Anda di halaman 1dari 28

CASE REPORT SESSION

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A221035


**Pembimbing/ dr. Hj. Erni Zainuddin, Sp.Rad.K-RA

Teratoma Sacrococcygeal

Oleh:

Dewi Novitasari, S.Ked*

Pembimbing:

dr. Hj. Erni Zainuddin, Sp.Rad.K-RA**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN RADIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION

Teratoma Sacrococcygeal

Oleh :
Dewi Novitasari, S.Ked
G1A221035

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior


Bagian Radiologi RSUD RADEN MATTAHER Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Jambi, September 2022


Pembimbing

dr. Hj. Erni Zainuddin, Sp.Rad.K-RA

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan CASE REPORT SESSION
yang berjudul “Teratoma Sacrococcygeal” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Program Profesi Dokter di Radiologi di Rumah Sakit Umum Raden
Mattaher.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj. Erni Zainuddin,
Sp.Rad.K-RA yang telah bersedia meluangkan waktudan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Program Profesi Dokter di Bagian
Radiologi di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan CRS ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan CRS ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Jambi, September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 22
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Sacrococcygeal teratoma (SCT) adalah tumor yang jarang ditemukan pada


daerah tulang ekor selama awal kehamilan. Kata "teratoma" berasal dari bahasa
Yunani "teratos" yang berarti monster, dan akhiran '"-oma" yang menunjukkan
tumor. Referensi pertama untuk tumor dengan lokasi sacrococcygeal berasal dari
900-600 SM, dan kata "teratoma sacrococcygeal" pertama kali diungkapkan oleh
ahli patologi Jerman Virchow pada tahun 1869 bahwa SCT adalah tumor bawaan
yang paling umum dengan prevalensi kelahiran I : 10.000-1. Tumor biasanya jinak
saat lahir dan memiliki histologi yang menarik menempatkannya di batas antara
neoplasma dan malformasi kongenital.1
Sacrococcygeal teratoma (SCT) merupakan jenis germ cell tumors (tumor sel
germinal) yang muncul dari regio presacral. Meskipun relatif langka, SCT
merupakan tumor yang paling sering terjadi pada neonatus, bayi, dan anak-anak
yang tumbuh dari tulang ekor. SCT dalam banyak kasus ditutupi dengan kulit tetapi
kadang juga ditutupi dengan selaput. Berdasarkan klasifikasi menurut American
Academy of Pediatric Surgery (AAPS) SCT dibagi menjadi 4 kategori sesuai
dengan derajat ekstensinya, yaitu :
• Tipe I : dominan tumor eksternal dengan minimal komponen presakral (47%).
• Tipe II : massa tumor eksternal tetapi dengan signifikan ekstensi intrapelvis
(35%)
• Tipe III : massa tumor eksternal dengan predominan komponen intraabdomen
8%
• Tipe IV : tumor presakral (sepenuhnya intraabdomen) tanpa komponen
eksternal 10%
SCT termasuk dalam kelompok heterogen tumor sel germinal, yang
menyumbang 3% dari neoplasma pediatrik. Tumor sel germinal terdiri dari
kelompok neoplasma ganas dan non-ganas, yang secara anatomis dibagi menjadi
tumor gonad dan ekstragonad. Tumor ekstragonad dapat terletak di mana saja di
sepanjang garis tengah aksial tubuh - dari daerah sakrokosigeal hingga kelenjar
pineal. Lokasi sacrococcygeal menyumbang sekitar 40% dari semua tumor sel
germinal yang didiagnosis pada neonatus, bayi, dan anak-anak dibawah 4 tahun.1, 2

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. M
Umur : 01 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Talang bakung, RT 18, kec. Paal Merah.
Agama : Islam
MRS : 14/08/2022

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Tidak bisa BAB
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa keluarganya ke RSUD Raden Mattaher dengan
keluhan tidak BAB dan terdapat benjolah massa di bagian bokong
sejak ±3 bulan SMRS. Awalnya saat bayi tampak benjolan di
selangkangan kaki kanan kemudian benjolan tersebut menghilang.
Keluarga pasien mengira itu hanya benjolan biasa lalu
membiarkannya. Setelah pasien beranjak usia 1 tahun, keluarga pasien
mengeluhkan anaknya tidak bisa BAB dan, perut semakin membuncit.
Awal mula keluarga pasien hanya mengeluhkan anaknya sulit
BAB, tetapi setelah itu ibu pasien menemukan benjolan massa di
bagian bokong anak saat memandikan pasien. Massa bersifat inmobile
dan terasa keras/padat. SMRS, ibu pasien mengatakan saat benjolan
massa di sentuh anak tidak merasa kesakitan, pasien mengatakan
kalau rasanya gatal, untuk nafsu makan tidak berkurang, dan anak
tidak tampak merasakan keluhan apapun. ±1 bulan SMRS pasien
sempat ada mengalami keluhan demam hilang timbul dan benjolan
semakin membesar.

2
Untuk riwayat kehamilan ibu pasien, anak lahir cukup bulang, full ASI,
tumbuh kembang sesuai usia, riwayat partus normal ditolong oleh Bidan,
berat badan lahir 3600 gr, panjang badan 4,9 kg, riwayat imunisasi hanya
HB0, untuk pemeriksaan USG (Ultrasonografi) kehamilan tidak dilakukan
baik dari trimester 1, 2 dan 3.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi:


- Tidak ditanyakan

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M5V6)
Vital Sign
TD : 90/65 mmHg
HR : 103 x/menit
RR : 38 x/menit
Suhu : 36 °C
SpO2 : 98 %

Kulit
• Warna : sawomatang
• Efloresensi :-
• Jaringan Parut :-
• Turgor : kembali cepat
• Lainnya : petekie (-), purpura (-)

Kepala
• Bentuk Kepala : normocephal
• Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
• Ekspresi : normal

4
Mata
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : sklera ikterik (-/-)
• Pupil : bulat isokor
• Lensa : normal

Hidung
• Bentuk : Simetris
• Sekret : (-)
• Septum : deviasi (-)
• Selaput Lendir : (-)
• Sumbatan : (-)
• Pendarahan : (-)

Mulut
• Bibir : kering (-), Sianosis (-)
• Lidah : atrofi papila lidah (-)
• Gusi : anemis (-), perdarahan (-)

Telinga
• Bentuk : simetris
• Sekret : (-)

Leher
• KGB : tidak ada pembesaran
• Kelenjar Tiroid : tidak membesar
• Deviasi trakea : tidak ada

Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri,
fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
4
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V linea
midklavikularis sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea
midklavikularis sinistra, 1 jari, kuat angkat
Perkusi :
o Batas kiri jantung ICS V linea midklavikularis sinistr
o Batas kanan jantung ICS V linea parasternal dextra
o Batas atas jantung ICS II linea parasternal dextra
Auskultasi : S1, S2: reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : tampak besar

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan


Auskultasi : tidak dilakukan

Alat Kelamin :
Look:
o Scrotum terlihat eritem (-), bengkak (-)
o Pus/ sekret (-), jejas/benjolan pada skrotum (-)

o Terdapat massa di regio coccyx

Feel:
o Nyeri saat palpasi (-)
o KGB teraba (-)
o Benjolan di daerah bokong (+)

Move:

o Pergerakan luas

Ekstremitas
• Superior :
- Look: jejas (-)
- Feel: Akral hangat, CRT <2 detik, edem (-)
- Move: ROM aktif
5
• Inferior :
- Look: jejas (-)
- Feel: Akral hangat, CRT <2 detik, edem (-)
- Move: ROM aktif

Rangsang meningen

Kaku kuduk :-

Brudzinsky I : -

Brudzinsky II : -

Kernig :-

Lasegue :-

Reflex Fisiologi

Refleks tendon biseps : (+/+)

Refleks tendon triseps : (+/+)

Patella : (+/+)

Achilles : (+/+)

Refleks Patologis

Refleks Babinski : -/-

Refleks Chaddock : -/-

Refleks Gordon : -/-

Refleks Oppenheim : -/-

6
2.4 Pemeriksaan Penunjang

Jenis
Hasil Nilai Normal Satuan Ket
Pemeriksaan
Darah Lengkap (14/08/2022)
Hemoglobin 14,5 12-16 gr/dL
Hematokrit 44,4 34,5-54 %
Eritrosit 6,11 4,5-5,5 106/uL H
MCV 72,6 80-96 fL L
MCH 24,4 27-31 Pg L
MCHC 33,5 32-36 g/dL
Trombosit 298. 150-450 103/uL
PCT .175 0,150-0,400 %
MPV 5.88 7,2-11,1 fL L
PDW 19.3 9-13 fL H

Leukosit 19.1 4,0-10,0 103/uL H


Hitung Jenis
Neutrofil 5.20 103/uL
Limfosit 11.9 103/uL
Monosit 1.59 103/uL
Eosinofil .127 103/uL
Basofil .309 103/uL
Neutrofil % 27.2 50-70 L
Limfosit % 62.2 18-42 H
Monosit % 8.31 2-11
Eosinofil % .666 1-3 L
Basofil % 1.61 0-2
Glukosa Darah (14/08/2022)
GDS 102 < 200 mg/dL
Faal Ginjal (15/08/2022)

Ureum 13 15-39 mg/dL L


Creatinin 0.29 0,55-1,3 mg/dL L

7
Elektrolit (14/08/2022)
Natrium 137,9 135-147 mmol/L
Kalium 4.72 3,5 – 5 mmol/L

Chlorida 100.0 95-105 mmol/L

Calcium ion++ 1.43 1.00- 1.15 mmol/L H

8
Foto ct-scan

9
10
Hasil CT-SCAN :

Pemeriksaan MSCT Scan abdomen-pelvis tanpa dan dengan kontras intravena, Dengan
hasil sebagai beriküt.: Tampak massa bulat lonjong dinding tebal reguler dengan ujung
lancip mengambantan uretra posterior bagian proksimal hampir mendekati diafragma.
Vertebrae lumbalis baik. Tampak defek medial os sacrum (spina bifida S2, 3. 4, 5)
dengan lipo meningochele. Massa tampak sampai ke inferior dan anterior sakrum dan

11
pubis sampai ke rongga pubis yang menekan rektum dan ureter kanan kiri menyebabkan
hydronefrosis grade II bilateral, massa juga tampaknya menyebabkan buli2 terdorong
keatas.
Hepar : tidak membesar, permukaan licin_ tak tarnpak pelebarah Sistem bilier
intrahepatik dan ekstrahepatik. Tak tampak nodul/ SOL.maupun asites. Kandung empedu
tidak mernbesar, dinding normal, tak tampak batu/SOL
pankreas : struktur parenchim normal, tak tampak massa/kalsifikasi Lien. Bentuk &
ukuran normal, tak tampak SOL.
Ginjal kanan-kiri : fungsi ekskresi dan sekresi baik. Tak tampak bendungan maupun batu,
sistem pelviokalises tidak melebar. KeIenjar suprarenal tidak membesar. usus - usus
dalam batas normal tak tampak massa / sol
Buli : besar dan dinding normal tak tampak batu / SOL
uterus : tidak membesar dengan densitas homogen, tak tampak massa SOL. Tidak tarnpak
pembesaran kelenjär getah bening paraaorta, parailiaka. Tulang - tulang intak, tak tampak
destruksi / metastase. Struktur dan kontur uterus dan adnexa baik. Rectum dan lemak
perirectal baik, tak tampak massa.
Kesan : Lipomeningochele di setinggi S2, S3, S4, S5. Massa tampak Sempai regio inferior
dan pelvis , mendorong, rektum, mengankat buli2 ke superior dengan hronefosis bilateral
grade Il. buli2 sangat penuh. retensio urin. Organ Iain dalam batas normal.
Saran : MRI

Foto rongent vertebrae lumbosacral

Hasil:

12
Pemeriksaan radiografi vertebrae lumbosacral proyeksi AP dan lateral:
Curiga destruksi di os coccygeal. Kelengkungan dan kedudukan vertebra
lumbosacral baik, tidak tampak listesis. Densitas vertebra lumbosacral baik.
Pedikei intak. Tidak tampak tanda-tanda ftaktur. lesi litik/blastik. Tidak tampak
pembentukan spur. Tidak tampak penyempitan celah diskus intervertebralis
ataupun foramen intervenebralis. Sendi-sendi vertebra lumbosacral dan
sacroiliaca bilateral terlihat baik. Tampak penebalan dan kesuraman jaringan
lunak diregio gluteal sisi kanan.
Kesan : soft tissue mass di regio gluteal sisi kanan DD/sacrococcygeal teratoma.

Foto Rongent BNO/abdomen polos

Hasil :
Pemeriksaan radiografi BNO/Abdomen polos dengan hasil:
Preperitoneal fat line Sisi kanan-kiri baik. Psoas line dan kontur kedua ginjal tenutup
bayangan udara usus yang prominen. Distribusi Udara usus mencapai rekturm. Tidak
tampak dilatasi usus maupun penebalan dinding usus. Tidak tampak bayangan batu
radioopak di proyeksi traktus urinarius. Curiga destruksi di os coccygeal. Tampak
penebalan dan kesuraman janngan lunak di regio guteal sisi kanan
Kesan : soft tissue mass regio gluteal Sisi kanan DD/sacroeoccygeal teratoma

13
Diagnosa
Teratoma Sacrococcygeal

2.5 Diagnosa Banding


- Spina bifida
- Chordoma
- Neuroblastoma

2.6 Tatalaksana
Medikamentosa :

- IVFD kaen 1 B 800 cc /hari

- IVFD Aminosteril 100 cc/hari

- Ceftriaxone 2 x 450 mg

- Paracetamol 4 x 150 mg

- Ketorolac 3 x 8 mg

- Ondansentron 2 x 0,7 mg

- Omeprazole 2 x 8 mg

- Kalnex 2 x 90 mg

- Cek labor post op

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Teratoma sacrococcygeal adalah neoplasma yang terdiri dari bermacam-
macam jaringan yang berbeda dari ketiga lapisan sel germinal asing pada
tempatanatomi dimana jaringan tersebut muncul yaitu sering terjadi dekat tulang
ekor(coccyx), dimana konsentrasi terbesar sel primitive berada untuk periode waktu
yanglama. Tumor ini diyakini berasal dari sel multipotensial embrio dari Hensen;s
nodeyang terletak di dalam tulang ekor (coccyx). Teratoma sacrococcygeal
berkembang didalam retroperitoium, daerah sacrococcygeal, atau melibatkan
keduanya. Sebagian besar merupakan kasus primer3

B. Epidemiologi

Teratoma Sacrococcygeal adalah tumor yang jarang ditemukan. Insiden


teratoma sacrococcygeal adalah 1 dari 35.000 sampai 40.000 kelahiran hidup dan
paling sering ditemukan pada wanita dengan rasio 3:1 sampai 4:1. Sacrococcygeal
adalah bagian yang sering terdapat teratoma pada neonatus (46-65%). Lokasi
selanjutnya yang paling sering adalah : gonad (10-35 %), mediastinal (10-12 %)
,retroperitoneal (3-5%), cervical (3-6%), presakral (3-5 %), system saraf pusat (2-
4%). Tumor ini paling sering ditemukan pada bayi dan anak anak, tetapi telah
dilaporkan juga ditemukan pada orang dewasa. Ada kecenderungan diantara
populasi pediatrik mengarah ke transformasi maligna pada teratoma sacrococcygeal
dengan peningkatan umur. Tetapi pada pasien dewasa tumor benigna merupakan
yang paling sering.4

C. Etiopatologi
Teratoma terbentuk dan berkembang selama kehidupan intra uterin, dapat
menjadi sangat besar pada teratoma sacrococcygeal seiring dengan perkembangan
fetus. Teratoma sacrococcygeal muncul dari primitif knot atau hensen’s
node.Hensen’s node adalah suatu agregasi dari sel toti potensial yang merupakan
pengatur utama pada perkembangan embrionik. Semula terletak di bagian posterior
embrio yang bermigrasi secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam
ekor embrio, dan akhirnya berhenti di anterior tulang ekor (coccyx). Alur migrasi
15
dari sel germinal menunjukan lokasi dan patologi yang paling sering terdapat
teratoma (sacrococcygeal dan gonad). Sel-sel ini dapat meluas ke postero-inferior
masuk daerah glutea dan /atau postero-superior masuk ke rongga abdominopelvik.
Pemisahan sel totipotensial dari hansen’s node mungkin menyebabkan munculnya
teratoma sacrococcygeal. Sel pleuripotensial ini melarikan diri dari kontrol
pengatur embrionik dan berdiferensiasimasuk dalam jaringan yang tidak biasa
ditemukan pada daerah sacrococcygeal.Tumor terjadi dekat dengan tulang ekor,
dimana konsentrasi terbesar sel primitif berada untuk waktu yang lama selama masa
perkembangan. Tumor inidiklasifikasikan berdasarkan Altman classification of
Surgical Section of the American Academy of Pediatrics kedalam 4 tipe yaitu :
1. Tipe I - tumor terutama di bagian luar mengarah dari daerah sacrococcygealdan
1
muncul dengan distorsi bokong
2. Tipe II – tumor terutama di luar , tetapi ada bagian yang luas didalam pelvis.
3. Tipe III – tumor terutama di dalam pelvis dengan sedikit pada bagian luar,
benjolan pada bokong.
4. Tipe IV – tumor seluruhnya di dalam tanpa ada dibagian luar atau bagian
bokong.

Gambar 1. klasifikasi perluasan teratoma sacrococcygeal5

Sebagian besar teratoma terdapat daerah yang padat dan kistik, walaupun
teratoma padat secara lengkap dapat terjadi. Cairan kista dapat serous, mukoid,
darah, danlapisan kista sering terdiri dari epitel skuamous serta sebasea dan gigi.
Tumor kistiklebih mungkin benigna dan insiden malignansi meningkat pada
sejumlah jaringan padat. Teratoma benigna biasanya berkapsul, dan adanya bagian
yang nekrosis atau perdarahan memberi kesan adanya keganasan. Pemeriksaan
16
mikroskopik padateratoma biasanya menunjukkan variasi jaringan lebih dari satu
lapisan germinal.Pentingnya memiliki keseragaman dalam klasifikasi histologi
teratoma agar evaluasi prognosis yang sesuai dan kelangsungan hidup serta dapat
membandingkan hasil darilaporan bertahap dari institut yang berbeda.Teratoma
diklasifikasikan kedalam tiga kategori histopatologi :
1. Teratoma benigna : Terdapat deferensiasi baik, benigna, matur, hanya terdapat
jaringan dewasa
2. Teratoma dengan jaringan embrionik imatur yang bukan maligna
seutuhnya,dengan atau tanpa jaringan matur.
3. Teratoma maligna, dengan jaringan maligna seutuhnya, ditambah
jaringanmatur dan /atau embrionik.
D. Hiatopatologi
Tumor sel germinal berasal dari sel germinal primordial, yang merupakan
sel prekursor primer yang tidak berdiferensiasi yang biasanya menghasilkan gamet.
Karakteristik tumor sel germinal spesifik bergantung pada arah dan derajat
diferensiasi dari sel germinal primordial (Gambar 2). Sel germinal primordial
neoplastik yang berdiferensiasi ke jaringan embrionik dapat menyebabkan
teratoma atau karsinoma embrional, sedangkan jalur diferensiasi ekstraembrionik
menghasilkan tumor kantung kuning telur atau perkembangan koriokarsinoma.
Menurut definisi, SCT mengandung beberapa jaringan asing ke situs
anatomi di mana mereka muncul, dan setidaknya dua dari tiga lapisan germinal
harus ada. Daerah jeroan, kulit, tulang, tulang rawan, mukosa usus, kelenjar, dan
jaringan saraf, sering terwakili dalam tumor - umumnya dalam pola yang tidak
teratur. Dalam beberapa kasus, jaringan dapat mencapai penampilan struktur yang
lebih jelas, dan kadang-kadang lebih atau kurang seluruh organ seperti jantung,
mata, atau anggota badan (Gambar 3). SCT secara morfologis padat, kistik atau
campuran, dan tidak memiliki kapsul yang berkontribusi terhadap kesulitan
pembedahan, SCT non-ganas dinilai dari 0-3 menurut klasifikasi Gonzales-Crussi,
di mana O menunjukkan teratoma matang dan grade 1-3 adalah teratoma yang
belum matang dengan peningkatan jumlah elemen yang belum matang. Teratoma
matur mengandung jaringan yang berdiferensiasi penuh, sedangkan teratoma
imatur mengandung unsur-unsur dengan struktur embrional atau tidak
berdiferensiasi. Temuan yang paling sering pada teratoma imatur adalah sel
17
neuroektodermal. Grading teratoma imatur merupakan tantangan, terutama karena
heterogenitas dan ukuran tumor, yang sering membuat pengambilan sampel yang
teliti tidak mungkin dilakukan. Histologi imatur lebih umum ketika reseksi terjadi
pada tahun pertama kehidupan, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
proses pematangan dapat terjadi seiring waktu. tumor Direseksi postnatal.

E. Gambaran klinik
Secara klinis, tumor paling sering muncul sebagai massa yang menonjol
antara coccyx dan anus yang biasa ditutupi dengan kulit normal yang intak.
Beberapa pasien, seluruh atau sebagian benjolan terletak pada permukaan
retrorektal atau retroperitoneum. Pada bayi dan anak-anak, tumor muncul sebagai
massa pada daerah sakropelvis yang menekan kandung kemih dan rectum.
Seringkali terdapat gejala obstruksi pada traktus urinarius yang disebabkan oleh
kompresi ureter dan urethraterhadap pubis atau kompresi ureter terhadap pinggiran
pelvis dan terjadi kesulitandefekasi sebagai tanda obstruksi yang mungkin tidak
cukup dikenali.Sebagian kecil pasien dapat mengalami paralysis, nyeri, atau
kelemahan pada kaki,terutama pada stadium lambat dari invasi maligna dari tumor.
Pada teratoma sacrococcygeal pada fetus, jika tumornya besar, dapat menyebabkan
distosia,kesulitan melahirkan dan perdarahan atau laserasi tumor.

F. Diagnosis
Diagnosis teratoma sacrococcygeal biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan
fisik. Tumor ini biasanya didiagnosa ketika ditemukan benjolan sacrum yang besar
setelah kelahiran yang sulit atau obstruksi pada kelahiran. Anamnesis didapatkan
adanya nyeri rectum, konstipasi, dan adanya sebuah benjolan. Teratoma
sacrococcygeal juga sering didiagnosa sebelum bayi lahir dengan pemeriksaan
ultrasonografi fetal. Laporan bertahap diagnosis antenatal pada teratoma
sacrococcygeal menunjukkan bahwa sebagian besar fetus yang didiagnosa teratoma
sacrococcygeal kemungkinan meninggal sebelum kelahiran. Diagnosis prenatal
penting karena tumor ini mungkin cukup besar untuk menyebabkan distosia dan
ruptur dari tumor dengan perdarahan masif dapat terjadi selama kehamilan. Pada
sebagian besar kasus, teratoma sacrococcygeal sangat khas sehingga diagnosisnya
sangat jelas. Kadang-kadang, diagnosis tidak begitu jelas dan adanya lesi lain
seperti kondroma, fibroma, duplikasi rektal, terutama mielomeningocele dan tumor
18
neurogenic presakral, harus disingkirkan terlebih dulu. Apabila terdapat kesulitan
untuk membedakan teratoma sacrococygeal dengan lesi lain, dilakukan studi
diagnostik seperti foto polos, ultrasonografi, computer tomografi (CT-SCAN) atau
MRI. Foto thoraks membantu menyingkirkan penyakit metastase. Foto polos pada
sacral dapat menunjukkan adanya kalsifikasi dalam tumor. Ultrasonografi berguna
untuk menentukan sifat lesi (padat atau kistik, adanya komponen intraabdominal
dan keterlibatan hati). CT Scan lateral dan magnetic resonance imaging (MRI) akan
menunjukkan perluasan intrapelvis dan intraspinal dari lesi sacral dengan rincian
yang jelas. Beberapa teratoma mengandung elemen yolk salk, dimana
mengeluarkan alfa – fetoprotein. Deteksi AFP dapat membantu memperjelas
diagnosis dan sering digunakan sebagai marker untuk rekurensi atau efektifitas
pengobatan, tapi metode ini jarang digunakan pada diagnosis awal. AFP meningkat
pada 31 dari 32 teratoma maligna. AFP juga ditemukan meningkat pada cairan
amnion jika janin menderita teratoma.

G. Pemeriksaan Penunjang Radiologi


Pemeriksaan berupa CT-Scan abdomen dengan pemberian kontras intravena
sudah cukup baik, dapat dinilai karakteristik massa (komponen, jumlah, batas,
penyangatan, bentuk, ukuran, dll), lokasi massa, perluasan massa hubungan massa
dengan organ sekitar, efek massa terhadap organ sekitar, vaskularisasi massa,
kondisi organ sekitar akibat dari efek massa FIF sudah dapat dilihat dan sudah
dideskripsikan dengan baik.
Pemeriksaan MRI sebenarnya dapat dilakukan untuk kepentingan akademis
karena kasus FIF merupakan kasus yang sangat jarang, namun untuk menekan
biaya maka tidak dilakukan pemeriksaan MRI. Secara diagnostik dan tatalaksana
pada pasien ini sudah cukup dengan CT scan abdomen dan rekontruksi 3D

H. Diagnosis Banding
Diagnosis banding teratoma sacrococcygeal adalah meningocele dan
berbagai tumor jaringan lunak. Penting untuk membedakan lipomeningocele dari
teratoma. Secara klinis, lipomeningocele lebih tinggi di belakang dan terletak di
atas kanalspinal. Foto ronsen menunjukkan adanya spina bifida. Disisi lain,
teratoma terletakdibawah belahan intergluteal dan meluas ke anterior sampai
sacrum lebih masuk kekanal. Presakral meningocele lebih lunak, dan lebih fluktuasi
19
dari pada teratoma. CT-Scan akan memudahkan dalam membedakan meningocele
presakral dari teratoma.
I. Penanganan
Teratoma sacrococcygeal harus dieksisi lengkap. Lesi Tipe I dan II dapat
dimulai pada daerah posterior melalui chevron insisi dan sagital. Lesi tipe III dan
IV harus dilakukan insisi tambahan transversal pada perut bagian bawah. Bagian
penting pada prosedur termasuk pengangkatan lengkap pada tumor, ligasi arteri
sakral tengah, dan eksisi os coccyx bersama tumor. Jika tumor secara histologi
benigna (hanya jaringan matur) atau mengandung jaringan embrionik tanpa
maligna seutuhnya, dilakukan eksisi lengkap secara adekuat.Jika lesi benigna (97
%), tidak diindikasikan terapi lanjutan. Untuk tumor yang agresif dan terdapat
jaringan malignan seutuhnya, pembedahan eksisi sendiri tidak adekuatdan pasien
harus mendapatkan kemoterapi dan atau radioterapi. Pasien denganrekurensi
kanker dan tidak dapat dieksisi diberikan terapi VAC (vinkristin,dactinomycin,
cyclophosphamide) ditambah radiasi lokal. Pasien ini harus dievaluasisetiap 3
bulan selama 2 tahun pertama dengan pemeriksaan rectal dan jumlah AFP.Pasien
yang diperkirakan rekuren harus dievalusi dengan pemeriksan radiologi yangsesuai,
Ultrasonografi dan atau CT scan.Lesi ini paling baik direseksi dalam 24 jam
pertama, karena usus tidak dikoloni pada24 jam pertama setelah kelahiran.,
sehingga mengurangi resiko infeksi pada daerahyang terkontaminasi feses selama
reseksi. Antibiotik perioperatif diberikan segerasebelum pembedahan dan
dilanjutkan 24-48 jam setelah operasi.

J. Komplikasi
Komplikasi maternal pada kelahiran dapat termasuk seksio sesarea
ataukelahiran pervaginam dengan mekanisme distosia. Komplikasi yang
berpeluangterjadi dalam uterus termasuk polihidramnion dan perdarahan tumor
yangmenyebabkan anemia dan non imun hidrops fetalis. Komplikasi akibat
pengaruh benjolan pada teratoma sacrococcygeal yang besar termasuk pembesaran
pinggul,obstruksi saluran cerna, obstruksi urinarius, hidronefrosis dan hidrop
fetalis. Komplikasi berikutnya dari pengaruh benjolan atau pembedahan dapat
termasuk neurogenic bladder, bentuk lain dari inkontinensia urin, inkontinensia
fekal, danmasalah kronik lain yang menyebabkan kerusakan yang mengorbankan

20
saraf dan ototdalam pelvis. Komplikasi akibat tidak diangkatnya coccyx dapat
termasuk rekurensidan metastase kanker.
K. Prognosis
Prognosis teratoma sacrococcygeal dapat membaik dipengaruhi oleh deteksi
prenatal, rencana penanganan intrapartum, dan cepat dilakukan pembedahan
reseksi. Prognosis pada neonatus berdasarkan klasifikasi teratoma oleh the
American Academy of Pediatrics Surgical Section dengan adanya perluasan tumor,
sedangkan prognosisfetus didasarkan pada ukuran tumor, laju pertumbuhan tumor
dan ada tidaknya plasentomegali dan hidrops fetalis.Walaupun sebagian besar
tumor ini secara histologi benigna, tumor ini dihubungkandengan mortalitas dan
morbilitas karena pengaruh sekunder dari teratomasacrococcygeal seperti
premature, distosia dan trauma kelahiran, perdarahan tumordan kegagalan sekunder
output yang tinggi.Secara histologi tumor benigna, prognosisnya sangat baik
setelah pembedahan eksisiyang adekuat. Prognosis buruk jika tumor mengandung
jaringan maligna. Resikomaligna tergantung pada bagian dan luasanya tumor serta
umur pada saat didiagnosis.5

21
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 3 bulan. Berdasarkan anamnesis


didapatkan bahwa ± 3 bulan SMRS pasien tidak bisa BAB dan terdapat
benjolan massa dibagian bokong yang semakin besar. Keluhan memberat
disertai dengan benjolan massa yang padat, inmobile, dan perut membesar.
Pasien kemudian dibawa ke IGD RSUD Raden Mattaher oleh keluarga dan
dirawat inap.
Susah BAB / konstipasi adalah gejala utama yang paling banyak
dijumpai pada segala usia. selain konstipasi gejala lain yang dirasakan yaitu
tampak massa di daerah os coccyx. Sesuai dengan diagnosis bahwa benjolan
dan susah BAB merupakan gejala dari teratoma sacrococcygeal yang
merupakan salah satu jenis tumor sel germinal yang berkembang didasar os
coccxy.
Pada pencitraan menggunakan CT-Scan dapat terlihat massa
lipomeningochel setinggi S2-S5. Massa tampak sampai regio inferior dan
pelvis. Mendorong rectum, mengangkat buli-buli. Proporsi komponen padat
dan tingkat vaskularisasi adalah faktor prognosis yang penting. SCT sudah
dapat terdeteksi pada usia kehamilan trimester 1. Namun, pada kasus ini saat
ibu pasien hamil tidak ada riwayat melakukan ANC (antenatal care) dengan
pemeriksaan USG pada masa kehamilannya sehingga tidak dapat mendeteksi
kelainan tersebut saat pasien didalam kandungan.
Pada anamnesi ibu pasien mengatakan sewaktu pasien masih bayi
terdapat benjolan juga tetapi benjolan tersebut menghilang dan muncul lagi
di usia 1 tahun. Kemungkinan massa yang menghilang tersebut masuk ke
intraabdomen tanpa komponen eksternal yang dimana hal tersebut sesuai
dengan klasifikasi menurut American Academy of Pediatric Surgery bahwa
terdapat 4 kategori SCT yaitu : Tipe I : dominan tumor eksternal dengan
minimal komponen presakral (47%), Tipe II : massa tumor eksternal tetapi
dengan signifikan ekstensi intrapelvis (35%), Tipe III : massa tumor eksternal
dengan predominan komponen intra-abdomen 8%, Tipe IV : tumor presakral
(sepenuhnya intraabdomen) tanpa komponen eksternal 10%,6

22
BAB V
KESIMPULAN

Teratoma Sacrococcygeal adalah jenis tumor sel germinal yang paling


umum (baik jinak maupun ganas ) yang didiagnosis pada neonatus , bayi , dan
anak-anak di bawah 4 tahun. Rasio SCT 3:1 sampai 4:1 telah dilaporkan.
Tumor janin hadir selama pemeriksaan USG prenatal, dengan atau tanpa
gejala ibu. SCT yang ditemukan selama ujian rutin cenderung kecil dan
sebagian atau seluruhnya eksternal. SCT internal tidak mudah dilihat melalui
USG, kecuali jika cukup besar untuk menunjukkan keberadaannya dengan
posisi abnormal kandung kemih janin dan organ lainnya, tetapi SCT janin
yang besar sering menghasilkan komplikasi ibu yang memerlukan USG
investigasi non-rutin.
Tumor neonatus muncul saat lahir menonjol dari tempat sakral dan
biasanya teratoma matur atau imatur. Di antara bayi dan anak kecil, tumor
muncul sebagai massa yang teraba di daerah sacropelvis yang menekan
kandung kemih atau rektum. Tumor panggul ini memiliki kemungkinan lebih
besar untuk menjadi ganas. Beberapa SCT ditemukan ketika anak saat mulai
berbicara pada usia sekitar 2 tahun dan mengeluh bokong mereka sakit atau
merasa "kotor" ketika duduk di kursi mobil.
Tumor lain dapat terjadi di daerah sacrococcygeal dan/atau presacral
dan karenanya harus disingkirkan untuk mendapatkan diagnosis banding.
Salah satunya yaitu ependymoma ekstraspinal, ependymoblastoma,
neuroblastoma dan rhabdomyosarcoma .
SCT yang lebih kecil dengan komponen eksternal, terlihat pada
ultrasound prenatal atau saat lahir, sering disalahartikan sebagai spina bifida.
Cystic SCT dan terminal myelocystocele sangat sulit dibedakan. Untuk dapat
mendiagnosis yang lebih akurat disarankan menggunakan MRI.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hambraeus M. Sacrococcygeal teratoma-from genetics to long-term follow-up


[Internet]. 2019 [cited 2022 Sep 9]. Available from:
https://lucris.lub.lu.se/ws/portalfiles/portal/61841242/Mette_Hambreaus_web.pdf

2. Adliah Anwar A, Lukas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin E,


Fetomaternal D, Wahidin Sudirohusodo R, Korespondensi M. Teratoma
Sakrokoksigeus : Kelainan Kongenital yang dapat Dikoreksi. Indones J Obstet
Gynecol Sci [Internet]. 2019 Sep 30 [cited 2022 Sep 10];2(2s):62–8. Available
from: https://www.obgynia.com/obgyn/index.php/obgynia/article/view/142

3. Rasuli B, Weerakkody Y. Sacrococcygeal teratoma. Radiopaedia.org [Internet].


2010 Jan 23 [cited 2022 Sep 10]; Available from:
http://radiopaedia.org/articles/8307

4. Savitri QM, Prihartono S, Harahap A. Giant sacrococcygeal teratoma in newborn:


A rare case. J Pediatr Surg Case Reports. 2019 Aug 1;47:101223.

5. Huddart SN, Mann JR, Robinson K, Raafat F, Imeson J, Gornall P, et al. Full paper
case report teratoma [Internet]. Vol. 19, Pediatric Surgery International. Springer
Verlag; 2003 [cited 2022 Sep 10]. p. 47–51. Available from:
https://www.academia.edu/37172520/Full_paper_case_report_teratoma

6. Manangka RS., Sekarsari D, Budianto I. Fetus in Fetu: Gambaran Radiografi dan


MDCT Scan Rekonstruksi Tiga Dimensi. eJournal Kedokt Indones. 2013 Jun
4;1(1).

24

Anda mungkin juga menyukai