan melancarkan peredaran darah.
c. Manfaat bekam
1) Bekam Basah
Manfaat bekam basah diantaranya yaitu, membersihkan darah dan racun-racun
sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf spinal, mengatasi gangguan
tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran pada pembuluh darah
(arteriosclerosis), menghilangkan rasa pusing-pusing, memar di bagian kepala, wajah,
migraine, dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan keram yang terjadi pada
otot, memperbaiki permeabilitaspembuluh darah, sangat bermanfaat bagi penderita
asma, pneumonia, dan angina pectori, membantu dalam pengobatan mata, bagi
wanita, dapat membantu mengobati gangguan rahim dan berhentinya haid,
menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung, membantu mengatasi kemalasan,
lesu, dan banyak tidur, dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik, dapat
mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal, dapat mengatasi radang
selaput jantung, dan radang ginjal, mengatasi keracunan, dan dapat menyembuhkan
luka bernanah dan bisul.
2) Bekam Kering
Bekam kering dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah masuk angina,
menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis, menahan derasnya darah haid
dan hidung mimisan, meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah,
melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang
belakang, pembengkakan liver, radang ginjal, dan wasir(Fatahillah, 2006 dan
Nilawati, dkk, 2008).

7
2. Ruqyah
a. Definisi Ruqyah
Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik
mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan bacaan ayat-ayat Al
Qur‟an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do‟a-doa Rasulullah SAW (Akhmad, 2006).
Menurut Ibnu Qayyim, ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca Al-
Qur‟an dan do‟a-do‟a ma‟tsurat (yang diambil dari Al- Qur‟an dan hadits).
Dikatakan bahwa membaca Al-Qur‟an dan do‟a- do‟a ma‟tsurat itu merupakan
sesuatu yang paling utama bagi manusia untuk mencegah sihir dan menolak pengaruh
jelek sihir (Azhim, 2006).

b. Cara Melakukan Ruqyah


Sebelum melakukan ruqyah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
kondisi tempat, jasmani dan ruhani pasien dan terapis sendiri.
1) Persiapan tempat
a) Tempat bersih, sejuk dan tenang. Agar bacaan Al Qur‟an yang didengar
meresap kedalam hati pasien. Jika dirumah, matikan TV dan semua suara
musik dan kebisingan lain.
b) Membersihkan tempat dari semua benda keramat, jimat-jimat penangkal
sihir, patung dan lukisan-lukisan bernyawa termasuk foto.
c) Bacakan ayat Kursi untuk membentengi lokasi dan mohon perlindungan
kepada Allah, juga memberi pewangi ruangan.
2) Persiapan jasmani
a) Siapkan jiwa pasien; bimbing jiwanya agar kuat dengan melepaskan semua
bentuk dendam dan kekecewaan dimasalalunya.
b) Anjurkan untuk berwudhu agar jasmani dan ruhaninya rileks.
c) Perintahkan untuk membebaskan diri dan rumah dari benda keramat dan
jimat-jimat penangkal dan kembali kepada Allah.
d) Ajak pasien bertaubat, dengan beristighfar atau mengajaknya shalat taubat.
e) Bimbing pasien untu berdo‟a memohon perlindungan dan kekuatan kepada
Allah.
f) Arahkan pasien untuk rileks dan menyimak dengan khusyuk ayat-ayat
ruqyah yang akan dibacakan.

8
g) Jika pasien wanita tidak dianjurkn untuk mengobatinya kecuali disertai salah
seorang muhrimnya
3) Persiapan bagi peruqyah
a) Berwudhu
b) Jika masalahnya berat, lakukan sholat mutlak 4 rakaat untuk memohon
pertolongan Allah
c) Baca doa-doa pembentengan diri dan bentengi lokasi (dengan ayat kursi).
d) Mempersiapkan peralatan/sarana untuk meruqyah
e) Mengidentifikasi penyakit, membedakan sihir atau medis, dan
menyimpulkan jenis terapi
Setelah persiapan, yang dilakukan selanjutnya adalah membacakan ayat-ayat ruqyah
ditelinga pasien dengan tartil, hal ini berdasarkan contoh yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW dalam menangani pasien sihir.
c. Manfaat Ruqyah
1) Terapi ruqyah untuk penyakit fisik
Contoh ruqyah untuk pengobatan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW,
yaitu untuk menyembuhkan sengatan kalajengking.
2) Terapi ruqyah untuk gangguan jiwa
3) Terapi ruqyah untuk gangguan jin

3. Pijat bayi
a. Definisi Pijat Bayi
Pijat bayi merupakan salah satu terapi yang bagus untuk menyehatkan bayi
(Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Pijat bayi adalah teknik pengobatan sederhana
dengan sentuhan yang memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang
dilakukan dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi (Suririnah, 2009).
b. Manfaat Pijat Bayi
1) Manfaat bagi ibu
Manfaat pijat bayi bagi ibu dianatarnya yaitu mempererat hubungan batin antara
ibu dan anak, mengurangi rasa stress dan menimbulkan ras santai, merupakan sarana
untuk berkomunikasi dengan bayi, memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang
menyusui, memudahkan orang tua untuk mengethaui kondisi fisik bayi, meningkatkan
kepercayaan diri ibu, membina ikatan yang kuat antara orangtua dengan anak dengan
dasar cinta dan keterbukaan komunikasi, bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan

9
meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan teknik meredakan
stress.
2) Manfaat bagi bayi
Manfaat pijat bayi bagi bayi sendiri diantaranya yaitu membuat bayi semakin
tenang, bayi dapat tidur dengan lebih baik karena merasa rileks dan disayangi,
membantu pencernaan dengan menyembuhkan kolik dan kembung, membantu
membentuk perkembangan mental bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, membantu
meringankan ketidanyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu
perkembangan otak dan sistem saraf, meningkatkan gerak peristaltik pencernaan,
menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem
kekebalan tubuh, mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh, meningkatkan aliran
oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi darah serta
mengurangi stress pada bayi, menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan
kelembutan siat anak, menciptakan suasana dan pemahaman akan pentingnya
kreativitas dalam merawat anak, mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan
baik dan buruk, dan mengenalkan kepada bayi mengenai kontrol badan mereka
(Suririnah, 2009 dan Subakti & Anggraini, 2008)

4. SEFT
a. Definisi SEFT
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik yang
digunakan unutk mengobati gangguan emosi yang menimbulkan penyakit. SEFT
merupakan solusi tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan
emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja. SEFT adalah suatu metode yang
membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas emosinya,
seperti sedih, marah, tertekan, dan lain-lain (Aziz, 2013).
b. Manfaat SEFT
1) Mengatasi berbagai masalah fisik
2) Mengatasi berbagai masalah emosi
3) Meningkatkan kinerja dan prestasi
4) Menstabilkan tekanan darah (Zainuddin, 2009)

10
D. Jenis-jenis Terapi Komplementer
Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum dan
menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi, sentuhan ringan,
pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi
dengan kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses
keperawatan, yaitu :
1. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan
stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Proses relaksasi
memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan
selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu
individu membangun keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif
dalam merespon situasi dalam lingkungan mereka. Keterampilan kognitif adalah
seperti sebagai berikut :
a. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan
perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk
periode yang lama).
b. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang tidak
berguna).
c. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang tidak
pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor dirinya
secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk membiarkan dan
melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai bagian tubuh.
2. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan dengan
perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap. Ini merupakan
terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh
dan ketegangan pikiran. Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu
:
a. ruangan yang tenang,
b. posisi yang nyaman,
c. sikap mau menerima, dan
d. fokus perhatian.

11
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak individu
mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan . Sebagian
besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam,
relaks, dan perlahan.

E. Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada praktik keperawatan


Penggunaan CAM dalam praktik dan produknya yang saat ini tidak dianggap
sebagai bagian dari pengobatan konvensional, telah meningkat penggunaannya di
seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. CAM telah digunakan diberbagai
populasi di Amerika Serikat (53-62%), negara-negara Eropa (20–50%), dan Australia
(52%) (Takata, Kuramoto, Imamura, Kishida, & Yasui, 2013). Di Amerika Serikat,
penggunaan modalitas CAM seperti akupunktur, pijat, meditasi dan yoga meningkat
antara tahun 2002 dan 2007 (Yamashita, Tsukayama, & Sugishita, 2002). Di Jepang,
minat dan permintaan untuk CAM juga meningkat pesat. Penggunaan CAM dalam
populasi umum telah dilaporkan setinggi 76% (Yamashita et al., 2002). Hasil studi di
Jepang melaporkan bahwa 50% pasien menggunakan atau telah menggunakan
setidaknya satu terapi CAM dalam 12 bulan terakhir (Hori, Mihaylov, Vasconcelos, &
Mccoubrie, 2008). Alasan yang mendasari dalam peningkatan penggunaan CAM
berhubungan dengan perubahan dalam proporsi penyakit, seperti peningkatan
penyakit kronis, penyakit psikologis, malignansi, dan penyakit yang tidak dapat
dijelaskan (Takata et al., 2013)
Peningkatan penggunaan CAM di pelayanan kesehatan mendorong dokter dan
perawat untuk memiliki pengetahuan tentang CAM dan memberikan informasi dasar
dan akurat pada modalitas CAM untuk pasien, karena banyak pasien meminta
informasi tentang CAM dari dokter dan perawat (Takata et al., 2013). Selain itu,
CAM telah digunakan di kalangan profesional kesehatan. Karena kebutuhan akan
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan CAM oleh dokter dan perawat
telah meningkat, pendidikan CAM untuk mahasiswa kedokteran dan keperawatan
merupakan kebutuhan penting yang dapat dilakukan dalam kurikulum pendidikan
keperawatan dan kedokteran (Takata et al., 2013)

F. Peran Perawat Mengenai Terapi Komplementer


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai:

12
1. Konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan
diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan.
2. Pendidik kesehatan
Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih
dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan
3. Peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil- hasil evidence-based practice.
4. Pemberi pelayanan langsung
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer
5. Koordinator
Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator
dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan
terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait
6. Sebagai advokat.
Sebagai Advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan
perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan komplementer adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
mendukung tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan dengan tujuan tercapai
keberhasilan kriteria hasil asuhan yang direncanakan dengan menggunakan
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan
untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan individu.
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan (WHO)

Tujuan
1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
2. Untuk memperbaiki fungsi dari sitem tubuh, terutama sistem kekebalan dan
pertahanan tubuh
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan

B. Saran
Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa
sehingga dapat memahami konsep keperawatan lansia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nurul. 2019. Buku Seri Keperawatan Komplementer “totok punggung


(Topung) untuk penderita Stroke yang mengalami Gangguan Mobilitas Fisik”.
Surabaya .Media Sahabat Cendekia.
Widyatuti.2008.Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia.12(1): 53-57
Rufaida,Zulfa, dkk. 2018. Terapi Komplementer. Mojokerto:STIKes Majapahit
Mojokerto.
Khaira, Himmatul.2016. “Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif”.
Skripsi. FKIK, Ilmu Keperawatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Zainuri, Gedung Ahmad. 2018. Seminar nasional kep aplikasi terapi Komplementer
dan Alternatif Dalam Keperawatan Komunitas. Journal The Indonesian Journal of
Health Science. September 2018. Edisi khusus. Hal 1-204.
Ismail, Suhartini. 2019. “Keperawatan Holistik dan Aplikasi Intervensi
Komplementer”. Tesis. Tim Magister Keperawatan Universitas Diponegoro:
Semarang
Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika
Kitu, Irene Febriany Mamo, dkk. 2019. Terapi Keperawatan terhadap Koping
Keluarga pasien SKizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa. FIKKes, Universitas
Muhammadiyah Semarang
Rasny, Hanny, dkk. 2014. Ethnonursing Penggunaan Terapi Komplementer Pada
Suku Using Banyuwangi. Jurnal ners, Universitas Jember. 9(1):133-137
Irawan, Erna, dkk. 2017. Hubungan Penggunaan Terapi Modern dan Komplementer
Terhadap Kualitas Hidup pasien Kenker Payudara. Jurnal Keperawatan. 5(1): 19-
28

15

Anda mungkin juga menyukai