Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DERMATITIS


DAN HERPES

DOSEN PENGAMPU :

Ns Mulyanti Roberto, M.Kep

DISUSUN OLEH :
Salshabilla
(1911312037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KASUS 1
Learning outcome:
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan sesuai dengan skenario kasus yang ada.

Ny. S usia 35 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan iritasi pada kulit bagian leher, pundak,
lengan bawah kiri dan kanan, kulit memutih, kering, mengelupas, dan memerah ketika digaruk
karena terasa gatal, muncul bintil-bintil kecil pada pinggir kulit yang mengelupas dan tidak
berair. Ny.S mengatakan ia memiliki riwayat alergi terhadap bahan latex, seperti jam tangan
karet, biasanya terasa gatal saat ia pakai, namun ia baru pertama kali mengalami gejala yang
parah seperti ini. Ny.S mengatakan ia memakai parfum semprot pada area tersebut, namun saat
dipakai tidak terasa gejala tersebut. Ny. S baru merasakan gatal, kulit memerah dan kering saat 6
jam setelah menggunakan parfum tersebut. Ny.S merasa tidak percaya diri dengan kulitnya
sekarang. Hasil pemeriksaan TD : 120/ 70 mmHg, N: 75x/ menit, RR: 20x/ menit, Suhu: 36,5oC.
Foto lengan bawah Ny.S saat awal kejadian.
PERTANYAAN:
1. Apa jenis dermatitis pada kasus di atas?
2. Bagaimana proses terjadinya ruam dan eritema pada kulit Ny.S?
3. Apakah pengkajian lanjutan yang harus dilakukan perawat pada Ny.S?
4. Apa diangnosa keperawatan yang muncul?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang/ diagnostik yang perlu dilakukan pada kasus di
atas?
6. Apa tindakan keperawatan untuk kasus di atas?

JAWABAN:
1. Jenis dermatitis yang dialami Ny. S adalah dermatitis kontak alergi, karena sesuai pada
kasus Ny. S memiliki riwayat alergi peradangan kulit terhadap bahan lateks seperti jam
tangan karet dan mengalami iritasi setelah 6 jam terkena paparan parfum semprot.
2. Bentuk pertahanan utama terhadap bahan datang dari luar yaitu lapisan dermis yang terluar
yaitu lapisan tanduk (stratum korneum). Lapisan ini sangat tipis tetapi merupakan barrier
yang efektif. Walaupun demikian terdapat juga substansi yang dapat menembusnya yang di
sebut alergen dan iritan. Alergen dapat menimbulkan dermatitis kontak alergika sedangkan
bahan iritan dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan (toksika).
Induksi:
Pada kasus, Ny. S menyemprotkan parfum pada area yang terititasi, dan setelah 6 jam ia
merasakan gatal dan kulitnya memerah serta kering. Kontak kulit dengan alergen adalah
langkah pertama dalam patogenesis Dermatitis. Alergen kemudian menembus lapisan
tanduk pada kulit, tempat sel Langerhans bermigrasi menuju kelenjar getah bening regional,
dan antigen disajikan ke limfosit T (Fase sensitisasi). Limfosit T yang teraktivasi
menghasilkan berbagai mediator kimiawi termasuk interferon-γ, menciptakan inflamasi
spesifik antigen (fase elisitasi). Allergen kontak yang mempunyai B.M rendah (hapten) akan
berkaitan dengan molekul protein kulit ( carier protein ), gabungan ini bersifat imuologik.
Sel Langerhans dan/atau makrofag akan membawa komplek hapten dan protein epidermal
ke sel limfosit pada kelenjar limfe regional. Sel limfosit T kemudian akan membentuk
subsets yaitu sel T efektor TDH dan T Proliferasi.
Eksitasi:
Sel T efektor ini bila menerima informasi antigenik akan mengeluarkan limkofin. Limkofin
(faktor sitotoksik, faktor migrasi inhibisi, faktor mutagenik, faktor kemotaktik, factor
angiogenik dll) merupakan perantara terjadinya kerusakan pada sel kulit sehingga terjadi
kelainan klinis dermatitis kontak alergik.
3. Pengkajian lanjutan yang diberikan:
Pengkajian lanjutan yang diberikan adalah pengkajian yang berfokus pada derah kulit atau
integumen klien yang mengalami iritasi. Mulai dari pengkajian pada karakteristik kulit klien
seperti warna, tekstur, kelembapan, dan suhu. Kemudian dilanjutkan pengkajian pada
karakteristik dan penyebaran lesi meliputi adanya eritema, vesikula, bula, edema, ruam,
nyeri tekan, erosi, ekskoriosi, fisura, dan penebalan. Lalu dilakukan juga pengkajian tentang
persepsi dan perubahan perilaku klien yang berhubungan dengan perubahan penampilannya
(citra tubuh).
4. Diagnosa Keperawatan yang muncul :
a. Gangguan integritas kulit b.d kontak dengan alergen atau bahan kimia iritatif d.d
kerusakan lapisan kulit, kemerahan/eriema, kulit memutih, kering, mengelupas, dan
memerah ketika digaruk
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (penampakan kulit yang
terlihat luka/rusak) d.d Ny.S merasa tidak percaya diri dengan kulitnya sekarang
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Kontak dengan Gangguan integritas kulit
5. Klien mengeluh iritasi alergen atau bahan
pada kulit bagian leher, kimia iritatif
pundak, lengan bawah kiri
dan kanan, kulit memutih,
kering, mengelupas, dan
memerah ketika digaruk
karena terasa gatal
Do :
Pada kulit klien tampak
muncul bintil-bintil kecil
pada pinggir kulit yang
mengelupas dan tidak
berair
2. Ds : Perubahan Gangguan citra tubuh
Klien mengatakan merasa struktur/bentuk
tidak percaya diri dengan tubuh (penampakan
kulitnya sekarang kulit yang terlihat
Do : luka/rusak)
Kulit klien tampak
memerah, terdapat bintil-
bintil kecil pada pinggir
kulit yang mengelupas, dan
kering
Pemeriksaan Penunjang:
 Test tempel / patch test
Uji tempel adalah gold standard dalam mendiagnosis DKA. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan alergen yang disiapkan secara komersial, yang dicampur dalam petrolatum
atau air yang di jual dalam jarum suntik atau botol kecil. Alergen dikelompokkan dalam
beberapa seri, seperti seri karet, logam, lem dan perekat, atau menurut profesinya, seperti
seri gigi, penata rambut, atau pembuat roti.
 Skin Prick Test
Skin prick test (SPT) adalah tes alergi yang digunakan untuk mengidentifikasi reaksi
hipersensitivitas langsung yang dimediasi IgE (misalnya, urtikaria kontak imunologi).
Tusukan kulit memasukkan sejumlah kecil alergen ke dalam epidermis yang menimbulkan
respons terlokalisasi dalam bentuk edema dan eritema di tempat pengujian bila positif. Tes
ini digunakan untuk membantu membuat diagnosis bila dicurigai adanya kontak urtikaria.
Secara konvensional, ini juga digunakan untuk mendiagnosis reaksi hipersensitivitas tipe I
langsung pada pasien dengan rinokonjungtivitis, asma, eksim atopik, dan alergi makanan.
 Radioallergosorbent Testing And Contact Urticaria
Tes darah dapat digunakan untuk membantu mengukur jumlah antibodi spesifik alergen
yang ada dalam darah dan memandu diagnosis sehubungan dengan alergi.

6. Intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


No Diagnosa SLKI SIKI
1. Gangguan integritas Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
kulit b.d kontak Definisi: Observasi
dengan alergen atau Pengalaman sensorik  Identifikasi lokasi,
bahan kimia iritatif atau emosional yang karakteristik, durasi,
d.d kerusakan lapisan berkaitan dengan frekuensi, kualitas dan
kulit, kerusakan jaringan intensitas nyeri
kemerahan/eriema, actual atau fungsional,  Identifikasi skala nyeri
kulit memutih, dengan onset mendadak  Identifikasi respon nyeri
kering, mengelupas, atau lambat dan non verbal
dan memerah ketika berintensitas ringan  Identifikasi faktor yang
digaruk hingga berat dan memperingan dan
konstan. memperberat nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi pengaruh
 Keluhan nyeri nyeri pada kualitas
ditingkatkan dari hidup
skala 2 (cukup
meningkat) ke skala Terapeutik
4 (cukup menurun)  Berikan Teknik
 Meringis nonfarmakologis untuk
ditingkatkan dari mengurangi rasa nyeri
skala 2 (cukup  Pertimbangkan jenis dan
meningkat) ke skala sumber nyeri dalam
4 (cukup menurun) pemilihan strategi
 Frekuensi nadi meredakan nyeri
ditingkatkan dari
skala 3 (sedang) ke Edukasi
skala 5 (membaik)  Jelaskan penyebab,
 Pola napas periode, dan pemicu
ditingkatkan dari nyeri
skala 3 (sedang) ke  Jelaskan strategi
skala 5 (membaik) meredakan nyeri
 Tekanan darah  Anjurkan monitor nyeri
ditingkatkan dari secara mandiri
skala 3 (sedang) ke  Anjurkan menggunakan
skala 5 (membaik) analgetic secara tepat
 Nafsu makan  Ajarkan Teknik
ditingkatkan dari nonfarmakologis untuk
skala 3 (sedang) ke mengurangi rasa nyeri
KASUS 2
Learning outcome:
Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan sesuai dengan skenario kasus yang
ada.

Pasien Ny.V berusia 34 tahun dirawat dengan keluhan terdapat ruam kemerahan disertai vesikel-
vesikel pada daerah sekitar abdomen kiri. Vesikel banyak, tumbuh berkelompok dan pasien
mengeluh nyeri. Hasil pengakajian didapatkan bahwa sebelum muncul vesikel pasien mengalami
demam selama 2 hari, keluhan nyeri pada tulang dan sendi. Pasien pernah menderita cacar air.
Saat ini keluhan pada daerah perut yang terdapat vesikel terasa panas, rasa terbakar dan perih,
beberapa ada yang pecah dan terkelupas. Pasien juga mengeluh sakit kepala, penurunan nafsu
makan dan mudah lelah. TD: 100/ 80 mmHg, N: 72x/ menit, RR: 20x/ menit, Suhu: 37 oC. Pasien
mendapatkan terapi paracetamol, asiclovir, cetirizin.

PERTANYAAN :
1. Jelaskan jenis penyakit dan etiologi penyakit pada kasus diatas!
2. Jelaskan patofisiologi penyakit yang terjadi pada kasus tersebut!
3. Jelaskan penatalaksanaan untuk kasus tersebut?
4. Apa saja komplikasi dari penyakit yang dialami Ny.V?
5. Buatlah analisa data berdasarkan skenario kasus di atas, jelaskan patofisiologi
singkatnya!
6. Buatlah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut!
7. Buatlah rencana intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
timbul pada kasus tersebut!

JAWABAN:
1. Penyakit yang diderita pasien adalah herpes zoster. Herpes zoster tergolong dalam infeksi
akut yang disebabkan oleh virus Varisela Zoster (VZV). Ditandai dengan timbulnya
gelembung berisi cairan pada tubuh bagian punggung, dada, dahi, atau daerah dari
thoracallis 3 sampai lumbalis 2. Herpes jenis ini seringkali terjadi pada orang yang pernah
menderita varisela (cacar air) sebelumnya. Pada herpes zoster sendiri, bula bisa terjadi
setelah munculnya gejala prodomal sistematik (demam, pusing) seperti meriang, maupun
gejala prodomal lokal (nyeri otot tulang, gatal). Bula yang berisi cairan jernih tersebut,
kemudian menjadi keruh yang nantinya dapat menjadi postule dan krusta.

2. Patogenesis HZ belum seluruhnya diketahui; diduga selama varisela, VVZ berpindah tempat
dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensoris dan diangkut secara sentripetal
melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris.Selanjutnya terjadi infeksi laten, virus
tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, namun tetap mempunyai kemampuan
berubah menjadi infeksius (Anastasia Wibianto, Winsen Haryono : Herpes Zoster
Ophthalmica Sinistra in Geriatric with Complication, 2021). Infeksi herpes zoster biasanya
dimulai dengan gejala prodromal yang berlangsung 1-10 hari, rata-rata 2 hari. Gejala seperti
nyeri otot, nyeri tulang, demam, malaise, sakit kepala, gatal, parestesia sepanjang dermatom,
rasa terbakar ringan sampai berat. Setelah fase prodromal, fase aktif dimulai ketika pasien
memanifestasikan lesi kulit yang khas seperti papula eritematosa atau makula yang
berkembang menjadi vesikel dalam 12-24 jam, hingga pustula dalam 3-5 hari, kemudian
pecah dan menjadi krusta dalam 7-10 hari, dimana krusta akan menetap selama 2-3 mnggu
(fase resolusi). Dalam kasus Ny. S, vesikel muncul pada daerah abdoemen atau kiri. Hal
tersebut memang merupakan karakteristik tersendiri dari virus herpes zoster, dimanaVZV
umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, bersifat unilateral, dan pada satu sisi tubuh.
Jadi jika sedikit bagian kiri tubuh sudah terkena, maka tidak akan menyerang daerah kanan.
Herpes zoster merupakan penyakit lanjutan dari varisela. Orang yang sebelumnya pernah
terserang varisela, lebih mudah terkena herpes zoster. Karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, VZV akan menetap pada saraf dalam keadaan laten. Yang bisa aktif ketika
daya tahan tubuh kurang. Jadi resiko herpes zoster pada mantan penderita varisela lebih
besar daripada orang yang belum pernah menderita varisela.

3. Penatalaksanaan Medik :
Penatalaksanaan herpes zoster yang utama berupa pemberian antivirus, disertai dengan
pemberian terapi simtomatis, berupa antiinflamasi, analgesik dan neuroaktif. (Sahriani,
2012).
Penatalaksanaan keperawatan :
Manajemen perawatan luka untuk mencegah infeksi dan edukasi bahwa penyebab penyakit
ini adalah virus sehingga dapat menular ke orang lain, baik itu melalui kontak langsung,
maupun melalui droplet, dan menjaga daya tahan tubuh tetap optimal dengan istirahat dan
asupan nutrisi yang seimbang karena penyakit ini dapat muncul kembali ketika daya tahan
tubuh lemah, serta tidak menggaruk dan memecahkan area lesi sendiri. (Ivana Minel, 2020)

4. Komplikasi dari herpes zoster yang dialami Ny. V yaitu neuralgia post herpetik, keterlibatan
organ visceral, dan kerusakan saraf kranial yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup
pasien. Saraf kranial yang sering terkena adalah saraf ke-5 (kelima), yaitu N.trigeminus
cabang satu (N.Ophtalmicus), saraf interkostal, saraf sensorik servikal dan torakal. (Ivana
Minel, 2020)

5. Analisa data :

No Data Etiologi Masalah


6. 1. Ds : Agen pencedera Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada lesi, rasa terbakar dan fisiologis akut
perih pada vesikel yang ada di bagian perut. Pasien (inflamasi)
mengeluh sakit kepala dan penurunan nafsu makan.
Do :
Pada kulit klien terdapat ruam kemerahan disertai
vesikel-vesikel pada daerah sekitar abdomen kiri.
Vesikel banyak, tumbuh berkelompok .
2. Ds: Kerusakan Risiko
- integritas kulit Infeksi
Do :
Beberapa vesikel pada perut kiri klien tampak sudah
pecah dan terkelupas
Diagnosa Keperawatan yang muncul :
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d klien mengeluh nyeri, rasa
terbakar, perih, dan penurunan nafsu makan
b. Risiko infeksi b. d kerusakan integritas kulit d. d beberapa vesikel pada perut kiri klien
tampak sudah pecah dan terkelupas

7. Rencana intervensi keperawatannya adalah:


No Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d Agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis Definisi: Observasi
(inflamasi) d.d klien Pengalaman sensorik atau  Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, rasa emosional yang berkaitan dengan karakteristik, durasi,
terbakar, perih, dan kerusakan jaringan actual atau frekuensi, kualitas dan
penurunan nafsu fungsional, dengan onset intensitas nyeri
makan mendadak atau lambat dan  Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga berat  Identifikasi respon
dan konstan. nyeri non verbal
Kriteria Hasil:  Identifikasi faktor yang
 Keluhan nyeri ditingkatkan memperingan dan
dari skala 2 (cukup meningkat) memperberat nyeri
ke skala 4 (cukup menurun)  Identifikasi pengaruh
 Meringis ditingkatkan dari nyeri pada kualitas
skala 2 (cukup meningkat) ke hidup
skala 4 (cukup menurun)
 Nafsu makan ditingkatkan Terapeutik
dari skala 3 (sedang) ke skala  Berikan Teknik
5 (membaik) nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
 Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2. Risiko infeksi b. d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kulit d. d beberapa keperawatan selama .....x24 jam  Monitor tanda tanda
vesikel pada perut kiri diharapkan Tingkat Ansietas ansietas
klien tampak sudah pasien Menurun, dengan Kriteria  Identifikasi saat
pecah dan terkelupas Hasil: tingkat ansietas
 Verbalisasi khawatir terhadap berubah
kondisi yang dihadapi  Identifikasi
ditingkatkan dari skala 2 kemampuan
(cukup meningkat) ke skala 4 mengambil keputusan
(cukup menurun) Teraupetik
 Perilaku gelisah ditingkatkan  Ciptakan suasana
dari skala 2 (cukup meningkat) teraupetik untuk
ke skala 4 (cukup menurun) menumbuhkan
 Perilaku tegang ditingkatkan kepercayaan
dari skala 2 (cukup meningkat)  Temani pasien untuk
ke skala 4 (cukup menurun) mengurangi
kecemasan jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan keluhan
pasien dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi
mengidentifkasi situasi
yang memicu
kecemasan
Edukasi
 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
kecemasan
 Latih teknik relaksasi

KASUS 3
Learning outcome:
Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan sesuai dengan skenario kasus yang
ada.

Tn.J usia 38 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan badan terasa lemas, lemah tidak
berenergi, terasa pegal, badan terasa gatal, sakit kepala, nyeri ketika menelan. Klien sebelumnya
mengalami demam dan berobat pada bidan di dekat rumahnya. Setelah mengkonsumsi antibiotik
dari bidan tersebut, klien mengalami gejala gatal pada kulit dan memerah. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan eritema dan bula pada seluruh tubuh pasien, mata sulit dibuka, terdapat
konjungtivitas, edema, pada area bibir terdapat stomatitis yang luas. TD: 110/ 86 mmHg, N: 68x/
menit, RR: 22x/ menit, Suhu: 37,2oC.

PERTANYAAN :
1. Jelaskan etiologi dari penyakit yang dialami Tn.J pada kasus diatas!
2. Jelas patofisiologi penyakit yang terjadi pada Tn.J tersebut!
3. Bagaimanakah penatalaksanaan untuk kasus tersebut?
4. Apa saja akibat lanjut dari penyakit yang dialami Tn.J?
5. Apa pemeriksaan lebih lanjut yang perlu dilakukan pada kasus di atas?
6. Buatlah analisa data berdasarkan skenario kasus di atas, jelaskan patofisiologi
singkatnya!
7. Buatlah rencana intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
timbul pada kasus tersebut!

JAWABAN :
1. GGG
2. DD
3. VDD
4. VDF
5. VFF
6. Analisa data :
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Kontak dengan Gangguan integritas kulit
Klien mengeluh iritasi alergen atau bahan
pada kulit bagian leher, kimia iritatif
pundak, lengan bawah kiri
dan kanan, kulit memutih,
kering, mengelupas, dan
memerah ketika digaruk
karena terasa gatal
Do :
Pada kulit klien tampak
muncul bintil-bintil kecil
pada pinggir kulit yang
mengelupas dan tidak
berair
2. Ds : Perubahan Gangguan citra tubuh
Klien mengatakan merasa struktur/bentuk
tidak percaya diri dengan tubuh (penampakan
kulitnya sekarang kulit yang terlihat
Do : luka/rusak)
Klien tampak khawatir dan
gelisah, frekuensi napas,
nadi, dan tekanan darah
meningkat

Diagnosa Keperawatan yang muncul :


a. Gangguan integritas kulit b.d kontak dengan alergen atau bahan kimia iritatif d.d
kerusakan lapisan kulit, kemerahan/eriema, kulit memutih, kering, mengelupas, dan
memerah ketika digaruk
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (penampakan kulit yang
terlihat luka/rusak) d.d Ny.S merasa tidak percaya diri dengan kulitnya sekarang
7. Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Gangguan integritas Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
kulit b.d kontak Definisi: Observasi
dengan alergen atau Pengalaman sensorik  Identifikasi lokasi,
bahan kimia iritatif atau emosional yang karakteristik, durasi,
d.d kerusakan lapisan berkaitan dengan frekuensi, kualitas dan
kulit, kerusakan jaringan intensitas nyeri
kemerahan/eriema, actual atau fungsional,  Identifikasi skala nyeri
kulit memutih, dengan onset mendadak  Identifikasi respon nyeri
kering, mengelupas, atau lambat dan non verbal
dan memerah ketika berintensitas ringan  Identifikasi faktor yang
digaruk hingga berat dan memperingan dan
konstan. memperberat nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi pengaruh
 Keluhan nyeri nyeri pada kualitas
ditingkatkan dari hidup
skala 2 (cukup
meningkat) ke skala Terapeutik
4 (cukup menurun)  Berikan Teknik
 Meringis nonfarmakologis untuk
ditingkatkan dari mengurangi rasa nyeri
skala 2 (cukup  Pertimbangkan jenis dan
meningkat) ke skala sumber nyeri dalam
4 (cukup menurun) pemilihan strategi
 Frekuensi nadi meredakan nyeri
ditingkatkan dari
skala 3 (sedang) ke Edukasi
skala 5 (membaik)  Jelaskan penyebab,
 Pola napas periode, dan pemicu
ditingkatkan dari nyeri
skala 3 (sedang) ke  Jelaskan strategi
skala 5 (membaik) meredakan nyeri
 Tekanan darah  Anjurkan monitor nyeri
ditingkatkan dari secara mandiri
skala 3 (sedang) ke  Anjurkan menggunakan
skala 5 (membaik) analgetic secara tepat
 Nafsu makan  Ajarkan Teknik
ditingkatkan dari nonfarmakologis untuk
skala 3 (sedang) ke mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai