VITILIGO
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin
Disusun oleh:
Pembimbing:
2023
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
LAPORAN KASUS
VITILIGO
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Waled Cirebon
Disusun Oleh :
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Vitiligo”.
Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit
Umum Daerah Waled Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak
penyusunan sampai dengan terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini saya
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggitingginya kepada:
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
Identitas Pasien 1
Anamnesis 1
Status Generalis 2
Status Dermatologis 3
Pemeriksaan Penunjang 3
Resume 3
Diagnosis Banding 4
Diagnosis Kerja 4
Pemeriksaan Anjuran 4
Tatalaksana 4
Prognosis 4
Definisi Vitiligo 5
Epidemiologi Vitilogo 5
Patogenesis Vitiligo5
Klasifikasi Vitiligo 8
Diagnosis Vitiligo 10
Tatalaksana Vitiligo 11
Prognosis Vitiligo 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. TL
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 16 tahun
Status : Belum Menikah
Alamat : Sindang Laut, Cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : ART
Tanggal pemeriksaan : 10 Agustus 2023
B. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :
Muncul bercak putih pada kulit di payudara kanan, sejak >1 tahun.
5
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami gejala serupa dan pasien tidak memiliki
riwayat penyakit lain. Pasien juga menyangkal adanya alergi dan riwayat
penyakit autoimun.
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala serupa. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit autoimun di keluarga dan riwayat penyakit
lainnya.
C. STATUS GENERALIS
Nadi : 93 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
Kepala : Normocephal
6
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
D. STATUS DERMATOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
7
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Waled dengan
keluhan terdapat bercak putih pada kulit payudara kanan sejak lebih dari 1 tahun
yang lalu. Awalnya bercak putih berukuran kecil dan kemudian bercak meluas
seiring berjalannya waktu. Bercak putih muncul secara tiba-tiba tanpa didahului
luka pada kulit. Pasien mengatakan bahwa keluhan yang ia alami tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari hanya saja pasien khawatir karena bercak
putih tersebut semakin meluas. Pasien mengaku terkadang terpapar sinar
matahari ketika bekerja membantu kakak. Pasien tidak pernah mengalami gejala
serupa sebelumnya, riwayat autoimun disangkal begitupun dengan keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien normal. Pada
pemeriksaan status dermatologi, pada regio mammae dextra didapatkan makula
depigmentasi multiple dengan batas tegas, bentuk lentikular hingga numular,
distribusi regional.
G. DIAGNOSIS BANDING
- Pitiriasis alba
- Pitiriasis versikolor
- Hipopigmentasi pasca inflamasi
H. DIAGNOSIS KERJA
Vitiligo
I. PEMERIKSAAN ANJURAN
J. TATALAKSANA
8
Medikamentosa
∫ 2 dd 1 ue
Non medikamentosa
K. PROGNOSIS
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, disebabkan
faktor genetik dan non genetik yang berinteraksi dengan kehilangan atau
ketahanan fungsi melanosit dan pada kenyataanya merupakan perisitiwa
autoimun. 1
B. Epidemiologi
Hipotesis Autoimun
10
generalisata. Pada tepi lesi vitiligo generalisata ditemukan adanya sel T
sitotoksik yang mengekspresikan profil sitokin tipe 1.2
Hipotesis Neural
Hipotesis Biokimia
D. Gambaran Klinis
Makula berwarna putih dengan diameter beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas, tanpa perubahan
epidermis yang lain. Kadang-kadang terlihat makula hipomelanotik selain
makula apigmentasi.
11
Vitiligo non-segmental atau generalisata sering juga disebut dengan
vitiligo vulgaris, adalah depigmentasi kronis yang dapat ditandai dengan makula
putih susu homogen berbatas tegas. Berdasarkan penyebaran dan jumlahnya
vitiligo dibagi atas generalisata dan lokalisata (fokal, segmental, dan mukosal)
yang mungkin tidak disdari pasien. Jenis generalisata merupakan jenis yang
sering kali dijumpai, distribusi lesi simetris dan ukuran bertambah luas seiring
waktu. Lesi dapat muncul di mana saja, tetapi pada umumnya di daerah
peregangan dan tekanan misalnya: lutut,siku,punggung tangan dan jari-jari.
Vitiligo segmental adalah varian yang terbatas pada satu sisi segmen, dan jenis
ini jarang dijumpai. Kebanyakan pasien memiliki gambaran segmental berupa
lesi tunggal yang khas,namun ada juga menempati dua atau lebih segmen satu
sisi, berlawanan atau mengikuti distribusi dermatomol (garis Blaschko). Daerah
yang sering terkena ialah wajah, aksila,umbilikus,puting susu, sakrum dan
inguinal.
Vitiligo simetris sering dijumpai bila menyerang jari-jari, pergelangan
tangan,aksila,lipatan-lipatan lain dan daerah sekitar orifisium,misalnya:
mulut,hidung dan genitalia. Pada saat pigmen rusak tampak gambaran tikrom
berupa daerah sentral yang putih dikelilingi area yang pucat. Sangat jarang
sekali lesi vitiligodisertai peradangan pada sisi lesi yang sedang berkembang dan
disebut dengan viiligo inflamatorik. Vitiligo dapat menyerang folikel rambut,
dengan demikian dapat di temui rambut- rambut menjadi putih. Pada pasien
berkulit gelap depigmentasi dapat dilihat pula pada mukosa,misalnya mulut.
Perjalanan penyakit tidak dapat diperkirakan, tetapi sering progresif, setelah
setahun dalam keadaan stabil pun dapat mengalami eksaserbasi. Progesitivitas
yang sangat cepat mengakibatkan depigmentasi sempurna dalam 6-12 bulan.
Sedangkan repigmentasi spontan pernah dijumpai pada 6-44% pasien. Bahkan
walaupun sangat jarang, pasien yang telah mengalami sempurna dapat secara
spontan warna kulitnya kembali seperti sedia kala. Penyembuhan atau
repigmentasi spontan dapat terlihat dengan munculnya beberap makula
pigmentasi, perifolikuler, atau berasal dari pinggir lesi. Keadaan ini
menunjukkan bahwa folikel rambut tepatnya di lapisan luar batang rambut
12
merupakan sumber melanosit. Repigmentasi juga sebagai tanda bahwa lesi
responsif terhadap terapi.
E. KLASIFIKASI
Terdapat beberapa klasifikasi yang tercatat dalam literatur, pembagian terbanyak
berdasarkan distribusi dan lokasi, seperti klasifikasi menurut Ortonne tahun
1983. Trikrom vitiligo ditetapkan oleh Fitzpatrick tahun 1964, lesi memiliki
daerah intermediate hypochrmia, berlokasi di daerah antara lesi akromia dan
aerah kulit berwarna normal. Keadaan ini sering dihubungkan dengan perluasan
lesi.1
13
Vitiligo lokalisata Vitiligo Vitiligo
generalisata Universalis
F. DIAGNOSIS
14
Vitiligo mudah dikenali, sehingga diagnosis dapat ditegakkkan
cukup secara klinis. Bila gambaran klinis tidak khas dibutuhkan rujukan
pendapat ahli. Mengingat hubungan dengan tiroid mempunyai prevalensi
yang tinggi maka dipelukan pemeriksaan kadar tiroid. Lampu Wood dapat
membantu lebih jelas luas hipopigmentasi ataupun repigmentasi
dibandingkan dengan mata biasa. Cara ini dipakai untuk menilai vitiligo
dalam penelitian. Dalam mengevaluasi perkembangan hasil pengobatan
atau keparahan klinis dapat dibantu fotografi. 3
Evaluasi klinis
- Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini
Pemeriksaan biokimia
15
psoralen dengan gabungan sinar matahari atau sumber sinar yang
mengandung ultraviolet gelombang panjang (ultraviolet A). Dosis psoralen
adalah 0,6mg/kgbb 2 jam sebelum penyinaran selama 6 bulan sampai
setahun. Pengobatan dengan psoralen secara topikal yang dioleskan lima
menit sebelum penyinaran sering menimbulkan dermatitis kontak iritan.
Pada beberapa penderita kortikosteroid potensi tinggi, misalnya
betametason valerat 0,1% atau klobetasol propionat 0,05% efektif
menimbulkan pigmen.1
Pada usia di bawah 18 tahun hanya diobati secara topikal saja
dengan losio metoksalen 1% yang diencerkan 1:10 dengan spiritus dilutus.
Cairan tersebut dioleskan pada lesi. Setelah didiamkan 15 menit lalu
dijemur selama 10 menit. Waktu penjemuran kian diperlama, yang
dikehendaki ialah timbul eritema, tetapi jangan sampai tampak erosi,
vesikel, atau bula. Pada usia di atas 18 tahun, jika kelainan kulitnya adalah
generalisata, pengobatannya digabung dengan kapsul metoksalen (10mg).
Obat tersebut dimakan 2 kapsul (20mg) 2 jam sebelum dijemur, seminggu
3 kali. Bila lesi lokalisata hanya diberikan pengobatan topikal. Kalau
setelah 6 bulan tidak ada perbaikan pengobatan dihentikan dan dianggap
gagal.1
1. Psoralen dan UVA (PUVA)
Merupakan pengobatan kombinasi psoralen sebagai photosensitizer
kimiawi dengan ultraviolet A (UVA).Pengobatan gabungan ini bertujuan
meningkatkan efek terapi dari keduanya dibandingkan bila dipakai masing-
masing. Psoralen adalah furokumarin yaitu obat bersifat fotodinamik yang
berkemampuan menyerap energi radiasi. PUVA masih merupakan obat yang
dipercaya efektivitasnya untuk vitiligo generalisata. Psoralen yang sering
dipakai adalah metoksalen (8-metoksipsoralen), derivat lainnya: bergapten (5
metoksi psoralen), trioksalen (4,5,8 trimetilpsoralen) dan psoralen tak
bersubstitusi. Radiasi ultraviolet yang dipakai adalah 320-400nm, untuk
mencegah efek fototoksik pengobatan dilakukan 2-3 kali seminggu.
Repigmentasi merupakan hasil migrasi pigmen dari tempat terpicunya
melanosit ke daerah depigmentasi.2 Psoralen sediaan oral, seperti metoksalen :
16
0,3-0,6 mg/kgBB, trioksalen: 0,6-0,9mg/kgBB ataupun bergapten
1,2mg/kgBB dapat diminum 1,5 -2 jam sebelum radiasi UVA. Pajanan UVA
dimulai dengan dosis 0,5 J/cm untuk semua tipe kulit dan meningkat 0,5-1
J/cm². Dosis awal ini kemudian ditingkatkan 0,5- 1,0 J/cm². Pengobatan dapat
dilakukan 2-3 kali seminggu, dengan dosis tertinggi 8-12 J/cm².1
Kontraindikasi absolut untuk PUVA ialah ibu hamil dan menyusui,
riwayat fotosensitif-fototoksik, pemakaian obat-obat fotosensitif, kulit fototipe
I, keganasan, sedang memakai terapi imunosupresif, dan klaustrofobia.1
2. Narrowband UVB
Dosis awal yang dipakai untuk semua tipe kulit 250 mj dan
ditingkatkan 10-20% setiap kali pengobatan sampai lesi eritema inimal pada
lesi putih depigmentasi dalam 24 jam. Terapi dilakukan 2 kali seminggu,
jangan setiap hari berturut-turut. Keuntungan Nb-UVB tidak ada pemakaian
obat topikal ataupun sistemik,kurang mudah terbakar, tidak ada
hiperkeratosis, tidak ada perbedaan warna kontras antara kulit normal dan
kulit pasca terapi, tidak perlu kaca mata pelindung pasca radiasi, aman dipakai
anak-anak dan dewasa. 1
17
Kontraindikasi absolut untuk Nb-UVB adalah riwayat fotosensitif-
fototoksik, kulit fototipe I, keganasan, sedang memakai obat-obat
imunosupresi, klaustrofobia, anak berusia kurang dari 6 tahun, vitiligo lip-tip
dan/mukosa. Kontraindikasi relatif Nb-UVB ialah tidak efektif terhadap Nb-
UVB sebelumnya atau foto(kemo)terapi lainnya, hamil-menyusui, kulit
fototipe II dan kesulitan memenuhi jadwal terapi.1
3. Kortikosteroid
Kortiksteroid merupakan pilihan pertama untuk vitiligo lokalisata, dan
sangat dianjurkan untuk lesi kecil daerah wajah, juga pada anak-anak.
Pemakaian preparat ini menguntungkan pasien karena murah, mudah
pengunaannya dan efektif. Pemakaian krtikosteroid topikal dengan potensi
kuat maupun sedang. Keberhasilan terapi terlihat dari repigmentasi
perifolikular atau dari tepi lesi. Berbagai kortikosteroid topikal telah
digunakan, misalnya: triamsinolon asetonid 0,1%, flusinoln asetat 0,01%,
betametason valerat 0,1-0,2%; halometason 0,05%, flucticason propionat
0,055 dan klolbetasol propionat 0,05%. 1,2
4. Depigmentation
18
Gambar 3 hasil terapi mbeh 20% (a) sebelum terapi (b) setelah 4 bulan terapi (c)
setelah 6 bulan terapi (d) setelah 8 bulan terapi.
H. PROGNOSIS
19
menggunakan fototerapi. Ketiadaan rambut sebagai sumber pigmen
diperkirakan terjadi kegagalan terapi, misalnya pada jari-jari tangan dan
kaki.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Lily Soepardiman. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Keenam.
Jakarta; Fakultas Kedokteran UI. Pp 296-298
2. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. vol 1. New York: Mc
Graw Hill, 2012.
3. Tjut Nurul Alam Jacob. Vitiligo. Dalam Wasitaatmadja, Syarif M. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. pp : 352-358
4. Widaty Sandra, Soebomo H, Listiawan Y, dkk. Panduan Praktik Klinik Bagi
20
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). 2017.
5. Pradita RA, Wardani AN. Crash Course Dermatologi dana Venerologi.
Elsevier. 2019.
21