Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


“Praktik Terapi Komplementer di Indonesia”

DOSEN PENGAMPU
Ns. Rahmi Muthia, S.Kep. M. Kep.

DISUSUN OLEH
1. Meri Febriyanti 1911312007
2. Salshabilla 1911312037
3. Pebryanti Putri Yamani 1911311010
4. Puja Juniza 1911312064
5. Suci Ramadhani 19113130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang memuat tentang “Praktik Terapi
Komplementer di Indonesia” dan diampu oleh Ibu Ns. Rahmi Muthia, S.Kep. M. Kep. ini
dengan baik. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu masih ada kekurangan
yang harus diperbaiki, sehingga penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Padang, 17 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1

2.1 Tujuan Penulisan...................................................................................................................1

3.1 Manfaat Penulisan.................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3

1.2 Definisi Terapi Komplementer.............................................................................................3


2.2 Fokus Terapi Komplementer.................................................................................................4
3.2 Tujuan Terapi Komplementer...............................................................................................4
4.2 Manfaat Terapi Komplementer.............................................................................................4
5.2 Klasifikasi Terapi Komplementer.........................................................................................5
6.2 Peran Tenaga Kesehatan dalam Terapi Komplementer........................................................6
BAB III JENIS TERAPI KOMPLEMENTER......................................................................7
1.3 Sistem Medis Alternatif........................................................................................................8
2.3 Terapi Biologis......................................................................................................................8
3.3 Manipulasi dan Metode Didasari Tubuh...............................................................................9
4.3 Intervensi Tubuh dan Pikiran................................................................................................9
5.3 Intervensi Tubuh-Pikiran....................................................................................................10
6.3 Terapi Energi.......................................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................12
1.3 Kesimpulan.........................................................................................................................12
2.3 Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
(Complementary and Alternative Medicine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan (Hamijoyo, 2003). Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan
modern (Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat
yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang.
Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi
memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel),
dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer
untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi
klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut
65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization dalam Lusiana (2006), Negara-negara di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer
yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat
herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upayaupaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional.

2.1 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer.
3. Mengetahui dan memahami tujuan terapi komplementer.
4. Mengetahui dan memahami efek samping terapi komplementer.
5. Mengetahui dan memahami obat-obat yang digunakan dalam terapi komplementer

1
6. Mengetahui dan memahami peran perawat dalam terapi komplementer
7. Mengetahui dan memahami syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer.

3.1 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan lebih
mendalam kepada para pembaca mengenai terapi komplementer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Definisi Terapi Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Menurut WHO (World Health
Organization) pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu negara.
Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai
Pengobatan pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data
yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75-80% dari
seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non konvensional. Di Indonesia
sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer
ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan iklan terapi non konvensional di
berbagai media.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah

3
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.
2.2 Fokus Terapi Komplementer
1. Pasien dengan penyakit jantung.
2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker

3.2 Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh
terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan
respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.
Selain itu terapi komplementer sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis, untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system kekebalan
dan pertahanan tubuh dan lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan

4.2 Manfaat Terapi Komplementer


1) Efek samping pengobatan berkurang.
Beberapa metode terapi komplementer seperti terapi hipnosis dan relaksasi, serta
akupunktur dapat membantu pasien mengatasi rasa nyeri. Pada konferensi konsensus
National Institutes of Health akupunktur diketahui bermanfaat mengurangi mual dan
muntah akibat kemoterapi serta dalam penanganan nyeri pasca-operasi. Selain itu
terapi komplementer dengan jamur maitake diketahui dapat membantu mengatasi
keluhan mual, kelelahan, juga kulit menghitam.
2) Kekebalan tubuh meningkat.
Pengobatan tersebut dikenal dengan istilah imunoterapi. Biasanya diaplikasikan pada
pasien kanker dengan menguatkan kekebalan tubuh selama masa pengobatan
sehingga kualitas hidup pasien bisa ditingkatkan. Bahkan saat ini sedang
dikembangkan pengobatan kanker yang mengandalkan kekebalan tubuh dalam
menghambat pertumbuhan sel kanker.
3) Perubahan mood berubah positif.
Tak hanya berkutat di masalah fisik, terapi komplementer memasukkan pemulihan
psikososial sebagai salah satu jenis metode yang digunakan. Pemulihan psikososial

4
dilakukan dengan membantu pasien meningkatkan kepercayaan dirinya, memberi
empati dan kasih sayang padanya, juga membimbingnya secara spiritual. Dengan
begitu, pasien akan memperoleh mood positif dan harapan hidup yang lebih lama.
4) Lebih bersemangat menjalani pengobatan.
Terapi secara medis terkadang membosankan bagi pasien apalagi dilakukan dalam
rentang waktu yang lama. Misalnya penyakit kanker yang pengobatannya sangat
rentan terhadap penurunan mental dan semangat pasien. Di sinilah pasien kanker
membutuhkan dukungan psikososial untuk mengembalikannya. Dan, dukungan
psikososial ini termasuk salah satu metode terapi komplementer yang sering
dilakukan di samping pengobatan kanker secara medis.
5) Membantu penyembuhan penyakit kronis lainnya.
6) Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara lebih menyeluruh juga lebih murah
7) Mencegah penyakit
8) Menurunkan gejala penyakit, seperti penyakit kanker, jantung, diabetes, artritis, nyeri
kronik sindrom, dan nyeri akut
9) Menurunkan keluhan-keluhan, seperti nyeri punggung, alergi, cemas, atritis, nyeri
kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan sparin, serta gangguan tidur

5.2 Klasifikasi Terapi Komplementer


National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori, di antaranya:
1. Kategori Pertama
Mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
2. Kategori Kedua
Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya pengobatan tradisional
Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy.
3. Kategori Ketiga
Terapi biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal,
makanan).
4. Kategori Keempat

5
Terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi dan
pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing,
terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Kategori Kelima
Terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan
energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki,
external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu
kategori berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik (Snyder &
Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan holistik,
nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik, akupresur
& akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery, biofeedback,
color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai dengan
indikasi yang dibutuhkan.

6.2 Peran Tenaga Kesehatan dalam Terapi Komplementer


1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Terapi
keperawatan adalah untuk merawat serta membantu klien mencapai perawatan diri
secara total. Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses
penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers (1970) Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mencegah kesakitan, dan merawat
serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik
keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangnya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat (Pembela)
Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain

6
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan. keperawatan berkaitan
dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran pendidik
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk mengembangkan
interaksi antara perawat dan klien. King (1971), tujuan keperawatan untuk
memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi
lingkungan. Peran secara positif terhadap ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran perawat sebagai peneliti
Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice,
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat
meningkat (HH, TH).
5. Peran perawat sebagai konselor
Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
6. Peran perawat sebagai koordinator

7
BAB III
JENIS TERAPI KOMPLEMENTER
1.3 Sistem Medis Alternatif
Adalah Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis.
1) Akupunktur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan fungsi
sistem tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur
yang disebut meredian.
2) Ayurveda
Sistem pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat
pencahar dan minyak gosok.
3) Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu dapat
diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu sehat akan
menghasilkan gejala seperti penyakit.
4) Pengobatan Naturopatik
Sistem pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan air
segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan
menyembuhkan tubuh alami.
5) Pengobatan Tradisional Cina
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupunktur, pengobatan herbal,
pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar),
qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).

2.3 Terapi Biologis


Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin. Terapi ini didasari
oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rofling, terapi cahaya dan warna dan hidroterapi.
1) Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak dengan
perbandingan 30:40:30. Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain
untuk Kesehatan yang optimal.

8
2) Diet Mikrobiotik
Diutamakan diet vegetarian.
3) Pengobatan Ortomolekuler
Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.

3.3 Manipulasi Dan Metode Didasari Tubuh


Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih bagian tubuh.
1) Akupresur
Teknik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada titik yang
dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur
fungsi tubuh.
2) Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan memasukan
fisiotherapy dan terapi cliet.
3) Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui perbaikan
pergerakan tubuh.
4) Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi untuk
membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan yang penting.
3) Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk meningkatkan
sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaksasi.
4) Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat hubungan
menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.

4.3 Intervensi Tubuh dan Pikiran


Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas pikiran untuk
mempengaruhi tubuh.
1) Terapi Seni

9
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan
kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang tidak dikatakan dan didasari
klien penyakit mereka.
2) Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara tentang
fungsi fisiologis otonomi tubuh.

5.3 Intervensi tubuh-pikiran


Mind-body Therapy adalah memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.
1) Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi langsung
dari pikiran dan tubuh.
1) Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat atau
membuka jalur emosional.
2) Imajinasi Terbimbing
Tenik terapeutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi pada
imajinasi atau serangkaian gambar.
3) Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksasi tubuh dan menenangkan pikiran
menggunakan ritme pernafasan yang berfokus.
4) Terapi Musik
Menggunakan musik untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kognitif dan
sosial individu yang menderita cacat dan peny.
5) Usaha Pemulihan (doa)
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang menggabungkan
pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target doa.
6) Psikoterapi
Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi
7) Yoga

10
Teknik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan kesadaran
tubuh.

6.3 Terapi Energi


Merupakan terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau
mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapeutik sentuhan, pengobatan sentuhan,
reiki, external xi qong, dan magnet.
10) Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi menempatkan
tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan memindahkan keharmonisan dan
keseimbangan untuk mengobati gangguan kesehatan.
11) Sentuhan Terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi dalam suatu cara
yang disengaja tidak semua pasien.

11
BAB IV
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
Kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer. Perkembangan
terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang yang
terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan.

2.4 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada.
Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional
terapi. Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Elfira, E. 2020. Diagnosis Nyeri Sendi Dengan Terapi Komplementer Dan Electromyography
Berbasis Arduino UNO. E-book Penerbit Deepublish. Hal 5-6.
Rajin, Mukhamad. 2020. Buku Bahan Ajar Keperawatan Komplementer Terapi Akupuntur.
Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.
Rufaida, Zulfa, Sri Wardini Puji Lestari, and Dyah Permata Sari. "Terapi Komplementer." E-
Book Penerbit STIKes Majapahit (2018): 1-32.
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-32.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2016). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis:
Mosby Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai