DOSEN PENGAMPU
Ns. Rahmi Muthia, S.Kep. M. Kep.
DISUSUN OLEH
1. Meri Febriyanti 1911312007
2. Salshabilla 1911312037
3. Pebryanti Putri Yamani 1911311010
4. Puja Juniza 1911312064
5. Suci Ramadhani 19113130
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
(Complementary and Alternative Medicine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan (Hamijoyo, 2003). Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan
modern (Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat
yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang.
Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi
memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel),
dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer
untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi
klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut
65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization dalam Lusiana (2006), Negara-negara di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat
herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upayaupaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
1
6. Mengetahui dan memahami peran perawat dalam terapi komplementer
7. Mengetahui dan memahami syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Definisi Terapi Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Menurut WHO (World Health
Organization) pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu negara.
Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data
yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75-80% dari
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non konvensional. Di Indonesia
sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer
ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan iklan terapi non konvensional di
berbagai media.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
3
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.
2.2 Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker
4
dilakukan dengan membantu pasien meningkatkan kepercayaan dirinya, memberi
empati dan kasih sayang padanya, juga membimbingnya secara spiritual. Dengan
begitu, pasien akan memperoleh mood positif dan harapan hidup yang lebih lama.
4) Lebih bersemangat menjalani pengobatan.
Terapi secara medis terkadang membosankan bagi pasien apalagi dilakukan dalam
rentang waktu yang lama. Misalnya penyakit kanker yang pengobatannya sangat
rentan terhadap penurunan mental dan semangat pasien. Di sinilah pasien kanker
membutuhkan dukungan psikososial untuk mengembalikannya. Dan, dukungan
psikososial ini termasuk salah satu metode terapi komplementer yang sering
dilakukan di samping pengobatan kanker secara medis.
5) Membantu penyembuhan penyakit kronis lainnya.
6) Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara lebih menyeluruh juga lebih murah
7) Mencegah penyakit
8) Menurunkan gejala penyakit, seperti penyakit kanker, jantung, diabetes, artritis, nyeri
kronik sindrom, dan nyeri akut
9) Menurunkan keluhan-keluhan, seperti nyeri punggung, alergi, cemas, atritis, nyeri
kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan sparin, serta gangguan tidur
5
Terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi dan
pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing,
terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Kategori Kelima
Terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan
energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki,
external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu
kategori berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik (Snyder &
Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan holistik,
nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik, akupresur
& akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery, biofeedback,
color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai dengan
indikasi yang dibutuhkan.
6
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan. keperawatan berkaitan
dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran pendidik
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk mengembangkan
interaksi antara perawat dan klien. King (1971), tujuan keperawatan untuk
memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi
lingkungan. Peran secara positif terhadap ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran perawat sebagai peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice,
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat
meningkat (HH, TH).
5. Peran perawat sebagai konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
6. Peran perawat sebagai koordinator
7
BAB III
JENIS TERAPI KOMPLEMENTER
1.3 Sistem Medis Alternatif
Adalah Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis.
1) Akupunktur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan fungsi
sistem tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur
yang disebut meredian.
2) Ayurveda
Sistem pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat
pencahar dan minyak gosok.
3) Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu dapat
diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu sehat akan
menghasilkan gejala seperti penyakit.
4) Pengobatan Naturopatik
Sistem pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan air
segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan
menyembuhkan tubuh alami.
5) Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupunktur, pengobatan herbal,
pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar),
qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).
8
2) Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
3) Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.
9
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan
kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang tidak dikatakan dan didasari
klien penyakit mereka.
2) Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara tentang
fungsi fisiologis otonomi tubuh.
10
Teknik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan kesadaran
tubuh.
11
BAB IV
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
Kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer. Perkembangan
terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang yang
terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan.
2.4 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada.
Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional
terapi. Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Elfira, E. 2020. Diagnosis Nyeri Sendi Dengan Terapi Komplementer Dan Electromyography
Berbasis Arduino UNO. E-book Penerbit Deepublish. Hal 5-6.
Rajin, Mukhamad. 2020. Buku Bahan Ajar Keperawatan Komplementer Terapi Akupuntur.
Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.
Rufaida, Zulfa, Sri Wardini Puji Lestari, and Dyah Permata Sari. "Terapi Komplementer." E-
Book Penerbit STIKes Majapahit (2018): 1-32.
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-32.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2016). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.
13