• Sonya Karenina
• Jana Magdalena
• Nur Zulfahmi
• Arthya
• Sari Lamtaruli
• Cindy Alicia
• Frans Bestari
• Ririn Srikiranty
• Ratih Wulandari
Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit atau
(epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Penyebab dermatitis berasal dari luar (eksogen)
misalnya bahan kimia, fisik (contoh: sinar),
mikroorganisme (bakteri, jamur); dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik.
Intervensi
1.Kaji lokasi kulit, ukuran lesi, bentuk, eritema, papul, Evaluasi
vesikel. 1.Tidak ada lesi baru yang
2.Meningkatkan integritas kulit dengan menghindari dari timbul
cubitan dan garukan 2.Mempertahankan kulit
3.Beri perawatan kulit ( cuci area kemerahan dengan lembut agar selalu dalam keadaan
menggunakan sabun ringan, bilaslah seluruh area kulit ) lunak
4.Beri motivasi agar pasien tidak kontak dengan bahan
3.Mempertahankan kulit
iritan
5.Beri pelembab pada kulit yang mengalami kekeringan agar tidak terjadi
6.Kolaborasi dalam pemberian terapi kekeringan
SLE
(Systemic lupus erythematosus)
Systemic Lupus Eritematosus (SLE) merupakan
suatu kegagalan tolerasi imun diri sendiri.kegagalan
ini menghasilkan produksi berbagai auto- antibody
terhadap berbagai jenis komponen jaringan ;
karenanya, penyakit ini termasuk penyakit
autoimun.
Faktor genetik.
Terdapat lebih dari 100 lokus gen yang berhubungan dengan kerentanan seseorang
mengalami SLE.
Hormon. Sembilan dari sepuluh penderita lupus adalah wanita. Wanita
menghasilkan hormon estrogen lebih banyak dibanding pria. Estrogen diketahui
sebagai hormon yang memperkuat sistem kekebalan tubuh (immunoenhancing),
yang artinya wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding
dengan pria. Untuk alasan ini, wanita lebih mudah terserang penyakit autoimun
bila dibandingkan dengan pria.
Lingkungan. Berbagai macam faktor lingkungan yang diduga dapat memicu
timbulnya lupus antara lain infeksi bakteri dan virus (salah satunya virus Epstein
Barr), stres, paparan sinar matahari (ultraviolet), merokok, serta beberapa zat kimia
seperti merkuri dan silika.
• Nyeri sendi
• Sendi bengkak
• Mulut atau hidung mengalami luka yang tak
kunjung sembuh berhari-hari hingga berbulan-
bulan.
• Di dalam urin terdapat darah atau bahkan protein
(proteinuria)
• Terdapat ruam-ruam di berbagai permukaan kulit
• Rambut rontok
• Demam
• Kejang-kejang
• Dada sakit dan sulit bernapas akibat peradangan
pada paru-paru.
b. Kulit
anoreksia efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
Evaluasi
Intervensi
1. Mencapai masa kesembuhan
1. Pantau TTV termasuk suhu
luka/lesi
2. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan
2. Mengidentifikasi dalam
3. Periksa membrane mukosa oral terhadap
perilaku yang mengurangi
bercak putih/lesi
risiko infeksi
4. Periksa adanya luka/lokasi alat invansi
3. Tidak demam dan bebas
5. Berikan antibiotik anti jamur/agen
dari skresi purulen dan
antimikroba
tanda-tanda lain dari kondisi
infeksi