Anda di halaman 1dari 9

Bagian Ilmu penyakit kulit dan kelamin

FKIK Universitas Tadulako


RSUD Undata Palu
REFLEKSI KASUS
September 2016

FIXED DRUG ERUPTION

Disusun oleh :

Sitti Hajar, S.Ked (N 111 16 006)

Pembimbing Klinik : dr. Nur Hidayat, Sp.KK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KKESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Sitti Hajar
No. Stambuk : N 111 16 006
Fakultas : Kedokteran
Program studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Tadulako
Judul refleksi kasus : Fixed Drug Eruption
Bagian : Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

Palu, September 2016

Pembimbing Mahasiswa

dr. Nur Hidayat, Sp.KK Sitti Hajar, S.Ked

STASUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

2
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Tn. KL
2. Umur : 35 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : PNS
6. Tanggal pemeriksaan : 23 september 2016
7. Ruangan : Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
1. Keluahan Utama :
Bercak kemerahan pada kaki dan paha kanan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata Palu
dengan keluhan Bercak kemerahan pada kaki dan paha kanan sejak 1
hari yang lalu. Awalnya pasien mengeluhkan bercak kemerahan yang
berukuran kecil terasa gatal dan nyeri pada daerah tersebut, namun lama-
kelamaan bercak membesar dan rasa gatal dan nyeri sudah tidak
dirasakan lagi saat ini. Pasien mengaku sering bepergian keluar kota dan
mengonsumsi obat antimo, dan 3 hari yang lalu mengonsumsi obat
supertetra untuk mengatasi bengkak yang dirasakan di sekitar mata kiri
yang dikeluhkan setelah menjalani operasi mata. Pasien sedang
menjalani pengobatan terhadap infeksi kulit yang diderita.

3. Riwayat penyakit dahulu:


Keluhan yang dialami pasien sudah berulang-ulang pada daerah
yang sama sejak 7 tahun yang lalu keluhan bersifat hilang timbul dan
biasanya keluhan hilang sekitar 1 minggu. Pasien menyangkal adanya

3
riwayat alergi makanan/obat, tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit
gula (DM).
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa seperti
pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status generalis :
Keadaan Umum : sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Status Gizi : Baik
b. Vital Sign :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Respirasi : tidak dilakukan pengukuran
Suhu : tidak dilakukan pengukuran
c. Status dermatologis :
1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Inguinal : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Bokong : tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Ekstremitas atas: tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
10. Ekstremitas bawah : pada regio femoris et pedis dextra tampak
makula eritematosa berukuran plakat berbatas tegas.

d. Gambar

4
Gambar 1. Pedis dextra.

IV. RESUME
Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Undata palu dengan bercak kemerahan pada paha dan kaki
kanan sejak 1 hari yang lalu, keluhan sudah dialami berulang-ulang ditempat
yang sama sejak 7 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan makula eritematosa berukuran
plakat berbatas tegas pada regio femoris et pedis dextra

V. DIAGNOSA KERJA
- Fixed Drug Eruption
VI. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Tes provokasi oral
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Erisipelas
- Post-Inflammatory Hiperpigmentasi (PIH)

5
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa
- Menghentikan penggunaan obat yang dapat menyebabkan reaksi
alergi
- menghindari obat yang mempunyai struktur kimia mirip dengan obat
penyebab (satu golongan).
b. Medikamentosa
Sistemik : metilprednisolon 4 mg 3x1
Citirizine 10 mg 1x1
Topikal : desoxymetason cream 2x1

IX. PROGNOSIS
1. Qua ad vitam : ad bonam
2. Qua ad functionam : ad bonam
3. Qua ad sanationam : ad bonam
4. Qua ad cosmetica : ad bonam

6
PEMBAHASAN
FDE merupakan salah satu erupsi kulit yang sering di jumpai, lesi berupa
makula atau plak eritema-keunguan dan kadang disertai dengn vesikel atau bulla
pada bagian tengah lesi sehingga sering menyerupai eritem multiforme. Predileksi
tersering didaerah bibir, tangan dan genitalia. Kemudian meninggalkan bercak
hiperpigmentasi yang lama hilang, bahkan sering menetap. Ciri khas pada FDE
adalah berulang pada predileksi yang sama setelah pajanan obat penyebab.[1]
Banyak obat yang dilaporkan dapat menyebabkan FDE. Yang paling sering
dilaporkan adalah phenolpthalein, barbiturate, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik
pyrazolone dan obat anti inflamasi non steroid.[2]
Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik atau
non imunologik. Yang dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap obat
yang terjadi melalui mekanisme imunologik. Hal ini terjadi pada pemberian obat
kepada pasien yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat
tersebut.disebabkan oleh berat molekulnya yang rendah, biasanya obat itu
berperan pada mulanya sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten. Obat atau
metaboliknya yang berupa hapten, harus berkombinasi terlebih dahulu dengan
protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk
membentuk kompleks antigen yaitu kompleks hapten protein. Kekecualiannya
ialah obat-obat dengan berat molekul yang tinggi yang dapat berfungsi langsung
sebagai antigen yang lengkap.[3]
Fixed drug eruption termasuk dalam reaksi tipe III dengan adanya reaksi
kompleks antigen antibodi. Reaksi ini ditandai oleh pembentukan kompleks
antigen, antibodi (IgG dan IgM) dalam sirkulasi darah atau jaringan dan
mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepaskan
berbagai mediator di antaranya enzim-enzim yang dapat merusak jaringan.
Kompleks imun akan beredar dalam sirkulasi dan kemudian dideposit pada sel
sasaran.[4]
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
khas. Pemeriksaan penunjang yang merupakan baku emas adalah tes provokasi

7
oral, namun harus dibawah pengawasan petugas medis yang terlatih.
Penatalaksanaannya yang terutama adalah penghentian penggunaan obat yang
diduga mencetuskan FDE.[4]
Uji provokasi oral bertujuan untuk mencetuskan tanda dan gejala klinis yang
lebih ringan dengan pemberian obat dosis kecil biasanya dosis 1/10 dari obat
penyebab sudah cukup untuk memprovokasi reaksi dan provokasi biasanya
sudah muncul dalam beberapa jam. Karena resiko yang mungkin
ditimbulkannya maka uji ini harus dilakukan dibawah pengawasan petugas medis
yang terlatih[5]
Diagnosis banding FDE di antaranya adalah erisipelas dan Post-
Inflammatory Hiperpigmentasi (PIH). Erisipelas adalah penyakit infeksi akut,
biasanya disebabkan oleh steptococcus B hemolyticus, gejala utamanya adalah
eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas, pinggirnya meninggi dengan
tandatanda radang akut dapat disertai edemaa, vesikel dan bulla, terdapat
leukositosis serta disertai gejala konstitusi berupa demam, malaise. Lapisaan kulit
yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena
itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah.[1]
Post-Inflammatory Hiperpigmentasi (PIH) adalah masalah yang sering
dihadapi dan merupakan gejala sisa dari gangguan kulit serta berbagai intervensi
terapeutik. Distribusi dari lesi hipermelanotik tergantung pada lokasi inflamasi
dermatosis asli. Warna lesi berkisar dari cahaya coklat sampai hitam, dengan
penampilan cokelat lebih ringan jika pigmen berada dalam epidermis dan
penampilan yang lebih gelap abu-abu jika lesi mengandung melanin kulit.[6]
Prognosis umumnya baik. Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan
menyembuh jika obat penyebabnya dapat diketahui dan disingkirkan. Apabila
obat tersangka penyebab telah dapat dipastikan maka sebaiknya kepada
penderita diberikan catatan, berupa kartu kecil yang memuat jenis obat tersebut
serta golongannya. Kartu tersebut dapat ditunjukkan bilamana diperlukan
(misalnya apabila penderita berobat), sehingga dapat dicegah pajanan ulang yang
memungkinkan terulangnya FDE.[4]

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaidi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2015.
2. Partogi D. Fixed Drug Eruption. 2008 [cited 2016 sept 25]. Available
from: Universitas Sumatra Utara, Web site:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3411/1/08E00858.pdf
3. Butler DF, Ilse JR, Schwartz RA. Fixed Drug Eruptions. 2012 Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1336702-overview
4. Hamzah M. Erupsi Obat Alergik Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
2008; 1548.
5. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Cutaneus
Reactions To Drugs. In: Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapiro L,
eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2007.p.454-5.
6. Schwartz RA, Kihiczak NI, Hantash BM. Postinflammatory
Hyperpigmentation. [homepage on the Internet]. 2013 [cited 2014 Mar
15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1069191-
clinical#a0217

Anda mungkin juga menyukai