PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
J510185032
RSUDKABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
CASE REPORT
Diajukan Oleh :
Bella Ardhilia Damayanti, S. Ked
J510185032
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ................., .... ................... 2018
Pembimbing :
dr. Hardiyanto, Sp. Rad (..............................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Hardiyanto, Sp. Rad (..............................)
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Surakarta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 25 Mei 2018
Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2018
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
F. Anamnesis Sistem
1. Sistem Serebrospinal : tidak ada keluhan
2. Sistem Respirasi : tidak ada keluhan
3. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
4. Sistem Digestive : tidak ada keluhan
5. Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
6. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Profil Koagulasi
-CT / BT : 8 / 2 menit
Analisis Sperma
Oligoteratozoospermia
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. USG : Dilatasi vena spermatika interna pada plexus pampiniformis
dextra. T : Testis, V: varikokel
2. Colour Doppler
V. PENATALAKSANAAN
Konservatif : Ketorolac inj 3x1Ampul
Ceftriaxon inj 2x1Ampul
Intervensi : Varikokelektomi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Tiap testis pada bagian anterior dan lateral diliputi oleh membran
serosa, tunika vaginalis. Membran ini berasal dari peritoneum cavum
abdominal. Pada tunika vaginalis terdapat lapisan parietal (bagian luar) dan
lapisan visceral (bagian dalam) yang dipisahkan oleh cairan serosa. Kapsul
fibrosa yang tebal, keputihan disebut dengan tunika albuginea yang
membungkus testis dan terletak pada sebelah dalam lapisan visceral dari
tunika vaginalis. Pada batas posterior testis, tunika albuginea menebal dan
berlanjut ke dalam organ sebagai mediastinum testis.
Duktus deferens juga disebut vas deferens, saluran ini meluas dari tail
epididimis melewati skrotum, kanalis inguinalis dan pelvis bergabung dengan
duktus dari vesica seminalis membentuk duktus ejakulatorius pada glandula
prostat. Testis diperdarahi oleh arteri testicular, arteri yang bercabang dari
aorta setinggi arteri renal. Banyak pembuluh vena dari testis pada
mediastinum dengan suatu kompleks pleksus vena disebut pleksus vena
pampiniformis, yang terletak superior. Epididimis dan skrotum diperdarahi
oleh pleksus vena kremaster. Kedua pleksus beranastomose dan berjalan
superior, berjalan dengan vas deverens pada
spermatic cord. Spermatic cord dan epididimis diperdarahi oleh cabang arteri
vesical inferior dan arteri epigastrik inferior (arteri kremaster). Skrotum
diperdarahi cabang dari arteri pudendal internal (arteri scrotal posterior), arteri
pudendal eksternal cabang dari arteri femoral, dan cabang dari arteri epigastrik
inferior (kremaster). Aliran vena testis melalui pleksus vena pampiniformis,
terbentuk pada bagian atas epididimis dan berlanjut ke vena testikularis
melalui cincin inguinal. Vena testikularis kanan bermuara ke vena kava
inferior dengan suatu acute angle, dimana vena testikularis sinistra mengalir
ke vena renalis sinistra dengan suatu right angle.
B. DEFINISI
. Varikokel merupakan suatu dilatasi abnormal dan tortuous dari
vena pada pleksus pampiniformis dengan ukuran diameter melebihi 2 mm.
Dilatasi abnormal vena-vena dari spermatic cord biasanya disebabkan oleh
ketidakmampuan katup pada vena spermatik internal.
C. ETIOLOGI
Terdapat beberapa etiologi varikokel ekstratestikular seperti refluks
renospermatik, insufisiensi katup vena spermatika interna, refluks
ileospermatik, neoplastik, atau penyakit retroperitoneal lainnya, sindrom
malposisi visceral, dan pembedahan sebelumnya pada regio inguinal dan
skrotum. Varikokel intratestikular sering dihubungkan dengan atrofi
testikular ipsilateral terkait kelainan parenkhimal, tetapi apakah varikokel
intratestikular merupakan suatu penyebab atau akibat dari atrofi testikular
tetap belum jelas. Varikokel intratestikular biasanya, tetapi tak selalu,
terjadi berkaitan dengan suatu varikokel ekstratestikular ipsilateral.
D. EPIDEMIOLOGI
Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil
dibanding pada pria fertil. Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah
pubertas dan prevalensi pada pria dewasa sekitar 11-15%. Pada 80-90%
kasus, varikokel hanya terdapat pada sebelah kiri; varikokel bisa bilateral
hingga 20% kasus, meskipun dilatasi sebelah kanan biasanya lebih kecil.
Varikokel unilateral sebelah kanan sangat jarang terjadi.
Varikokel pada remaja pria pernah dilaporkan sekitar 15% kasus.
Varikokel biasanya terdiagnosis pada 20-40% pria infertil. Insidensi
varikokel yang teraba diperkirakan 15% pada populasi umum pria dan 21-
39% pria subfertil. Meskipun varikokel pernah dilaporkan pada pria
sebelum remaja, varikokel jarang pada kelompok usia ini. Pada suatu
penelitian oleh Oster (1971) pada 1072 anak sekolah laki laki di Denmark,
tidak ditemui adanya varikokel pada 188 anak laki-laki yang berusia antara
6 sampai 9 tahun. Insidensi varikokel pada anak yang lebih tua (usia 10-25
tahun), bervariasi antara 9% sampai 25,8% dengan suatu rerata 16,3%.
Varikokel ekstratestikular merupakan kelainan yang diketahui
umum terjadi, dimana terdapat pada 15% sampai 20% pria. Varikokel
intratestikular sebaliknya suatu kelainan yang jarang dan sesuatu yang
relatif baru dimana dilaporkan kurang dari 2% pada pria yang menjalani
sonografi testis dengan gejala.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya :
1. Varikokel primer (idiopatik),
2. Varikokel sekunder
Berdasarkan manifestasi klinis :
1. Varikokel klinis
2. Varikokel subklinis. Varikokel subklinis yaitu varikokel yang pada
pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan dan memerlukan pemeriksaan
radiologi untuk menegakan diagnosis.
Berdasarkan lokasinya :
1. Varikokel ekstratestikuler
2. Varikokel intratestikuler.
F. PATOFISIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab
varikokel, tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah
kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah kanan. Jika terdapat varikokel
di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya kelainan
pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara
vena spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs
inversus. Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesia
melalui beberapa cara antara lain:
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri
ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis
kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
G. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang sering muncul adalah belum mempunyai anak
setelah beberapa tahun menikah, adanya benjolan di atas testis, dan nyeri
pada testis. Umumnya tidak bergejala. Adanya rasa tidak nyaman, nyeri
disertai pembengkanan pada skrotum. Erat kaitannya dengan infertilitas.
Atrofi testis juga merupakan gejala lain yang dapat terjadi pada penderita
varikokel. Pada pemeriksaan fisik bag of worm.
H. DIAGNOSIS
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan
keadaan skrotum kemudian dilakukan palpasi. Secara klinis varikokel
dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:
1. Derajat kecil adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien
melakukan manuver valsava
2. Derajat sedang adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa
melakukan
manuver valsava.
3. Derajat besar adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya
tanpa melakukan manuver valsava.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan
pada tubuli seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis semen.
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Ultrasonografi modalitas terpilih
Pada USG varikokel intratestikuler : struktur tubuler anechoic,
dengan ukuran lebih dari 2 mm, berlokasi didalam ataupun disekitar
mediastinum testis, disertai venous flow pada colour atau pulsed
doppler dan memberikan respon positif pada valsava maneuver.
Pada Varikokel ekstratestikular struktur anechoic multiple yang
berkelok-kelok dengan diameter lebih dari 2 mm yang terletak
berdekatan atau berada di bagian proksimal dari pole atas testis dan
bagian head epididymis disertai venous flow pada colour atau pulsed
Doppler dan memberikan respon positif pada valsava
maneuver.
Colour Doppler Ultrasound saat ini merupakan gold standard
untuk mendiagnosis varikokel.
2. CT Scan
Varikokel pada CT scan akan memberikan gambaran dilatasi pembuluh
darah vena spermatika interna dengan densitas yang isodens didaerah
canalis inguinalis dan pada pemberian kontras akan memberikan
enhancement.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
4. Venografi
Venografi yang merupakan gold standard pada pemeriksaan varikokel
a. Embolisasi Varikokel Indikasi : Nyeri dan pembengkakan pada
skrotum Infertilitas, Atrofi testis pada pasien anak dengan derajat
varikokel berat, Varikokel berulang setelah dilakukan tindakan
pembedahan, Kegagalan analisis semen setelah 3 bulan terapi.
Kontraindikasi gangguan dari sistem pembekuan darah, terapi anti
koagulan, alergi kontras, Gangguan fungsi ginjal.
C. PENATALAKSANAAN
Varikokel yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan
spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.
Tindakan yang dikerjakan adalah ligasi tinggi vena spermatika interna
secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi.
D. EVALUASI
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat
beberapa indikator antara lain berupa bertambahnya volume testis,
perbaikan hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan), atau
pasangan itu menjadi hamil. Pada kerusakan testis yang belum parah,
evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo didapatkan 80% terjadi
perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen, dan
50% pasangan menjadi hamil.
BAB IV
KESIMPULAN
Mustika, Nia. et al., 2014. Gambaran Pasien Varikokel Kiri Yang Menjalani
Operasi Palomo Procedure Di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center
Periode Januari 2009 – Desember 2013. JOM FK 1(2).