Anda di halaman 1dari 17

Peran Dan Fungsi Perawat Dalam Terapi Komplementer

Dosen Pengampu:
Ns. Ni Putu Wiwik Oktaviani, S.Kep.,M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 4


Nama Kelompok:

1. IRVANDY MILANO HENUKH (213213289)


2. NI KADEK DWIK WIDIASTINI (213213290)
3. A.A.ISTRI RAHMA WILANDARI (213213291)
4. NI MADE LINDIA MAHARATNI APSARI (213213292)
5. I KADEK PREMADANA NUGRAHA (213213293)
6. PUTU TAHLIA GEOVANI (213213294)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022

i
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah dengan judul “peran dan fungsi perawat dalam
keperawatan komplementer ”. Dalam pembuatan makalah ini, tidak terlepas
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
ucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Ni Putu Wiwik Oktaviani, S.Kep.,M.Kep. sebagai Dosen Pengampu
pada mata kuliah keperawatan komplementer dan alternatif.
2. Pihak yang bersangkutan yaitu teman kelompok 4 yang sudah
membantu menyelesaikan tugas makalah peran dan fungsi perawat
dalam terapi komplementer ini dengan baik.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta
berperan dalam pembuatan dalam makalah ini, dalam penyusunan tugas ini
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
serta masih banyak kekurangan-kekurangannya untuk itu kami
mengharapkan saran-saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk menempurnakan karya selanjutnya. Semoga makalah
kami ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar, 19 Oktober 2022


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Peran Dan Fungsi Perawat Dalam Terapi Komplementer ............................................ i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ............................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAAN ............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian Terapi Komplementer ................................................................... 3
2.2. Tujuan Terapi Komplementer ......................................................................... 3
2.3. Jenis – Jenis Terapi Komplementer ................................................................ 3
2.6. Keterlibatan Perawat dalam Pelaksanaan Terapi Komplementer ............ 11
BAB III............................................................................................................................. 13
PENUTUP........................................................................................................................ 13
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 13
3.2 SARAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi
tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi
ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan
pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi
komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &
Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna
terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional
(Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi
42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun
perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif
(Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan
yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer.

1.2.Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Terapi Komplementer?
2. Apa Tujuan Terapi Komplementer?
3. Apa Jenis-Jenis Terapi Komplementer?
4. Bagaimana Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer?
5. Bagaimana Fungsi Perawat Dalam Terapi Komplementer?
6. Bagaimana Keterlibatan Perawat Dalam Terapi Komplementer?
7. Apa Saja Kendala Terapi Komplementer?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi komplementar
2. Untuk mengetahui tujuan terapi komplementer
3. Untuk mengetahui jenis terapi komplementer
4. Untuk mengetahui peran perawat terapi komplementer

1
5. Untuk mengetahui fungsi perawat terapi kom

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1.Pengertian Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,
bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk
Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara
Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara.
Kramlich (2014) menyebutkan terapi komplementer merupakan
cara atau terapi tambahan bersamaan dengan pengobatan kompensional.
Pendapat lain mendefinisikan sebagai beragam praktik dan produk terkait
dengan kesehatan yang penggunaanya diluar biomedis konpensional (Hall,
Leach, Brosnan, & Collns, 2017). Jadi terapi komplementer adalah tindakan
yang diberikan sebagai bagian dari keperawatan kesehatan, terdiri dari
berbagai macam bentuk praktik kesehatan selain tindakan konpensional,
ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus yang
didasari oleh ilmu-ilmu kesehatan.
2.2.Tujuan Terapi Komplementer
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh
kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya
sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan
asupan nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.
2.3.Jenis – Jenis Terapi Komplementer
A. Akupuntur
Di Cina, praktek akupunktur telah dimulai dari zaman batu dengan
menggunakan batu tajam atau Bian Shi. Jarum batu Akupuntur yang
diperkirakan sudah ada scjak 3000 SM ditemukan oleh ahli arkeolog di

3
pedalaman Mongolia. Pengobatannya sangat individudan dilakukan
berdasarkan intuisi, subjektif dan pengalaman pribadi, bukan atas dasar
penelitian medis. Akupuntur melibatkan penusukan jarum dalam berbagai
ukuran ke dalam "titikmeridian" dalam tubuh manusia dengan tujuan
untuk mengalihkan Chi (energi vital tubuh) untuk meningkatkan
keseimbangan tubuh atau mengembalikan keschatan tubuh (Hadibroto
dkk, 2006).
Titik Meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh
manusia sebagai tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia
memberikan energi vital untuk organtubuh agar organ-organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik.Maka sangat penting untuk memastikan bahwa Chi
dapat mengalir dengan bebas untuk memastikan bahwa struktur dan fungsi
organ tubuh bagian dalam bekerja dengan efektif (Hadibroto dkk, 2006).
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang
mengalir ke organ tubuh bagian dalam, untuk meningkatkan struktur dan
fungsi mereka. Jarum juga dapat digunakan untuk daerah tertentu yang
terasa sakit yang mungkin berhubungan dengan masalah dalam tubuh,
seperti cedera akibat olahraga. Sebagai contoh, sebuah jarum ditusukkan
ke daerah tendon yang tertarik atau otot yang kelelahan akan
meningkatkan aliran Chi ke area tersebut. Yang akan menghilangkan rasa
sakit dan mempereepat proses penyembuhan (Hadibroto dkk, 2006).
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik, baik di sekitar
daerah dimana akupuntur dilakukan atau di daerah lain karena sel syaraf
yang menghubungkan organ keotak. Ini dapat mengaktitkan berbagai
sistem dalam otak dan tubuh. Rasa sakit di salurkan melalui hormon urat
syaraf, terutama yang berhubungan dengan penerima rasa sakit. Pereda
rasa sakit yang diberikan oleh morfin bckerja pada penerima yang sama
dengan bormon urat syaraf ini, Endorphin yang diproduksi olch otak
adalah pengganti alami dari morfin dan bekerja dengan cara yang sama.
B. Herbalisme Medis
Penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit- memiliki sejarah sepanjang sejarah umat manusia. Di inggris,
metode ini memiliki dasar sejarah yang sebagian dalam model Galenis
"cairan tubuh" (darah, empedu hitam, empedu kuning
lender),"temperamen"-nya (misalnya panas, dingin, lembab), dan
kepercayaan bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan-
cairan ini.
Herbal digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan
sering digambarkan sebagai misalnya,"pemanas", atau"pendingin",
seperti peppermint, akan digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi
"panas" seperti demam. Di inggris, herbalisme juga di ambil dari tradisi-
tradisi lain, misalnya penggunaan herbal di Amerika utara oleh Samuel
Thomson, meskipun Thomson sendiri pada awalnya di pengaruhi oleh

4
herbalisme di Eropa (Heinrich et al., 2009). Kini, herbalisme modern, yang
dipraktikkan oleh herbalis medis,diambil dari pengetahuan tradisional,
tetapi metode ini semakin banyak di tapsirkan dan diterapkan dalam
konteks moder. Sebagai contoh, herbalis menggunakan pengetahuan
terkini mengenai penyebab dan akibat penyakit serta beberapa alat
diagnosisi, seperti pengukuran tekanan darah, yang di gunakan dalam
pengobatan dalam pengobatan konvensional. Beberapa aspek herbalisme
zaman modern lainnya adalah sebagai berikut (Heinrich ct al.. 2009) :
1) Herbalisme menggunakan suatu pendekatan holistik dengan
mempertimbangkan perasaan schat pasien secara pisikologis dan
emosional, juga kesehatan fisik.
2) Herbalis memilih herbal berdasarkan pada basis individual
untuk setiap pasien (sesuai dengan pendekatan holistic) sehingga
kemungkinan besar pasien-pasien dengan gejala fisik yang sama
akan menerima kombinasi herbal yang berbeda.
3) Herbalis juga bertujuan untuk menggidentifikasi penyebab dasar
(misalnya stres) penyakit pasien dan mempertimbangkan hal ini
dalam rencana pengobatan.
Herbal di gunakan untuk merangsang kemempuan penyembuhan
tubuh, untuk "memperkuat" system tubuh, dan untuk "memperbaiki"
fungsi tubuh yang terganggu, bukan untuk mengobati gejala-gejala yang
muncul secara langgsung. Herbal mungkin di gunakan, misalnya, dengan
tujuan untuk "mengeliminasi toksin" atau "merangsang" peredaran darah.
Tujuannya adalah untuk penyembuhan jangka panjang dari kondisi-
kondisi tertentu Salah satu prinsip dasar herbalisme adalah bahwa
kandungan herbal yang berbeda bekerja bersama dalam beberapa cara
(yang tidak dapat di jelaskan) sehingga menghasilkan efek-efek
bermanfaat. Herbalis medis mengobati berbagai macam kondisi akut
(misalnya infeksi), dan yang lebih lazim, kondisi kronis. Beberapa contoh
gangguan yang biasanya dikonsultasikan orang kepada herbalis yaitu
(Heinrich et al.. 2009) :
1) Sindrom iritasi usus
2) Sindrom pramenstruasi
3) Gejala- gejala menopause
4) Eksim
5) Jenis-jenis arthritis
6) depresi
7) Jerawat dan kondisi lainnya
8) Sistitis
9) migrain
10) Sindrom lelah kronis
Herbalis biasanya merespon obat-obat herbal, seperti tingtur,
meskipun terkadang menggunakan formulasi yang lebih pekat (Ekstrak

5
cair). Jika suatu resep memerlukan beberpa herbal tingtur dan estrak cair
di campur menjadi suatu campuran. Beberapa herbalis akan menyiapkan
bahan-bahan persediaannya sendri, sementara bahan yang lain dibeli dari
pemasok khusus dan sebagian besar memberikan resep herbalnya sendiri.
Formulasi oral lainnya (tablet, kapsul) dan sediaan herba topikal juga dapat
di resepkan (Heinrich et al.. 2009).
Terdapat sekumpulan bukti klinis yang signifikan tentang manfaat
dan resiko potensial yang berkaitan dengan penggunaan obat herbal
tertentu. Ikhtisar mengenai beberapa herba paling penting yang umum di
gunakan Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan penggunaan obat
herbal tertentu yang diformulasikan sebagai sediaan fitofarmasi dan di
gunakan dengan cara yang sama dengan sediaan farmasi konfensional,
biasanya dibawah pengawasan seorang dokter, untuk mengobati gejala-
gejala penyakit. Penelitian tentang efikasi dan keamanan obat herbal dan
kombinasi obat herbal yang telah di gunakan oleh praktisi obat herbal
sangat sedikit. Selain itu, efikasi dan keamanan herbalisme sebagai salah
satu pendekatan pengobatan belum di evaluasi secara ilmiah (Heinrich et
al., 2009).
C. Aromaterapi
Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada kosmetik
dan parfum serta untuk keperluan religius selama ribuan tahun, meskipun
hanya sedikit kegiatan dengan penggunaan terapeutik minyak-minyak
atsiri. Dasar-dasar aromaterapi berkaitan dengan Renc-Maurice
Gattefossc, seorang ahli kimia pembuat parfum dari Prancis, yang pertama
kali menggunakan istilah aromaterapi pada tabun 1928 (Heinrich ct al.,
2009), Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang
diekstraksi dari tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat- zat ini
adalah minyak atsiri. Minyak ini biasanya diperoleh dari bahan tumbuhan
(misalnya akar, daun, bunga, biji) dengan cara destilasi, meskipun
tindakan fisik (menggunakan pengempamaan dan tekanaan) adalah
metode yang digunakan untuk memperoleh beberapa minyak atsiri,
terutama yang diperoleh dari kulit buah sitrus. Beberapa aspek penting
untuk penggunaan minyak atsiri dalam aroma materapi dijelaskan berikut
ini (Heinrich et al., 2009) :
1) Aromaterapis menyakini bahwa minyak atsiri dapat
digunakan tidak hanya untuk pengobatan dan pencegahan
penyakit, tetapi juga efeknya terhadap mood, emosi dan rasa
sehat.
2) Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik; dalam hal
ini, aromaterapis memilih suatu minyak atsiri, atau
kombinasi minyak atsiri, disesuaikan dengan gejala,
kepribadian, dan keadaan emosi masing-masing klien.
Pengobatan dapat berubah pada kunjungan pasien
berikutnya.

6
3) Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan
terhadap reputasi sifat-sifat farmakologisnya (misalnya
antibakteri,antiradang), tetapi juga melalui hal-hal yang
tidak dikenali pada obat-obat kovensional (misalnya
keseimbangan, member energi)
4) Aromaterapis menyakini bahwa kandungan minyak atsiri,
atau kombinasi minyak, bekerja secara sinergistis untuk
meningkatkan efikasi atau mengurangi terjadinya efek-efek
merugikan yang terkait dengan kandungan kimia tertentu.
Aromaterapi digunakan secara luas sebagai suatu
pendekatan untuk meredakan stres, dan banyak minyak
atsiri diklaim sebagai’perelaksasi'. Banyak aromaterapis
juga mengklaim bahwa minyak atsiri dapat digunakan dalam
pengobatan berbagai kondisi. Banyak pengguna
menggunakan sendiri minyak atsiri untuk perawatan
kecantikkan, membantu relaksasi, atau mengobati penyakit
ringan tertentu, banyak diantaranya tidak cocok untuk
pengobatan sendiri.
Aromaterapi juga digunakan dalam berbagai pelayanan kesehatan
kovensional, seperti dalam perawatan paliatif, unit perawatan intesif, unit
keschatan jiwa dan pada unit-unit khusus yang merawatpasien
HIVI/AIDS, cacat fisik, dan ketidakmampuan belajar yang parah
(Heinrich et al., 2009).
Metode paling lazim yang digunakan oleh aromaterapis untuk
penggunaan minyak atsiri adalah dengan pemijatan, yaitu tetesan dua
sampai tiga minyak atsiri diencerkan dalam pembawa berupa minyak
sayur, seperti minyak biji anggur, minyak jojoba dll. Metode lain untuk
penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh aromaterapis atau dalam
perawatan sendiri antara lain (Heinrich etal., 2009) :
1) Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk
mencuci kaki (air harus diaduk dengan kuat untuk membantu
disperse).
2) Dihirup
3) Kompres
4) Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat pembakar
dan penguap). Beberaoa praktisi menganjurkn penggunaan
minyak atsiri secara oral, yang disebut 'aromatologi'. Namun
minyak atsiri tidak boleh digunakan untuk pemakaian internal
tanpa pengawasan medis. Beberapa aromatis juga menyatakan
bahwa minyak atsiri dapat diberikan malalui vagina (misalnya,
melalui tampon atau douche) atau secara rektal, tetapi pemberian
melalui rute-rute ini dapat menyebabkan iritasi membran dan tidak
dianjurkan (Heinrich et al.2009).

7
Biasanya, minyak atsiri mengandung sekitar 100 atau lebih
kandungan kimia, kebanyakan terdapat pada konsentrasi dibawah 1%,
meskipun beberapa kandungan terdapat pada konsentrasi yang jauh lebih
rendah. Beberapa minyak atsiri mengandung satu atau dua kandungan
utama, serta sifat-sifat terapeutik dan toksikologis minyak tersebut
sebagian besar dimiliki oleh kandungan kimia
D. Terapi Pengobatan Bunga
Pengobatan bunga Bach dikembangkan olch Dr Edward Bach
(1886-1936), seorang dokter dan ahli homcopati. Teorinya adalah bahwa
dengan mengobati respons emosional dan mental pasien terhadap
penyakitnya, gejala-gejala fisik akan dapat diredahkan. la mengidentifikasi
38 keadaan psikologis negative (misalnya iri, putus asa, rasa bersalah,
tidak dapat memutuskan) dan mencari obta-obat alam yang dapat
digunakan untuk memperbaiki berbagai keadaan pikiran yang negatif ini
(Heinrich et al., 2009).
Berbagai jenis obat bunga banyak tersedia untuk dipilih sendiri dan
terapi mandiri.Selain itu beberapa orang menjalani pelatihan untuk
menjadi praktisi pengobatan dengan bunga; hal ini meliputu beberapa
professional pelayanan kesehatan, seperti beberapa dokter umum, yang
menggunakan obat-obatan bunga beserta praktik medis konvensional yang
mereka lakukan setiap hari (Heinrich et al.2009).Bach mengembangkan
38 obat bunga, di antaranya terdiri atas bunga-bunga liar tunggal dan
pohon-pohon berbunga, dan I yang diperoleh dari mata air alami. la
bertujuan bahwa masing-masing obat digunakan untuk keadaan emosional
atau mental tertentu. Misalnya:
1) Gentian (Gentiana amarella) untuk perasaan murung. Holly
(Tlex aquifoliun) untuk perasaan iri.
2) Impatiens (Impatiens glandulifera) untuk ketidaksabaran. Pinus
(Pinus sy/vestris) untuk rasa bersalah.
3) Rock rose (Helianthemum nummularium) untuk perasaan takut.
Bach juga mengembangkan suatu sediaan yang dinamakan obat
penyelamat (Recue Remedy), yang merupakan kombinasi lima obat
lainnya: Impatiens (Impatiens glandulifera), bintang Betlchem
(Ommithogalum umbellatum), prem ceri (Prunus cerasifera), Rock rose
(Helianthemum "nummmalarium), dan Clematis (Clematis vitalba).Bach
menganjurkan sediaan ini untuk digunakan dalam situasi yang sulit
mendesak, seperti syok, sangat ketakutan dan kehilangan (Heinrich et al.
2009). Obat-obat bunga Bach disiapkan dari tingtur induk yang dibuat dari
bahan-bahan tumbuhan dan mata air alami dengan menggunakan suatu
metode infus (penjemuran) atau metode pendidihan.Obat-obat bunga
biasanya digunakan secara oral (2-4 tetes ditambahkan pada air dingin dan
diminum sedikit-sedikit). meskipun pada beberapa kasus, tetesan dapat
diteteskan langsung dibawah lidah dan bahkan pada pergelangan tangan

8
atau pelipis. Obat penyelamat juda tersedia dalam bentuk krim untuk
penggunaan Iuar (Heinrich et al., 2009).
Meskipun terdapat banyak laporan yang bersifat anekdot mengenai
keuntungan obat-obat bunga, tidak ada penelitian Eksperimenta maupun
klinis tentang efek-efeknya yang terkenal. Obat-obat bunga diklaim secra
luas sama sekali tidak menimbulkan efek merugikan. Efek-efek merugikan
tidak mungkin terjadi, mengingat bahwa sediaan tersebut hanya
mengandung bahan-bahan yang sangat encer. Namun, karena obat-obat
bunga mengandung alkohol, obat-obat ini mungkin tidak sesuai untuk
beberapa orang. Penggunaan suatu obat bunga secara berlebihan dapat
mengkwatirkan jika seseorang mengandalkan terapi mandiri dengan
menggunakan obat-obat bunga untuk kondisi-kondisi seperti ansietas atau
depresi, yang mungkin membutuhkan penanganan medis dan bantuan
professional lainnya (Heinrich ct al., 2009).
2.4.Peran Perawat Dalam Terapi Komplemanter.
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat
professional, meliputi:
1) Care giver: sebagai pemberi asuhan keperawatan.
2) Client advocate: sebagai pembela untuk melindungi klien.
3) Counsellor: sebagai pemberi bimbingan atau konseling klien.
4) Educator: sebagai pendidik klien.
5) Collaborator: sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
6) Coordinator: sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-
sumber dan potensi klien.
7) Change agent: sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk
mengadakan perubahan-perubahan.
8) Consultant sebagai sumber informasi yang dapat membantu
memecahkan masalah klien.

2.5.Fungsi Perawat Dalam Terapi Komplementer


Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
denganperannya, fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang
lain. Ruang lingkup dan fungsi keperawatan semakin berkembang dengan
fokus manusia tetap sebagai senral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan
yang menyeluruh dan utuh, dilandasi tentang keyakinan tentang manusia
sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh.
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap hal-hal
yang dilakukan dalam praktik keperawatan. Dalam hal ini praktik
keperawatan harus berlandaskan prinsip ilmiah dan kemanusiaan serta
berilmu pengetahuan dan terampil melaksanakan pelayanan keperawatan
dan bersedia dievaluasi. Inilah ciri- ciri yang menunjukkan

9
profesionalisme perawat yang sangat vital bagi pelaksanaan fungsi
keperawatan mandiri, ketergantungan, dan kolaboratif.
Adapun Pengertian fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan,
dan kolaboratif kerap digunakan:
1. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Mandiri
Tindakan keperawatan mandiri (independen) adalah aktivitas
keperawatan yang dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan
dasar pengetahuan dan keterampilannya, Mundinger (1985) menyebutnya
sebagai “autonomous nursing practice to independent nursing”. Ia
menuliskan bahwa mengenai mengapa, kapan dan bagaimana posisi seta
kondisi klien, dan melakukan suatu tindakan dengan keterampilan penuh
adalah fungsi terapi “autonomous”. Dalam hal ini perawat menentukan
bahwa klien membutuhkan intervensi keperawatan yang pasti, salah satunya
adalah membantu memecahkan masalah yang dihadapi atau
mendelegasikan anggota keperawatan yang lain dan bertanggung jawab atas
keputusan dan tindakannya (akuntabilitas). Contoh dari tindakan
keperawatan madiri adalah seorang perawat merencanakan dan
mempersiapkan perawatan khusus pada mulut klien setelah mengkaji
keadaan mulutnya.
2. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Ketergantungan
Tindakan keperawatan ketergantungan (dependen) adalah aktivitas
keperawatan yang dilaksanakan atas instruksi dokter atau di bawah
pengawasan dokter dalam melaksanakan tindakan rutin yang spesifik.
Contoh dari tindakan fungsi ketergantungan adalah dalam memberikan
injeksi antibiotic. Aktivitas ketergantungan dalam praktik keperawatan
dilaksanakan sehubungan dengan penyakit klien dan hal ini sangat penting
untuk mengurangi keluhan yang diderita klien.
3. Pelaksanaan Fungsi Keperawatan Kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif (interdependen) adalah aktivitas
yang dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim kesehatan
lain. Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan adanya tumpang tindih
pertanggungjawaban di antara personal kesehatan dan hubungan langsung
kolega antar-profesi kesehatan. Sebagai contoh, perawat dan ahli terapi
pernapasan bersama-sama membuat jadwal latihan bernapas pada seorang
klien. Seorang ahli terapi pada awalnya mengajrkan latihan pada klien, dan
perawat menguatkan pemahaman dan membantu klien pada saat diterapi
tidak ada. American Nurses Association (Kozier, 1991) menggambarkan
bahwa kolaboratif merupakan “kerja sama sejati”, di dalamnya terdapat
kesamaan kekuatan dan nilai-nilai dari kedua belah pihak, dengan
pengakuan dan penerimaan terpisah serta kombinasi dari lingkup aktivitas
dan pertanggungjawaban bersama-sama, saling melindungi kepentingan
setiap bagian dan bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati oleh
setiap bagian. Untuk melaksanakan praktik keperawatan kolaboratif secara
efektif, perawat harus mempunyai kemampuan klinis, mempunyai

10
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan rasa pertanggungjawaban
yang tinggi dalam setiap tindakan.

2.6.Keterlibatan Perawat dalam Pelaksanaan Terapi Komplementer


A. Caregiver
Peran perawat memberikan pelayanan langsung kepada pasien
dalam terapi komplementer, seperti :
1. Masase
2. Terapi musik
3. Diet
4. Teknik relaksasi
5. Vitamin dan produk herbal

B. Educator
Peran perawat dapat memberitahukan informasi tentang terapi
komplementer.

C. Konselor
Peran perawat sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat
bertanya untuk pasien, konsultasi dan diskusi sebelum mengambil
keputusan tentang terapi komplementer yang akan dipilih.

D. Koordinator
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter
yang merawat dan unit manajer terkait.

E. Advokat
Peran perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan
perawatan komplementer yang akan diberikan dan perawat memberikan
rasa aman dan nyaman kepada pasien.

F. Konsultan
Peran perawat membantu dalam memecahkan masalah yang dialami
pasien.

G. Kolaborator
Peran perawat berkolaborasi dengan dokter atau tenaga medis
lainnya dalam memberikan terapi komplementer.

2.7.Kendala Terapi Komplementer


1) Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan.
2) Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan
bimbingan.
3) Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pelayanankesehatan
komplementer.

11
4) Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan
komplementer.
5) Terapi komplementer belum menjadi program prioritas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

12
BAB III

PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional. Peran perawat dalam
pelayanan kesehatan diantaranya dalam terapi komplementer sebagai
pemberi asuhan keperawatan, pembela untuk melindungi klien,
pemberi bimbingan / konseling klien, pendidik klien, anggota tim
kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain, Fungsi perawat yang dijalankan dipelayanan
kesehatan adalah bertindak secara independen, dependen, dan
interdependen.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah
luas, termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi
pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis
selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini
dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer
agar menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan.

3.2.SARAN
Dengan disusunya makalah ini mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami peran dan fungsi
perawat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Terapi Komplementer. (2017). Scribd.

https://www.scribd.com/document/354123760/Makalah-Terapi-

Komplementer

TERAPI-KOMPLEMENTER. (2018). Scribd.

https://www.scribd.com/document/376553949/TERAPI-

KOMPLEMENTER

Septyari Dec 15, 2019 Makalah Terapi Komplementer Komunitas


https://www.scribd.com/document/439834622/257793-makalah-Terapi-
Komplementer-Komunitas

14

Anda mungkin juga menyukai