Anda di halaman 1dari 31

HIPERSENSITIVITAS

KEL 4 CEMPUT
Tutor : dr. Rusdi Effendi, SpKj
Bagus Achmad Yusuf Wirajaya 20210710100119
Dewa Anggoro Notodiputro 20210710100121
Dinda Arifah Aura Zakia 20210710100122
Ghina Septya Farha 20210710100127
Anggota Iin Wulandari 20210710100129
Muh. Arrafiu 20210710100134
Muhammad Faizi Agung 20210710100135
Mutmainna Haris 20210710100138
Namyra Yvonne Wahyuni 20210710100142
Salzabilla Diva Husna 20210710100146
skenario 2
Anak laki – laki 9 tahun dibawa ke unit gawat darurat dengan keluhan
kesulitan bernapas. Keluhan disertai kulit kemerahan hampir di seluruh
tubuh. Pasien merasa gatal di seluruh tubuh. Pasien juga mengeluh lemas,
pandangan kabur dan mual. Keluhan terjadi sesaat ketika pasien
berenang di laut bersama keluarga. Saat itu cuaca panas namun air laut
terasa dingin. Pasien mempunyai riwayat alergi debu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan kulit bengkak kemerahan di area dada, perut, punggung,
lengan dan kaki. Konjungtiva kemerahan, palpebra oedem. Mukosa mulut
dan bibir oedem.
Klarifikasi Identifikasi
Konsep Masalah
1. Anak laki-laki 9 tahun di bawa ke UGD karena kesulitan
Konjungtiva : membrane halus yang melapisi
bernapas
kelopak mata dan menutupi bola mata (kamus
2. Kulit kemerahan dan terasa gatal di seluruh tubuh
Dorland)
pasien
Palpebra : salah satu dari 2 lipatan kulit yang
3. Pasien mengeluh lemas, pandangan kabur, dan mual
dapat di gerakkan untuk melindungi permukaan
4. Pasien memiliki Riwayat alergi debu
anterior bola mata (kamus Dorland)
Mukosa : membrane mucus yang melapisi 5. Keluhan setelah berenang di air laut dingin

berbagai struktur tubuler (kamus Dorland) 6. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kemerahan,

Edema : pembengkakan jaringan akibat cairan bengkak kemerahan di area dada, perut, punggung,

interstitium (kamus Dorland) lengan, dan kaki. Konjungtiva kemerahan, palpebra


oedem. Mukosa mulut dan bibir oedem
- M I N D M A P P I N G -
- P E T A K O N S E P -
Tujuan Pembelajaran
1. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi, histologi, dan fisiologi Kulit
2. Mampu memahami dan menjelaskan reaksi imunologi pada kulit
3. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian dari Hipersensitivitas
4. Mampu memahami dan menjelaskan jenis reaksi hipersensitivitas dan patofisiologi
5. Mampu memahami dan menjelaskan patomekanisme reaksi anafilaksis
6. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis anafilaksis
7. Mampu memahami dan menjelaskan alur diagnosis pada scenario.
8. Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan penyakit kelainan

hipersensitivitas pada kulit


9. Mampu memahami dan menjelaskan tindakan pencegahan penyakit dengan

kelainan hipersensitivitas.
10. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi, pencetus, dan komplikasi penyakit

hipersensitivitas
11. Mampu memahami dan menjelaskan Konsep AIK terkait Skenario
Histologi Anatomy & Fisiologi
Anatomy kulit terdiri dari :
Epidermis
Lapisan basal atau
stratum
germinativum
Lapisan malphigi
atau stratum
spinosum
Lapisan granular
Lapisan tanduk
Dermis. Tempat turunan epidermis berupa folikel rambut
dan kelenjar
Jaringan Subkutan. Lapisan subkutan yang terdiri atas
jaringan ikat longgar
Pembuluh & Reseptor Sensorik Kulit
Rambut. Struktur berkeratin panjanng yang berasal dari
invaginasi epitel epidermis
Kuku. Lempeng keratin yang keras dan fleksibel
Kelenjar Kulit. Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
Anthony, Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Histologi Anatomy & Fisiologi

A B C

D E
Anthony, Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Histologi Anatomy & Fisiologi

F G

H I J K
Anthony, Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Histologi Anatomy & Fisiologi
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam Fungsi spesifik kulit
untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan : terbagi menjadi sejumlah
Pelindung. Membatasi Penyerap. Kulit dapat kategori umum :
masuknya benda-benda menyerap bahan- Protektif
dari luar dan keluarnya bahan tertentu seperti Sensorik
cairan berlebihan gas dan zat yang larut Termoregulatorik
Pengatur Suhu. Di waktu dalam lemak, tetapi air Metabolik
suhu dingin, peredaran dan elektrolit sukar Sinyal kuat
darah di kulit berkurang, masuk melalui kulit
pada waktu suhu panas, Indera perasa. Terjadi
peredaran darah di kulit karena rangsangan
meningkat, guna terhadap saraf sensoris
mempertahankan suhu dalam kulit
badan
Fungsi pergetahan.
membuat kulit menjadi
lentur
Harahap. Ilmu Penyakit Kulit
Anthony, Histologi Dasar Junqueira Edisi 12
Reaksi imunologi pada kulit
kulit merupakan bagian yang banyak memperdalam
immunologi karena penyakit kulit banyak yang
mempunyai gejala inflamasi dengan kelainan imun
seperti penyakit psoriasis, dermatitis atopic, numularis,
kontak ataupun dermatitis lainnya. Penyakit akibat
erupsi obat juga merupakan reaksi imunologi sehingga
kita perlu memahami dasar ilmu tersebut agar dapat
mengatasintya. Kulit yang rusak akibat masuknya
bakteri, virus, parasit , benda asing ataupun truma akan
memicu suatu reaksi inflamasi.
Robbin, Contran. Tissue renewal, repair, and regeneration. Pathologic basic of diseases. 8th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.
2010.
Reaksi imunologi pada kulit
Inflamasi yang terus menerus atau kronis maka akan
menyebabkan granuloma seperti banyak penyakit kulit yang
terlihat secara klinis bentuk benjolan atau nodus. Penyakit
yang gatal dan digaruk terus menerus maka terjadi
inflamasi yang kronis maka akan terlihat kulit tebal dan
akhirnya menjadi granuloma. kulit adalah bagian yang
paling banyak menggunakan steroid untuk mengobati
penyakitnya, dikarenakan penyakit kulit umumnya
berwujud inflamasi dan gatal dengan dasar kelainan
imunologis.
Robbin, Contran. Tissue renewal, repair, and regeneration. Pathologic basic of diseases. 8th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.
2010.
PENGERTIAN Hipersensitivitas
Hipersensivitas adalah refleksi dari respon imun yang berlebihan. Reaksi
hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang menimbulkan cedera jaringan atau patologik.
Reaksi hipersensivitas dapat terjadi antigen asing (mikroba dan antigen lingkungan non
infeksius) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan, khususnya bila reaksinya
berulang dan tidak terkontrol, respon imun dapat bekerja langsung terhadap antigen diri
sendiri (autolog) akibat kegagalan toleransi diri (self-tolerance)l

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan Sistem Imun. Edisi 5, ELSEVIER
Etiologi, Pencetus dan Komplikasi
Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas dapat bersifat idiopatik atau diakibatkan oleh berbagai zat dan keadaan. Ada
yang berupa antigen seperti protein (serum, hormon, enzim, bisa binatang, makanan, dan sebagainya)
atau polisakarida, juga ada yang berupa hapten yang nanti bertindak sebagai antigen apabila berikatan
dengan protein (antibiotik, anastesi lokal, analgetik, zat kontras, dan lain-lain). Antigen tersebut dapat
masuk ke dalam tubuh melalui oral, suntikan/sengatan, inhalasi, atau topikal.
Baratawidjaja Karnen Garna. Reaksi Hipersensitivitas. 2014. Imunologi dasar edisi ke 11. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ada 3 faktor yang berperan dalam hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe I


/alergi: • Dikenal sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilatik

1. Faktor internal • Reaksi in berhubungan dengan kulit, mata nasofaring, jaringan bronko
a. Imaturitas usus secara fungsional pulmonari dan saluran gastrointestinal
b. Genetik berperan dalam alergi makanan Hipersensitivitas Tipe II
c. Mukosa dinding saluran cerna belum matang • Diakibatkan oleh antibodi berupa Imunoglobulin G (IgG) dan
2. Faktor eksternal Imunoglobulin E (IgE)
a. Faktor pencetus Hipersensitivitas Tipe III
b. makanan yang dapat memberikan reaksi alergi • Merupakan kompleks imun
3. Faktor resiko • Disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang
kecil dan terlarut dalam jaringan
a. Riwayat keluarga
b. Riwayat alergi makanan masalalu
Hipersensitivitas Tipe IV
c. Usia • Dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantai selatau tipe lambat
d. Alergi hal lain (delayed - type)

Abbas,A.K., Lichtman, A.H., dan Pillai, S., 2020, Immunologi Dasar: Fungsi dan Kelainan Sistem Imun, 6th edition, Elsevier, Philadelphia
Buku Ajar Patologi Dasar Robbin Ed10
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya reaksi hipersensitivitas adalah:
1. Riwayat keluarga.
2. Riwayat atopi.
3. Sifat alergen.
4. Alur pemberian obat.
5. Kesinambungan (constancy) paparan allergen.
6. Pemberian imunoterapi berupa injeksi ekstrak alergen pada penderita yang penyakit alerginya
sedang tidak terkendali

Komplikasi
Hipersensitivitas, terutama tipe I, dapat menyebabkan syok anafilaktik yang bisa mengancam nyawa.
Selain itu, dapat juga mendorong terjadinya asma, eksim, infeksi telinga atau paru-paru, sinusitis, nasal
polip, dan migrain.

Baratawidjaja Karnen Garna. Reaksi Hipersensitivitas. 2014. Imunologi dasar edisi ke 11. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jenis jenis Hipersensitivitas

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan Sistem Imun. Edisi 5, ELSEVIER
Jenis jenis Hipersensitivitas

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan Sistem Imun. Edisi 5, ELSEVIER
Patomekanisme anafilaksis
Anafilaksis (Hipersensitivitas Tipe 1 ) timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen
diperantarai interaksi antara antigen dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan terjadinya
pelepasan mediator inflamasi

1 Fase Sensitisasi
waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit
dan basofil

2 Fase Aktivasi
waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan
antigen yang sama.

3 Fase Efektor
waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)
Sumber : Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology,
sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast Recognition and Treatment, Medscape,
dengan aktivitas farmakologik.
Manifestasi klinis anafilaksis
1 Awitan yang cepat (dalam beberapa menit) timbulnya gejala klinis yang melibatkan kelainan kulit,

jaringan mukosa, atau keduanya (bentol di seluruh tubuh, gatal, kemerahan (flushing), bengkak di

bibir, di lidah, di uvula)

Dua atau lebih klinis dibawah ini, dan terjadi segera (beberapa menit sampai jam) setelah terpapar

2 alergen pencetus
Segera terjadi kelainan kulit atau mukosa dengan klinis berupa di seluruh tubuh, gatal,

kemerahan, bengkak di bibir, di lidah, di uvula


Segera terjadi penurunan tekanan darah atau disfungsi organ akhir dengan gejala pingsan,

inkontinensia
Segera terjadi klinis gastrointestinal berupa kram perut, mual, muntah, dan diare

3 Penurunan tekanan darah segera (beberapa menit sampai jam) setelah terpapar alergen pencetus
Bayi /anak2 terjadi penurunan tekanan darah (sesuai umur) atau apabila terjadi penurunan
tekanan sistolik sebesar 30% Dewasa, tekanan sistolik kurang dari 90 mm Hg atau tekanan darah
turun 30% dari tekanan normal sehari-hari (base line).

Sumber : EIMED PAPDI 2 | Kegawat Daruratan Penyakit Dalam. Hal. 399


Gambaran klinis

DD

1.Anafilaksis
2.Dermatitis kontak
3.Dermatitis atopik

Yang paling memungkinkan : Anafilaksis

Sumber :
1. Setyohadi, Bambang, dkk. 2019. Kegawatdaruratan peyakit dalam buku 2. Jakarta: InternaPublishing
2. Menaidi, S.L. 2015. Ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI
Alur diagnosis

1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang

Identitas : Laki-laki 9 Tahun Pemeriksaan tanda vital 1. tes jumlah leukosit


Keluhan utama : Sulit bernaps 1.Suhu tubuh pasien : - 2. serum IgE total
RPS/Keluhan tambahan : Kulit 2.Frekuensi napas : - 3. igE spesifik
kemerahan, gatal hampir di seluruh 3.Frekuensi nadi : - 4. Serum tryptase
tubuh, lemas pandangan kabur, 4.Tekanan darah : - 5. patch test
mual 6. prick test
Inspeksi
Riwayat penyakit dahulu : - Kulit bengkak kemerahan di area dada,
Riwayat penyakit keluarga : - perut punggung, lengan, dan kaki
Riwayat alergi : alergi debu konjungtiva kemerahan
Riwayat psikososial : - palpebra oedem
Mukosa mulut dan bibir oedem
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan fisik Anafilaksis

Kesan sakit : Dilihat apakah sakitnya ringan,sedang,berat


Kesadaran : Melihat kesadaran paisen
Berat badan : Mengecek berat badan pasien
Nadi : Mengecek nadi pasien, normalnya untuk anak usia 1-10 tahun 70-120 kali per menit
Respirasi : Normalnya untuk anak usia sekolah sekitar 6-12 tahun sekitar 18-30 napas per menit
Tekanan darah : Mengecek tekanan darah pasien, tekanan darah normal untuk anak berkisar antara 95-105 mmHg sistolik dan 60-70 mmHg diastolik
Temperatur aksila : Mengecek suhu, normalnya berkisar 36,5-37 derajat Celcius
Mata : Apakah ada anemis, ikterus, refleks pupil, isokor, Pada pasien ditemukan adanya edema palpebra, dan ditemukannya konjungtiva kemerahan

THT Pulmo
Telinga : Ada tidaknya sekret Inspeksi : simetris atau tidak
Hidung : Sekret ,kemerahan Palpasi : vokal fremitus (N/N)
Tenggorokan : Tonsil hiperemis , faring hiperemis Perkusi : apakah ada suara napas tambahan,contohnya sonor
Leher : Ada tidaknya pembesaran KGB
Mulut : Ada tidakya edema bibir,pada pasien didapatkan adanya edema Abdomen
pada mukosa mulut dan bibir Inspeksi : Adanya distensi atau tidak
Auskultasi : Bising usus normal
Thoraks Palpasi : Nyeri tekan , Perabaan hepar, perabaan lien ,
Inspeksi : Ada tidaknya pulsasi iktus kordis Perkusi : Apakah ditemukan suara napas tambahan misalnya Timpani
Palpasi : Teraba ada tidaknya iktus kordis
Perkusi & Auskultasi Ekstremitas : Hangat, edema &kemerahan

Sumber : Heryanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Alergi Imunologi Klinik. Edisi Kelima
Tatalaksana
Tatalaksana
Syok Anafilaksis
Terapi segera terhadap reaksi yang berat
Lakukan resusitasi ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Adrenalin sangat bermanfaat dalam mengobati anafilaksis
> 5 tahun, 0,5 ml dengan pengenceran 1 : 1000

Penatalaksanaan Lanjut
Berikan antihistamin. H1 bloker misalnya klorfeniramin (10 mg IV) dan H2 bloker
ranitidin (50 mg IV lambat) atau simetidin (200 mg IV lambat).
Kortikosteroid. Berikan hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100 – 200 mg 4 sampai
6 jam. Steroid memakan waktu beberapa jam untuk mulai bekerja.
Pindahkan pasien di tempat yang perawatannya yang lebih baik (misalnya unit
perawatan intensif, ICU) untuk observasi dan terapi lebih lanjut.

sumber : Penatalaksanaan Syok Anafilaksis, Syamsul H.Salam Fakultas Kedokteran Unhas/RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Tatalaksana
Dermatitis Atopik
1. Terapi Sistemik
a. Antihistamin
b. Kortikosteroid Sistemik
2. Terapi Topikal
a. Kortikosteroid
b. Pelembab
c. Obat Penghambat Kalsine
3. Edukasi
a. Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinis.
b. Menjauhi alergen pencetus.
c. Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan
pakaian dari wol.

Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi-7


Tatalaksana
Dermatitis Kontak Iritan
1. Menghindari bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik,
fisis maupun kimiawi.
2. Untuk mengatasi peradangan dapat diberikan Kortikosteroid Topikal
(Hidrokortison)

Dermatitis Kontak Alergik


1. Sistemik
a. Kortikosteroid, misalnya pemberian Prednison 30 mg/hari.
2. Topikal
a. Kompres dengan larutan garam faal atau larutan asam salisilat 1:1000
b. Pemberian kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus)
secara topikal.
3. Edukasi
a. Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab
tindakan pencegahan penyakit dengan
kelainan hipersensitivitas.
1. Sebelum memberikan obat kepada pasien, dokter harus mencatat secara teliti adanya riwayat
atopi, riwayat alergi sebelumnya, jenis obat yang menimbulkan reaksi alergi, manifestasi alergi
yang terjadi, jenis obat yang sedang digunakan saat ini.
2. Pada pasien denga riwayat alergi, pemberian obat harus dberikan secara hati-hati, jika
memungkinkan lebih baik diberikan obat secara oral.
3. Hindari uji paparan alergen yang mengandung makanan dan obat-obatan atau pemberian vaksin
imunoterapi.
4. Tes diagnostic atau pengobatan semacam itu sebaiknya dilakukan oleh dokter ahli bidang alergi-
imunologi.
5. Pada penderita yang sensitif terhadap media kontras radiografis diperlukan langkah-langkah
profilaksis dan pemilihan media kontras radiografis dengan osmolalitas rendah.

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan Sistem Imun. Edisi 5, ELSEVIER
Konsep AIK
ketentuan beribadah orang yang memiliki alergi :

"Jika aku larang kalian tentang sesuatu, maka jauhilah. Jika aku perintahkan
kalian terhadap sebuah perkara, maka laksanakanlah semampu kalian." (HR.
Bukhari, no. 6858 dan Muslim, no. 1337)
‫َف َت َي َّم ُم وا َص ِع يَد ًا َط ِّيَبًا‬
Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan sho’id yang“
.)baik (suci).” (QS. Al Maidah: 6

”Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid (tempat shalat) dan untuk bersuci.”
(HR. Bukhari no. 438)
Thank You
For
Attending!
Use this space for final announcements or
ways students can approach you if ever
they have questions.
Free
Icon
Resource
s
Use these free recolorable
icons and illustrations in
your Canva design

Anda mungkin juga menyukai