Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 2

• Sonya Karenina
• Jana Magdalena
• Nur Zulfahmi
• Arthya
• Sari Lamtaruli
• Cindy Alicia
• Frans Bestari
• Ririn Srikiranty
• Ratih Wulandari
Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit atau
(epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Penyebab dermatitis berasal dari luar (eksogen)
misalnya bahan kimia, fisik (contoh: sinar),
mikroorganisme (bakteri, jamur); dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik.

• Stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema,


vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak
basah (madidans).
• Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat
mengering menjadi krusta.
• Stadium kronis tampak lesi kering, skuama,
hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga
terdapat erosi atau ekskoriasi karna garukan.
Dermatitis kontak iritan
Sabun, detergen, zat kimia→iritan
primer→Mengiritasi kulit (kerusakan
integritas kulit) →Peradangan kulit
(resiko infeksi) (nyeri) (gangguan citra
tubuh)

Dermatitis kontak Alergik


Allergen;s. sensitizen →Sel langerhans &
makrofag→Sel T→Sensitisasi sel T oleh
saluran limfe→terpajang ulang→sel
efektor mengeluarkan limfokin→gejala
klinis:Gatal, panas,
kemerahan→(gangguan pola tidur)
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian Diagnosa
Inspeksi : Gangguan integritas kulit b/d
Warna kulit
Kekeringan
Texture
Warna Kebiruan
Ikterus
Perubahan vaskuler
 lesi
Gangguan citra tubuh b/d
persepsi diri tentang ketidak
Lesi Eritema bersihan
Turgor kulit Edema Nyeri dan gatal b/d lesi kulit

Intervensi
1.Kaji lokasi kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papul, Evaluasi
vesikel. 1.Tidak ada lesi baru yang
2.Meningkatkan integritas kulit dengan menghindari dari timbul
cubitan dan garukan 2.Mempertahankan kulit
3.Beri perawatan kulit ( cuci area kemerahan dengan lembut agar selalu dalam keadaan
menggunakan sabun ringan, bilaslah seluruh area kulit ) lunak
4.Beri motivasi agar pasien tidak kontak dengan bahan
3.Mempertahankan kulit
iritan
5.Beri pelembab pada kulit yang mengalami kekeringan agar tidak terjadi
6.Kolaborasi dalam pemberian terapi kekeringan
SLE
(Systemic lupus erythematosus)

Systemic Lupus Eritematosus (SLE) merupakan
suatu kegagalan tolerasi imun diri sendiri.kegagalan
ini menghasilkan produksi berbagai auto- antibody
terhadap berbagai jenis komponen jaringan ;
karenanya, penyakit ini termasuk penyakit
autoimun.

Faktor genetik.
Terdapat lebih dari 100 lokus gen yang berhubungan dengan kerentanan seseorang
mengalami SLE.
Hormon. Sembilan dari sepuluh penderita lupus adalah wanita. Wanita
menghasilkan hormon estrogen lebih banyak dibanding pria. Estrogen diketahui
sebagai hormon yang memperkuat sistem kekebalan tubuh (immunoenhancing),
yang artinya wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding
dengan pria. Untuk alasan ini, wanita lebih mudah terserang penyakit autoimun
bila dibandingkan dengan pria.
Lingkungan. Berbagai macam faktor lingkungan yang diduga dapat memicu
timbulnya lupus antara lain infeksi bakteri dan virus (salah satunya virus Epstein
Barr), stres, paparan sinar matahari (ultraviolet), merokok, serta beberapa zat kimia
seperti merkuri dan silika.
• Nyeri sendi
• Sendi bengkak
• Mulut atau hidung mengalami luka yang tak
kunjung sembuh berhari-hari hingga berbulan-
bulan.
• Di dalam urin terdapat darah atau bahkan protein
(proteinuria)
• Terdapat ruam-ruam di berbagai permukaan kulit
• Rambut rontok
• Demam
• Kejang-kejang
• Dada sakit dan sulit bernapas akibat peradangan
pada paru-paru.

Pada SLE, peningkatan produksi auto antibody


diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T/supresor yang
abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi
antigen yang selanjutnya serangsang antibody tambahan
dan siklus tersebut berulang kembali. Penyakit lupus ini
antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan.
Hasilnya,anti bodi justru menyerang sel-sel jaringan
organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut
autoimunitas.
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
a. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di fokuskan pada gejala sekarang
dan gejala yang pernah di alami. Seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam / panas,

b. Kulit 
anoreksia efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.

Ruam eritematous, plak eritematouspada kulit kepala, muka atau leher.


c. Kardiovaskuler
Friction rup perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura, lesi eritematous papuler dan
purpura yang menjadi nekrosis menunjukan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari
kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan.
d. Sistem muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
e. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri tas ruam yang berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung
dan pipi.
f. Sistem pernapasan: Pleuritis atau efusipleura.
g. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritomatous dan parpura di ujuna
jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut
nekrosit.
h. Sistem renal: Edema dan hematuria.
i. Sistem syaraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea atau manifestasi SPP lainnya.
 Diagnosa  Intervensi
1. Nyeri b/d inflamasi dan kerusakan Nyeri b/d inflamasi dan kerusakan
jaringan. jaringan.
2. Keletihan b/d peningkatan aktifitas 1. Laksanakan sejumlah tindakan
yang memberikan kenyamanan
penyakit, rasa nyeri, depresi.
(kompres panas/dingin, masase)
3. Ganggun integritas kulit b/d perubahan

2. Berikan preparat anti inflamasi,
fungsi, ballier kulit, penumpukan, kompleks analgesik seperti yang dianjurkan.
imun. 3. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk
4. Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan memenuhi kebutuhan pasien terhadap
rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada penatalaksanaan nyeri.
saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik. 4. Dorong pasien untuk
5. Gangguan citra tubuh b/d perubahan dan mengutarakan perasaannya tentang
rasa nyeri serta sifat kronik
ketergantungan fisik serta fisiologis yang di
penyakitnya.
akibatkan penyakit kronik. 5. Jelaskan patofisiologi nyeri dan
membantu pasien untuk menyadari
bahwa rasa nyeri sering membawanya
 Evaluasi kepada metode terapi yang belum
terbukti manfaatnya.
Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
6. Bantu dalam mengenali nyeri
Klien menunjukkan ekspresi wajah/postur kehidupan seseorang yang membawa
tubuh rileks pasien untuk memakai metode terapi
Klien dapat berpatisipasi dalam beraktivitas dan yang belum terbukti manfaatnya.
tidur/istrahat dengan tepat. 7. Lakukan penilaian terhadap
perubahan subyek pada rasa nyeri
AIDS
(Acquired Immunodeficiency
Syndrome)

Kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat
akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh HIV

AIDS disebabkan oleh virus (Human


Immunodeficiency Virus) / HIV , dan dapat
menurunkan system kekebalan tubuh , sehingga
memungkinkan virus dan infeksi menyerang tubuh.

1. Kelainan mulut 1. Keringat malam


(mis: lidah berwarna 2. Kelelahan
putih atau ulkus ) 3. Lebih mudah
2. Gangguan usus mengalami memar
3. Gangguan 4. Batuk kering secara
gastrointestinal (mis terus menerus
: diare berair) 5. Hilangnya kendali
4. Pada rektum dan otot dan reflex
anus di temukan 6. Pendarahan pada
fisural , abses kulit ,mulut, hidung,
perianal , dan fistel anus, atau vagina
5. Penurunan berat ,tanpa penyebab
badan yang pasti
AIDS,HIV,Homoseksual/heteroseksual/transfu
se darah/penyalagunaan obat obatan,
Menyerang kelenjar limfe,limpa,sumsung
tulang,
Infeksi sel T,makrofag, dan sel dendritic,
mengikat protein perifer CD4,
menginfeksi sel imun,Resiko tinggi infeksi dan
Intoleransi aktivitas
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian  Diagnosa
a) Identitas, meliputi : nama, umur, tempat dan 1. Risiko tinggi infeksi
tanggal lahir 2. Kekurangan volume
b) Riwayat Test HIV: positif, riwayat perilaku cairan
beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan 3. Pola nafas tidak efektif
c) Penampilan umum: Pucat, kelaparan 4. Perubahan
d) Gejala subyektif : Demam kronik dengan atau nutrisi:Kurang dari
tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kebutuhan tubuh
kali, lemah, lelah, anoreksia 5. Gangguan integritas
kulit

 Evaluasi
 Intervensi
1. Mencapai masa kesembuhan
1. Pantau TTV termasuk suhu
luka/lesi
2. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan
2. Mengidentifikasi dalam
3. Periksa membrane mukosa oral terhadap
perilaku yang mengurangi
bercak putih/lesi
risiko infeksi
4. Periksa adanya luka/lokasi alat invansi
3. Tidak demam dan bebas
5. Berikan antibiotik anti jamur/agen
dari skresi purulen dan
antimikroba
tanda-tanda lain dari kondisi
infeksi

Anda mungkin juga menyukai