KOMUNITAS
DISUSUN
OLEH:
ALISYA HUMAIRA
IZA HUMAIRAH
CUT FARANITA
MUHAMMAD YUSUF
MAULISA
MUHAMMAD HARITS
NAZELLA ANAIYA
NUR AINI
KELAS : `4-C
PEMBIMBING :
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta segala rahmat,
berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran guna perbaikan dalam pembuatan makalah di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat di terima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini penulis ucapkan terimakasih dan semoga diberkati dan di ridhoi
Allah SWT.
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PEMBAHASAN......................................................................... 1
A. Definisi Terapi komplementer .............................................. 1
B. Jenis-jenis Terapi Komplementer ......................................... 2
C. Fokus Terapi Komplementer ................................................ 3
D. Peran Perawatn dalam Terapi Komplementer ...................... 7
E. Tehnik Terapi Komplementer .............................................. 8
ii
BAB I
PEMBAHASAN
dalam pengobatan modern ((Andrews et al., 1999) dalam Widyatuti, 2008). Terapi
ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
jiwa dalam kesatuan fungsi ((Smith et al., 2004), dalam Widyatuti, 2008). Pendapat
lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas
dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik
dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan
kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern
spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis
sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko,
1
B. JENIS JENIS TERAPI KOMPLEMENTER
2) Noninvansive, seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara),
terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin,
hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi,
reiki, rolfing, dan terapi lainnya ((Hitchcock et al., 1999) dalam Widyatuti,
2008).
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori.
gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi
musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
3) Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan
2
4) Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari
macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. Terakhir, terapi
energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau
salah satunya adalah terapi relaksasi otot progresif yang memiliki manfaat begitu
banyak bagi klien. ((Snyder & Lindquis, 2002) dalam Widyatuti 2008).
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress yang
memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa nyaman, stress fisik, dan
emosi. ((Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005) dalam Rahma,
Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental
individu, sementara aspek bawah sadar tetap bekerja. Dalam keadaan relaksasi
seluruh tubuh dalam keadaan seimbang, keadaan tenang tapi tidak tertidur dan
seluruh otot dalam keadaan rileks dan posisi tubuh yang nyaman.
ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan
3
sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali ((Snyder, Pestka & Bly, 2006)
Ketika otot tubuh terasa tegang, kita akan merasakan ketidaknyamanan, seperti
sakit pada leher, punggung belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan
berdampak pada sakit kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan akan menganggu
aktivitas dan keseimbangan tubuh seseorang ((Marks, 2011) dalam Rahma, Rizky
Nova 2016).
dengan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Kegiatan ini menciptakan
sensasi dalam melepaskan ketidaknyamanan dan stress ((Potter dan Perry, 2005)
seorang individu dapat merasakan relaksasi otot pada berbagai kelompok otot yang
diinginkan.
depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan pungung,
Target yang tepat dan jelas dalam memberikan terapi relaksasi otot progresif ada
keadaan yang memiliki respon ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat
4
tidak nyaman sehingga dapat menggangu kegiatan sehari- hari. (Jacobson (1938)
dalam Snyder, Pestka & Bly, (2006) dalam Rahma, Rizky Nova 2016)mengatakan
tubuh, frekuensi nafas, ketegangan otot, kontraksi ventrikel yang tidak sempurna,
tekanan darah sistolik dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alpha otak.
Dalam melakukan relaksasi otot progresif hal yang penting dikenali adalah
tegangan otot ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan
ke otot melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan kontraksi dari serat otot
serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi ketegangan setelah
(tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama.
dan relaks secara sistematis ((Mc Guigan dan Lehrer, 2005)dalam Rahma, Rizky
Nova 2016).
Setyoadi dan Kushariyadi (2011) dalam Prasetya, Zulfiana, 2016 bahwa tujuan
5
a) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
c) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
6
D. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KOMPLEMENTER
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi
tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun
Taylor, 2001) dalam Widyatuti 2008). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya
based practice.
& Lindquis, 2002)dalam Widyatuti 2008). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan
klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting.
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan
unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
7
E. TEKNIK TERAPI KOMPLEMENTER
a) Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
d) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.
b) Prosedur
terjadi.
• Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan
8
b) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
c) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).
• Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
9
f) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
sekitar mulut.
belakang.
punggung atas.
• Punggung dilengkungkan
10
• Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
menjadi lurus.
sebanyak banyaknya.
dilepaskan bebas.
m) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
11
• Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
12
DAFTAR PUSTAKA
Nurmaya, Siti. 2018.”Pengatur Pemberian Dosis Terapi Realksasi Otot Progresif Pada
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makasar
Rahma, Rizky Nova. 2016.”Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan”.
13