Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

TERAPI TRADISIONAL/KOMPLEMENTER DI KOMUNITAS

“Disusun Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas I”

Dosen Pengampu : Wahyudin, S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Aditia Hafidh KHGC19001

Ajeng Agustina KHGC19004

Mohammad Sansan KHGC19023

Neng Diana Putri KHGC19028

Ramadhita Rifanti KHGC19031

Resti Salimatul Hayat KHGC19032

Rizqi Zulfikar KHGC19036

Rosmawati Dwi Putri KHGC19037

Satria Fajar Septianto KHGC19041

Sintiah KHGC19042

Syanu Yulianti KHGC19043

3A S1 KEPERAWATAN

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Terapi Tradisional di
Komunitas” ini dapat diselesaikan dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam
semoga tercurah limpahkan kepada jungjungan kita yaitu, Rasulullah Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan


Komunitas I” penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah konsep Hyperemesis Gravidarum ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Penyusun mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Garut, 1 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Definisi Terapi Komplementer ................................................................. 3


2.2 Tujuan Terapi Komplementer ................................................................... 4
2.3 Jenis-jenis Terapi Komplementer ............................................................. 5
2.4 Tekhnik Terapi Komplementer ................................................................. 7
2.5 Persyaratan Terapi Komplementer............................................................ 8
2.6 Penerapan Terapi Komplementer di Komunitas (Lansia)......................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15

3.2 Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang
dikaji dalam Antropologi kesehatan bermula darisejak berakhirnya PDII, ahli-
ahli antropologi biologi dan Antropologi sosial budaya mualai meningkatkan
perhatian mereka pada studi lintas budaya mengenai masalah kesehatan juga
pda faktor bioekologi dan sosiokultural yang berpengaruh terhadap kesehatan
dan timbulnya penyakit. Selain itu terdapat nayak faktor-faktor budaya yang
yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi
sakit dan sehat, perlakuan kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai
penyebab sakit, bahakan mengenai cara seseorang memandang penyakit
sangat dtentukan oleh kebudayaan.
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus
dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan
terampil dalam pengiriman,arahan,atau konseling, pasien dalam
penggunaan berbagai terapi.
Perkembangan terapi komplementer akhir - akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah
pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan
jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun
1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder &
Lindquis, 2002).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut mengenai terapi tradisional komplementer dikomunitas.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian terapi komplementer ?
2. Apa tujuan dari terapi komplementer?
3. Apa jenis-jenis dari terapi komplementer?
4. Bagaimana tekhnik dari terapi komplementer?
5. Bagaimana persyaratan dari terapi komplementer?
6. Bagaimana penerapan terapi komplementer di komunitas (Lansia)?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui
terapi komplementer/tradisional dalam keperawatan komunitas.

1.4 MANFAAT
1. Mahasiswa dapat memahami apa pengertian terapi komplementer
2. Mahasiswa dapat memahami apa tujuan dari terapi komplementer
3. Mahasiswa dapat memahami apa jenis-jenis dari terapi komplementer
4. Mahasiswa dapat memahami bagaimana tekhnik dari terapi
komplementer

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TERAPI KOMPLEMENTER


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi
merupakan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,
pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersisat
melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang konvensional. (Andriana, dana, 2013)
Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai upaya
kesehatan nasional oleh National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) di Amerika. Penggunaan istilah komplementer
disebabkan karena pemakaian bersama terapi lain, bukan sebagai
pengganti dan pengobatan biomedis. Terapi komplementer juga digunakan
dalam praktek keperawatan professional sebagai terapi alternative di
beberapa klinik perawatan, misalnya latihan relaksas otot progresif pada
penanganan klien dengan epilepsy yang menyertai penggunaan obat
antiepilepsi. Studi menunjukkan bahwa penggunaan relaksasi otot
progresif dapat meningkatkan control kejang (Whitman dkk., 1990).
Namun demikian, terapi komplementer dapat digunakan mandiri atau
tidak berhubungan dengan terapi biomedis karena diposisikan sebagai

3
upaya promosi kesehatan, misalnya klien dipijat secara rutin untuk
mencegah munculnya stress.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi social memengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar
didasarkan sebagai kategori terapi pikiran-tubuh (mind-body terapies).
Sementara terapi biomedis lebih banyak memengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap pengobatan atau penanganan
masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasi efek obat
antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak
memperhatikan bagaimana obat memengaruhi alam rohani dan psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup system kesehatan, modalitas, praktik dan
teori, serta keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah
tertentu. CAM mencakup semua praktik serta ide-ide yang dimaknai
sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit atau mempromosikan
kesehatan dan kesejahteraan.

2.2 TUJUAN TERAPI KOMPLEMENTER


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem - sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh
agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena
tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan
dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan
respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang
tepat.
Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk
kondisi tertentu dan merupakan bagian integral dari system pelayanan
kesehatan termasuk profesi perawat. Basis filosofis yang mendasari

4
penggunaan terapi komplementer berbeda dengan model biomedis
konvensional. Biomedis berusaha untuk menghilangkan dan memperbaiki
etiologi atas masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan
trauma maupun situasi darurat lainnya (Well, 1995). Sementara tujuan
terapi komplementer dalam sintesis keperawatan adalah untuk mencakup
keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. Zollman dan Vickers
(1999) menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk
mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
penyembuhan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu,
perawat memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup,
perubahan diet, olahraga, pengobatan khusus, konseling, latihan,
bimbingan pada pernapasan, relaksasi serta resep herbal. Konsep ini
menekankan pentingnya system perawatan yang menerapkan pendekatan
kepedulian secara holistis terhadap perawatan yang akan meningkatkan
pelayanan kesehatan.

2.3 JENIS-JENIS TERAPI KOMPLEMENTER


Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi
berdasarkan sistem perawatan, terapi yang cukup dikenal luas dan
digunakan, variasi dan terapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan
mekanisme yang mendasar tindakan terapi yang tidak diketahui.
Kategori terapi komplementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut :
1. Terapi pkiran-tubuh (mind-body therapies)
Terapi pikiran tubuh adalah pendekatan prilaku psikologi, sosial, dan
spiritual untuk kesehatan .
Contoh : Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,
imagery,hipnosis, biofedback, dukungan kelompok, terapi seni , terapi
musik, terapi dansa , journaling , humor, psikoterapi tubuh, dan
pengakuan nonlocality, soul retrieval, penyembuhan spiritual, holistik
nursing, plasebo sweat lodges.

5
2. Terapi sistem pengobatan alternatif ( alternatif medical sistem ).
pengobatan nonmedis yang melibatkan teori dan praktik dari sistem
yang komplet.
Contoh : Pengobatan tradisional cina (akupuntur, formula herbal, diet,
exterlan dan internal qi-gong, tai chi, pijatan dan manipulasi,
acupotomy), sistem adat tradisional seperti pengobatan asli penduduk
amerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi, pengobatan kampo,
pengobatan tradisional afrika, pengobatan tradisional aborigin,
curanderismo, sistem pengobatan barat yang tidak konvensional
(hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems, radionics). Naturopati
3. Terapi berbasis biologi (biologically based therapies)
Terapi yang bersifat alami. Praktik, intervensi, dan produknya
berbasis biologis
Contoh : Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi serat,
makrobiotik), pengobatan orthomolecular (gizi), intervensi
farmakologi/biologis/ instrumental (kartilago ozon, cone therapy,
sengatan lebahelektrodiasnostik, iridologi.
4. Terapi manipulative dan berbasis tubuh (manipulative and body
therapies)
Sistem yang berdasarkan pada kegiatan manipulasi dan atau gerakan
anggota tubuh. Contoh : Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan
tubuh atau body work (kranial-sakrum astheopatic manipulative
treatment. Pijatan swedia, refleksologi metode pilates, polaritas, gerak
tubuh trager, teknik alexander, teknik feldenkrais. Pijatan chinese tui
Na akupresur, ralfing), serta terapi fisika nonkonvensional seperti
hidroterapi, distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic, pernafasan
;ubang hidung secara bergantian (alternatenostrilbreathing).
5. Terapi energy yang termasuk dalam kategori energy hayati dan
bioelektromagnetik (energy and biofield therapies).
Sistem pengobatan yang menggunakan medan energi halus di dalam
dan sekitar tubuh. Contoh : Sentuhan terpeutik, sentuhan

6
penyembuhan, penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
external dan magnet.

Jenis – jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:


1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions)
meliputi : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan
yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur,
akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda.
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch,
tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut.
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah.
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet
makro nutrient, mikro nutrient.
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik, EECP.

2.4 TEKHNIK TERAPI KOMPLEMENTER


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke
dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini
diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal
yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan
molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak
berperan pada sistem tubuh.

7
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan
udara 2–3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal
(1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu
herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya


efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal,
berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi
akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem
imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat
dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue
(kelelahan) dan neuropati.

2.5 PERSYARATAN TERAPI KOMPLEMENTER


Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi
yang sudah memiliki kompetensi.

8
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus
telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.

2.6 PENERAPAN TERAPI KOMPLEMENTER DI KOMUNITAS


(LANSIA)
A. Gangguan Persarafan pada Lansia dengan Hipertensi
Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit
berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan
pada usia lanjut terutama adalah :

1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat


proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus :
hipertensi glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus
menerus.
2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya
usia semakin sensitive terhadap peningkatan atau penurunan kadar
natrium.
3. Peningkatan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang
pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja.
4. Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan
substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi
natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sclerosis pembuluh
darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan
tekanan darah.

9
Terapi Komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
a. Senam
Senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan.
Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia
pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif
terhadapbpeningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh
dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan
mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahat yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih
bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus
menurun (Poweell, 2000).
Tujuan senam lansia dengan hipertensi :
- Melebarkan pembuluh darah
- Tahanan pembuluh darah menurun
- Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan
darah
- Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.

b. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
c. Teknik Khiropraktik
Terapi cara ini dlakukan melalui perbaikan pada ruas tulang
belakang, terutama pada posisi tulang atlas leher. Perbaikan

10
langsung terlihat pada terapi minggu pertama sampai dengan
minggu kedelapan (The Journal of Human Hypertension).
Terjadi penurunan rata-rata 17 mmHg untuk tekanan sisitolik
dan 10 mmHg untuk tekanan diastolik, yang identik dengan
hasil terapi yang dicapai dengan menggunakan dua macam obat
anthipertensi. Cara pengobatan ini dilakukan dengan
penekanan dan tarikan jari jemari tangan pada ruas tulang
belakang tersebut atau dengan bantuan alat yang digetarkan
oleh arus listrik. Tujuannya adalah memperbaki dan
mengembalikan posisi tulang belakang atau ligament ke posisi
normalnya. Tulang belakang sebagai pusat saraf motorik dan
otonom berperan dalam timbulnya berbagai keluhan penyakit,
termasuk hipertensi.

B. Gangguan Pernapasan pada Lansia Dengan Asma


Terapi Komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Latihan Pernapasan
Terapi pernapasan pada penderita asma dilakukan dengan latihan
pernapasan duduk dan pernapasan bergerak.
a. Latihan pernapasan duduk
Latihan napas pada posisi duduk bagi penderita asma merupakan
pengambilan posisi dengan tenang agar mencapai ketenangan yang
mendalam, untuk memacu otak menjalankan fungsi secara maksimal
karena otak merupakan komando tertinggi bagi tubuh.
b. Latihan pernapasan bergerak
Pengolahan pernapasan yang dilakukan bersamaan dengan
melakukan gerak. Pada awal gerakan, napas ditarik sebanyak
mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan dibawa
perut sambil menggesek telapak kaki setengah lingkaran dengan
gerakan memutar pada posisi tiap penjuru, seiring seirama dengan

11
gerakan tangan. Kekhususan di dalam latihan pernapasan adalah:
waktu mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif,
sedangkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara pasif.
Mengeluarkan napas melalui mulut seperti sewaktu meniup lilin atau
bersiul, pelan-pelan, dengan mengkempiskan dinding perut. Sewaktu
inspirasi, dinding perut relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru
melalui hidung.

2. Teknik Pernapasan Buteyko


Teknik pernapasan Buteyko merupakan salah satu teknik olah
napas yang bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar terhadap
hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005). Teknik pernapasan
Buteyko juga membantu menyeimbangkan kadar karbondioksida dalam
darah sehingga pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin yang
menghambat kelancaran oksigenasi dan efek Bohr pada penderita asma
dapat dikurangi. Oksigenasi yang lancar akan menurunkan kejadian
hipoksia, hiperventilasi dan apnea saat tidur pada penderita asma
(Murphy, 2005).

C. Gangguan Perkemihan pada Lansia dengan Inkontinensia


Terapi komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Latihan Otot Dasar Panggul
Latihan ini bertujuan memperkuat sfingter kandung kemih dan otot
dasar panggul, yaitu otot-otot yang berperan mengatur miksi.
Latihan ini akan efektif jika dilakukan berulang-ulang untuk
inkontinensia stress dan urgensi. Latihan otot dasar panggul yang
terkenal adalah latihan Kegel berupa gerakan mengencangkan dan
melemaskan kelompok otot panggul dan daerah genital. Latihan ini
dilakukan dengan membayangkan seolah-olah Anda sedang miksi
atau berdefekasi, tetapi kemudian otot panggul dikencangkan untuk
menutup sfingter kandung kemih dan sfingter ani. Hal tersebut

12
ditahan selama 3 detik dan langkah-langkah tersebut diulangi
beberapa kali.
2. Stimulasi Listrik
Elektroda dimasukkan ke dalam rektum atau vagina untuk memacu
dan memperkuat otot dasar panggul. Stimulasi ringan sudah cukup
efektif pada inkontinensia dan inkontinensia urgensi, tetapi
pendekatan ini memerlukan beberapa bulan dan kombinasi dengan
modalitas pengobatan lain untuk mendapatkan hasil yang lebih
optimal.

D. Gangguan Rasa Nyaman pada Lansia dengan Insomnia


1. Terapi komplementer yang dapat diterapkan diantaranya
a. Akupunktur untuk sirkulasi darah yang buruk adalah metode
membantu. Biasanya, sirkulasi darah yang buruk menyebabkan
kronis, sakit kepala migrain dan mual. Dengan sirkulasi darah
meningkat ditingkatkan dengan akupunktur, satu ini juga
diuntungkan dengan kognisi tajam, konsentrasi lebih baik, tidur
diperkaya, perasaan positif dan bersemangat tentang hidup dan
juga mengembangkan nafsu makan yang sehat.
b. Terapi Tingkah Laku bertujuan untuk mengatur pola tidur
yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana
tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan
sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi
tingkah laku meliputi :
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
- Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat
membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi

13
ini dapat membantu mengontrol pernapasan, nadi, tonus
otot, dan mood.

c. Terapi kognitif
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur
dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan
pada konseling tatap muka atau dalam grup.
d. Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk beraktivitas.
e. Restriksi Tidur
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang
dihabiskan ditempat tidur yang dapat membuat lelah pada
malam berikutnya

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer adalah
cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung atau
pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi komplementer
untuk hipertensi yaitu : senam, teknik biofeedback, khiropraktik. Terapi
komplementer untuk asma yaitu : latihan pernapasan dan teknik pernapasan
buteyko. Terapi komplementer untuk inkontinensia urine adalah latihan otot
dasar panggul dan stimulasi listrik. Terapi komplementer untuk insomnia
adalah akupunktur dan terapi tingkah laku.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi
tradisional/komplementer diharapkan pembaca atau teman-teman dapat
memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, dana. 2013. Terapi Komplementer dalam Keperawatan


Komunitas . [Online].Tersedia di : http://materi-
keperawatankomunitas.blogspot.com/2013/05/terapi-
komplementer- dalam-keperawatan.html. Diakses pada tanggal
24 oktober 2018
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu
Keperawatan Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta.
S13B, Arek-arek. 2013. Terapi Komplemeter. [Online].
Tersedia di:http://arekareks14b.blogspot.com/2013/06/terapi-
komplementer_3047.html. Diakses pada tanggal 24

iii

Anda mungkin juga menyukai