Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

OLEH:
KOMANG DENI SEPTARINI
NIM. C2118040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
2019
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Terpai

Komplementer mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II) ini dengan pengetahuan

dan kemampuan yang kami miliki.

            Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini terdapat

kekurangan. Untuk itu, kmi harap adanya kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang akan

datang, mengingat tidak ada yang lebih baik tanpa saran yang membangun.

            Semoga makalah ini dapat diapahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami  maupun orang lain.

Mangupura, Maret 2019     

Penyusun       

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….…………………………. 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….… 3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….………… 4

1.1  Latar Belakang……………………………………………………………………… 4

1.2  Tujuan………………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN…….…………………………………………………………. 6

2.1 Pengertian Terapi Komplementer……………………………………………………6

2.2 Legal Etik Terapi Komplementer Keperawatan……………………………………. 7

2.3 Jenis-Jenis Terapi Komplementer……..…………………………………………… 7

2.4 Evidence based nursing practice pada ..…………………………………………… 4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 8

31 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna
terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer
atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.

4
1.2 Rumusan masalah
2. Apa pengertian dari terapi komplementer?
3. Bagaimana legal etik dari terapi komplementer keperawatan?
4. Apa jenis-jenis terapi komplementer pada sistem
5. Evidence based nursing practice pada sistem
1.3 Tujuan penulisan
2. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
3. Mengetahui legal etik dari terapi komplementer keperawatan
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
6. Memahami Evidence based nursing practice pada system

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan
modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain
luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan
ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi
komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan
oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan
individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut
ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang
mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan
pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan
terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu

6
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien
(Snyder & Lindquis, 2002).

2.2 LEGAL ETIK TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN


Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007
tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi,
terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman,
bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
Selain itu, dalam Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang
pemanfaatan akupunktur pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan
bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah memperoleh
pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan akupunktur dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentang
penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut diuraikan cara- cara
mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat
herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia
sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalamPermenkes RI No. 1205/
Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

2.3 JENIS – JENIS TERAPI KOMPLEMENTER


Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi komplementer yang
direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin
dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi :
Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur,

7
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi
5, yaitu : – Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain – Mind-body
techniques : meditasi – Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi – Energy
therapies : terapi medan magnet – Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic,
akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul
signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.

Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki
kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.

8
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena
masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum,
meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker
itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor :
1109/Menkes/Per/2007 adalah :
a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, Ayurveda
c. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EEC

9
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook
of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.

10

Anda mungkin juga menyukai