Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
MASRIQ SNR172120007
DONY FERNANDO SNR172120024
ULFHA FITRIANI SNR172120060
DIAH SUWARSIH SNR172120033
JULIAN PANUNTUN SNR172120063
SAFITRI SNR172120030
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun selama
menempuh pendidikan dan dalam menyusun makalah yang berjudul Terapi
Komplementer Pemijatan, Exercise, Tai Chi, Relaksasi, Acupressure. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dari mata kuliah Teapi
Komplementer Program Studi S1 Non Reguler Keperawatan di Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa/i keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di masyarakat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis)
ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak
masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang
ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah
Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari
pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu
Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan
klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut
ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer,
69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28
(32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
1
2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui terapi komplementer
2. Untuk mengetahui macam-macam dari terapi komplementer
3. Untuk mengetahui konsep terapi pemijatan
4. Untuk mengetahui konsep terapi exercise
5. Untuk mengetahui konsep dari terapi tai chi
6. Untuk mengetahui konsep terapi relaksasi
7. Untuk mengetahui konsep terapi acupressure
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Pengertian Terapi Komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi
ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang
dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-
lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang
telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses
penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan
perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
3
4
1. Teknik-teknik relaksasi
Ahli-ahli psikologi telah mencobakan beberapa teknik untuk mengurangi
kecemasan yang berlebihan pada individu yang memperlihatkan ketakutan
dalam menghadapi berbagai situasi, antara lain adalah seperti apa yang
dikatakan Harsono (1988):
a. “Teknik Jacobson dan Schultz
b. Teknik Cratty (1973)
c. Teknik Progressive muscle relaxation (jacobson)
d. Teknik Autogenic Relaxation (psychotonic Training)
e. Teknik respons bebas-anxiety
f. Latihan pernafasan dalam (deep breathing)
g. Meditasi”.
Dari tujuh teknik relaksasi penulis hanya mengunakan satu teknik
relaksasi yaitu teknik Progresive muscle relaxation (jacobson), dengan alasan
bahwa kedua aspek fisik dan psikis dapat dilatih bersamaan sehinga hasilnya
akan lebih optimal. Seseorang yang mengalami ketakutan biasanya otot-ototnya
menjadi tegang (Harsono,1988). Kalau ototnya tegang (tensed), maka biasanya
ketrampilan fisiknya akan terganggu. Oleh karena itu agar tidak terganggu otot
tersebut harus dibuat rileks, apalagi pada situasi tegang atau takut harus dapat
secara sadar mengontrol, menguasai, dan mengatur otot-ototnya agar rileks.
Jacobson berpendapat bahwa ada hubungan langsung dari sistem otot ke emosi
orang, kalau dapat mengontrol sistem otot-otot kita dapat mengurangi
ketegangannya, maka kita akan mampu pula untuk mengontrol emosi-emosi kita
(Harsono,1983).
2. Pelaksanaan dan tempat latihan
Agar efektif hasilnya latihan ini sebaiknya dilakukan ditempat dan situasi
yang memungkinkan latihan tersebut berlangsung dengan baik, antara lain:
a. dilaksanakan ditempat yang tenang, bebas dari hal-hal yang mengganggu
kosentrasi, suara bising, tempat kotor, panas terik, dll.
b. sebaiknya dilapisi oleh matras yang cukup empuk agar dapat berbaring
dengan enak.
c. dilakukan ditempat yang teduh terhindar dari sengatan langsung matahari
14
A. Kesimpulan
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer. Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi
perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori
transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan
lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam
proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder &
Lindquis, 2002). Adapun berbagai terapi yaitu pemijatan, exercise, tai chi,
relaksasi, dan acupressure.
B. Saran
Melalui makalah ini, diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran untuk
lebih memahami terapi komplementer yaitu pemijatan, exercise, tai chi,
relaksasi, dan acupressure . Dengan ilmu keperawatan yang bersifat dinamis,
kami harapkan kepada pembaca agar dapat mengembangkan dan melengkapi
isi dari makalah ini sehingga dapat digunakan dan bermanfaat sebagaimana
mestinya
17
DAFTAR PUSTAKA
18