Disusun oleh :
Aizizah 190711106
Nelawati 190711103
Kelas 19-E1A-R4
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “Manipulative Body Based Therapy”. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
dan cancer, WHO juga mendukung upaya peningkatan keamanan dan khasiat
obat traditional.
Data dunia menunjukkan Amerika Serikat dan negara sekitarnya tercatat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Snyder, 2002). Data lain menyebutkan
terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari
33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Snyder, 2002).Indonesia
sendiri, yang merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang
mampu menciptakan berbagai terapi komplementer, juga telah
mengembangkan penggunaan terapi komplementer, RS Dharmais dan 12 RS
lainnya yang ada di Jakarta telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk
mengembangakan pengobatan komplementer ini.
Oleh karena tingginya kebutuhan masyarakat akan terapi komplementer
pada berbagai ranah perawatan dan berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer, maka hal ini menjadi perluang emas perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perawat dapat
berperan aktif sebagai konselor bagi masyarakat untuk memilih terapi
komplementer yang tepat bagi masyarakat.
1.3 Tujuan
5
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah manipulative body based therapy
3. Untuk mengetahui apa itu terapirelaksasi otot progresif
4. Untuk mengetahui apa itu senam otak
5. Untuk mengetahui apa itu senam kaki pada pasien DM
6. Untuk mengetahui apa itu pijat aroma terapi
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan adanya teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada.
Terapi komplementer termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer
adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan
untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai
single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan.
8
seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau
insomnia. Insomnia pada lansia dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada taraf normal (Alim,
2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif
yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, relaks, dan memudahkan
untuk tidur (Susanti, 2009)
2) Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter Menurut Herodes
(2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah untuk:
Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, , tekanan darah tinggi, frekuensi jantung,
laju metabolik;
a. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
b. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaks;
c. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
d. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres;
e. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia,
gagap ringan, dan membangun emosi positif dan emosi negatif.
3) Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Lansia yang mengalami gangguan tidur ()insomnia
b. Lansia yang sering mengalami stres.
c. Lansia yang mengalami kecemasan.
d. Lansia yang mengalami depresi
4) Kontra Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
b. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest)
5) Hal-hal yang perlu Hal-hal yang perlu diperhatikan diperhatikan Berikut adalah
hal-hal yang perlu dipertahikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi otot
progresif:
9
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri
b. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otototot relaksi.
c. Perhatikan posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari
dengan posisi berdiri.
d. Menegangkan kelompok dua kali te Menegangkan kelompok dua kali
tegangan. gangan. e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudian bagian kiri.
e. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
f. Terus-menerus memberikan instruksi.
g. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
B. Senam Otak
Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang dapat
menyeimbangkan setiap bagian- bagian otak atau latihan berbasis berbasis
gerakan gerakan tubuh sederhana sederhana yang dapat dilakukan dilakukan
dimana saja dan kapan saja.
1) Teori senam otak
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan otak dan tubuh sehingga tubuh
mudah sakit, pikun, dan frustrasi. Senam otak dapat memperlancar aliran darah
dan oksigen ke otak, juga merangsang kedua belahan otak untuk berkerja. Senam
otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitaskomunikasi,
pemfikusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui oleh tangan dan kaki
dapt memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang
menghasilkan stimulus tersebut dapt meningkatkan kemampuan kognitif
(kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan
masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas, berpikir pada
saat yang bersamaan, bersamaan, meningkatkan meningkatkan keseimbangan
keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan
fungsi kinerja pancaindra, serta menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.
Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengulangan kembali
10
terhadap huruf atau angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan ketajaman
pendengaran dan pengelihatan, pengelihatan, mengurangi mengurangi kesalahan
kesalahan membaca, membaca, memori, memori, dan kemampuan komperhensif
pada kelompok dengan gangguan bahasa hingga mampu meningkatkan
res bahasa hingga mampu meningkatkan respons terhadap pons terhadap
rangsangan rangsangan visual.
2) Manfaat senam otak Menurut dr. Jumraini Sp.S, manfaat senam otak yaitu:
a. Meningkatkan belajar dan bekerja tanpa stres
b. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari lima menit)
c. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus
d. Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat bekerja
e. Meningkatkan kepercayaan diri
f. Menunjukkan hasil dengan segera
g. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi
h. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan
keseimbangan
i. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan seluruh potensi
dan keterampilan yang dimiliki seseorang
3) Indikasi Senam Otak
a. Lansia yang masih bisa bergerak atau bekerja
b. Lansia dengan gangguan keseimbangan
c. Lansia dengan penurunan konsentrasi, gamgguan proses pikir, dan
penurunan kemampuan daya ingat
4) Kontraindikasi Senam Otak
a. Lansia dengan stroke
b. Lansia yang mengalami tirah baring
c. Lansia dengan lumpuh total
5) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan\
a. Jangan memberikan senam otak yang terlalu sulit bagi lansia
b. Untuk merelaksasikan ptak dibutuhkan waktu sekitar 30 menit
11
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata terbuka dan berdiri untuk
memudahkan lansia mengikuti gerakan instruktur
d. Melakukan pada bagian kanan tubuh satu kali, kemudian bagian kiri satu
kali
e. Memeriksa apakah klien benar-benar melakukan dengan benar
f. Terus menerus melakukan instruksi
g. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlaliu lambat
6) Kriteria evaluasi
a. Lansia mampu untuk mandiri
b. Lansia mampu untuk bergerak
c. Keseimbangan lansia dapat stabil
d. Menyegarkan jasmani
C. Senam Kaki Diabetes Melitus
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah, serta terencana
yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga (Adenia, 2010). Senam kaki diabetes melitus adalah
kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh lansia yang menderita diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu memperlancar peredaran darah
bagian kaki.
1. Manfaat senam kaki diabetes melitus Senam kaki bermanfaat untuk:
a. Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
b. Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha
c. Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
2. Indikasi senam kaki diabetes melitus
a. Diberikan pada semua penderita diabetes melitus (DM tipe I maupun tipe
II).
b. Sebaiknya diberikan sejak lansia didiagnosa menderita diabetes melitus
sebagai tindakan pencegahan dini
3. Kontraindikasi senam kaki diabetes melitus
12
a. Lansia yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea dan
nyeri dada
b. Lansia yang mengalami depresi, khawatir, dan cemas
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Calcagni, N., Gana, K., & Quintard, B. (2019). A systematic review of complementary
and alternative medicine in oncology: Psychological and physical effects of
manipulative and body-based practices. PLoS ONE, 14(10), 1–17.
Wijaya, Y. A., Yudhawati, S. N. L. P., Dewi, K. A. K., & Khaqul, S. (2022). Konsep
Terapi Komplementer. IKJ/Issued13/Universitas Brawijaya, March.
15