TERAPI KOMPLEMENTER
OLEH:
KOMANG DENI SEPTARINI
NIM. C2118040
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Terpai
Komplementer mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II) ini dengan pengetahuan
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini terdapat
kekurangan. Untuk itu, kmi harap adanya kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada yang lebih baik tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat diapahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang lain.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….…………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….………… 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………… 4
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN…….…………………………………………………………. 6
31 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan masalah
2. Apa pengertian dari terapi komplementer?
3. Bagaimana legal etik dari terapi komplementer keperawatan?
4. Apa jenis-jenis terapi komplementer pada sistem
5. Evidence based nursing practice pada sistem
1.3 Tujuan penulisan
2. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
3. Mengetahui legal etik dari terapi komplementer keperawatan
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
6. Memahami Evidence based nursing practice pada system
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan
individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut
ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan
pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
6
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien
(Snyder & Lindquis, 2002).
7
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi
5, yaitu : – Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain – Mind-body
techniques : meditasi – Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi – Energy
therapies : terapi medan magnet – Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic,
akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul
signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki
kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.
8
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena
masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker
itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor :
1109/Menkes/Per/2007 adalah :
a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, Ayurveda
c. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EEC
9
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook
of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.
Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.
10