Anda di halaman 1dari 14

Refleksi Kasus September 2023

“CLAVUS”

Disusun Oleh:

ALVIA SYAMSUDDIN

N 111 22 078

Pembimbing Klinik:

dr. Diany Nurdin, Sp.KK., M.Kes, FINSDV

DEPARTEMEN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : ALVIA SYAMSUDDIN


No. Stambuk : N 111 22 078
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Refka : Clavus
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSUD Undata Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, September 2023

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Diany Nurdin, Sp.KK., M.Kes., FINSDV Alvia Syamsuddin


STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Tn. AM

2) Umur : 23 Thn

3) Status : Belum Menikah

4) Jenis : Laki-laki

5) Alamat : Jln. Pendidikan, Perumahan Tadulako Residen

6) Agama : Islam

7) Pekerjaan : Mahasiswa

8) Tanggal Pemeriksaan : 18 September 2023

II. ANAMNESIS

1). Keluhan Utama :

Penebalan kulit pada telapak kaki kanan

2). Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang Laki-laki usia 23 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSD
Madani dengan keluhan penebalan kulit dengan beberapa benjolan padat kasar
berbentuk seperti mata ikan dengan titik berwarna kehitaman ditegahnya pada
telapak kaki kanan. Keluhan tidak disertai rasa nyeri saat berjalan dan saat
menggunakan sepatu ataupun sandal. Keluhan awalnya muncul 1 bulan yang lalu
dengan penebalan kulit disertai titik kehitaman yang kecil tanpa disertai nyeri
dan pasien belum memeriksa keluhan tersebut dikarenakan belum mengganggu
aktivitas. Selang beberapa minggu kemudian keluhan dirasa bertambah banyak
dengan muncul beberapa benjolan padat kasar yang baru disertai nyeri, hal ini
sangat mengganggu aktivitas pasien sehingga pasien datang memeriksakan
keluhan tersebut ke dokter. Pasien juga menyatakan bahwa sering menggunakan
alas kaki baik sepatu ataupun sandal yang tidak pas. Riwayat alergi makanan dan
obat-obatan disangkal.

3). Riwayat penyakit dahulu :

Tidak ada penyakit terdahulu yang pernah diderita pasien

4) Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

1. Keadaan Umum : Sakit Sedang


2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

TD : 126/80

Nadi : 87x/menit

Respirasi : 22x/menit

Suhu : 37,1o C
Status Dermatologi

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit


2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas Bawah : Telapak kaki kanan didapatkan hiperkeratosis
lentikular sirsinar sirkumskrip diskret unilateral.
Memiliki inti sentral berwarna lebih gelap.
10. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV. GAMBAR

Gambar 4.1. Tampak hiperkeratosis lentikular sirsinar sirkumskrip


diskret unilateral dengan inti sentral berwarna lebih gelap pada telapak
kaki kanan pasien.
V. RESUME

Seorang Laki-laki usia 23 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSD
Madani dengan keluhan penebalan kulit dengan beberapa benjolan padat kasar
berbentuk seperti mata ikan dengan titik berwarna kehitaman ditegahnya pada
telapak kaki kanan disertai nyeri. Pasien menyatakan bahwa sering menggunakan
alas kaki baik sepatu ataupun sandal yang tidak pas.

Pada pemeriksaan status dermatologi tampak hiperkeratosis lentikular sirsinar


sirkumskrip diskret unilateral dengan inti sentral berwarna lebih gelap pada telapak
kaki kanan pasien.

VI. DIANGNOSIS KERJA

Clavus

VII. DIANGNOSIS BANDING

- Callus
- Veruca vulgaris

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan dermoskopi
IX. PENATALAKSANAAN

1. Non-medikamentosa:

• Merendam kaki dengan air hangat


• Hindari penggunaan alas kaki yang tidak pas
• Menjaga kebersihan kaki

2. Medikamentosa

Topikal :

• Asam salsilat cream 3 % 2 x 1

3. Electrosurgery

• Electrocautery

X. PROGNOSIS
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad fungtionam : ad bonam
Qua ad sanationam : ad bonam
Qua ad cosmetikam : ad bonam
PEMBAHASAN

Seorang Laki-laki usia 23 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSD Madani
dengan keluhan penebalan kulit dengan beberapa benjolan padat kasar berbentuk
seperti mata ikan dengan titik berwarna kehitaman ditegahnya pada telapak kaki kanan.
Keluhan disertai rasa nyeri saat berjalan dan saat menggunakan sepatu ataupun sandal.
Keluhan awalnya muncul 1 bulan yang lalu dengan penebalan kulit disertai titik
kehitaman yang kecil tanpa disertai nyeri dan pasien belum memeriksa keluhan
tersebut dikarenakan belum mengganggu aktivitas. Selang beberapa minggu kemudian
keluhan dirasa bertambah banyak dengan muncul beberapa benjolan padat kasar yang
baru, hal ini sangat mengganggu aktivitas pasien sehingga pasien datang
memeriksakan keluhan tersebut ke dokter. Pasien juga menyatakan bahwa sering
menggunakan alas kaki baik sepatu ataupun sandal yang tidak pas. Riwayat alergi
makanan dan obat-obatan disangkal.

Pasien didiangnosis dengan clavus berdasarkan dari hasil anamnesis dan


pemeriksaan fisik yang ditemukan pada telapak kaki pasien, dimana didapatkan tampak
hiperkeratosis lentikular sirsinar sirkumskrip diskret unilateral dengan inti sentral
berwarna lebih gelap pada telapak kaki kanan pasien. Suatu penelitian menyatakan
dasar mendiangnosis clavus berdasarkan lokasi, gejala, dan morfologi lesi. Pada
pemeriksaan fisik, akan terlihat area kulit kasar dan menebal yang berbatas tegas. Yang
terpenting, akan ada inti tembus cahaya di tengah lesi. Lokasi paling umum adalah
kaki, termasuk aspek dorsolateral sendi interphalangeal kelima, di antara jari-jari kaki,
dan di telapak kaki. Lesi kulit ini paling sering ditemukan pada kaki dan seringkali
terasa nyeri 1.

Clavus adalah penebalan kulit berbentuk kerucut dan berbatas tegas, menembus
struktur di bawahnya. Tiga jenis klavus telah dijelaskan: jagung keras (heloma durum)
di punggung jari kaki atau telapak kaki; jagung lunak (heloma mol) di antara jari-jari
kaki; dan biji jagung (heloma millare) 2. Clavus terjadi akibat gesekan, tekanan, atau
trauma berulang pada area tertentu di kaki. Tekanan mekanis yang berulang pada area
epidermis ini menyebabkan hiperkeratosis, yang didefinisikan sebagai hipertrofi atau
hiperplasia sel di dalam stratum korneum 3.

Pasien menyatakan keluhan tersebut disertai dengan rasa nyeri, hal ini dijelaskan
dalam penelitian bahwa nyeri yang dirasakan pada pasien clavus efek dari penetrasi,
iritasi saraf sensorik dari dermis papiler, dan trauma mekanis 2. Clavus adalah area
epidermis yang menebal dan berbatas tegas dan mempunyai inti di tengah. Lesi kulit
ini paling sering ditemukan pada kaki dan seringkali terasa nyeri karena inti sentral
klavus menekan struktur saraf di bawahnya 3.

Pasien juga menyatakan sering menggunakan sepatu dan sandal yang tidak pas
dengan kakinya, clavus adalah akibat mikrotrauma pada epidermis, hal ini biasanya
berupa tekanan atau gesekan berulang pada area yang terkena. Faktor-faktor lain seperti
aktivitas fisik, alas kaki yang tidak pas, dan kelainan bentuk kaki yang menyebabkan
penonjolan tulang berkontribusi terhadap perkembangan clavus 1. Berbagai faktor
mekanik dan dapat mencetuskan terjadinya kedua lesi hiperkeratotik tersebut seperti
penggunaan sepatu yang sempit, mengangkat benda berat, mengotak-atik alat musik,
atau alat bantu olah raga yang berulang dalam jangka panjang 5.

Selain clavus ada beberapa penyakit yang dapat menjadi pertimbangan diangnosis
pada pasien yaitu Kalus kaki dan veruca vulgaris. Kalus kaki merupakan lesi kulit
hiperkeratosis yang umum terjadi berkembang di permukaan plantar kaki depan
sebagai respons terhadap gaya kompresi, gesekan dan geser 6. Kalus dan klavus adalah
respon kulit berupa jaringan hiperkeratotik sebagai respon proteksi kulit terhadap
kejadian atau tekanan yang berlebihan. Kedua lesi hiperkeratotik tersebut berhubungan
dengan penurunan kualitas hidup pasien akibat ketidaknyamanan, nyeri, gangguan
berjalan, hingga risiko jatuh terutama pada orang tua. Kalus adalah area hiperkeratosis
berbatas jelas akibat tekanan atau trauma yang berlebihan yang merupakan pencetus
terjadinya lesi. Area yang mengalami penebalan tersebut mengakibatkan kenainan
tekanan secara fokal dan dapat menjadi trauma mekanik yang mengiritasi jaringan
diatasnya. Klavus berbeda dari kalus karena klavus memiliki inti hiperkeratotik
ditengah lesi yang menekan jaringan dan saraf sensoris diatasnya sehingga
menimbulkan nyeri. Inti klavus mengarah ke dalam dan jarang hilang dengan
sendirinya bahkan bila pencetus dihilangkan. klavus tidak dapat hilang sebelum
dilakukan eliminasi inti klavus. Dibandingkan kalus, klavus selalu menimbulkan nyeri,
sedangkan kalus dapat asimtomatik atau hanya memberikan keluhan berupa sensasi
menebal. Kalus dapat menghilang secara spontan, mengecil, atau keluhan berupa
penebalan atau nyeri berkurang. Kalus atau klavus sering terjadi pada individu yang
berkerja dengan melakukan perkerjaan tertentu yang membutuhkan gerakan berulang
seperti tukang kayu, perkerja bangunan, atlet, atau pada hobi tertentu seperti bermusik
dengan alat musik gesek, golf, atau bersepeda 5. Gesekan yang tinggi memicu
terbentuknya penebalan pelindung pada lapisan luar epidermis, yang kadang disebut
dengan “kalus”. Proses ini melibatkan hiperproliferasi keratinosit di lapisan terdalam
epidermis. Saat sel-sel ini bermigrasi ke luar, mereka mempertahankan bentuk yang
lebih besar dan tidak skuamosa dari biasanya. Bersamaan dengan peningkatan ekspresi
molekul adhesi dan penurunan hidrasi, terbentuklah kalus yang lebih tebal dan lebih
keras dibandingkan kulit normal. Secara teoritis, kulit yang lebih tebal memperlebar
jarak antara stimulus dan mekanoreseptor, sementara peningkatan kekerasan mungkin
dapat menyebarkan rangsangan ke area yang lebih luas. Kedua perubahan tersebut
dapat mengubah rangsangan yang masuk selama transmisi. Sampai saat ini, hanya
sedikit penelitian yang menyelidiki pengaruh sifat kulit terhadap sensitivitas telapak
kaki, dan memberikan hasil yang bertentangan 8. Sedangkan untuk Veruka vulgaris
(common warts atau kutil) adalah proliferasi jinak epitel skuamous yang menimbulkan
lesi berupa papul verukosa. Penyebab veruka vulgaris ialah Human papillomavirus
(HPV), terutama HPV tipe 2 diikuti tipe 1 dan 4. Penyebaran veruka vulgaris bisa
secara langsung melalui skin-to-skin contact maupun tidak langsung melalui
lingkungan. Veruka vulgaris berbentuk papul padat verukosa dengan permukaan kasar,
hiperkeratosis, serta adanya black dots yang merupakan karakteristik lesi ini. Lesi
tampak berwarna keabuan dengan ukuran 1 mm hingga 1cm. Tempat predileksi
tersering yaitu jari, punggung tangan, dan daerah yang sering terkena trauma seperti
lutut atau siku, tetapi dapat timbul di mana saja pada kulit. Veruka vulgaris biasanya
asimtomatik, namun terkadang dapat menimbulkan nyeri yang ringan bila lesi
berlokasi di telapak kaki atau telapak tangan serta lipatan kuku 7. Kutil disebabkan oleh
infeksi human papillomavirus (HPV) dan biasanya ditemukan di tangan dan kaki,
terdiri dari bintil-bintil yang berangsur-angsur membesar dan menyatu. Tergantung
pada lokasi timbulnya, nama deskriptif berikut digunakan: kutil biasa, kutil plantar,
kutil mosaik, kutil periungual, kutil subungual, dan kutil donat (kutil cincin). HPV tipe
2a/27/57 bertanggung jawab atas kutil umum, yang ditandai dengan bentuk verukosa
dan mudah didiagnosis pada kasus-kasus tertentu. Namun, terkadang sulit
membedakannya dengan keratosis seboroik, clavus, dan tylosis, terutama pada kasus
yang sulit disembuhkan 4.

Pasien diberikan tatalaksana medikamentosa berupa tatalaksana topikal yaitu asam


salisilat cream 2% 2x1 dan desoximetasone cream 0,25% 2x1. Sembari melakukan
penatalaksanaan non-medikamentosa berupa menjaga dan memperbaiki pola hidup
seperti tidak mencabut kulit yang menebal menggunakan tangan, tidak menggunakan
alas kaki yang ketat, dan selalu menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal. Hal ini
diperkuat oleh referensi yang menyatakan bahwa poin utama yang perlu diperhatikan
saat merawat klavus yaitu memberikan keringanan gejala pada pasien. Keratolitik
topikal, seperti asam salisilat 10 hingga 15%, dapat diterapkan pada clavus dengan
beberapa manfaat. Serta mengatasi etiologi mekanis yang menyebabkan hiperkeratosis
dan merumuskan rencana perawatan yang mencakup bantalan dan alas kaki yang pas.
Ini adalah salah satu aspek paling penting dari rencana perawatan. Clavus terjadi akibat
gesekan atau tekanan berulang pada area yang terkena. Oleh karena itu, dokter perlu
menyelidiki penyebab lesi kulit tersebut untuk mencegah kekambuhan. Pasien
memerlukan pendidikan tentang perlunya alas kaki yang dipasang dengan benar. Kaki
mereka harus diukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan membeli sepatu dengan
hak rendah, bagian atas yang lembut, dan kotak jari kaki yang lapang 1.

Secara umum pengelolaan segala bentuk PPK bertujuan untuk meringankan


manifestasi penyakit dan berfokus pada tindakan mekanis, metode untuk meringankan
nyeri, pengobatan infeksi sekunder, dan alat bantu berjalan. Perawatan topikal
termasuk penggunaan emolien dan formulasi keratolitik topikal yang teratur (misalnya,
10% hingga 20% asam salisilat atau 35% hingga 70% propilena glikol dikombinasikan
dengan emolien), dengan oklusi jika perlu. Selain itu, kalsipotriol topikal dan
tazarotene topikal telah terbukti efektif dalam EPPK dan PLS, Infeksi sekunder
dermatofita atau bakteri dan hiperhidrosis harus dicegah. didiagnosis dan diobati secara
agresif untuk menghindari gangguan penyakit lainnya. Perendaman dalam air dan
penghilangan mekanis area hiperkeratosis (misalnya, perawatan dan pemangkasan)
adalah tindakan terapeutik tambahan yang mungkin diberikan menghilangkan gejala.
Nyeri dapat dihilangkan dengan ortotik atau kaus kaki wicking, alas kaki berventilasi
atau empuk, dan menjaga berat badan agar tidak berulang trauma pada kaki dan
kecenderungan timbulnya kapalan dan lecet 9.

Pengobatan penyakit kulit hiperkeratosis sulit dilakukan dan bergantung pada


berbagai metode. Emolien, air garam hangat, dan batu apung digunakan untuk
menghilangkan kulit yang menebal dalam bentuk ringan, tanpa adanya diabetes melitus
atau infeksi kaki. Karena mekanisme terjadinya lesi, kapalan plantar dapat hilang
ketika tekanan mekanis yang mengganggu dihilangkan. Metode pengobatan kapalan
dan klavus yang paling banyak dilakukan saat ini didasarkan pada debridemen mekanis
dengan pisau bedah atau kuret, dan/atau menghilangkan kulit yang menebal
menggunakan berbagai kera tolitik (produk yang mengandung asam salisilat yang
dikaitkan dengan risiko efek iritasi pada lingkungan normal. kulit). Pembedahan
merupakan metode yang paling invasif dan harus digunakan ketika semua upaya lain
gagal dalam memberikan bantuan 2. Eksisi adalah tatalaksana pembedahan yang paling
umum dilakukan dalam praktik klinis untuk menatalaksanai gejala klavus. Hefrycauter,
cryotherapy, asam trikloroasetat, laser karbon dioksida, dan kombinasi pengobatan
biasanya tidak menyelesaikan lesi dalam satu pengobatan dan biasanya memerlukan
pengulangan sebelum lesi benar- benar hilang 10.

Prognosis clavus pada kasus ini adalah baik apabila pasien patuh terhadap
tatalaksana yang diberikan baik medikamentosa maupun non-medikamentosa, hal ini
diperkuat oleh referensi yang menyatakan bahwa lesi kulit tidak akan kambuh lagi
setelah tekanan mekanis pada area yang terkena dihilangkan 1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pennycook KM, McCready TA. Clavus. [Updated 2023 May 8]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546598/
2. Chiriac, A., et all (2019). The Role of Pedobarography and Therapeutic Padding in
the Management of Hyperkeratosis due to Mechanical Stress. Journal of
Interdisciplinary Medicine 2019;4(1):29-32
3. Kurniasih, W., Widyatmoko, A,. (2022). Epidermoid Cyst of Sole. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. 32, No. 1.
4. Shimizu, A., et all (2022). Skin surface material for detecting human papillomavirus
infection of skin warts.
5. Zulkarnain, I., et ll. (2022). ‘Profil kalus dan klavus di Unit Rawat Jalan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Januari 2016 – Desember 2020’,
Intisari Sains Medis. Vol. 13 (2). p : 399 – 403.
6. Hashmi F, Nester CJ, Wright CR, Lam S. The evaluation of three treatments for
plantar callus: a three-armed randomised, comparative trial using biophysical
outcome measures. Trials. 2016 May 17;17(1):251. doi: 10.1186/s13063-016-
13772. PMID: 27189190; PMCID: PMC4869362.
7. Tampi, P.G.I., Mawu, F.O., Niode, N.J. (2016). ‘Profil veruka vulgaris di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari –
Desember 2013’, Jurnal e-Clinic. Vol. 4 (1). p : 312 – 317.
8. Wynands, B., Zippenfennig, C., Holowka, N. B., Lieberman, D. E., & Milani, T. L.
(2022). Does plantar skin abrasion affect cutaneous mechanosensation?
Physiological Reports, 10,e15479. https://doi.org/10.14814/phy2.15479
9. Kang, S., et all. Fitzpatrick’s Dermatology. Edition Ninth. New York : Mc Graw Hill
Education
10. Fadila, A., et all. (2022). ‘Patient preferences for surgery or non-surgery for the
treatment of clavus and callus at Dr. Soetomo General Academic Hospital,
Surabaya, Indonesia’, BaliMedJ. Vol. 11 (1). p : 288 – 292

Anda mungkin juga menyukai