Anda di halaman 1dari 15

MANIPULATIVE BODY BASED THERAPY

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas 2

Dosen Pengampu : Leya Indah M. Kep., Ners

Disusun oleh :

Aizizah 190711106

Faridah Syifa R. 190711094

Hamaliya Putri 190711110

Milda Agustine K. N. 190711109

Nelawati 190711103

Siti Laela W. R. 190711112

Thalia Ubbaedila 190711087

Kelas 19-E1A-R4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “Manipulative Body Based Therapy”. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada para pembaca.

Kelompok kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini adalah


berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Cirebon, 29 Juli 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Manipulative Based Therapy .................................................................. 7
2.2 Sejarah Manipulative Based Therapy ....................................................................... 7
2.3 Jenis-jenis Manipulative Based Therapy .................................................................. 8
2.4 Pijat Aroma Terapi .................................................................................................. 13
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam


pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau
aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan
(Andrews & J.A., 1999) Terapi komplementer juga disebut sebagai
pengobatan holistik, pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah pengobatan yang
mengatur keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith, 2004). Memperhatikan beberapa
pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa terapi komplementer
merupakan suatu terapi pengganti/ tradisional yang dikombinasikan ke dalam
pengobatan modern guna mencapai suatu proses kesembuhan.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, hal ini ditekankan
karena dipercaya tubuh mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan
dirinya sendiri.
Terapi manipulatif berbasis tubuh adalah terapi yang didasari oleh
manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, pijat,
rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan didunia. WHO yang merupakan salah satu organisasi
kesehatan dunia telah merekomendasikan penggunaan obat traditional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan
pengobatan penyakit, terutama bagi penyakit kronik, penyakit degenerative

4
dan cancer, WHO juga mendukung upaya peningkatan keamanan dan khasiat
obat traditional.
Data dunia menunjukkan Amerika Serikat dan negara sekitarnya tercatat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Snyder, 2002). Data lain menyebutkan
terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari
33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Snyder, 2002).Indonesia
sendiri, yang merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang
mampu menciptakan berbagai terapi komplementer, juga telah
mengembangkan penggunaan terapi komplementer, RS Dharmais dan 12 RS
lainnya yang ada di Jakarta telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk
mengembangakan pengobatan komplementer ini.
Oleh karena tingginya kebutuhan masyarakat akan terapi komplementer
pada berbagai ranah perawatan dan berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer, maka hal ini menjadi perluang emas perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perawat dapat
berperan aktif sebagai konselor bagi masyarakat untuk memilih terapi
komplementer yang tepat bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari manipulative body based therapy?


2. Bagaimana sejarah manipulative body based therapy?
3. Apa yang dimaksud dengan terapi relaksai otot progresif?
4. Apa yang dimaksud senam otak?
5. Apa yang dimaksud senam kaki pada pasien DM?
6. Apa yang dimaksud pijat aroma terapi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu manipulative body based therapy

5
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah manipulative body based therapy
3. Untuk mengetahui apa itu terapirelaksasi otot progresif
4. Untuk mengetahui apa itu senam otak
5. Untuk mengetahui apa itu senam kaki pada pasien DM
6. Untuk mengetahui apa itu pijat aroma terapi

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manipulative Based Therapy

Manipulative and body based methode yaitu terapi dengan cara


memberikan perangsangan pada tubuh untuk mengembalikan fungsi normal
tubuh. Perangsangan dapat berupa sentuhan, tekanan, maupun menggerakan
anggota tubuh. Contoh terapi yaitu chiropratic, masase, akupresur, dan yoga,
(Zahrawani, 2010).
Merangsang atau menggerakan anggota tubuh untuk mengembalikan
fungsinya yang normal, misalnya chiropractic, osteopathic manipulation, dan pijat
(massage). Juga termasuk gerak dan latihan pernafasan seperti yoga, Alexander
technique, pilates, teknik buteyko, eucapanic breathing.

2.2 Sejarah Manipulative Based Therapy

Terapi manipulatif diketahui telah berkembang di berbagai belahan dunia.


Referensi historis paling awal tentang praktik terapi manipulatif di Eropa dimulai
pada 400 SM. Terapi manipulatif pada awalnya merupakan andalan dari dua
sistem perawatan kesehatan alternatif terkemuka yaitu osteopati dan chiropractic,
keduanya didirikan pada bagian akhir abad ke-19 sebagai respons terhadap
kekurangan obat allopathic. Dokter medis dan osteopati lah yang pada awalnya
berperan dalam memperkenalkan terapi ini menjadi terapi fisik, sejak saat itu
terapi fisik memberikan kontribusi yang kuat dalam dunia kesehatan, sehingga
memperkuat klaim profesi untuk memiliki terapi manipulatif dalam lingkup
praktiknya yang diatur secara hukum.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang memengaruhi individu

7
secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan adanya teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada.
Terapi komplementer termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang
didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Terapi komplementer
adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan
untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai
single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan.

2.3 Jenis-jenis Manipulative Based Therapy

A. Terapi relaksasi otot progresif


Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik
relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekukan, atau sugesti.
Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespon berespon pada
kecemasan kecemasan dan kejadian kejadian yang merangsang merangsang
pikiran pikiran dengan ketegangan otot (Davis,1995). Teknik relaksasi otot
progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi
otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan relaks (Herodes,2010)
1) Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif
Salah satu kebutuhan dasar lansia adalah kebutuhan tidur dan istirahat.
Sekitar 60% lansia mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas
maupun permasalahan lainnya yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan
kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan dapat berakibat pada munculnya
emosi negatif, baik terhadap permasalahan tertentu maupun kegiatan sehari-hari

8
seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau
insomnia. Insomnia pada lansia dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada taraf normal (Alim,
2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif
yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang, relaks, dan memudahkan
untuk tidur (Susanti, 2009)
2) Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter Menurut Herodes
(2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah untuk:
Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, , tekanan darah tinggi, frekuensi jantung,
laju metabolik;
a. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
b. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaks;
c. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
d. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres;
e. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia,
gagap ringan, dan membangun emosi positif dan emosi negatif.
3) Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Lansia yang mengalami gangguan tidur ()insomnia
b. Lansia yang sering mengalami stres.
c. Lansia yang mengalami kecemasan.
d. Lansia yang mengalami depresi
4) Kontra Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
b. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest)
5) Hal-hal yang perlu Hal-hal yang perlu diperhatikan diperhatikan Berikut adalah
hal-hal yang perlu dipertahikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi otot
progresif:

9
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri
b. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otototot relaksi.
c. Perhatikan posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari
dengan posisi berdiri.
d. Menegangkan kelompok dua kali te Menegangkan kelompok dua kali
tegangan. gangan. e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudian bagian kiri.
e. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
f. Terus-menerus memberikan instruksi.
g. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
B. Senam Otak
Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang dapat
menyeimbangkan setiap bagian- bagian otak atau latihan berbasis berbasis
gerakan gerakan tubuh sederhana sederhana yang dapat dilakukan dilakukan
dimana saja dan kapan saja.
1) Teori senam otak
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan otak dan tubuh sehingga tubuh
mudah sakit, pikun, dan frustrasi. Senam otak dapat memperlancar aliran darah
dan oksigen ke otak, juga merangsang kedua belahan otak untuk berkerja. Senam
otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitaskomunikasi,
pemfikusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui oleh tangan dan kaki
dapt memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang
menghasilkan stimulus tersebut dapt meningkatkan kemampuan kognitif
(kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan
masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas, berpikir pada
saat yang bersamaan, bersamaan, meningkatkan meningkatkan keseimbangan
keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan
fungsi kinerja pancaindra, serta menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.
Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengulangan kembali

10
terhadap huruf atau angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan ketajaman
pendengaran dan pengelihatan, pengelihatan, mengurangi mengurangi kesalahan
kesalahan membaca, membaca, memori, memori, dan kemampuan komperhensif
pada kelompok dengan gangguan bahasa hingga mampu meningkatkan
res bahasa hingga mampu meningkatkan respons terhadap pons terhadap
rangsangan rangsangan visual.
2) Manfaat senam otak Menurut dr. Jumraini Sp.S, manfaat senam otak yaitu:
a. Meningkatkan belajar dan bekerja tanpa stres
b. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari lima menit)
c. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus
d. Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat bekerja
e. Meningkatkan kepercayaan diri
f. Menunjukkan hasil dengan segera
g. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi
h. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan
keseimbangan
i. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan seluruh potensi
dan keterampilan yang dimiliki seseorang
3) Indikasi Senam Otak
a. Lansia yang masih bisa bergerak atau bekerja
b. Lansia dengan gangguan keseimbangan
c. Lansia dengan penurunan konsentrasi, gamgguan proses pikir, dan
penurunan kemampuan daya ingat
4) Kontraindikasi Senam Otak
a. Lansia dengan stroke
b. Lansia yang mengalami tirah baring
c. Lansia dengan lumpuh total
5) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan\
a. Jangan memberikan senam otak yang terlalu sulit bagi lansia
b. Untuk merelaksasikan ptak dibutuhkan waktu sekitar 30 menit

11
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata terbuka dan berdiri untuk
memudahkan lansia mengikuti gerakan instruktur
d. Melakukan pada bagian kanan tubuh satu kali, kemudian bagian kiri satu
kali
e. Memeriksa apakah klien benar-benar melakukan dengan benar
f. Terus menerus melakukan instruksi
g. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlaliu lambat
6) Kriteria evaluasi
a. Lansia mampu untuk mandiri
b. Lansia mampu untuk bergerak
c. Keseimbangan lansia dapat stabil
d. Menyegarkan jasmani
C. Senam Kaki Diabetes Melitus
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah, serta terencana
yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga (Adenia, 2010). Senam kaki diabetes melitus adalah
kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh lansia yang menderita diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu memperlancar peredaran darah
bagian kaki.
1. Manfaat senam kaki diabetes melitus Senam kaki bermanfaat untuk:
a. Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
b. Meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha
c. Mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
2. Indikasi senam kaki diabetes melitus
a. Diberikan pada semua penderita diabetes melitus (DM tipe I maupun tipe
II).
b. Sebaiknya diberikan sejak lansia didiagnosa menderita diabetes melitus
sebagai tindakan pencegahan dini
3. Kontraindikasi senam kaki diabetes melitus

12
a. Lansia yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea dan
nyeri dada
b. Lansia yang mengalami depresi, khawatir, dan cemas

2.4 Pijat Aroma Terapi

Aromaterapi adalah sebuah terapi komplementer dalam bidang kesehatan


yang menggunakan aroma dari suatu bahan tertentu dengan tujuan meningkatkan
kondisi fisik maupun psikologis dengan cara memberikan stimulus ke otak
terhadap rangsangan tertentu.
Aromaterapi tidak hanya memberikan manfaat dalam hal kecantikan,
tetapi lebih jauh juga memberikan manfaat yang luas terhadap tubuh. Minyak
essensial dengan sensasi bau-bauansegar dan harum dapat menstimulus otak yang
selanjutnya merangsang nafsu makan pada

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan


dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional
kedalam pengobatan modern (Andrews et al; 1999). Terapi komplementer
termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna
sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Fokus terapi memandang manusia sebagai makhluk yang holistik
(bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Manipulative and body-based practices (Praktek manipulatif dan berbasis
tubuh) berfokus terutama pada struktur dan sistem tubuh, termasuk tulang dan
sendi, jaringan lunak, dan peredaran darah dan sistem limfatik. Beberapa praktek
yang berasal dari sistem tradisional obat, seperti dari China, India, atau Mesir,
sementara yang lain dikembangkan dalam 150 tahun terakhir (misalnya,
manipulasi chiropractic dan lain-lain).

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada para pembaca untuk


dapat mengerti tentang Manipulative and Body Based Therapy, terutama para
perawat. Untuk tenaga kesehatan disarankan untuk memperhatikan kondisi pasien
dan kontrainikasi yang tidak boleh dilakukan dalam tindakan Body Manipulasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Calcagni, N., Gana, K., & Quintard, B. (2019). A systematic review of complementary
and alternative medicine in oncology: Psychological and physical effects of
manipulative and body-based practices. PLoS ONE, 14(10), 1–17.

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan


Aplikasi.Jakarta :Salemba Medika

Snyder, M., Lindquist, R. (2006). Complementary / Alternative Therapies in Nursing.

Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal Keperawatan


Indonesia, 12(1), 53–57.

Wijaya, Y. A., Yudhawati, S. N. L. P., Dewi, K. A. K., & Khaqul, S. (2022). Konsep
Terapi Komplementer. IKJ/Issued13/Universitas Brawijaya, March.

15

Anda mungkin juga menyukai