Anda di halaman 1dari 14

Refleksi Kasus Agustus 2023

Karbunkel

Disusun Oleh:

WAHYU
N 111 22 152

Pembimbing Klinik
dr. Asrawati Sofyan , Sp.KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
TADULAKO PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Wahyu
Stambuk : N 111 22 152
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Judul : Karbunkel

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan


Kelamin RSUD UNDATA Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Agustus 2023


Mengetahui

Pembimbing Klinik dokter Muda

dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK, M.Kes Wahyu, S.Ked


STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. N
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Jl. Tinggede
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS

Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari


2023
Ruangan : Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD UNDATA

2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Terdapat tampakan benjolan berisi nanah pada regio tungkai sebelah kiri

2. Riwayat penyakit sekarang

Seorang pasien laki – laki berusia 74 tahun datang ke poliklinik


rumah sakit UNDATA dengan keluhan gatal pada daerah tungkai bawah
yang dirasakan cukup mengganggu. Gatal dirasakan kurang lebih sejak
beberapa bulan yang lalu. Awalnya hanya seperti bintik merah dibagian
ekstremitas bawah, namun semakin digaruk bintik merahnya pecah dan
membesar,dan akhirnya menjadi abses. Menurut keterangan pasien tidak
ada Riwayat alergi terhadap makanan serta tidak ada Riwayat digigit
serangga, akan tetapi pernah memiliki Riwayat penyakit kulit cutaneus
larva migrans 5 tahun yang lalu. Pasien sudah beberapa kali mencoba
mengobati lesi dengan menggunakan salep hitam, namun pasien tidak
mengalami adanya perbaikan. Keluhan lain seperti demam, muntah dan
nyeri kepala disangkal. Gatal jika stress pada pasien juga disangkal, akan
tetapi pasien dikarenakan merupakan seorang pensiunan PNS aktivitas
sehari-hari sering berladang

3. Riwayat penyakit dahulu: :

Diabetes Melitus (+), Riwayat alergi (-), Riwayat Hipertensi (-)

4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang mengalami hal serupa


Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
o Keadaan Umum : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Status Gizi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Kesadaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Tanda- Tanda Vital
o Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Respirasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Status Dermatologis/ Venerologis
o Effloresensi
a. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan
b. Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan
c. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan
d. Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan
e. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan
f. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan
g. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan
h. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan
i. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan
j. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan
k. Ekstremitas Bawah : pada regio cruris anterior dextra
tampak pustula eritematosa disertai eksoriasi lesi
tunggal berukuran plakat dan berbatas tegas

o Gambar

Gambar 1
Ujud Kelainan Kulit Pasien

Regio Cruris Anterior dextra tampak pustula eritematosa disertai eksoriasi lesi
tunggal berukuran plakat dan berbatas tegas

o RESUME :
Seorang pasien laki – laki berusia 65 tahun datang
ke poliklinik rumah sakit UNDATA keluhan gatal pada daerah
tungkai bawah yang dirasakan cukup mengganggu. Gatal
dirasakan kurang lebih sejak beberapa bulan yang lalu.
Awalnya hanya seperti bintik merah dibagian ekstremitas
bawah, namun semakin digaruk bintik merahnya pecah dan
membesar,dan akhirnya menjadi abses.di area tungkai bawah,
Nyeri (-), Hipertensi (-), DM (+)

Pada Pemeriksaan Dermatologis didapatkan ujud


kelainan kulit pada daerah Ekstremitas bawah terdapat tampak
pustula eritematosa disertai eksoriasi lesi tunggal berukuran
plakat dan berbatas tegas

5. Diagnosis Kerja
 Karbunkel
6. Diagnosis Banding
 Sporotrikosis
 Blastomikosis

7. Anjuran pemeriksaan penunjang


 Pemeriksaan bakteriologik secret lesi

8. Penatalaksanaan
Non- Medikamentosa
 Usaha untuk mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas,DM dan
hiperhidrosis
 Menjaga kebersihan dan mencegah luka-luka kulit
Medikamentosa
 Topical ; Asam fusidat 3x1 (Pemberian selama 7-10 hari)
 Sistemik ; Cefadroxil 500 mg 2x1
 Tindakan insisi dan drainase bila abses besar, nyeri dan fluktuasi

9. Prognosis
 Quo ad vitam : Ad Bonam
 Quo ad functionam : Ad Bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad Bonam
 Quo ad Cosmetikam : dubia a Bonam
10. Pembahasan
Seorang pasien laki – laki berusia 74 tahun datang ke poliklinik rumah
sakit UNDATA dengan keluhan gatal pada daerah tungkai bawah yang
dirasakan cukup mengganggu. Gatal dirasakan kurang lebih sejak beberapa
bulan yang lalu. Awalnya hanya seperti bintik merah dibagian ekstremitas
bawah, namun semakin digaruk bintik merahnya pecah dan membesar,dan
akhirnya menjadi abses. Menurut keterangan pasien tidak ada Riwayat alergi
terhadap makanan serta tidak ada Riwayat digigit serangga, akan tetapi
pernah memiliki Riwayat penyakit kulit cutaneus larva migrans 5 tahun yang
lalu. Pasien sudah beberapa kali mencoba mengobati lesi dengan
menggunakan salep hitam, namun pasien tidak mengalami adanya perbaikan.
Keluhan, pasien ini juga memiliki penyakit penyerta berupa diabetes melitus

Pada Pemeriksaan Dermatologis didapatkan ujud kelainan kulit pada


daerah Ekstremitas bawah terdapat tampak pustula eritematosa disertai
eksoriasi lesi tunggal berukuran plakat dan berbatas tegas. Karbunkel adalah
kelainan kulit gabungan kulit akibat beberapa furunkel yang dibatasi oleh
trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang pada.
Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status
imunologis penderita.

Karbunkel adalah pembengkakan besar yang menyakitkan dengan


banyak lubang keluarnya nanah dan gejala konstitusional termasuk demam
dan malaise. Mereka mempengaruhi lapisan jaringan lunak yang lebih dalam
dan dapat menyebabkan jaringan parut. Tanpa kontrol, bisul kadang-kadang
dapat menjadi rumit oleh infeksi kulit yang parah seperti selulitis atau
limfadenitis yang dikombinasikan dengan gejala konstitusional seperti
demam, kelelahan, dan kedinginan.

Bisul, juga dikenal sebagai furunkel, adalah infeksi bakteri yang


melibatkan jaringan perifolikular yang biasanya berasal dari folikulitis yang
sudah ada sebelumnya. Bisul muncul sebagai pembengkakan merah yang
menyakitkan di sekitar lubang folikel dan dapat berkembang menjadi abses.
dalam beberapa tulisan juga mengatakan karbunkel adalah furunkel yang
terhubung (infeksi folikel rambut) dengan banyak lubang pustular yang
disebabkan olehStafilokokus aureus (S.aureus).Kasus yang parah dapat
menyebabkan toksemia, sepsis, infeksi sistemik, atau bahkan kematian.
Pemberian balutan lokal dan antibiotik secara dini adalah pengobatan yang
umum. Insisi dan drainase adalah pendekatan bedah yang direkomendasikan
untuk lesi besar dan pembengkakan yang meradang. Namun, penyembuhan
dapat memakan waktu berminggu-minggu

Beberapa bisul dapat diobati dengan aplikasi panas lembab; orang lain
dengan selulitis atau demam di sekitarnya mungkin memerlukan pengobatan
dengan antibiotik sistemik. Antibiotik sistemik harus dilanjutkan sampai lesi
sembuh. Karbunkel adalah pembengkakan besar yang menyakitkan dengan
banyak lubang pengeluaran nanah dan gejala konstitusional termasuk demam
dan malaise. Mereka mempengaruhi lapisan jaringan lunak yang lebih dalam
dan dapat menyebabkan jaringan parut. Tanpa kontrol, bisul kadang-kadang
dapat menjadi rumit oleh infeksi kulit yang parah seperti selulitis atau
limfadenitis yang dikombinasikan dengan gejala konstitusional seperti
demam, kelelahan, dan kedinginan.

Untuk gejala biasa disertai keluhan nyeri, dengan kelainan berupa


nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengah terdapat pustule. Kemudian
melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lali memecah
membentuk fistel. Tempat predileksi ialah tempat yang banyak friksi,
misalnya area aksila dan bokong.

Kemudian secara epidemiologi karbunkel bisa terjadi pada laki-laki


dan perempuan Data epidemiologi menunjukkan banyak dijumpai pada
populasi dewasa, tetapi prevalensi dan insidensi sesungguhnya belum
diketahui dengan pasti. Namun, kasus infeksi kulit seperti karbunkel, adalah
kasus yang umum ditemukan pada praktik sehari-hari. Data epidemiologi
mengenai furunkel hidung di Indonesia belum tersedia. Namun,
prevalensinya mungkin cukup tinggi. Dugaan tersebut dibuat berdasarkan
pernyataan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI) bahwa salah satu penyebab tersering infeksi kulit dan jaringan
lunak di Indonesia adalah Staphylococcus aureus.

Untuk kondisi karbunkel ini menyerang area yang kaya akan folikel
rambut, seperti ketiak dan daerah gluteal, dengan pembentukan abses di
hipodermis. Folikel rambut adalah pintu gerbangnya S.aureus, mendukung
perkembangannya. Biasanya muncul sebagai nodul eritematosa, nyeri, dan
mengambang, dengan pustula di permukaan dan titik drainase.

abses pada dasarnya bersifat klinis, namun USG dapat menjadi


pelengkap yang berguna dalam kasus abses dimana fluktuasi tidak ada atau
sulit ditemukan.Jika memungkinkan, pengambilan sampel eksudat purulen
untuk kultur dan antibiogram harus dilakukan untuk memandu tindakan
dengan lebih baik.Secara definisi abses kulit adalah kumpulan nanah fokal
yang terletak di dermis dan hipodermis, yang biasanya muncul sebagai nodul
eritematosa yang nyeri, sering kali dikelilingi oleh pustula dan dengan batas
eritematosa-edema. Seringkali muncul gejala floating point atau tanda
drainase spontan. Pada tahap awal dan presentasi yang lebih dalam, mereka
mungkin tidak menunjukkan tanda fluktuasi klasik. Sehubungan dengan itu,
selulitis yang meluas secara radial dari fokus purulen dapat diamati.

Kemudian untuk melakukan pemeriksaan kulit dapat dilakukan


pemeriksaan lokalisasi pada area lesi sering pada tubuh yang berambut dan
mudah terkena iritasi, gesekan, atau tekanan; atau pada daerah yang lembap
seperti ketiak, bokong, punggung, leher, dan wajah, lalu efloresensi serta
sifat-sifatnya yang mana mula-mula berupa macula eritematosa lentikular-
numular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular-numular berbentuk
kerucut. Dalam satu minggu terjadi supurasi dan pus keluar melalui beberapa
muara folikel. Kemudian muara-muara ini bersatu dan terbentuklah nekrosis
sebagai jaringan mati berwarna kuning, yang jika dibuang akan terbentuk
cekungan seperti kawah. Lesi yang sembuh akan membentuk parut,
kemudian melakukan pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan bakteriologik
secret lesi

Untuk diagnosis banding dari karbunkel dalam beberapa referensi ada


beberapa dalam tulisan ini saya akan mencantumkan beberapa berdasarkan
etiologi, predileksi serta manifestasi klinis, berikut penjelasannya :

Diagnosis Banding Manifestasi Klinis Etiologi Patogenesis

Biasanya manifestasi Sporotrichosis Terdapat penularan


klinis sporotrikosis adalah infeksi sporotrikosis melalui
dibagi menjadi kulit dan subakut atau kronis lingkungan, yang
ekstrakutan, yang yang disebabkan biasanya terkait
pertama lebih sering oleh jamur dengan
terjadi, , lesi tampak termodimorfik dari aktivitas ,mengingat
papulonodular di mana genus bahwa infeksi
jamur masuk ke dalam tersebutSporatriks. biasanya disebabkan
kulit, muncul antara dua Ini adalah penyakit oleh inokulasi agen
hingga empat minggu kosmopolitan,Sporot pada kulit atau

Sporotrikosis setelah trauma. Setelah richosis adalah mukosa membran,


itu, lesi mungkin infeksi subakut atau karena trauma dengan
mengalami ulserasi, dan kronis yang bahan tanaman yang
menjadi fistula, disebabkan oleh terkontaminasi.
mengeluarkan cairan jamur termodimorfik Namun, beberapa
bernanah dari genus tersebut kasus penularan
Sporatriks. zoonosis kasus
penyebaran jamur
infektif yang terhirup
yang lebih jarang,
yang secara klinis
muncul sebagai
mikosis sistemik

Biasanya bermula Agen etiologi utama Blastomices, sebagai


sebagai lesi blastomikosis adalah jamur dimorfik
papulopustular. Blastomyces termal, tumbuh
Umumnya berkembang dermatitidis sebagai bentuk jamur
menjadi plak berkutil, kompleks spesies miselium berserabut
verukosa dengan (terdiri di lingkungan alami,

Blastomikosis pinggiran yang dariB.dermatitisdan mengalami transisi


menumpuk atau, yang yang lebih baru fase menjadi bentuk
lebih jarang, lesi dengan dijelaskan ragi patogen di
ulserasi sentral, abses, Blastomyces lingkungan yang lebih
atau nodul berwarna gilchristii) Dan hangat, seperti tubuh
ungu Blastomyces helikus manusia (atau
mamalia lain), yang
mampu menghindari
kekebalan tubuh
inang. pertahanan
untuk menyebabkan
infeksi paru dan
diseminata, sedangkan
Kulit adalah tempat
tersering terjadinya
blastomikosis
ekstrapulmonal,
biasanya bermula
sebagai lesi
papulopustular.

Sedangkan untuk pengobatan dapat dilakukan apabila tingkat keparahan tidak terlalu
parah cukup dengan antibiotik topikal. Jika banyak digabung dengan antibiotik sistemik.
Kalau berulang-ulang mendapat furunkulosis atau karbunkel, cari faktor predisposisi,
misalnya diabetes melitus.dalam tulisan lain juga menyebutkan Bila lesi sedikit, cukup
diberi antibiotik topikal, misalnya salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap
basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional, dapat diberi antibiotik sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin 30-50
mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis.

Adapun dalam tulisan lain penangangannya hamper seperti diatas yaitu Topikal
(antibiotik salep/krim seperti Basitrasin, Neomisin, Mupirosin, Asam fusidat 2-3 kali sehari
selama 7-10 hari), Sistemik (antibiotik oral seperti Amoksisilin 3x500 mg/hari, Sefadroksil
2x500 mg/hari) serta jika terdapat pus/nanah: kompres terbuka 30-60 menit dengan
Permanganas kalikus 1/5000, Asam salisilat 0,1%, Rivanol 1%, larutan Povidone iodine 1%
diberikan 3 kali sehari selama keadaan aku
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar,R.S. Saripati Penyakit kulit.IKAPI 2006

2. Menaldi.S.L.., Bramono. K., Indriatmi.W., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin :


Edisi ketujuh cetakan kedua. Jakarta : FKUI. 2016

3. Tan ST, Pratiwi YI, Chandra CC, Elizabeth J. Buku Edukasi Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta : IKAPI. 2021

4. Nasution, B.A., et al. Furunkel dan Karbunkel . Etiologi, manifestasi klinis


serta Tatalaksana. Jurnal Medika Malahayati. Vol 7(2). 2022

5. Zhang,L.C., et al. satisfactory response of a back carbuncle to 5-aminolevulinic


acid (ALA) photodynamic therapy: A case report. Elsevier . 2020; 28:42-45

6. Costa, T.R. Sporotrichosis : an Update on epidemiology, ethiphatogenesis and


clinical therapeutics. Medical Education. An Bras Dermatol. 2017;92(5)

7. Junianto., et al . Pathology Of cutaneus blastomycosis in a cat. Veterinary


Letters. 2020.4(1);3-4

8. Fullen, F.M., Alpern,J.D., Bahr.C.N. Blastomycosis; some Progress but still


much to learn. Journal of Fungi. 2022, 8;824

9. Marques, et al. Severe Bacterial Skin Infections. An Bras Dermatol, 2020;


95(4):407-417

10. Hirabayashi., et al . Neck Carbuncle Associated With Methicillin Susceptible


Staphylococcus aureus bacteraemia. BMJ Case. 2018:10(11)

Anda mungkin juga menyukai