Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER

“PEMIJATAN, EXERCISE, TAI CHI, RELAKSASI, ACUPRESSURE”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
MASRIQ SNR172120007
DONY FERNANDO SNR172120024
ULFHA FITRIANI SNR172120060
DIAH SUWARSIH SNR172120033
JULIAN PANUNTUN SNR172120063
SAFITRI SNR172120030

S1 NON REGULER KEPERAWATAN


STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun selama
menempuh pendidikan dan dalam menyusun makalah yang berjudul Terapi
Komplementer Pemijatan, Exercise, Tai Chi, Relaksasi, Acupressure. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dari mata kuliah Teapi
Komplementer Program Studi S1 Non Reguler Keperawatan di Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa/i keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di masyarakat.

Kubu Raya, 10 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
D. Pengertian Terapi Komplementer ................................................................ 3
E. Macam-macam Terapi Komplementer ........................................................ 4
F. Pemijatan ...................................................................................................... 5
G. Exercise ........................................................................................................ 8
H. Tai Chi........................................................................................................ 10
I. Relaksasi .................................................................................................... 12
J. Acupressure ................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer.

Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis)
ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak
masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang
ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah
Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari
pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu
Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan
klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut
ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer,
69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28
(32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana


(2006), Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk

1
2

pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan


penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung
upayaupaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan
untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu
memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut
melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai
terapi keperawatan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
2. Apa saja macam-macam dari terapi komplementer?
3. Bagaimana konsep terapi pemijatan?
4. Bagaimana konsep terapi exercise?
5. Bagaimana konsep dari terapi tai chi?
6. Bagaimana konsep terapi relaksasi?
7. Bagaimana konsep terapi acupressure?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui terapi komplementer
2. Untuk mengetahui macam-macam dari terapi komplementer
3. Untuk mengetahui konsep terapi pemijatan
4. Untuk mengetahui konsep terapi exercise
5. Untuk mengetahui konsep dari terapi tai chi
6. Untuk mengetahui konsep terapi relaksasi
7. Untuk mengetahui konsep terapi acupressure
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Pengertian Terapi Komplementer
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara
umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi
ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang
dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-
lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang
telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses
penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan
perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

3
4

E. Macam-macam Terapi Komplementer


Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif
seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi
biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin,
hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi,
refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999) National
Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori.
a. Kategori pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi
dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya
perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
b. Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem
pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan
biomedis berbeda dari Barat misalnya pengobatan tradisional
Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy.
c. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis,
yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya
herbal, makanan).
d. Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh.
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya
pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya
dan warna, serta hidroterapi.
e. Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari
energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar
tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki,
external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya
5

dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan


bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup
(pengobatan holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal,
aromaterapi); manipulatif (kiropraktik, akupresur & akupunktur,
refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery,
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer
yang diberikan sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya
pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya seperti
meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan
kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan
kenyamanan dalam proses kematian (Hitchcock et al., 1999).
F. Pemijatan
Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan
dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau
melulut. Masase merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-
tama ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap
hari manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum
masehi, masase sudah digunakan sebagai terapi. Di kawasan Timur Tengah
masase merupakan salah satu pengobatan tertua yang diakukan oleh manusia.
Menurut Tjipto Soeroso (1983: 3) masase adalah suatu seni gerak
tangan yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan memelihara
kesehatan. Gerak tangan secara mekanis ini akan menimbulkan rasa tenang
dan nyamam bagi penerimanya. Ahmad Rahim (1988: 1) mendefinisikan
pemijatan (masase) sebagai suatu perbuatan melulut tubuh dengan tangan
(manipulasi) pada bagian-bagian yang lunak, dengan prosedur manual atau
mekanik yang dilaksanakan secara metodis dengan tujuan menghasilkan efek
fisiologis, profilaktif, dan terapeutik bagi tubuh.
Menurut Susan (2001: 10) masase merupakan bentuk sentuhan
terstruktur dengan menggunakan tangan atau kadang-kadang bagian tubuh
yang lain seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit dan
6

memberikan tekanan pada otot-otot dalam. Menurut Tarumetor (2000: 1-2)


masase adalah suatu metode refleksologi yang bertujuan untuk memperlancar
kembali aliran darah, dengan penekanan-penekanan atau pijatan-pijatan
kembali aliran darah pada titik-titik sentra refleks. Hal ini senada dengan
yang diutarakan oleh Kardinal (1990: 7-8) bahwa massage merupakan suatu
tindakan yang bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit melalui urat-
urat saraf dan memperlancar peredaran darah.
Tjipto Soeroso (1983: 9) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Lulut
Olahraga (Sports Massage) menyatakan bahwa dalam perkembangannya,
masase dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang
yang sehat badannya, terutama olahragawan karena pelaksanannya
memerlukan terbukanya hampir seluruh tubuh. Tujuan sport
massage adalah:
1. Memperlancar peredaran darah.
2. Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan
kepekaan rangsang.
3. Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan
otot untuk meningkatkan daya kerja otot.
4. Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan
mengurangi rasa sakit.
b. Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu
penyembuhan terhadap gangguan atau kelainan-kelainan fisik yang
disebabkan oleh penyakit tertentu. Ada beberapa macam segment
massage salah satunya adalah masase terapi.
c. Cosmetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk
memelihara serta meningkatkan kecantikan muka serta keindahan
tubuh berserta bagian-bagiannya.
d. Masase yang lain seperti; shiatshu, refleksi, tsubo, dan erotic
massage.
7

Macam-macam manipulasi dalam masase dan pengaruhnya.


Manipulasi yang dimaksud adalah cara menggunakan tangan untuk
melakukan masase pada daerah-daerah tertentu serta untuk
memberikan pengaruh tertentu pula. Ahmad Rahim (1988: 1)
mengemukakan manipulasi pokok masase adalah:
a. Effleurage (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang
dilakukan pada seluruh permukaan tubuh. Tujuannya adalah
memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening (limfe).
b. Friction (menggerus), yaitu gerakan menggerus yang arahnya naik
dan turun secara bebas. Tujuannya adalah membantu
menghancurkan miogelosis, yaitu timbuan sisa-sisa pembakaran
energi (asam laktat) yang terdapat pada otot yang menyebabkan
pengerasan pada otot.
c. Petrissage (memijat), yaitu gerakan menekan kemudian meremas
jaringan. Tujuannya adalah untuk mendorong keluarnya sisa-sisa
metabolisme dan mengurangi ketegangan otot.
d. Tapotemant (memukul), yaitu gerakan pukulan ringan berirama
yang diberikan pada bagian yang berdaging. Tujuannya adalah
mendorong atau mempercepat aliran darah dan mendorong keluar
sisa-sisa pembakaran dari tempat persembunyiannya.
e. Vibration (menggetarkan), yaitu gerakan menggetarkan yang
dilakukan secara manual atau mekanik. Mekanik lebih baik
daripada manual. Tujuannya adalah untuk merangsang saraf secara
halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang
berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan. Tjipto
Soeroso (1983: 21) mengatakan bahwa di dalam memasase harus
memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah indikasi dan
kontraindikasi dalam masase.
f. Indikasi
Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat
diberikan manipulasi masase, serta masase tersebut akan
8

memberikan pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam


masase adalah:
1. Keadaan tubuh yang sangat lelah.
2. Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau
kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa
nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan).
g. Kontraindikasi
Kontraindikasi atau pantangan terhadap masase adalah sebagai
keadaan atau kondisi tidak tepat diberikan masase, karena justru
akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri.
Kontra- indikasi dalam masase adalah:
1. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular.
2. Dalam keadaan menderita pengapuran pembuluh darah arteri.
3. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru
atau cedera akibat berolahraga atau kecelakaan.
4. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas
cedera, yang belum sembuh betul.
5. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang
diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas.
G. Exercise
1. Terapi Latihan
Terapi latihan ini merupakan salah satu tindakan yang dalam
pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif.
(Kisner, 2007). Terdiri dari :
a. Passive ExercisePassive exercise adalah suatu latihan yang dilakukan
dengan gerakan yang dihasilkan dengan tenaga atau kekuatan dari luar
tanpa adanya kontraksi otot (Kisner, 2007).Gerakan yang termasuk
dalam latihan passive exercise yaitu :
1. Static contraction merupakan kontraksi otot tanpa perubahan
panjang otot atau tanpa gerakan sendi yang nyata..
9

2. Passive exercise merupakan gerak yang dihasilkan oleh kekuatan


dari luar tanpa disertai kontraksi otot.
3. Active exercise merupakan gerak yang dihasilkan oleh kontraksi
otot itu sendiri Gerakan yang termasuk dalam latihan ini yaitu
a. Assistive active exercise yaitu gerakan yang terjadi oleh karena
adanya kerja dari otot yang bersangkutan, melawan pengaruh
gravitasi dan dalam melakukan kerja dibantu oleh kekuatan dari
luar.
b. Free active exercise yaitu gerakan yang dilakukan sendiri oleh
pasien tanpa adanya bantuan dimana gerak yang dihasilkan
adalah kontraksi otot dengan melawan gaya gravitasi.
c. Resisted active exercise yaitu gerak aktif dengan tahanan dari
luar terhadap gerakan yang dilakukan oleh pasien.
4. Hold Relax merupakan metode untuk memajukan atau mempercepat
respon dari mekanisme neuromuscular melalui rangsangan pada
propioseptor..
2. Edukasi
Untuk home program antara lain:
a. pasien dianjurkan untuk memposisikan tungkai kanan lebih tinggi
dengan mengganjal tungkai dengan bantal untuk mengurangi oedem,
b. pasien dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan secara mandiri
seperti yang pernah diberikan oleh terapis
c. pasien dianjurkan untuk menggunakan WC duduk atau apabila apabila
di rumah tidak ada WC duduk pasien dapat menggunakan kursi kayu
yang telah dilubangi pada bagian tengahnya. Jenis-jenis latihan ini
biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak, meningkatkan
kekuatan, koordinasi,ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan
dapat dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol
sendiri gerakannya tanpa bantuan orang lain ataupun pasif dimana
gerakan dilakukan berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi
latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan
10

seperti stroke, penggantian sendimaupun penuaan. Terapi ini


dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligusmemberi
penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau
setidaknyamendekati kondisi normal. Kepada anak, akan diberikan
latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah
mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan
berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya.Pada kasus
patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara bertahap,
kapan sianak harus sedikit menapak sampai bisa menapak
penuh.Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan
kekuatan otot-otot dankemampuan fungsionalnya dengan
mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadikaku. Hal ini perlu
dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan
mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang.
Lewat terapi yangdilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian
mana yang mengalami penurunan fungsi.
H. Tai Chi
Senam Tai Chi dilakukan perlahan dan lembut dengan menggunakan
pernafasan diafragma dan relaksasi, dan gerakan tersebut dapat menurunkan
performa saraf simpatik. Mekanisme simpatik arousal akan meningkat pada
lansia dan akan menyebabkan insomnia terajdi terus-menerus pada lansia.
Penurunan pada keseimbangan sympathovagal dapat memperbaiki kualitas
tidur. Kelebihan dari senam Tai Chi yaitu senam ini dilakukan perlahan dan
lembut dengan menggunakan pernafasan diafragma dan relaksasi, sehingga
sangat mudah dilakukan didalam komunitas dan sangat baik digunakan untuk
lansia yang mungkin memiliki keterbatasan fisik dan Senam Tai Chi
dianggap sebagai pendekatan non farmakologi yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur pada lansia (Irwinet al. 2008). Senam Tai Chi
dapat mengurangi kecemasan, stres, menurunkan sistol dan diastol tekanan
darah, dan mengurangi kadar kolestrol (Field et al. 2013).
11

Terdapat tingkatan yang berbeda dalam Tai Chi, di mana tingkatan


tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. tingkatan manusia yang bertujuan merelaksasikan atau
mengendorkan otot serta mengaktifkan sel-sel darah
b. tingkatan bumi, membuka pintu gerbang sehingga Chi (air hawa
murni atau tenaga yang sangat halus yang ada di dalam diri
manusia dan dapat dihasilkan melalui latihan) dapat mencapai
persendian
c. tingkatan surga yang bertujuan melatih panca indera. Dalam
masing-masing tingkatan terdapat tiga tahapan mulai dari tahapan
pertama yang paling rendah hingga ke tahapan ketiga yang paling
tinggi.
Tai Chi sebagai latihan fisik dan mental dapat mengintegrasikan
manfaat fisiologis dan psikologis. Manfaat fisiologis dari olahraga Tai
Chi:
a. Menstimulasi otak.
b. Menjaga keseimbangan tekanan darah.
c. Membantu penyembuhan penyakit dyspnea, fibromyalgia, penyakit
paru-paru, dan gangguan kardiovaskular.
d. Pengurangan terhadap rasa nyeri.
e. Menambah kekuatan.
f. Meningkatkan kualitas tidur.
Manfaat psikologis dari olahraga Tai Chi :
a. Meningkatkan motivasi hidup.
b. Memfasilitasi kebiasaan hidup yang sehat dan memunculkan
perilaku sehat.
c. Menimbulkan perasaan tertarik untuk menjadi sehat.
d. Memperbaiki fungsi kognitif.
e. Mengurangi rasa stress.
Terdapat berbagai jenis olahraga yang dapat dilakukan seseorang
sebagai bentuk perilaku sehat. Beberapa alasan yang melatarbelakangi
12

seseorang melakukan olahraga Tai Chi menurut (Herdianto, 2015) adalah


adanya kepercayaan bahwa olahraga Tai Chi dapat memperpanjang usia dan
keinginan untuk meningkatkan kesehatan dan terhindar dari berbagai
penyakit. Sedangkan menurut (Losyk, 2005, h.99) Tai Chi sebagai salah satu
cara pengendalian stress dan relatif mudah dan dapat dilakukan siapa saja
bahkan mereka yang duduk di kursi roda sehingga banyak orang memilih
olahraga Tai Chi.
I. Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu teknik yang dapat meredakan kecemasan
bahkan williams (1996), berpendapat bahwa : “ it is important to realize that
some relaxation techniques are motor skill that need to be learned.” (hlm. 181).
Selain itu juga Satiadarma (2000), mengatakan sebagai berikut : “ bahwa
relaksasi tidak sekedar meredakan ketegangan secara psikis, tetapi juga
memperbaiki kondisi fisik seseorang.” (hlm. 198). Selain itu juga relaksasi dapat
mengurangi ketegangan otot dan akan mengurangi gejala stres lainya seperti
kecemasan, tidak mampu mengambil keputusan, perhatian yang menyempit dsb
(Tim Psikologi SEA GAMES XIX 1997)”.
Teknik ini juga telah banyak digunakan terutama untuk mengurangi
kegairahan dan ketegangan yang berlebihan yang dirasakan oleh para atlet.
Latihan ini membawa seseorang sampai keadaan rileks pada otot-ototnya. Jika
seseorang berada pada keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya
reaksi emosi yang menggelora, baik pada susunan saraf pusat, maupun pada
susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan
sehat baik jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan teorinya James Lange,
yang mengemukakan adanya interaksi antara emosi, misalnya kecemasan,
dengan kondisi tubuh (ketegangan pada otot-otot). Jadi jika seseorang dapat
meredakan kecemasan atau merilekskan otot-ototnya, maka akan terjadi juga
pengurangan ketegangan atau kecemasan dan akibat lain karena keadaan
tersebut.
13

1. Teknik-teknik relaksasi
Ahli-ahli psikologi telah mencobakan beberapa teknik untuk mengurangi
kecemasan yang berlebihan pada individu yang memperlihatkan ketakutan
dalam menghadapi berbagai situasi, antara lain adalah seperti apa yang
dikatakan Harsono (1988):
a. “Teknik Jacobson dan Schultz
b. Teknik Cratty (1973)
c. Teknik Progressive muscle relaxation (jacobson)
d. Teknik Autogenic Relaxation (psychotonic Training)
e. Teknik respons bebas-anxiety
f. Latihan pernafasan dalam (deep breathing)
g. Meditasi”.
Dari tujuh teknik relaksasi penulis hanya mengunakan satu teknik
relaksasi yaitu teknik Progresive muscle relaxation (jacobson), dengan alasan
bahwa kedua aspek fisik dan psikis dapat dilatih bersamaan sehinga hasilnya
akan lebih optimal. Seseorang yang mengalami ketakutan biasanya otot-ototnya
menjadi tegang (Harsono,1988). Kalau ototnya tegang (tensed), maka biasanya
ketrampilan fisiknya akan terganggu. Oleh karena itu agar tidak terganggu otot
tersebut harus dibuat rileks, apalagi pada situasi tegang atau takut harus dapat
secara sadar mengontrol, menguasai, dan mengatur otot-ototnya agar rileks.
Jacobson berpendapat bahwa ada hubungan langsung dari sistem otot ke emosi
orang, kalau dapat mengontrol sistem otot-otot kita dapat mengurangi
ketegangannya, maka kita akan mampu pula untuk mengontrol emosi-emosi kita
(Harsono,1983).
2. Pelaksanaan dan tempat latihan
Agar efektif hasilnya latihan ini sebaiknya dilakukan ditempat dan situasi
yang memungkinkan latihan tersebut berlangsung dengan baik, antara lain:
a. dilaksanakan ditempat yang tenang, bebas dari hal-hal yang mengganggu
kosentrasi, suara bising, tempat kotor, panas terik, dll.
b. sebaiknya dilapisi oleh matras yang cukup empuk agar dapat berbaring
dengan enak.
c. dilakukan ditempat yang teduh terhindar dari sengatan langsung matahari
14

d. dialunkan musik yang menenangkan jiwa (musik klasik) dalam


memberikan instruksi suara harus betul-betul menenangkan.
e. harus dilakukan secara sukarela dan tekun dan mempunyai kemampuan
kosentrasi dengan baik
J. Acupressure
Pengobatan tradisional bisa dilakukan dengan menggunakan daun-
daunan, atau dengan melakukan pijatan pada titik tertentu di tubuh manusia.
Kegiatan pemijatan pada titik tertentu ini dikenal dengan istilah Akupresur.
Akupresur adalah cara pengobatan yang berasal dari Negara China, yaitu
dengan memberikan ransangan penekanan (pemijatan) pada lokasi tertentu
ditubuh manusia, yang disebut : titik akupuntur. Pemijatan dapat dilakukan
dengan ujung jari, siku atau menggunakan alat (kayu) yang tumpul dan tidak
melukai permukan kulit/tubuh.
Akupresur, perlu dikembangkan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan ringan dan pemulihan baik ditingkat
keluarga, masyarakat, maupun puskesmas dan pada fasilitas kesehatan
lainnya. Tujuan pemijatan ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan
yang ada didalam tubuh, dengan memberikan rangsangan agar aliran energi
kehidupan dapat mengalir dengan lancar. Diharapkan masyarakat dapat
mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan teknik akupresur dengan
benar dan tepat, karena bermanfaat pada peningkatan daya tahan tubuh,
mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan penyakit ringan serta
memulihkan kondisi
Akupresur adalah terapi yang telah dikembangkan lebih dari 5.000
tahun yang lalu sebagai aspek penting dari sistem pengobatan Tiongkok.
Terapi ini dilakukan dengan peletakan jari dan tekanan yang tepat pada titik-
titik spesifik si sekujur tubuh. Titik-titik ini mengikuti saluran-saluran khusus
yang disebut dengan meridian, saluran yang sama dengan yang dipakai dalam
terapi akupuntur. Kita juga bisa melakukan beberapa pijatan akupresur
sederhana sendiri di rumah. Meski mudah, pijatan-pijatan ini mampu
15

memberi manfaat bagi kesehatan kita. Daripada sedikit-sedikit minum obat


kimia, yuk kita coba langkah-langkah akupresur ini.
1. Lakukan akupresur di sekitar pergelangan tangan untuk meringankan mual
dan muntah.
Untuk meringankan mual dan muntah kamu harus menekan titik tekan
Neiguan (P-6). Cara menemukannya letakkan tiga jari (telunjuk, tengah,
manis) melintang para pergelangan tangan. Setelah itu letakkan ibu jari
tepat di bawah jari telunjuk, lalu tekan selama tiga menit untuk
meringankan rasa mual dan muntah.
2. Susah tidur pun bisa kamu atasi dengan akupresur sederhana di titik ini.
Titik akupresur untuk menyembuhkan penyakit tak bisa tidur berada tepat
di belakang telinga. Tekan titik tersebut dengan mantap selama 15 menit
dan kamu akan merasa relaks lalu mengantuk.
3. Keram Haid
Buat kamu yang selalu kesakitan saat haid, daripada meminum obat coba
deh terapi akupresur sederhana ini. Tekan titik yang letaknya dua ruas jari
di bawah pusar, titik ini kerap di sebut titik "Sea of Energy". Tekan titik ini
dengan mantap selama lima menit untuk meredakan gejala PMS.
4. Redakan sakit kepalamu dengan tekanan di kedua ujung dalam alis.
Jika kamu menderita sakit kepala karena stres, tekan kedua titik di ujung
dalam alis (biasa disebut "Bamboo Drilling Point"). Tekan selama satu
menit sambil menarik napas panjang.
5. Ternyata akupresur juga bisa memperbaiki suasana hatimu
Dengan menekan titik pertemuan pundak dan lengan atas, kamu bisa
meningkatkan kualitas pernapasan dan menyeimbangkan emosimu.
6. Akupresur juga bagus untuk mengatasi nyeri dan bengkak pada
pergelangan kaki.
Tekan titik pada bagian dalam pergelangan kaki yang letaknya satu ibu jari
di bawah tulang tumit. Titik ini kerap disebut dengan "Illuminated Sea
point". Tekan kedua titik ini di kaki kiri dan kanan dengan ibu jari secara
16

bersamaan. Langkah ini dapat membantu meredakan pergelangan kaki


yang kaku dan mengurangi pembengkakan pada kaki.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer. Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi
perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori
transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan
Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan
lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam
proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder &
Lindquis, 2002). Adapun berbagai terapi yaitu pemijatan, exercise, tai chi,
relaksasi, dan acupressure.
B. Saran
Melalui makalah ini, diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran untuk
lebih memahami terapi komplementer yaitu pemijatan, exercise, tai chi,
relaksasi, dan acupressure . Dengan ilmu keperawatan yang bersifat dinamis,
kami harapkan kepada pembaca agar dapat mengembangkan dan melengkapi
isi dari makalah ini sehingga dapat digunakan dan bermanfaat sebagaimana
mestinya

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Rusydie. (2011). Bangkitkan Kekuatan Tai Chi dengan Shalatmu. DIVA


Press. Jogjakarta
Jumiati, J. 2015. Penambahan Core Stabilization Exercise Lebih Menurunkan
Disabilitas Di Bandingkan Dengan Penambahan Latihan Metode
Mckenzie Pada Traksi Manipulasi Penderita Nyeri Pinggang Bawah
Mekanik Di Kota Yogyakarta. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana
Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.
Kisner, C. dan L.A. Colby. 2007. Therapeutic Exercise-Foundations and
Techniques fifth Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
Peleg, R. (2011). Patients Visiting the Complementary Clinic for Pain : a Cross
Sectional Study. http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/36. BMC
[Diakses 20 Desember 2011 : 20.30]
Putri, R,K. (2014). Pengaruh Senam Thai Chi Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Dinamis Dan Penurunan Faktor Resiko Jatuh Pada Lanjut
Usia. Skripsi. Surakarta: UMS
Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In
Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai